Anda di halaman 1dari 11

Kwashiorkor (Gangguan Kekurangan Protein)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Penyehatan Makanan dan Minuman yang
diajar oleh:
Dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes.

Oleh :
191000095 Joseph Johan Parulian Matondang
191000096 Alexandre Mehaga SP
191000102 Yesika Katarina
191000104 Elnada Nadhira Saleh
191000106 Yuni Tamara
191000109 Christine Artha Uli
191000112 Lily Novyanti
191000117 Irvan H Noho

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tema masalah atau gangguan kesehatan akibat
malnutrisi tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Penyehatan Makanan dan Minuman yang diajar oleh Ibu Dr. Devi Nuraini Santi,
M.Kes. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kwahiorkor (gangguan kekurangan protein) bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 21 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................................. 5

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

A. Definisi Kwashiorkor ........................................................................................................... 6

B. Tanda dan Gejala Kwashiorkor ........................................................................................... 6

C. Penyebab Kwashiorkor ........................................................................................................ 7

D. Diagnosis Penyakit Kwashiorkor ......................................................................................... 7

E. Prevalensi Kwashiorkor di Indonesia .................................................................................. 8

F. Pencegahan Penyakit Kwashiorkor dan Pengobatan Penyakit Kwashiorkor ...................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 10

B. Saran .................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makanan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Makanan menjadi


sumber tenaga yang membantu manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Setiap bahan
makanan mengandung zat gizi yang berbeda-beda dan fungsi yang berbeda-beda pula.
Mengonsumsi makanan yang bervariatif merupakan upaya dalam pemenuhan gizi
seimbang. Namun seringkali terjadi masalah kesehatan yang disebabkan akibat kurang
atau tidak lengkapnya asupan gizi.
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi atau
nutrisinya di bawah standar. Anak balita (0-5 tahun) menjadi kelompok umur yang rentan
menderita kekurangan gizi. Kejadian gizi buruk ini apabila tidak diatasi akan
menyebabkan dampak yang buruk bagi balita. Gizi buruk akan menimbulkan hambatan
bagi pertumbuhan anak dan akan berdampak pada pembangunan SDM di masa
mendatang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan 2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih
mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk
sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%.
Berdasarkan gejala klinisnya terdapat tiga jenis gizi buruk yang umum dijumpai
yaitu kwashiorkor, marasmur dan gabungan dari keduanya yaitu marasmur-kwashiorkor.
Kwashiorkor merupakan salah satu gangguan kesehatan masalah gizi yang kerap terjadi
di masyarakat akibat dari asupan protein yang inadekuat. Kwashiorkor merupakan hasil
akhir dari tingkat keparahan gizi buruk (Liansyah, 2015). Kwashiorkor pada balita
seringkali tidak terdiagnosis karena kecurigaan klinis masih rendah, adanya edema
menutupi malnutrisi, serta kurangnya pengetahuan mengenai manifestasi klinis tipikal
kwarshiorkor (Prawitasari, 2018)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi batasan dalam penyusunan makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan kwashiorkor?

4
2. Bagaimana tanda dan gejala yang ditimbulkan dari kwashiorkor?
3. Apa penyebab terjadinya kwashiorkor?
4. Bagaimana diagnosis penyakit kwashiorkor?
5. Bagaimana prevalensi penyakit kwashiorkor di Indonesia?
6. Bagaimana tindakan pencegahan dari penyakit kwashiorkor?
7. Bagaimana tindakan pengobatan dari penyakit kwashiorkor?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kwashiorkor
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang ditimbulkan dari kwashiorkor
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kwashiorkor
4. Untuk mengetahui diagnosis penyakit kwashiorkor
5. Untuk mengetahui prevalensi penyakit kwashiorkor di Indonesia
6. Untuk mengetahui tindakan pencegahan dari penyakit kwashiorkor
7. Untuk mengetahui tindakan pengobatan dari penyakit kwashiorkor

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah keadaan Kekurangan Energi Protein (KEP) yang diakibatkan oleh
kurangnya asupan sumber protein. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1 sampai 3
tahun. Tetapi usia paling rawan terkena kwashiorkor adalah usia dua tahun, karena pada
usia tersebut terjadi peralihan dari ASI ke makanan pengganti ASI.

B. Tanda dan Gejala Kwashiorkor


Terdapat gejala utama dan gejala klinis pada kwashiorkor, sebagai berikut.
Gejala Utama Kwashiorkor
1. Pertumbuhan terhalang dan badan bengkak, tangan, kaki, serta wajah wajah
membulat (moon face) tambak sembab dan ototnya kendur.
2. Wajah tampak bengong dan pandangan kosong, tidak aktif dan sering menangis.
3. Rambut menjadi berwarna lebih terang atau coklat tembaga.
4. Perut buncit, serta kaki kurus dan bengkok. Karena adanya pembengkakan, maka
tidak terjadi penurunan berat badan, tetapi pertambahan tinggi terhambat.
5. Lingkar kepala mengalami penurunan.
6. Serum albumin selalu rendah, bila turun sampai 2,5 ml atau lebih rendah, mulai
terjadi pembengkakan

Gejala Klinis Kwashiorkor


1. Penampilan anak seperti anak gemuk (sugar baby), tetapi pada bagian tubuh lain
terutama pantat terlihat atrofi.
2. Keterlambatan pada tinggi badan anak
3. Mental anak mengalami perubahan mencakup banyak menangis dan pada stadium
yang lanjut anak sangat apatis
4. Munculnya edema dan terkadang menjadi asites.
5. Terjadi atrofi otot sehingga penderita terlihat lemah

6
C. Penyebab Kwashiorkor
Kwashiorkor merupakan suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat. Faktor
yang mempengaruhi antara lain sebagai berikut.

1. Pola makan Protein


Protein sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak akan berperan penting terhadap
terjadinya Kwashiorkor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti
ASI. Orang tua yang sibuk bekerja membuat anak kurang mendapat pola asuh yang
baik karena sering dibiarkan di rumah sendiri dan jajan sesukanya, sehingga
mendapatkan kalori yang cukup tetapi kurang protein
2. Faktor Social
Adanya pantangan untuk makan makanan tertentu dapat menyebabkan terjadinya
Kwashiorkor.
3. Faktor Ekonomi Keluarga
Penghasilan yang rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan berakibat pada
keseimbangan nutrisi anak yang tidak terpenuhi.
4. Faktor infeksi
Infeksi dapat memperburuk keadaan gizi. MEP akan menurunkan imunitas tubuh
terhadap infeksi. Misalnya, gangguan penyerapan protein karena diare.

D. Diagnosis Penyakit Kwashiorkor


Diagnosis gizi buruk atau kwashiorkor dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
terhadap riwayat kesehatan anak. Kekurangan asupan makanan bergizi bisa dilihat dari
kebiasaan makan anak. Selain itu, adanya gejala dan tanda-tanda kwashiorkor akan
membantu dokter dalam mendiagnosis.
Untuk membedakannya dengan jenis gizi buruk lainnya seperti marasmus, dokter akan
memastikan apakah penderitanya memiliki gejala yang diserta pembengkakan tubuh
(edema).
Kadang, pada anak dengan gizi buruk atau kwashiorkor juga turut terdiagnosis penyakit
lainnya. Penyakit yang paling sering terdeteksi adalah penyakit infeksi akibat kekebalan

7
tubuh yang rendah. Pemeriksaan penunjang bisa saja dilakukan. Misalnya pemeriksaan
laboratorium hingga radiologi yang sesuai untuk mendiagnosis penyakit infeksi penyerta
tersebut.

E. Prevalensi Kwashiorkor di Indonesia


Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2010) menunjukkan prevalensi balita yang
menderita KEP di Indonesia 18,4% pada tahun 2007, mengalami penurunan sebesar 0,5%
pada tahun 2010 menjadi 17,9%. Di Jawa Tengah prevalensi balita KEP 16,1% pada
tahun 2007, turun menjadi 15,7% pada tahun 2010.

F. Pencegahan Penyakit Kwashiorkor dan Pengobatan Penyakit Kwashiorkor


Terdapat Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Kwahiorkor.
a. Pencegahan kwashiorkor
Penyakit kwashiorkor merupakan penyakit sebagai akibat dari adanya kekurangan
protein pada tubuh seseorang. Upaya preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah
seseorang terkena penyakit kwashiorkor adalah sebagai berikut:
1. Mengonsumsi makanan yang kaya akan kandungan protein dan kalori.
Mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan merupakan langkah awal guna
mencegah terjadinya defisiensi protein di dalam tubuh. Adapun makanan yang
dapat dikonsumsi untuk mencegah terjadinya defisiensi protein, antara lain
makanan laut seperti kerang-kerangan, telur, daging tanpa lemak, kacang-
kacangan, dan biji-bijian.
2. Mengikuti konseling gizi.
Konseling gizi sangatlah dibutuhkan terutama pada seorang ibu. Mengingat ibu
yang memiliki peran untuk menentukan pola konsumsi pada setiap keluarga.
Konseling gizi akan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang tepat kepada
ibu guna menciptakan makanan yang baik untuk dikonsumsi keluarga. Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi et al., (2016) menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap dari seorang ibu dalam mencegah gizi
buruk setelah diberikan pendidikan melalui konseling gizi.

8
b. Pengobatan kwashiorkor
Pengobatan penyakit kwashiorkor umumnya dilakukan sebagai berikut:
1. Mengonsumsi pangan berbahan dasar susu yang diformulasikan secara khusus
atau makanan terapeutik siap pakai (RUTF).
Pengidap kwashiorkor pada umumnya merupakan balita sehingga diperlukan
adanya makanan yang diformulasikan secara khusus. Makanan tersebut disebut
Ready to Use Therapeutic Food (RUTF). RUTF adalah makanan padat yang
digunakan untuk pemulihan pada balita yang mengalami malnutrisi. Makanan ini
umumnya berbentuk pasta mengandung berbagai zat gizi seperti vitamin dan
mineral. RUTF digunakan untuk balita yang mendatangi pos pelayanan kesehatan
dan melakukan program perawatan, baik rawat inap maupun rawat jalan.
2. Mengonsumsi makanan yang kaya akan protein, kalori, dan lemak.
Penanganan pada pengidap kwashiorkor, apabila pasien mengalami infeksi
sebagai akibat dari kwashiorkor. Maka, dokter akan melakukan penanganan
terlebih dahulu dengan memberikan antibiotic untuk mengatasi infeksi pada
pasien terlebih dahulu.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kwashiorkor merupakan suatu penyakit yang dipicu oleh kejadian malnutrisi protein.
Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi paling umum dialami oleh anak-anak.
Gejala yang ditimbulkan biasanya berupa pembengkakan pada seluruh tubuh (edema),
tangan dan kaki, perut membuncit, wajah yang membulat (moon face), timbul ruam
merah muda pada kulit yang berubah menjadi coklat kehitaman dan mengelupas, hilang
nafsu makan, dan rambut menipis menjadi warna coklat tembaga kemerahan seperti
rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit. Penyebab terjadinya
kwashiorkor dapat dipengaruhi oleh pola makan protein, tidak konsumsi ASI, faktor
social, faktor ekonomi keluarga dan faktor infeksi. Diagnosa dilakukan dengan melihat
gejala yang timbul.

B. Saran
Sebagai upaya pencegahan kwashiorkor terutama bagi anak dapat dilakukan pemberian
ASI ekslusif untuk memenuhi kebutuhan protein bagi anak. Untuk pencegahan lainnya
dapat dilakukan dengan perbanyak konsumsi sayur dan buah, meningkatkan konsumsi
makanan yang mengandung pati, seperti roti, nasi, kentang, dan pasta. Mengonsumsi susu
dan produk olahannya. Mengonsumsi daging, ikan, telur, kacang-kacangan, dan sumber
protein lainnya. Serta rutin menimbang berat badan untuk memantau status gizi.

10
DAFTAR PUSTAKA

hellosehat.com. Kwashiorkor, Masalah Gizi Anak karena Kurangnya Asupan Protein. Diakses
pada 19 Agustus 2021, dari https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-
anak/kwashiorkor/

Liansyah, T. M. (2015). Malnutrisi pada anak balita. Jurnal Buah Hati, 2(1), 1-12.

Pratiwi, H., Bahar, H., & Rasma. (2016). Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu
dalam Upaya Pencegahan Gizi Buruk pada Balita Melalui Metode Konseling Gizi di
Wilayah Kerja Puskesmas Wua-Wua Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat, 1–8. http://betterwork.org/in-labourguide/wp-
content/uploads/permenaker-08-2010-alat_pelindung_diri.pdf

(Retnowati et al., 2015)Retnowati, D. H., Syamsianah, A., & Handarsari, E. (2015). Pengaruh
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Terhadap Perubahan Berat Badan Balita Bawah
Garis Merah Kecacingan Di Wilayah Puskesmas Klambu Kabupaten Grobogan. Jurnal
Gizi, 4(1), 30–36.

Prawitasari, T. (2018). Manifestasi Kulit Sebagai Petunjuk Diagnosis pada Kwashiorkor. Journal
Of The Indonesian Medical Association, 68(6), 246–250.

Yandi, R. A. (2016). Seorang Anak Perempuan Usia Lima Tahun dengan Kwashiorkor. J
Medula Unila, 4(3), 128–132.

klikdokter.com. Gizi Buruk. Diakses pada 20 Agustus 2021, dari


https://www.klikdokter.com/penyakit/gizi-buruk

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/25/177-balita-indonesia-masih-mengalami-
masalah-gizi

11

Anda mungkin juga menyukai