Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MASALAH GIZI

Dosen Pengampu :
Yusniar, SST

Disusun Oleh

Zalika Dasti Arseta 1926030025


Saskia Aleisya Safrini 1926030026
Vevi Valerianti 1926030027
Buci Tri Eva 1926030028
Isma Tri Yana 1926030029
Yustri Utami 1926030030
Andika Nurul Hikmah 1926030031
Susanti 1926030032

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKES TRI MANDIRI SAKTI

KOTA BENGKULU

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak

kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan.

Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna

perbaikan makalah ini lebih lanjut, akan penulis terima dengan senang hati.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sangat menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh

dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi maupun

kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran

serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Bengkulu, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Definisi Masalah Gizi.................................................................................................6
2.2 Masalah Gizi Pada Ibu Hamil.....................................................................................6
2.3 Masalah Gizi Ibu Menyusui.......................................................................................8
2.4 Masalah Gizi Pada Bayi............................................................................................10
2.5 Masalah Gizi Pada Balita.........................................................................................14
2.6 Masalah Gizi Pada Remaja......................................................................................17
2.7 Masalah Gizi Pada Orang Dewasa...........................................................................19
BAB II PENUTUP......................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan


oleh banyak faktor, sehingga penanggulangannya tidak cukup dengan
pendekatan medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013), prevalensi gizi
buruk di Indonesia tahun 2007 (5,4%), tahun 2010 (4,9%), dan tahun 2013
(5,7%), sedangkan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2014
sebesar 3,6%. Jadi prevalensi gizi buruk di indonesia masih di bawah target.

Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan


pangan, pemecahannya selalu berupa penigkatan produksi dan pengadaan
pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis
(bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah
gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu
kemampuan rumah tangga memperolehh makanan untuk semua anggotanya
Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan
yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang
cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks masalah gizi tidak lagi semata-mata
masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah
kesempatan kerja.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya


masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia
Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah
Kekurangan Vitamin A (KVA), masalah obesitas terutama di kota-kota besar.

4
Disamping masalah tersebut di atas, diduga ada masalah gizi mikro
lainnya seperti, definisi Zink yang sampai sekarang belum terungkapkan, karena
adanya keterbatasan Iptek Gizi. Secara umum masalah gizi di Indonesia,
terutama KEP, lebh tinggi daripada Negara ASEAN lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja masalah gizi pada ibu hamil ?


1.2.2 Apa saja masalah gizi pada ibu menyusui ?
1.2.3 Apa saja masalah gizi pada bayi?
1.2.4 Apa saja masalah gizi pada balita ?
1.2.5 Apa saja masalah gizi pada remaja dan dewasa?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan masalah gizi pada ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, balita, remaja dan dewasa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Masalah Gizi 

Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahtraan seseorang,kelompok


orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake)
dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi  pennyakit (infeksi).
Ketidakseimbangan ini bisa mengakibatkan gizi kurang maupun gizi lebih.

Saat ini, kondisi gizi dunia menunjukan dua kondisi yang ekstrim. Mulai dari
kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah seratdan tinggi
kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai pada kegemukan. Hal yang sama juga
terjadi di Indonesia. Saat sebagian besar bangsa Indonesia masih menderita kekurangan
gizi terutama pada ibu, bayi dan anak secara bersamaan timbul masalah gizi lain yaitu
gizi leih yang berdampak pada obesitas. Hal ini akan mengahambat laju pembangunan,
karena status gizi suatu masyarakat
berperan penting terhadap kualitas sumber daya manusia, dan daya saing bangsa.
Kemiskinan menjadi faktor utama penyebab kekuarangan gizi.

Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi
kecukupan gizi individu-individu untuk tumbuh dan berkembang.
Gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh pada perkembangan otak janin, sejak dari
minggu ke empat pembuahan sampai lahir dan anak berusia 3 tahun (golden age).

 
2.2 Masalah Gizi Pada Ibu Hamil

Saat ini masih banyak ibu hamil di Isia yang mengalami masalah gizi khususnya
gizi kurang seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia (Kementerian Kesehatan,
2014). Masalah gizi pada ibu hamil yang lain adalah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (Almatsier, 2004).
a. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita
keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Depkes RI, 2002).
KEK merupakan gambaran status gizi ibu di masa lalu yaitu kekurangan gizi
kronis pada masa anak-anak baik disertai sakit yang berulang ataupun tidak.
Kondisi tersebut akan menyebabkan bentuk tubuh yang pendek (stunting) atau
kurus (wasting) pada saat dewasa(Soetjiningsih, 2009).
Akibat lain dari KEK adalah kerusakan struktur susunan syaraf pusat terutama
pada tahap pertama pertumbuhan otak (hiperplasia) yang terjadi selama dalam
kandungan. Masa rawan pertumbuhan sel-sel saraf terjadi pada trimester 3
kehamilan sampai sekitar 2 tahun setelah lahir. Kekurangan gizi pada masa dini
perkembangan otak akan menghentikan sintesis protein dan DNA yang dapat
mengganggu pertumbuhan otak terganggu sehingga sel-sel otak yang berukuran
normal lebih sedikit. Dampaknya akan terlihat pada struktur dan fungsi otak di
masa mendatang yang berpengaruh pada intelektual anak (Soetjiningsih, 2009).

b. Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) <
11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin <
10,5 gr%. Anemia selama kehamilan memerlukan perhatian serius karena
berpotensi membahayakan ibu dan anak (Manuaba, 2009). Anemia selama
kehamilan dapat berakibat fatal, memiliki efek negatif pada kapasitas kerja,
motorik dan perkembangan mental pada bayi, anakanak, dan remaja. Pada ibu
hamil, anemia dapat menyebabkan berat lahir rendah, kelahiran prematur,
keguguran, partus lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok
(Rai, dkk, 2016).
c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI).

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah setiap kelainan yang


ditemukan akibat defisiensi yodium (Bachtiar, 2009). Yodium merupakan salah
satu mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil tetapi mempunyai fungsi
penting untuk kehidupan. Kekurangan yodium pada ibu hamil menyebabkan
abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya angka kematian
perinatal dan melahirkan bayi kretin (Supariasa, dkk. 2001). Perkembangan otak
terjadi dengan pesat pada janin dan anak sampai usia 2 tahun. [ CITATION Aed17 \l
1033 ]

Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil :

 Ukuran penting diet pada kehamilan adalah dari asupan kalori, kualitas diet, dan
frekuensi makan.

 Peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan mencerminkan kebutuhan janin


untuk tumbuh, serta untuk kebutuhan fisiologis ibu.

 rata-rata wanita harus mengkonsumsi tambahan 300 kkal per hari di luar
kebutuhan dasarnya

 Beberapa nutrisi penting yang diperlukan ibu hamil diantaranya adalah sumber
kalori (karbohidrat dan lemak), protein, asam folat, vitamin B12, zat besi, zat
seng, kalsium, vitamin C, vitamin A, vitamin D, vitamin B6, vitamin E.
Sedangkan nutrisi yang dibutuhkan bagi janin dalam kandungan diantaranya
DHA, gangliosida (GA), asam folat, zat besi dan kolin.[ CITATION Aed17 \l 1033 ]

2.3 Masalah Gizi Ibu Menyusui

Jika ibu menyusui kekurangan gizi menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu
dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi
mudah sakit, mudah terkena infeksi. Bila konsumsi zat kapur (Ca) ibunya
berkurang, Ca akan diambil dari cadangan Ca ibunya, sehingga memberikan
osteoporosis dan kerusakan gigi-gigi caries dentis. Masalah gizi yang ditemui pada
ibu menyusui antara lain :
a. Anemia Gizi
Penyebab utama anemia gizi adalah kekurangan zat besi (Fe) dan asam
folat yang seharusnya tak perlu terjadi bila makanan sehari hari beraneka
ragam dan memenuhi gizi seimbang. Penyebab langsung & tidak langsung
defisiensi Fe (Sumber M. Husaini dkk) :
1. Jumlah Fe dalam makanan tidak cukup
2. Penyerapan zat besi dalam tubuh rendah
3. Kebutuhan zat besi yang meningkat
4. Kehilangan darah

b. Kekurangan vitamin A
Pada ibu menyusui, Vitamin A berperan penting untuk memelihara
kesehatan ibu selama masa menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu
kondisi yang kerap terjadi karena Kurang Vitamin A (KVA).
KVA dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, seperti forfikasi berbagai
produk makanan, peningkatan ketersediaan dan konsumsi makanan yang
mengandung vitamin A. Vitamin A ditemukan pada makanan yang biasa
dikonsumsi, seperti telur, hati, buah-buahan berwarna oranye, seperti mangga
dan papaya masak, serta sayuran berdaun hijau.

c. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)


Yodium merupakan nutrisi penting untuk memastikan perkembangan normal
dari otak dan sistem saraf pada bayi dan anak-anak muda.
 Pada ibu menyusui, kekurangan yodium dapat mengakibatkan pengaruh
negatif pada sistem otak dan saaraf bayi dan menghasilkan IQ lebih
rendah.
 Gangguan akibat kekurangan yodium mengakibatkan terjadinya gondok
atau pembengkakan kelenjer tiroid di leher dan kretinisme,
 Laut merupakan sumber utama yodium, oleh karna itu laut merupakan
sumber yodium yang baik. Ibu menyusui dianjurkan makan makanan
laut, seperti ; ikan, udang dan karang

d. Kurang energi protein (KEP)/Protein energi malnutrition (PEM)


Kurang energi protein (KEP)/Protein energi malnutrition (PEM) adalah
penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup
lama.Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu
menyusui/meneteki (buteki).Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi
kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition). Derajat berat
adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tipe marasmik-kwashiorkor.
Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi
yang khas. Kurang Energi Protein biasanya disebabkan oleh:
 Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah
 Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
 Pengetahuan yang kurang tentang gizi
 Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan
kwashiorkor
 Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan
marasmus
 Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada
penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan
tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI
 Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi

e. Kekurangan vitamin D pada ibu menyusui


Pada ibu menyusui dianjurkan makan makanan hewani yang merupakan
sumber utama vitamin D dalam bentuk kolekalsiferol, yaitu kuning telur, hati,
krim, mentega dan minyak hati-ikan.[ CITATION LIS17 \l 1033 ]

2.4 Masalah Gizi Pada Bayi

Status gizi bayi sejatinya sudah mulai terbentuk sejak ia berada di dalam


kandungan hingga usianya genap dua tahun. Rentang waktu tersebut juga dikenal
dengan nama 1000 hari pertama kehidupan dan periode emas. Selama 1000 hari
pertama atau periode emas tersebut, diharapkan bayi memperoleh asupan zat gizi
harian yang sepadan dengan kebutuhannya. Asupan gizi yang cukup selama di
dalam kandungan sampai usia bayi menginjak dua tahun akan membuatnya lahir
dan tumbuh dengan baik. Sebaliknya, jika asupan gizi bayi tidak terpenuhi secara
optimal, kondisi ini bisa mengakibatkan tumbuh kembangnya mengalami hambatan.
Bahkan, terhambatnya tumbuh kembang si kecil tersebut bisa saja sulit diperbaiki
hingga akhirnya berpengaruh pada masa dewasanya kelak. Tak menutup
kemungkinan, bayi bisa mengalami masalah gizi akibat dari asupan nutrisi harian
yang kurang memadai. Agar lebih paham, berikut beberapa masalah gizi pada bayi
yang mungkin terjadi:

a. Masalah gizi berat badan lahir rendah pada bayi

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah salah satu masalah gizi pada
bayi. Sesuai namanya, kondisi berat badan lahir rendah ini terjadi ketika bayi
yang baru lahir memiliki berat badan di bawah rentang normal. Idealnya, bayi
baru lahir tergolong memiliki berat badan normal jika hasil pengukuran ada di
rentang 2,5 kilogram (kg) atau 2.500 gram (gr) sampai dengan 3,5 kg atau 3.500
gr. Jadi, apabila berat badan bayi baru lahir yang berada di bawah 2.500 gram,
menandakan bahwa ia mengalami masalah gizi berupa BBLR. Namun, Anda
perlu ingat bahwa rentang berat badan normal tersebut berlaku untuk bayi baru
lahir di usia kehamilan 37-42 minggu.

Tindakan penanganannya

Cara perawatan untuk masalah pada bayi dengan berat badan lahir
rendah biasanya disesuaikan kembali dengan gejala, usia, dan kesehatan
tubuhnya secara umum. Dokter nantinya juga akan menilai seberapa parah
kondisi si kecil untuk menentukan tindakan penanganan yang tepat. Mengutip
dari University of Rochester Medical Center, perawatan untuk masalah pada
bayi dengan berat badan lahir rendah, yakni:

 Bayi mendapat perawatan khusus di neonatal intensive care unit (NICU)


 Pemantauan pada suhu ruangan tidur bayi
 Bayi diberikan makanan khusus, entah melalui selang yang mengalir
langsung ke perut atau selang infus yang masuk ke pembuluh darah
Selain itu, badan kesehatan dunia WHO menyarankan pemberian ASI pada bayi
yang mengalami BBLR sejak baru lahir. Bahkan, akan lebih baik lagi jika
pemberian ASI diteruskan selama enam bulan penuh alias ASI eksklusif

b. Masalah gizi kurang pada bayi

Gizi kurang termasuk satu dari beberapa masalah gizi pada bayi yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dan kebutuhan gizi
harian. Dengan kata lain, asupan harian bayi dengan gizi kurang cenderung lebih
sedikit dan tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuhnya.

WHO menjelaskan lebih lanjut bahwa masalah kurang gizi pada bayi dapat
mencakup stunting, wasting, berat badan rendah, hingga kekurangan vitamin dan
mineral. Masalah gizi kurang pada bayi bukan terjadi secara tiba-tiba, melainkan
telah terbentuk akibat kekurangan gizi dalam waktu yang cukup lama. Bayi yang
mengalami gizi kurang bisa saja telah mengalami ketidakcukupan nutrisi sejak
dalam kandungan maupun sejak dilahirkan.

Tindakan penanganannya

Bayi yang mengalami gizi kurang sangat dianjurkan untuk mendapatkan ASI
eksklusif selama enam bulan penuh. Namun, penanganan tersebut hanya berlaku
untuk bayi yang masih berusia di bawah enam bulan. Sementara untuk bayi di
atas enam bulan dengan kondisi gizi kurang bisa diatasi dengan cara
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang lengkap. Lengkap di sini
berarti dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi si kecil. Selain itu, Anda
dianjurkan untuk tidak melewatkan makanan selingan atau camilan di sela-sela
waktu makan utama bayi. Jika perlu, bayi bisa diberikan MPASI yang telah
difortifikasi atau ditambahkan aneka zat gizi guna melengkapi kebutuhan
hariannya.

c. Masalah gizi buruk pada bayi

Masalah gizi lainnya pada bayi yakni gizi buruk. Gizi buruk adalah keadaan saat
berat badan berdasarkan tinggi badan bayi berada jauh dari rentang yang seharusnya.
Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak menjabarkan bahwa
pengukuran bayi dengan kategori gizi buruk yakni kurang dari -3 SD. Sama halnya
seperti gizi kurang yang mencakup beberapa masalah, gizi buruk pun demikian.
Masalah gizi buruk pada bayi dapat dibagi menjadi kwashiorkor, marasmus, dan
marasmus-kwashiorkor.

Marasmus adalah kondisi gizi buruk karena asupan energi tidak


tercukupi. Kwashiorkor adalah masalah gizi buruk yang disebabkan oleh kurangnya
asupan protein pada bayi. Sementara marasmus-kwashiorkor merupakan gabungan dari
keduanya yakni masalah karena asupan protein dan energi kurang dari yang seharusnya.

Tindakan penanganannya

Pengobatan masalah gizi buruk pada bayi nantinya akan disesuaikan kembali
dengan kondisinya, misalnya mengalami marasmus, kwashiorkor, atau marasmus
kwashiorkor. Jika bayi mengalami marasmus, penanganannya bisa dilakukan dengan
memberikan susu formula F 75. Susu formula F 75 diolah dari gula, minyak sayur, serta
protein susu bernama kasein yang dicampur menjadi satu. Selain itu, asupan makanan
harian bayi juga akan diatur agar mengandung zat gizi yang cukup, termasuk kalori dan
serta karbohidrat guna memenuhi kebutuhan energinya.

Seperti bayi dengan marasmus, masalah gizi buruk berupa kwashiorkor pada bayi
juga membutuhkan pemberian susu formula F 75. Namun, pemberian makanan harian
biasanya akan sedikit berbeda karena si kecil sebaiknya mendapat makanan sumber
kalori meliputi gula, karbohidrat, serta lemak. Setelah itu, baru bayi boleh diberikan
sumber makanan dengan kandungan protein yang tinggi guna mencukupi kebutuhannya
yang kurang. Begitu pula dengan penanganan kasus marasmus-kwashiorkor pada bayi
yang bisa dilakukan dengan menggabungkan kedua pengobatan sebelumnya.

d. Masalah gizi lebih pada bayi

Masalah gizi lainnya yang juga bisa dialami bayi yaitu kelebihan gizi. Kelebihan
gizi alias gizi lebih adalah kondisi saat berat badan berdasarkan tinggi badan si kecil
berada di atas rentang normalnya. Bayi dengan gizi lebih bisa memiliki salah satu dari
dua kondisi, yaitu antara berat badan lebih (overweight) dan obesitas (obese). Bayi
dikatakan memiliki berat badan lebih saat pengukurannya berada di rentang 2 SD
sampai 3 SD. Sementara untuk obesitas berbeda dengan gemuk biasa karena berada di
atas pengukuran 3 SD.

Tindakan penanganannya
Cara terbaik untuk menangani masalah gizi lebih pada bayi yakni dengan mengatur
asupan makanan dan minuman hariannya. Sebisa mungkin, Anda perlu menjaga asupan
makanan dan minuman harian si kecil agar berat badannya tidak semakin meningkat.
Ganti selingan seperti roti yang manis dengan buah-buahan. Anda tidak disarankan
untuk mengurangi asupan kalori. Justru sebaiknya Anda tetap mengontrol jumlah kalori
yang sesuai agar tidak berlebih. Jika ternyata dokter menyarankan agar si kecil
mengurangi asupan kalori harian, biasanya buah hati Anda akan mendapatkan anjuran
menu khusus. Hal ini bertujuan agar kebutuhan bayi tetap terpenuhi dengan baik dan
tidak menyebabkan kekurangan zat gizi tertentu yang berisiko menghambat tumbuh
kembangnya. [ CITATION Kar20 \l 1033 ]

2.5 Masalah Gizi Pada Balita

Ada beberapa jenis masalah gizi pada balita di usia 2-5 tahun yang kerap
terjadi di Indonesia, yaitu:
a. Stunting

Stunting adalah kondisi tinggi badan anak jauh lebih pendek dibanding
tinggi badan anak sesuainya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi
kronis sejak baik di dalam kandungan, sampai anak usia dua tahun.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari masalah gizi pada balita yang
satu ini. Berikut di antaranya, mengutip dari WHO:

 Pemberian makan yang tidak tepat

Praktik pemberian makan yang tidak tepat pada bayi bisa menyebabkan
stunting yang termasuk pada masalah gizi balita. Pemberian makan di
sini tidak hanya ketika MPASI (makanan pendamping ASI), tetapi juga
menyusui yang tidak optimal. 

 Penyakit menular dan infeksi


Infeksi dan penyakit menular bisa menyebabkan stunting. Kondisi ini
biasanya disebabkan oleh paparan lingkungan yang terkontaminasi dan
kebersihan yang buruk. Kondisi ini membuat fungsi dan kemampuan
usus berkurang sehingga menyebabkan penyakit jadi lebih mudah
masuk. 

 Kemiskinan

Sebagian besar dari kondisi kemiskinan atau pengasuh yang kurang awas
terhadap gizi balita, bisa menyebabkan masalah pada balita. Salah satu
masalah makan pada balita adalah praktik pemberian makan yang kurang
tepat. Beberapa contohnya seperti makan sambil digendong atau
bermain. Selain itu, makanan yang tidak bervariasi bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan balita.

Cara menangani stunting sebagai masalah gizi pada balita

Sebenarnya, stunting tidak bisa disembuhkan bila anak sudah mencapai usia dua
tahun. Lalu, bagaimana menangani anak balita stunting usia 2-5 tahun?
Mencukupi nutrisi yang sehat sangat penting agar anak tidak mudah
sakit. Berikut kandungan yang harus ada di dalam makanan yaitu, protein, zat
besi, kalsium dan vitamin D.

b. Kurang gizi

Malnutrisi atau kurang gizi merupakan masalah gizi pada balita dengan


kondisi tubuh terlalu kurus atau terlalu gemuk. Sama seperti obesitas, anak balita
yang kekurangan gizi juga memiliki risiko kesehatan yang buruk.

Pasalnya, kebutuhan zat gizi yang kurang terpenuhi di masa


pertumbuhan, bisa membuat anak lebih mudah sakit dan terkena infeksi di awal
kehidupannya. Hal tersebut bisa berpengaruh pada kesehatan anak ketika ia
sudah dewasa. 

Kurang gizi bisa menyebabkan masalah pada si kecil, yaitu:


 Masalah kesehatan jangka pendek dan panjang
 Tubuh kesulitan untuk memulihkan diri ketika terkena penyakit
 Berisiko terkena infeksi
 Sulit fokus ketika menerima pelajaran

Anak balita yang kekurangan gizi biasanya bermasalah dengan asupan vitamin,
mineral, dan kandungan penting lainnya. Beberapa penyebab anak balita
mengalami kurang gizi, yaitu:

 Akses mendapatkan makanan


Ketika orangtua kesulitan untuk mendapatkan makanan kaya gizi dan
nutrisi hal ini bisa menyebabkan anak balita kekurangan gizi. 
 Masalah penyerapan gizi pada balita
Selain akses dalam mendapatkan makanan padat nutrisi, masalah
penyerapan nutrisi pada tubuh juga bisa menyebabkan kurang gizi. Salah
satu contohanya yaitu karena pertumbuhan bakteri yang berlebih di usus.

c. Obesitas

Obesitas merupakan kondisi tidak normal karena tubuh memiliki


kelebihan lemak di dalam jaringan adiposa yang bisa mengganggu
kesehatan.

Balita usia 2-5 tahun bisa dikatakan obesitas bila grafik


pertumbuhannya menunjukkan tanda di bawah ini, mengutip WHO:

 Kelebihan berat badan ketika berat badan balita > 2 SD di atas garis


standar pertumbuhan WHO
 Obesitas adalah kondisi berat badan balita > 3 SD di atas garis standar
pertumbuhan WHO

Adapun beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko obesitas pada balita,
yaitu:

 Mengonsumsi makanan tinggi kalori


 Kurang olahraga
 Faktor keluarga
 Faktor psikologis anak balita

Cara menangani obesitas sebagai masalah gizi pada balita

 Membatasi konsumsi minuman yang mengandung pemanis.


 Ganti snack yang manis dengan buah-buahan.
 Memberi banyak asupan buah dan sayur.
 Batasi makan di luar, terutama restoran cepat saji.
 Sesuaikan porsi makan dengan usia anak.
 Batasi pemakaian TV atau gadget setidaknya hanya dua jam sehari.
 Pastikan anak cukup tidur baik di siang maupun malam hari.

2.6 Masalah Gizi Pada Remaja

Masalah gizi pada remaja menimbulkan dampak negatif pada remaja itu sendiri.
Kekurangan gizi pada remaja dapat menyebabkan penurunan konsentrasi belajar dan
penurunan kesegaran jasmani. Konsumsi junkfood dan minuman cepat saji turut
andil dalam permasalahan gizi pada remaja.[ CITATION Afi20 \l 1033 ]

Adapun masalah gizi pada remaja dan dewasa sebagai berikut :

a. Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada
remaja daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya
terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga menjadi gemuk.
Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan adalah cara
untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk
para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada
umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi,
dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan,
disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat
menghindari ngemil makanan/kue-kue.[ CITATION Umi16 \l 1033 ]

b. Kurang Energi Kronis

Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak
selalu berupa akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada
umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang
menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor
emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan
jenis kurang seksi.[ CITATION Umi16 \l 1033 ]

c. Anemia

Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum
dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk
membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar
ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen.

Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada


laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh,
maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada
daging, hati, ikan, ayam, selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin C
membantu penyerapan zat besi.[ CITATION Umi16 \l 1033 ]

d. Kurus
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak
ditemukan pada remaja wanita. Karena ada motto bahwa “kurus itu
indah” bagi remaja wanita, maka remaja wanita sering melakukan diet
tanpa pengawasan dari dokter atau ahli gizi sehingga zat-zat gizi penting
tidak dapat terpenuhi. Padahal masa remaja merupakan masa “rawan
gizi” karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya.
Remaja yang kurus penampilannya malah cenderung kurang
menarik, mudah letih dan resiko sakit pun tinggi. Selain itu orang yang
kurus akan kurang mampu bekerja keras. Jika penyebab kurus itu hanya
karena kekurangan zat gizi semata atau karena sedang menderita
penyakit tertentu tanpa ada faktor psikologis seperti anoreksia dan
bulimia maka penanganan bisa segera dilakukan dengan terapi gizi atau
dengan pengobatan jika menderita sakit,  dilanjutkan dengan pemulihan
gizi.  Namun jika dilakukan terpadu antara dokter (psikiater) dan ahli
gizi.  Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam anoreksia dan bulimia.
[ CITATION Ano18 \l 1033 ]

e. Anoreksia dan Bulimia

Anoreksia dan bulimia adalah kelainan pola makan yang sering


terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan gangguan
makan yang menyiksa bahkan bisa dikatakan suatu bentuk penyiksaan
terhadap diri sendiri.  Gangguan tersebut di hasilkan oleh ketakutan
bahwa tubuh akan menjadi gemuk setelah makan dan ketakutan mental
itu akan terpancar melalui penyiksaan fisik.[ CITATION Ano18 \l 1033 ]

 Gizi yang harus dipenuhi oleh remaja:


 Energi
 Protein
 Krbohidrat
 Lemak
 Mineral
 Vitamin

2.7 Masalah Gizi Pada Orang Dewasa

Dewasa merupakan suatu keadaan bergerak maju ke arah menuju kesempurnaan.


Secara fisik, tumbuh menjadi kuat dan ukuran yang sempurna. Perkembangan dewasa
ini ditandai dengan kemandirian, dimana orang yang telah menuju ke dewasa tidak
bergantung lagi pada orang lain. Kemudian ditandai dengan kemampuan dalam
membuat keputusan, dan memandng sesuatu dari banyak sudut.[ CITATION Ano18 \l
1033 ]

Berikut adalah masalah gizi pada orang dewasa:

a.      Penyakit Gula (Diabetes Melitus)


Dalam penelitian di jakarta pada tahun 1982 ditemukan Diabetes Mellitus (DM)
lebih banyak terdapat pada orang-orang yang gemuk dibandingkan dengan orang-orang
yang tidak gemuk.Pada penelitian ini ditemukan 6,7% orang-orang gemuk tersebut
menderita diabetes mellitus,sedangkan pada orang-orang tidak gemuk hanya 0,95%
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik,dan
beberapa tambahan tujuan khusus yaitu :
1.      Mempertahan kadar glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan asupan
makanan dengan insulin (endogen maupun eksogen) atau obat hipoglikemik oral dan
tingkat aktivitas.
2.      Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3.      Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai pada orang dewasa, untuk peningkatan  kebutuhan metabolik selama
kehamilan dan laktasi atau penyembuhan dan kebutuhan katabolik.
4.      Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai
dan dipertahankan,  baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang diabetes itu
sendiri ataupun orang petugas kesehatan.Ini mungkin saja tidak sama dengan biasanya
yang didefinisikan sebagai berat badan idaman.
5.      Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia,penyakit-penyakit jangka pendek, masalah
yang berhubungan dengan latihan jasmani dan komplikasi kronik diabetes seperti
penyakit ginjal,neuropati autonomik,hipertensi,dan penyakit jantung.
6.      Meningkatnya secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.[ CITATION Ano18 \l
1033 ]
b. Penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi ) dan Penyakit Jantung
Koroner

Menurut Stare ( 1984 ) orang dengan kelebihan berat badan lebih mudah terkena
penyakit jantung dibandingkan dengan yang berat badan normal. Jenis penyakit jantung
yang sering terjadi yaitu aterosklerosis ( penyempitan pembuluh darah ). Pada orang
gemuk kerja jantung akan lebih besar dan akan dapat menyebabkan pembesaran jantung
dan jadi lemah,keadaan akan normal kembali apabila berat badan turun.

Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah meningkat melebihi batas


normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia .Berbagai faktor
dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar ( 90% ) penyebab
hipertensi tidak diketahui ( hipertensi essential ).

Faktor gizi berhubungan dangan terjadinya hipertensi melalui beberapa


mekanisme.Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena pada
usia lanjut (usila) pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya
berkurang. Pembuluh yang mengalami sklerosis (aterosklerosis) ,  resistensi dinding
pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini akan memicu jantung untuk
meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh bagian tubuh.
[ CITATION Ano18 \l 1033 ]

c. Artritis Gout
Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme
abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal
ini diikuti dengan terbentuknya timbunan Kristal berupa garam urat di persendian (tofi)
yang menyebabkan peradangan sendi pada lutut dan jari.

Tujuan diet artritis gout adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal, serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Diet pada penderita
ini rendah purin, rendah lemak, cukup vitamin dan mineral.Diet ini dapat menurunkan
berat badan, bila ada tanda-tanda berat badan berlebih.[ CITATION Ano18 \l 1033 ]
Syarat-syarat diet artritis gout adalah :
1.      Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih atau kegemukan,
asupan energi sehari dikurangi secara bertahap sebanyak 500-1000 kkal dari
kebutuhanenergi normal hingga tercapai berat badan normal.
2.      Protein cukup, yaitu 1,0-1,2 g/kg BB atau 10-15% dari kebutuhan energi total.
3.      Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin > 150
mg/100g.
4.      Lemak sedang, yaitu 10-20%  dari kebutuhan energi total. Lemak berlebih dapat
menghambat pengeluaran asam urat atau purin melalui urin.
5.      Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak, yaitu 65-75% dari kebutuhan energi
total. Karena kebanyakan pasien artritis gout mempunyai berat badan lebih, maka
dianjurkan untuk menggunakan sumber karbohidrat kompleks.
6.      Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
7.      Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Rata-rata asupan
cairan yang dianjurkan adalah 2-2,5 liter/hari.

d.      Kanker
Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak
dapat dikontrol sehingga cepat menyebar.Sel-sel ini merusak jaringan tubuh sehingga
mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena.Penyebab kanker belum diketahui secara
pasti, tapi sering dikaitkan dengan faktor lingkungan (populasi, bahan kimia, dan virus)
dan makanan yang mengandung bahan karsinogen.
Beberapa faktor penyebab gangguan gizi yang dapat timul pada penyakit kanker
adalah :
1.      Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologis dan lost response 
terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada indra pengecap (lidah).
2.      Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena gangguan pada saluran cerna,
gangguan absorpsi zat gizi, dan kehilangan cairan serta elektrolit karena muntah dan
diare.
3.      Perubahan metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
4.      Peningkatan pengeluaran energi.
Usia dewasa dimulai dari usia 20 tahun hingga 60 tahun. Masa dewasa adalah masa
yang penting dan terpanjang dalam siklus kehidupan manusia, dan juga merupakan usia
yang paling produktif. Salah satu cara untuk menilai postur tubuh yang ideal adalah
dengan pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri yang paling sering
digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang
disebut Indeks Massa Tubuh (IMT).IMT yang normal antara 18-25.Seorang dikatakan
kurus bila IMT-nya < 18 dan gemuk bila IMT-nya > 25.[ CITATION Ano18 \l 1033 ]

 Gizi yang harus dipenuhi oleh orang dewasa


 Karbohidrat
 Lemak
 Vitamin dan mineral
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizimerupakan hal


yang komplek di Indonesia. Sampai saat ini ada lima masalah giziutama di Indonesia,
yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi(AGB), Kurang Vitamin A
(KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium(GAKI) dan Obesitas. Energi dan protein
merupakan zat gizi makro, sedangkanzat besi, vitamin A dan Iodium merupakan zat gizi
mikro. Banyak faktor yangmempengaruhi asupan gizi masyarakat tersebut. Dari hari ke
hari angka darimasalah-masalah di atas terus meningkat, yang secara otomatis
jugameningkatkan angka kematian penduduk. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktordiantaranya kekurangan pangan, penyakit infeksi seperti cacingan,
lingkunganyang kurang bersih serta penyebab tidak langsung lainnya seperti pola asuh
orangtua
DAFTAR PUSTAKA

Aeda Ernawati, S. M. (2017, juni 1). Masalah gizi pada ibu hamil. Retrieved April 27, 2020, from
Masalah gizi pada ibu hamil: https://media.neliti.com/media/publications/271721-
masalah-gizi-pada-ibu-hamil-3820db74.pdf

Anonim. (2018, Maret 14). Masalah Gizi Remaja dan Dewasa. Retrieved April 27, 2020, from
Masalah Gizi Remaja dan Dewasa:
http://muharniwahda.blogspot.com/2018/03/masalah-gizi-pada-remaja-dan-
dewas.html

Faza, U. (2016, januari 02). Masalah Gizi Remaja. Retrieved April 27, 2020, from Masalah Gizi
Remaja: https://www.scribd.com/doc/294419845/Masalah-Gizi-Remaja

Isnain, A. (2020, Januari 07). Masalah Gizi pada Remaja. Retrieved April 27, 2020, from
Masalah Gizi pada Remaja:
https://www.kompasiana.com/afifudinisnain/5e147bf3097f3644236e7a52/masalah-
gizi-pada-remaja

ROSITA, L. (2017, May 08). Masalah Gizi Pada Ibu Menyusui. Retrieved April 27, 2020, from
Masalah Gizi Pada Ibu Menyusui:
https://www.scribd.com/presentation/347716794/Masalah-Gizi-Pada-Ibu-Menyusui

Setiaputri, K. A. (2020, April 01). 4 Masalah Gizi yang Mungkin Terjadi pada Bayi Serta Cara
Penanganannya. Retrieved April 27, 2020, from 4 Masalah Gizi yang Mungkin Terjadi
pada Bayi Serta Cara Penanganannya: https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-
anak/4-masalah-gizi-yang-mungkin-terjadi-pada-bayi-serta-cara-penanganannya/

Anda mungkin juga menyukai