MASALAH GIZI
Dosen Pengampu :
Yusniar, SST
Disusun Oleh
KOTA BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan makalah ini lebih lanjut, akan penulis terima dengan senang hati.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Definisi Masalah Gizi.................................................................................................6
2.2 Masalah Gizi Pada Ibu Hamil.....................................................................................6
2.3 Masalah Gizi Ibu Menyusui.......................................................................................8
2.4 Masalah Gizi Pada Bayi............................................................................................10
2.5 Masalah Gizi Pada Balita.........................................................................................14
2.6 Masalah Gizi Pada Remaja......................................................................................17
2.7 Masalah Gizi Pada Orang Dewasa...........................................................................19
BAB II PENUTUP......................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
4
Disamping masalah tersebut di atas, diduga ada masalah gizi mikro
lainnya seperti, definisi Zink yang sampai sekarang belum terungkapkan, karena
adanya keterbatasan Iptek Gizi. Secara umum masalah gizi di Indonesia,
terutama KEP, lebh tinggi daripada Negara ASEAN lainnya.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan masalah gizi pada ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, balita, remaja dan dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Saat ini, kondisi gizi dunia menunjukan dua kondisi yang ekstrim. Mulai dari
kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah seratdan tinggi
kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai pada kegemukan. Hal yang sama juga
terjadi di Indonesia. Saat sebagian besar bangsa Indonesia masih menderita kekurangan
gizi terutama pada ibu, bayi dan anak secara bersamaan timbul masalah gizi lain yaitu
gizi leih yang berdampak pada obesitas. Hal ini akan mengahambat laju pembangunan,
karena status gizi suatu masyarakat
berperan penting terhadap kualitas sumber daya manusia, dan daya saing bangsa.
Kemiskinan menjadi faktor utama penyebab kekuarangan gizi.
Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi
kecukupan gizi individu-individu untuk tumbuh dan berkembang.
Gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh pada perkembangan otak janin, sejak dari
minggu ke empat pembuahan sampai lahir dan anak berusia 3 tahun (golden age).
2.2 Masalah Gizi Pada Ibu Hamil
Saat ini masih banyak ibu hamil di Isia yang mengalami masalah gizi khususnya
gizi kurang seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia (Kementerian Kesehatan,
2014). Masalah gizi pada ibu hamil yang lain adalah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (Almatsier, 2004).
a. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita
keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Depkes RI, 2002).
KEK merupakan gambaran status gizi ibu di masa lalu yaitu kekurangan gizi
kronis pada masa anak-anak baik disertai sakit yang berulang ataupun tidak.
Kondisi tersebut akan menyebabkan bentuk tubuh yang pendek (stunting) atau
kurus (wasting) pada saat dewasa(Soetjiningsih, 2009).
Akibat lain dari KEK adalah kerusakan struktur susunan syaraf pusat terutama
pada tahap pertama pertumbuhan otak (hiperplasia) yang terjadi selama dalam
kandungan. Masa rawan pertumbuhan sel-sel saraf terjadi pada trimester 3
kehamilan sampai sekitar 2 tahun setelah lahir. Kekurangan gizi pada masa dini
perkembangan otak akan menghentikan sintesis protein dan DNA yang dapat
mengganggu pertumbuhan otak terganggu sehingga sel-sel otak yang berukuran
normal lebih sedikit. Dampaknya akan terlihat pada struktur dan fungsi otak di
masa mendatang yang berpengaruh pada intelektual anak (Soetjiningsih, 2009).
b. Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) <
11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin <
10,5 gr%. Anemia selama kehamilan memerlukan perhatian serius karena
berpotensi membahayakan ibu dan anak (Manuaba, 2009). Anemia selama
kehamilan dapat berakibat fatal, memiliki efek negatif pada kapasitas kerja,
motorik dan perkembangan mental pada bayi, anakanak, dan remaja. Pada ibu
hamil, anemia dapat menyebabkan berat lahir rendah, kelahiran prematur,
keguguran, partus lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok
(Rai, dkk, 2016).
c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI).
Ukuran penting diet pada kehamilan adalah dari asupan kalori, kualitas diet, dan
frekuensi makan.
rata-rata wanita harus mengkonsumsi tambahan 300 kkal per hari di luar
kebutuhan dasarnya
Beberapa nutrisi penting yang diperlukan ibu hamil diantaranya adalah sumber
kalori (karbohidrat dan lemak), protein, asam folat, vitamin B12, zat besi, zat
seng, kalsium, vitamin C, vitamin A, vitamin D, vitamin B6, vitamin E.
Sedangkan nutrisi yang dibutuhkan bagi janin dalam kandungan diantaranya
DHA, gangliosida (GA), asam folat, zat besi dan kolin.[ CITATION Aed17 \l 1033 ]
Jika ibu menyusui kekurangan gizi menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu
dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi
mudah sakit, mudah terkena infeksi. Bila konsumsi zat kapur (Ca) ibunya
berkurang, Ca akan diambil dari cadangan Ca ibunya, sehingga memberikan
osteoporosis dan kerusakan gigi-gigi caries dentis. Masalah gizi yang ditemui pada
ibu menyusui antara lain :
a. Anemia Gizi
Penyebab utama anemia gizi adalah kekurangan zat besi (Fe) dan asam
folat yang seharusnya tak perlu terjadi bila makanan sehari hari beraneka
ragam dan memenuhi gizi seimbang. Penyebab langsung & tidak langsung
defisiensi Fe (Sumber M. Husaini dkk) :
1. Jumlah Fe dalam makanan tidak cukup
2. Penyerapan zat besi dalam tubuh rendah
3. Kebutuhan zat besi yang meningkat
4. Kehilangan darah
b. Kekurangan vitamin A
Pada ibu menyusui, Vitamin A berperan penting untuk memelihara
kesehatan ibu selama masa menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu
kondisi yang kerap terjadi karena Kurang Vitamin A (KVA).
KVA dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, seperti forfikasi berbagai
produk makanan, peningkatan ketersediaan dan konsumsi makanan yang
mengandung vitamin A. Vitamin A ditemukan pada makanan yang biasa
dikonsumsi, seperti telur, hati, buah-buahan berwarna oranye, seperti mangga
dan papaya masak, serta sayuran berdaun hijau.
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah salah satu masalah gizi pada
bayi. Sesuai namanya, kondisi berat badan lahir rendah ini terjadi ketika bayi
yang baru lahir memiliki berat badan di bawah rentang normal. Idealnya, bayi
baru lahir tergolong memiliki berat badan normal jika hasil pengukuran ada di
rentang 2,5 kilogram (kg) atau 2.500 gram (gr) sampai dengan 3,5 kg atau 3.500
gr. Jadi, apabila berat badan bayi baru lahir yang berada di bawah 2.500 gram,
menandakan bahwa ia mengalami masalah gizi berupa BBLR. Namun, Anda
perlu ingat bahwa rentang berat badan normal tersebut berlaku untuk bayi baru
lahir di usia kehamilan 37-42 minggu.
Tindakan penanganannya
Cara perawatan untuk masalah pada bayi dengan berat badan lahir
rendah biasanya disesuaikan kembali dengan gejala, usia, dan kesehatan
tubuhnya secara umum. Dokter nantinya juga akan menilai seberapa parah
kondisi si kecil untuk menentukan tindakan penanganan yang tepat. Mengutip
dari University of Rochester Medical Center, perawatan untuk masalah pada
bayi dengan berat badan lahir rendah, yakni:
Gizi kurang termasuk satu dari beberapa masalah gizi pada bayi yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dan kebutuhan gizi
harian. Dengan kata lain, asupan harian bayi dengan gizi kurang cenderung lebih
sedikit dan tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuhnya.
WHO menjelaskan lebih lanjut bahwa masalah kurang gizi pada bayi dapat
mencakup stunting, wasting, berat badan rendah, hingga kekurangan vitamin dan
mineral. Masalah gizi kurang pada bayi bukan terjadi secara tiba-tiba, melainkan
telah terbentuk akibat kekurangan gizi dalam waktu yang cukup lama. Bayi yang
mengalami gizi kurang bisa saja telah mengalami ketidakcukupan nutrisi sejak
dalam kandungan maupun sejak dilahirkan.
Tindakan penanganannya
Bayi yang mengalami gizi kurang sangat dianjurkan untuk mendapatkan ASI
eksklusif selama enam bulan penuh. Namun, penanganan tersebut hanya berlaku
untuk bayi yang masih berusia di bawah enam bulan. Sementara untuk bayi di
atas enam bulan dengan kondisi gizi kurang bisa diatasi dengan cara
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang lengkap. Lengkap di sini
berarti dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi si kecil. Selain itu, Anda
dianjurkan untuk tidak melewatkan makanan selingan atau camilan di sela-sela
waktu makan utama bayi. Jika perlu, bayi bisa diberikan MPASI yang telah
difortifikasi atau ditambahkan aneka zat gizi guna melengkapi kebutuhan
hariannya.
Masalah gizi lainnya pada bayi yakni gizi buruk. Gizi buruk adalah keadaan saat
berat badan berdasarkan tinggi badan bayi berada jauh dari rentang yang seharusnya.
Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak menjabarkan bahwa
pengukuran bayi dengan kategori gizi buruk yakni kurang dari -3 SD. Sama halnya
seperti gizi kurang yang mencakup beberapa masalah, gizi buruk pun demikian.
Masalah gizi buruk pada bayi dapat dibagi menjadi kwashiorkor, marasmus, dan
marasmus-kwashiorkor.
Tindakan penanganannya
Pengobatan masalah gizi buruk pada bayi nantinya akan disesuaikan kembali
dengan kondisinya, misalnya mengalami marasmus, kwashiorkor, atau marasmus
kwashiorkor. Jika bayi mengalami marasmus, penanganannya bisa dilakukan dengan
memberikan susu formula F 75. Susu formula F 75 diolah dari gula, minyak sayur, serta
protein susu bernama kasein yang dicampur menjadi satu. Selain itu, asupan makanan
harian bayi juga akan diatur agar mengandung zat gizi yang cukup, termasuk kalori dan
serta karbohidrat guna memenuhi kebutuhan energinya.
Seperti bayi dengan marasmus, masalah gizi buruk berupa kwashiorkor pada bayi
juga membutuhkan pemberian susu formula F 75. Namun, pemberian makanan harian
biasanya akan sedikit berbeda karena si kecil sebaiknya mendapat makanan sumber
kalori meliputi gula, karbohidrat, serta lemak. Setelah itu, baru bayi boleh diberikan
sumber makanan dengan kandungan protein yang tinggi guna mencukupi kebutuhannya
yang kurang. Begitu pula dengan penanganan kasus marasmus-kwashiorkor pada bayi
yang bisa dilakukan dengan menggabungkan kedua pengobatan sebelumnya.
Masalah gizi lainnya yang juga bisa dialami bayi yaitu kelebihan gizi. Kelebihan
gizi alias gizi lebih adalah kondisi saat berat badan berdasarkan tinggi badan si kecil
berada di atas rentang normalnya. Bayi dengan gizi lebih bisa memiliki salah satu dari
dua kondisi, yaitu antara berat badan lebih (overweight) dan obesitas (obese). Bayi
dikatakan memiliki berat badan lebih saat pengukurannya berada di rentang 2 SD
sampai 3 SD. Sementara untuk obesitas berbeda dengan gemuk biasa karena berada di
atas pengukuran 3 SD.
Tindakan penanganannya
Cara terbaik untuk menangani masalah gizi lebih pada bayi yakni dengan mengatur
asupan makanan dan minuman hariannya. Sebisa mungkin, Anda perlu menjaga asupan
makanan dan minuman harian si kecil agar berat badannya tidak semakin meningkat.
Ganti selingan seperti roti yang manis dengan buah-buahan. Anda tidak disarankan
untuk mengurangi asupan kalori. Justru sebaiknya Anda tetap mengontrol jumlah kalori
yang sesuai agar tidak berlebih. Jika ternyata dokter menyarankan agar si kecil
mengurangi asupan kalori harian, biasanya buah hati Anda akan mendapatkan anjuran
menu khusus. Hal ini bertujuan agar kebutuhan bayi tetap terpenuhi dengan baik dan
tidak menyebabkan kekurangan zat gizi tertentu yang berisiko menghambat tumbuh
kembangnya. [ CITATION Kar20 \l 1033 ]
Ada beberapa jenis masalah gizi pada balita di usia 2-5 tahun yang kerap
terjadi di Indonesia, yaitu:
a. Stunting
Stunting adalah kondisi tinggi badan anak jauh lebih pendek dibanding
tinggi badan anak sesuainya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi
kronis sejak baik di dalam kandungan, sampai anak usia dua tahun.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari masalah gizi pada balita yang
satu ini. Berikut di antaranya, mengutip dari WHO:
Praktik pemberian makan yang tidak tepat pada bayi bisa menyebabkan
stunting yang termasuk pada masalah gizi balita. Pemberian makan di
sini tidak hanya ketika MPASI (makanan pendamping ASI), tetapi juga
menyusui yang tidak optimal.
Kemiskinan
Sebagian besar dari kondisi kemiskinan atau pengasuh yang kurang awas
terhadap gizi balita, bisa menyebabkan masalah pada balita. Salah satu
masalah makan pada balita adalah praktik pemberian makan yang kurang
tepat. Beberapa contohnya seperti makan sambil digendong atau
bermain. Selain itu, makanan yang tidak bervariasi bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan balita.
Sebenarnya, stunting tidak bisa disembuhkan bila anak sudah mencapai usia dua
tahun. Lalu, bagaimana menangani anak balita stunting usia 2-5 tahun?
Mencukupi nutrisi yang sehat sangat penting agar anak tidak mudah
sakit. Berikut kandungan yang harus ada di dalam makanan yaitu, protein, zat
besi, kalsium dan vitamin D.
b. Kurang gizi
Anak balita yang kekurangan gizi biasanya bermasalah dengan asupan vitamin,
mineral, dan kandungan penting lainnya. Beberapa penyebab anak balita
mengalami kurang gizi, yaitu:
c. Obesitas
Adapun beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko obesitas pada balita,
yaitu:
Masalah gizi pada remaja menimbulkan dampak negatif pada remaja itu sendiri.
Kekurangan gizi pada remaja dapat menyebabkan penurunan konsentrasi belajar dan
penurunan kesegaran jasmani. Konsumsi junkfood dan minuman cepat saji turut
andil dalam permasalahan gizi pada remaja.[ CITATION Afi20 \l 1033 ]
a. Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada
remaja daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya
terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga menjadi gemuk.
Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan adalah cara
untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk
para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada
umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi,
dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan,
disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat
menghindari ngemil makanan/kue-kue.[ CITATION Umi16 \l 1033 ]
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak
selalu berupa akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada
umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang
menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor
emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan
jenis kurang seksi.[ CITATION Umi16 \l 1033 ]
c. Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum
dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk
membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar
ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen.
d. Kurus
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak
ditemukan pada remaja wanita. Karena ada motto bahwa “kurus itu
indah” bagi remaja wanita, maka remaja wanita sering melakukan diet
tanpa pengawasan dari dokter atau ahli gizi sehingga zat-zat gizi penting
tidak dapat terpenuhi. Padahal masa remaja merupakan masa “rawan
gizi” karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya.
Remaja yang kurus penampilannya malah cenderung kurang
menarik, mudah letih dan resiko sakit pun tinggi. Selain itu orang yang
kurus akan kurang mampu bekerja keras. Jika penyebab kurus itu hanya
karena kekurangan zat gizi semata atau karena sedang menderita
penyakit tertentu tanpa ada faktor psikologis seperti anoreksia dan
bulimia maka penanganan bisa segera dilakukan dengan terapi gizi atau
dengan pengobatan jika menderita sakit, dilanjutkan dengan pemulihan
gizi. Namun jika dilakukan terpadu antara dokter (psikiater) dan ahli
gizi. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam anoreksia dan bulimia.
[ CITATION Ano18 \l 1033 ]
Menurut Stare ( 1984 ) orang dengan kelebihan berat badan lebih mudah terkena
penyakit jantung dibandingkan dengan yang berat badan normal. Jenis penyakit jantung
yang sering terjadi yaitu aterosklerosis ( penyempitan pembuluh darah ). Pada orang
gemuk kerja jantung akan lebih besar dan akan dapat menyebabkan pembesaran jantung
dan jadi lemah,keadaan akan normal kembali apabila berat badan turun.
c. Artritis Gout
Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme
abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal
ini diikuti dengan terbentuknya timbunan Kristal berupa garam urat di persendian (tofi)
yang menyebabkan peradangan sendi pada lutut dan jari.
Tujuan diet artritis gout adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal, serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Diet pada penderita
ini rendah purin, rendah lemak, cukup vitamin dan mineral.Diet ini dapat menurunkan
berat badan, bila ada tanda-tanda berat badan berlebih.[ CITATION Ano18 \l 1033 ]
Syarat-syarat diet artritis gout adalah :
1. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih atau kegemukan,
asupan energi sehari dikurangi secara bertahap sebanyak 500-1000 kkal dari
kebutuhanenergi normal hingga tercapai berat badan normal.
2. Protein cukup, yaitu 1,0-1,2 g/kg BB atau 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin > 150
mg/100g.
4. Lemak sedang, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total. Lemak berlebih dapat
menghambat pengeluaran asam urat atau purin melalui urin.
5. Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak, yaitu 65-75% dari kebutuhan energi
total. Karena kebanyakan pasien artritis gout mempunyai berat badan lebih, maka
dianjurkan untuk menggunakan sumber karbohidrat kompleks.
6. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
7. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Rata-rata asupan
cairan yang dianjurkan adalah 2-2,5 liter/hari.
d. Kanker
Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak
dapat dikontrol sehingga cepat menyebar.Sel-sel ini merusak jaringan tubuh sehingga
mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena.Penyebab kanker belum diketahui secara
pasti, tapi sering dikaitkan dengan faktor lingkungan (populasi, bahan kimia, dan virus)
dan makanan yang mengandung bahan karsinogen.
Beberapa faktor penyebab gangguan gizi yang dapat timul pada penyakit kanker
adalah :
1. Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologis dan lost response
terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada indra pengecap (lidah).
2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena gangguan pada saluran cerna,
gangguan absorpsi zat gizi, dan kehilangan cairan serta elektrolit karena muntah dan
diare.
3. Perubahan metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
4. Peningkatan pengeluaran energi.
Usia dewasa dimulai dari usia 20 tahun hingga 60 tahun. Masa dewasa adalah masa
yang penting dan terpanjang dalam siklus kehidupan manusia, dan juga merupakan usia
yang paling produktif. Salah satu cara untuk menilai postur tubuh yang ideal adalah
dengan pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri yang paling sering
digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang
disebut Indeks Massa Tubuh (IMT).IMT yang normal antara 18-25.Seorang dikatakan
kurus bila IMT-nya < 18 dan gemuk bila IMT-nya > 25.[ CITATION Ano18 \l 1033 ]
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aeda Ernawati, S. M. (2017, juni 1). Masalah gizi pada ibu hamil. Retrieved April 27, 2020, from
Masalah gizi pada ibu hamil: https://media.neliti.com/media/publications/271721-
masalah-gizi-pada-ibu-hamil-3820db74.pdf
Anonim. (2018, Maret 14). Masalah Gizi Remaja dan Dewasa. Retrieved April 27, 2020, from
Masalah Gizi Remaja dan Dewasa:
http://muharniwahda.blogspot.com/2018/03/masalah-gizi-pada-remaja-dan-
dewas.html
Faza, U. (2016, januari 02). Masalah Gizi Remaja. Retrieved April 27, 2020, from Masalah Gizi
Remaja: https://www.scribd.com/doc/294419845/Masalah-Gizi-Remaja
Isnain, A. (2020, Januari 07). Masalah Gizi pada Remaja. Retrieved April 27, 2020, from
Masalah Gizi pada Remaja:
https://www.kompasiana.com/afifudinisnain/5e147bf3097f3644236e7a52/masalah-
gizi-pada-remaja
ROSITA, L. (2017, May 08). Masalah Gizi Pada Ibu Menyusui. Retrieved April 27, 2020, from
Masalah Gizi Pada Ibu Menyusui:
https://www.scribd.com/presentation/347716794/Masalah-Gizi-Pada-Ibu-Menyusui
Setiaputri, K. A. (2020, April 01). 4 Masalah Gizi yang Mungkin Terjadi pada Bayi Serta Cara
Penanganannya. Retrieved April 27, 2020, from 4 Masalah Gizi yang Mungkin Terjadi
pada Bayi Serta Cara Penanganannya: https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-
anak/4-masalah-gizi-yang-mungkin-terjadi-pada-bayi-serta-cara-penanganannya/