Anda di halaman 1dari 28

Diabetes

Mellitus
Anisya Fajar Rahmawati, S.Kep., M.K.M
Kelompok 5

Mamay Nuryadinengsih (152010034)


Rizky Inayah Nur Sakinah (152010060)
Siti Nur Halimah (152010068)
Siti Nurdianah Septian (152010069)
Suminar (152010072)
Suntiawati (152010073)

S1 KEPERAWATAN TINGKAT 3 / SEMESTER 5


STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR
Definisi
Diabetes
Mellitus
• Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah
tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang
dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur
produksi dan penyimpanannya (Brunner & Suddart, 2015).
• Diabetes mellitus, lebih mudah disebut diabetes, adalah kondisi
kronis yang terjadi ketika ada meningkatkan kadar glukosa dalam
darah karena tubuh tidak bisa menghasilkan atau cukup hormon
insulin atau menggunakan insulin secara efektif (International
Diabetes Federation, 2017).
• Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh jumlah hormon insulin yang tidak mencukupi atau tidak dapat
bekerja secara normal, padahal hormon ini memiliki peran utama
dalam mengatur kadar glukosa dalam darah.
Klasifikasi
Diabetes
Mellitus
Insulin Dependent Diabetes Mellitus Non Insulin Dependent Diabetes
(IDDM) Mellitus (NIDDM)

NIDDM atau diabetes tipe 2 biasanya


IDDM yaitu defisiensi insulin karena
terjadi pada usia dewasa (WHO,
kerusakan sel-sel langerhans yang
2014), Seringkali diabetes tipe 2
berhubungan dengan tipe HLA
didiagnosis beberapa tahun setelah
(Human Leucocyte Antigen) spesifik,
onset, yaitu setelah komplikasi
presdiposisi pada fenomena
muncul sehingga tinggi insidensinya
autoimun (cenderung ketosis dan
sekitar 90% dari penderita DM
terjadi pada usia muda). Kelainan ini
diseluruh dunia dan sebagian besar
terjadi karena kerusakan sistem
merupakan akibat dari memburuknya
imunitas (kekebalan tubuh) yang
faktor resiko seperti kelebihan berat
kemudian merusak sel-sel langerhans
badan dan kurangnya aktivitas fisik
di pankreas.
(WHO, 2014).
Kriteria
Diagnosis
Diabetes
Mellitus
PERKENI (2015) membagi alur diagnosis Diabetes Mellitus menjadi dua
bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas Diabetes Mellitus.
Gejala khas Diabetes Mellitus terdiri dari poliuria, polidipsi, polifagi dan
berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas
DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh,gatal, mata
kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).

Apabila ditemukan gejala khas DM. pemeriksaan gula darah abnormal satu
kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, namun apabila tidak
ditemukan gejala khas DM. maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa
darah abnormal.
Lanjutan ...

Diagnosis DM juga dapat ditegakkan melalui cara pada tabel berikut:


No. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus
Gejala klasik Diabetes Mellitus + glukosa plasma sewaktu >200mg/dL (11.1
1. mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
Gejala klasik Diabetes Mellitus + glukosa plasma puasa <126 mg/dL (7,0
2. mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kaloritambahan sedikitnya
8 jam.
Glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11.1 mmol/L). TIGO
3. dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Manifestasi klinis
Diabetes
Mellitus
Polidipsia Polifagia
Poliuri (Peningkatan (Peningkatan rasa (Peningkatan rasa
pengeluaran urine) haus) lapar)

1 2 3 4 5
Rasa lelah dan
Berat badan turun
kelemahan otot
Komplikasi
Diabetes
Mellitus
Komplikasi Metabolik Akut Komplikasi Metabolik Kronik

Hipoglikemia (kadar gula darah Komplikasi pembuluh darah kecil


yang abnormal rendah) (mikrovaskuler)

Ketoasidosis diabetik (KAD) Komplikasi pembuluh darah besar


(kelebihan kadar glukosa dalam (makrovaskuler)
darah)

Sindrom Hiperglikemik
Hiperosmolar Non Ketonik
(HHNK) (ditandai dengan
hiperglikemia berat)
Penatalaksanaan
Diabetes
Mellitus
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan keadaan
gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi. Secara garis
besar pengobatannya dilakukan dengan:

• Pengelolaan Makanan Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah
lemak, rendah lemak jenuh, dan tinggi serat. Jumlah asupan kalori ditujukan
untuk mencapai berat badan ideal.
• Latihan Fisik Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali
seminggu kurang lebih selama 30 menit). Latihan jasmani merupakan salah
satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,
sehingga memperbaiki kendali glukosa darah.
• Monitor Kadar Gula Darah Pemantauan DM merupakan pengendalian kadar
gula darah mencapai kondisi senormal mungkin.
• Terapi Pemberian obat anti hiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai
dengan respons kadar glukosa darah (PERKENI. 2015).
Penatalaksanaan
Perawatan Paliatif
Pada pasien Dengan
Diabetes Mellitus
Berdasarkan Teori Peaceful End Of Life
1. Memonitor dan memberikan tindakan dalam mengatasi rasa nyeri baik
farmakologis dan non farmakologis.
2. Mencegah dan memonitor ketidaknyaman fisik, memfasilitasi pasienistirahat,
relaksasi dan kepuasaan serta mencegah komplikasi.
3. Melibatkan pasien dan orang lain yang terdekat mengambil keputusan terkait
dengan pasien, meningkatkan martabat pasien, memberikan perhatian dan
rasa empati, dan memberikan perhatian kebutuhan dasar pasien dengan
memperhatikan berbagai keinginan pasien dan respekdan menghargai
martabat pasien.
4. Memberikan dukungan emosi, memonitor dan memberikan pengobatan anti
kecemasan apabila pasien memerlukan, menjaga kepercayaan pasien,
memberikan dukungan pada pasien dan mengajarkan orang lain untuk
memberikan dukungan pada pasien, agar pasien merasa damai.
5. Memberikan fasilitas orang lain untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien,
sehingga pasien merasakan kedekatan dengan orang lain.
Perawatan Paliatif
Pada
Pasien Diabetes
Mellitus
World Health Organization (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan
paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini:

• Meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus dan menganggap


kematian sebagai proses yang normal dalam artian penyakit dm ini
bukan merupakan proses kematian namun kematian merupakan hal
yang normal bagi semua orang yang memiliki penyakit Diabetes Melitus
ataupun tidak.
• Tidak mempercepat atau menunda kematian dalam artian penyakit
Diabetes Melitus ini tidak bisa dikaitkan dengan kematian.
• Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu agar pasien
dengan Diabetes merasa tenang.
• Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual agar pasien Diabetes
Melitus merasa tenang dalam proses penyembuhan.
Lanjutan ...

• Berusaha agar penderita Diabetes Melitus tetap aktif sampai akhir


hayatnya dengan cara memberi support dari keluarga dan perawat.
• Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga pasien
dengan Diabetes Melitus agar keluarga selalu tenang dan tabah.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Untuk
Perawatan Paliatif

Rumah Sakit Hospice

Palliative Home Care Hospice Care


Patofisiologi
Diabetes
Mellitus
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa
yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah
yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar
160-180 mg/100 ml).
Dampak
Diabetes
Mellitus
• Aspek Biologis
Menurut Center for Diseas Control and Prevention (CDC), penyakit DM pada
umumnya bisa dicegah dengan menghindarkan diri dan kebiasaan kebiasaan
buruk dalam keseharian.

• Aspek Psikologis
Adaptasi psikologis salah satunya bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan
aman. Masalah psikologi yang banyak terjadi pada manusia adalah rasa cemas
atau kecemasan. Menurut Kubler Ross, ada 5 fase kesedihan: Denial (penolakan
atau menarik diri), Anger (marah), Bergaining (tawar menawar), Depression
(depresi), dan Acceptance (penerimaan).
Lanjutan ...

• Aspek Sosial
Aspek sosial pada penderita diabetes melitus sangat penting diperhatikan
karena pada kenyataannya diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang
mempunyai muatan psikologis, sosial dan perilaku yang besar. Salah satu aspek
sosial tersebut adalah dukungan sosial.

• Aspek Spiritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan (Yani, 2000).
Kesimpulan

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang


disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk
memproduksi hormon insulin atau karena
penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin.

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit gangguan


kesehatan dimana kadar gula dalam darah seseorang
menjadi tinggi. Karena gula dalam darah tidak dapat
digunakan oleh tubuh.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai