TINJAUAN PUSTAKA
bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada
tubuh yang sehat, pancreas melepas hormone insulin yang bertuga mengangkut
gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi (Sustrani,
Penderita diabtes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup,
atau tubuh tak mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah
kelebihan gula di dlaam darah. Kelebihan gula di dalam darah (hiperglikemia) ini
menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah itu akan
melimpa ke sistem urin untuk dibuang melalui urine. Air kencing penderita
diabetes yang mengandung gula dalam kadar tinggi tersebut menarik bagi semut,
karen aitulah gejala ini disebut juga gejala kencing manis (Sustrani, dkk.
2006:13).
kadar gula dalam darah, yang disertai dengan adanya kelainan metabolic.
Normalnya, gula darah dikontrol oleh insulin, suatu hormone yang menyerap gula
7
8
di dalam darah. Akan tetapi, pada diabetes terjadi defisiensi insulin yang
disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin dan hambatan kerja insulin pada
Diabetes Tipe 1 adalah bila tubuh operlu pasokan insulin dari luar, karena
pancreas berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi
sejak kecil ataupun setelah dewasa. Diabetes tipe 1 ini biasanya ditemukan pada
penderita yang mulai mengalami diabtes sejak anak-anak atau remaja (Sustrani,
2016: 16-17)
Diabetes Tipe 2 terjadi jika insulin hasil produksi pancreas tidak cukup
atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadilan
gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes tipe 2 ini merupakan tipe
diabtes yang paling umum dijumpai, juga sering disebut diaetes yang dimulai
Diabetes ini merupakan diabetes yang terjad akibat dari penyakit lain yang
(Tandra, 2013:7).
kencing ini terutama menonjol pada waktu malam hari, yaitu saat kadar
gula dalam tubuh meskipun kadar gula dlam darah tinggi. Sehingga
1. Banyak kencing
2. Rasa haus
5. Mata kabur
7. Kesemutan
a. Akut
1) Ketoasidosis diabetika
3) Hiperglikemia
11
b. Kronis
1) Komplikasi mikrovaskuler
2) Komplikasi makrovaskuler
Dasar terapi pada diet diabetes mellitus adalah memberi makan kalori
2001:24).
b. Latihan fisik/olahraga
yang memakai oksigen secara teratur sehingga tidak membebani jantung dan
paru.
fisik ringan teratur setiap harinya selama kurang lebih 20 menit. Latihan
dilakukan 1,5 jam sesudah makan. Bagi para penderta diabetes mellitus
(Lanywati, 2001:26)
c. Penyuluhan kesehatan
pengetauan mengenai prlunya diet secara ketat, latihan fisik, minum obat,
12
dengan diit dan berolahraga saja sudah cukup untuk mengendalikan gula
dipeptidil peptidase-4(DPP-4).
Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik yang
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dar ulkus sampai
gangrene yang terjadi padaorang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia
21).
biru keabuan, tampak kebiruan dan lebih lanjut warna hitam, keras dan
seperti mumi. Pada jaringan yang sudah keras biasanya tidak ada sensasi
nyeri, walaupun rasa nyeri kemungkinan ada antara jaringan yang sudah
mengalami iskemik. Gangrene bisa pada lesi kulit yang kecil atau meluas
Menurut Grace & Borley (2006: 150), berikut ni gambaran klinis kaki
diabetik:
1) Gambaran neuropatik
Gangguan sensorik
Ulkus plantar
14
Artropati degenerative
Sepsis (bakteri/jamur)
2) Gambaran iskemia
Sepsis (bakteri/jamur)
Salah satu masalah yang sering timbul pada penderita diabetes mellitus
adalah masalah kaki diabetik atau disebut juga dengan ulkus diabetik. Perawatan
yang tepat dan teratur dibutuhkan untuk mencegah perluasan atau keparahan luka.
amputasi. Amputasi dilakukan jika luka sudah mengitam dan mengeras akibat
karena jika dibiarkan justru dapat membahayakan penderita, misalnya luka akan
meluas ke organ tubuh lainnya dan akan menjadi temoat bersarangnya bakteri
15
yang akan memperoleh luka. Amputasi kaki diabetik dilakukan pada luka kaki
derajad V, dimana terjadi gangrene pada seluruh kaki atau sebagian tungkai
bawah, kakiyang tidak dapat diselamatkan, dan nekrosis luas harus diamputasi
(Maryunani, 2013)..
pemotongan sebagian atau seluruh badan karena trauma, penyakit, atau indikasi
b. Nyeri atau infeksi yang tak dapat ditoleransi lagi dalam pasien yang
konservatif
direparasi
c. Amputasi Syme : Prosedur ini biasanya digunakan jika kaki telah hancur
a. Amputasi transmateral biasanya tidak berhasil bila denyut nadi kaki tidak
teraba
17
b. Amputasi BL paling baik dilakukan pada sambungan dari betis atas dan
dengan prosthesis dan pasien dapat berjalan lebih baik daripada dengan
c. Pasien yang tidak dapat berjalan baik ditangani dengan amputasi AL dari
pada BL
sudah hilang
f. Jika ibu jari kaki harus dikorbankan proksimal dari kaput metarsal,
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan
2009:3). Menurut Boch, William dan Rawlin (dalam Dalami.2009:3), konsep diri
adalah cara memandang dirinya secara utuh, fisik, emosional, intelektual, sosial,
dan spiritual.
18
pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi
dengan dunia di luar dirinya. Konsep diri berkembang dari bayi hingga usia tua.
(Suliswati. 20005:89).
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu.
Individu dengan konsep diri positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang
Adaptif Maladaptif
Gambaran diri atau citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan
pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak
secara terus menerus (anting, make-up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) baik
masa lalu maupun sekarang (Dalami, dkk. 2009:7). Citra tubuh adalah sikap
individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi
masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan
(Riyadi&Purwanto, 2009:73).
kemampuannya
rendah diri
Ideal diri harus cukup tinggi untuk mendukung respek terhdap diri dan
tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samr atau kabur, ideal diri akan
konflik atau kondis yang membuat bingung, ideal diri penting untuk
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadp hasil yang dicapai dengan
tujuan akan menghasilkan harga diri rendah atau tinggi. Jika individu sukses,
maka cenderung harga diri tinggi tetapi apabila individu sering gagal maka
cenderung memiliki harga diri rendah (Riyadi & Purwanto, 2009:75). Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu dicintai, dihormati, dan dihargai
dkk. 2009: 11), ada 4 hal yang dapat meningkatkan harga diri anak yaitu:
2. Menanamkan idealism
21
. Menurut Stuart (dalam Riyadi & Purwanto, 2009:76), peran (role) adala
Menurut Stuart & Sundeen (dalam Riyadi & Purwaanto, 2009:76), faktor
yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan
yaitu:
peran
Menurut Dalami, dkk (2009:17), pada klien yang sedang dirawat di rumah
sakit, otomatis peran sosial klien akan berubah menjadi sakit. Peran klien yang
berubah adalah:
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh
individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa
dirinya berbeda dengan orang lain (Suliswati, dkk. 2005:94). Menurut Dalami,
22
dkk (2009:14), dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri,
respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri, dan menerima diri.
Enam ciri identitas ego menurut Stuart & Sundeen (dalam Riyadi &
1. Mengenal diri sendiri sebagai organisme utuh dan terpisah dari orang
lain
1. Penolakan
2. Kurang penghargaan
dituntut
fungsi tubuh
peran yaitu:
diri yaitu:
Faktor presipitasi pada gangguan konsep diri antara lain yaitu trauma,
seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau
24
hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya. Ketegangan peran
ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran, dan terlalu banyak
Menurut Stuart & Sundeen (Dalam Riyadi & Purwanto. 2009: 83),
4. Manifstasi fisik
5. Menunda kepuusan
7. Merusak diri
berikut ini
4. Perasaan hampa
6. Kehancuran gender
9. Masalah estimasi
persepsi yang menyakitkan meliputi koping jangka pendek atau jangka panjang
dan pertahanan ego. Koping jangka pendek meliputi aktifitas pelarian sementara
dari krisis, aktifitas sebagai pengganti identitas, aktifitas member kekuatan atau
dukungan sementara terhadap konsep diri yang kabur, aktifitas yang memberi arti
dari kehidupan (Riyadi & Purwanto, 2009:81). Koping jangka panjang meliputi
pertahanan ego yang sering dipakai adalah fantasi, disosiasi, isolasi, projeksi, dan
pemecahan masalah yang terlihat dari peningkatan kemampuan yang terdiri dari 5
tingkat yaitu
cara
- Dengarkan klien
sendiri
dengan cara:
tingkat kecemasannya
no-verbal
dan pengakuan
penampilan diri
27
dengan cara
empati
- Observasi dan catat pikiran yang logs dan tidak logis sera
repons emosionalnya
lain
memecahkan masalahnya
penilaian klien
maladaptive klien
Konfrontasi
Klarifikasi
berlangsung
keyakinannya
berubah
perilakunya
Ideal dirinya
tujuan perawat)
31
diharapkan
perlu
action)
adaptif
kemampuannya.
terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan atau menugaskan orang lain
(2009) (dalam ) standar praktik keperawatan tersebut juga mengacu pada proses
keeprawatan jiwa terdii dari lima tahap standar yaitu pengkajian, diagnosis,
1. Pengkajian
penunjang
b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim
Status biologs-psikologis-sosial-spiritual
2. Diagnosis
2015).
1) Diagnosis Aktual
Sign dan symptom adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan
3. Perencanaan
klien.
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
rekapitlasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu
2.6.1 Pengkajian
a. Faktor predisposisi
dan penampilan tubuh akibat penyakit, proses penyakit dan dampaknya terhadap
struktur dan fungsi tubuh, proses pengobtan seperti radiasi dan kemoterapi
lain, dan ideal diri yang tidak realistis (Riyadi & Purwanto, 2009:79).
Peran: Sterotopik peran seks, tuntutan peranan kerja, harapan peran kultural
(Dalami,dkk. 2009:19).
orang tua serta perubahan struktur sosial (Riyadi & Purwanto, 2009:80).
37
b. Stressor Presipitasi
1) Trauma
2) Ketegangan peran
c. Perilaku
d. Mekanisme Koping
negative.
dkk.2009:23).
39
Citra tubuh
Penampilan peran
pada klien yang mengalami gangguan konsep diri yaitu harga diri rendah.
Tujuan Khusus:
Tindakan keperawatan:
a) Salam terapeutik
Tindakan keperawatan:
41
klien.
positif klien
Tindakan keperawatan:
pelaksanaannya.
Tindakan keperawatan:
42
lakukan
direncanakan
direncanakan
dkk. 2009:25-28).