Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Keparahan Neuropati Perifer Pada


Pasien Diabetes Melitus : Literature Review

Factors Associated of Severity of Peripheral Neuropathy Among Diabetes Mellitus


Patients: Literature Review

Anggun Melati Putri1, Yesi Hasneli1 , Safri1


1
Fakultas Keperawatan Universitas Riau

Abstrak

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang menyebabkan berbagai komplikasi makrovaskuler maupun
mikrovaskuler, salah satunya neuropati perifer. Pengelolaan dan pengendalian faktor-faktor yang mempengaruhi
keparahan neuropati perifer dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti ulkus dan gangren. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi derajat keparahan neuropati perifer pada pasien diabetes melitus.
Penelitian ini menggunakan desain literature review. Penelusuran artikel penelitian menggunakan PubMed dan google
scholar dengan kata kunci derajat keparahan neuropati perifer dan diabetes melitus dalam periode tahun 2016-2020.
Hasil penelusuran didapatkan 10 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis matriks terhadap 10 artikel dilakukan
berdasarkan tujuan penelitian, metode, sampel, hasil penelitian, kesamaan dan perbedaan. Literature review
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keparahan neuropati perifer pada pasien diabetes melitus
adalah usia, durasi menderita diabetes, HbA1c, defisiensi vitamin D, body mass index, kadar lipid, dan adanya plak pada
arteri karotis. Usia merupakan faktor yang paling banyak ditemukan pada artikel penelitian. Faktor yang dapat
dimodifikasi dalam pengelolaan neuropati perifer adalah kontrol glikemik, defisiensi vitamin D, body mass index,
dislipidemia dan penanganan aterosklerosis.

Kata kunci: derajat keparahan, neuropati perifer, diabetes melitus

Abstract
Diabetes mellitus is chronic disease that caused by various macrovaskular and microvascular complication such as
peripheral neuropathy. Management and control of factors associated with severity of peripheral neuropathy can
prevent further complication such us foot ulcer and gangrene. This study aimed to identify factors associated with
severity of peripheral neuropathy among diabetes mellitus patients. The design of this research is literature review.
Research article search was conducted through the electronic database PubMed and google scholar with keyword
severity of peripheral neuropathy and diabetes melitus by period of 2016-2020. Searching result found 10 articles
matched to inclusion and exclusion criteria. Matrix analysis toward 10 articles was done based on research purpose,
method, sample, result, semblance and difference. Literature review showed that factors associated with severity of
peripheral neuropathy among diabetes mellitus patients are age, duration of diabetes mellitus, HbA1c, vitamin D
deficiency, body mass index, blood lipid level, and present of plaque in carotid artery. Age is the most noticed factor in
research articles. Modified factors of development of peripheral neuropathy are glycemic control, replenishing vitamin
D deficiency, lowering body mass index, dyslipidemia and atherosclerosis treatment

Keywords: diabetes melitus, peripheral neuropathy, severity

Korespondensi:

* Anggun Melati Putri, Fakultas Keperawatan, Universitas Riau, Pekanbaru.


Email : anggunputri0903@gmail.com
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

Latar Belakang kebiasaan merokok, dan riwayat DM keluarga.


Pola makan dengan asupan energi dan
Diabetes Melitus (DM) adalah karbohidrat tidak sesuai kebutuhan
penyakit kronis yang ditandai dengan cenderung mempunyai kadar gula darah yang
peningkatan konsentrasi glukosa darah yang tidak terkontrol (Nugroho, Kurniasari &
terjadi akibat pankreas tidak dapat Noviani, 2019) sehingga akan memicu
memproduksi insulin atau insulin yang terjadinya obesitas yang akan meningkatkan
dihasilkan tidak dapat digunakan secara faktor risiko DM (Sukmaningsih, Kasjono, &
efektif oleh tubuh (World Health Organization Werdani, 2016).
[WHO], 2019). DM merupakan kelainan Faktor risiko lain terjadinya penyakit
metabolisme yang umum terjadi dengan degeneratif seperti DM adalah kurangnya
prevalensi yang semakin meningkat sejak aktivitas fisik. Aktivitas fisik dan olahraga
beberapa dekade terakhir (Herrington, 2017). secara teratur dapat membantu dalam
Berdasarkan estimasi data Internatinal meningkatkan penggunaan insulin oleh tubuh
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019, dan menghindari obesitas (Ardiani dkk, 2018).
jumlah kasus DM mencapai sekitar 463 juta Oleh sebab itu, penting bagi penderita DM
jiwa di dunia dan diprediksikan akan terus untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup
meningkat hingga 700 juta jiwa pada tahun agar kadar gula darah dapat terkontrol
2045. Indonesia berada di urutan ke tujuh sehingga dapat mencegah komplikasi dari DM
berdasarkan prevalensi penderita DM (Sukmaningsih dkk, 2016).
tertinggi di dunia yaitu dengan jumlah kasus Komplikasi dari DM terjadi akibat
sekitar 10,7 juta jiwa pada tahun 2019. konsentrasi glukosa darah yang tidak
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun terkontrol dengan baik, dapat dibedakan
2018, prevalensi DM meningkat dari 1,5 % menjadi komplikasi makrovaskuler dan
pada tahun 2013 menjadi 2,0 % pada tahun mikrovaskuler. Neuropati merupakan
2018 pada penduduk dengan umur 15 tahun komplikasi kronik DM yang paling umum
ke atas. Provinsi Riau menduduki urutan ke ditemui (Pop-Busui et al, 2017).
sepuluh untuk provinsi dengan prevalensi DM Neuropati perifer merupakan penyakit
tertinggi yaitu sebanyak 26 ribu jiwa mikrovaskular yang mengenai pembuluh
(Kemenkes RI, 2018). darah arteri kecil yang menyuplai darah ke
Peningkatan prevalensi DM perifer (Bilous & Donelly, 2014). Prevalensi
dipengaruhi oleh pola makan, aktivitas fisik, neuropati perifer bervariasi tergantung

39
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

kepada kriteria diagnostik, batasan definisi menimbulkan tekanan pada kaki terutama
yang digunakan, karakteristik populasi dan saat memakai sepatu yang tidak pas dapat
metode seleksi responden yang diteliti menyebabkan ulkus pada kaki pasien DM.
(Sudoyo dkk, 2010). Prevalensi neuropati Oleh karena penurunan persepsi nyeri pada
perifer diabetik di negara-negara Afrika neuropati sensori, pasien DM dapat
sebesar 46 % dengan prevalensi tertinggi di mengalami ulkus tanpa menyadarinya
Afrika Barat dan terendah yaitu Afrika Tengah (LeMone dkk, 2018). Ulkus kaki pada
(Shiferaw et al, 2020). Prevalensi neuropati penderita DM yang mempunyai neuropati
perifer yang lebih tinggi dapat dijumpai pada akan berisiko tinggi mengalami infeksi dan
negara-negara Asia Tenggara yaitu Malaysia berkembang menjadi gangren diabetes.
(54,3%), Filipina (58,0 %) dan Indonesia (58,0 Keadaan ini dapat berujung pada amputasi
%) (Malik et al 2020). yang akan meningkatkan biaya perobatan dan
Gejala dari neuropati perifer juga tingkat mortaliti pada penderita DM
bervariasi mulai dari tanpa keluhan hingga (Wahyuni, 2018).
nyeri yang sangat hebat (Sudoyo dkk, 2010). Walaupun sebagian pasien dengan
Gejala yang muncul tergantung ukuran dan neuropati perifer mengalami penurunan
fungsi dari serabut saraf yang mengalami sensasi nyeri, namun sekitar 15-25% pasien
kerusakan. Kerusakan saraf dapat terjadi pada DM merasakan nyeri neuropati (Shillo et al,
sistem saraf sensorik, motorik dan otonom 2019). Nyeri yang dirasakan berupa kaki
(Glow & Moore, 2014). Kerusakan saraf terasa terbakar dan bergetar sendiri
otonom menyebabkan perubahan tekstur dan (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
turgor kulit yang menyebabkan kulit menjadi [PERKENI], 2015), sehingga sering kali
kering, pecah-pecah dan kapalan. Gejala mengganggu dan dapat membatasi aktivitas
akibat kerusakan saraf motorik berupa fisik, menurunkan kualitas hidup dan
kelemahan otot, atropi dan akhirnya terjadi produktivitas kerja (Bril et al., 2018).
deformitas. Gejala dari kerusakan saraf Penelitian oleh Ahmed (2017) menyatakan
sensorik dibedakan menjadi dua yaitu nyeri terdapat hubungan antara neuropati perifer
hebat dan tanpa nyeri. Rasa kebas merupakan dan kualitas hidup pasien DM. Mayoritas
gejala yang paling lazim dan biasanya muncul pasien DM dengan neuropati mengalami rasa
lebih dini (Bilous & Donelly, 2014). terbakar pada kaki dan tungkai, kesemutan,
Kulit yang kering dan pecah-pecah kelemahan, dan ketidakstabilan pada saat
ditambah dengan kondisi deformitas yang berdiri atau berjalan sehingga berdampak

40
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

buruk pada kualitas hidup pasien dan dapat Faktor lain yang mempengaruhi
berujung kepada depresi. derajat keparahan neuropati perifer adalah
Neuropati perifer bersifat kronik dan usia, Body Mass Index (BMI) dan durasi
progresif yang artinya dapat berkembang menderita DM (Amour et al, 2019). Hal ini
menjadi neuropati berat hingga komplikasi sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
kaki diabetik lainnya seperti osteoarthropathy Popescu et al (2016) yang menyatakan bahwa
osteomyelitis, dan ulkus (Holt, 2010). usia merupakan faktor independen terhadap
Beberapa mekanisme berkontribusi dalam derajat keparahan neuropati perifer pada
perkembangan kerusakan saraf pada pasien DM.
neuropati perifer. Perubahan metabolik dan Penelitian lainnya oleh Qureshi, Iqbal,
vaskuler pada pasien DM menjadi penyebab Zahoor, Ali dan Javed (2017) menyatakan
kerusakan saraf seperti yang terjadi pada bahwa terdapat korelasi antara tingkat
komplikasi mikrovaskuler lainnya yaitu keparahan dengan beberapa faktor yaitu usia
retinopati dan nepropati diabetik (Glow & (p value 0,018), lama menderita DM (p value
Moore, 2014). Perubahan ini meliputi sintesis 0,001), HbA1c (p value 0,043) dan gaya hidup
advance glycosilation and products (AGEs), (p value 0,005). Menurut penelitian Ghavami
peningkatan aktivitas jalur poliol, aktivasi et al (2018), pengaturan gaya hidup berupa
protein kinase C (PKC) dan pembentukan mengontrol kadar glukosa, meningkatkan
radikal bebas. Aktivitas berbagai jalur aktivitas fisik, menurunkan berat badan dan
tersebut berawal dari hiperglikemia melakukan perawatan kaki efektif dalam
berkepanjangan (Sudoyo dkk, 2010). Oleh menurunkan derajat neuropati perifer pada
karena itu, perkembangan neuropati perifer penderita DM tipe 2 (p<0,001).
ini dipengaruhi oleh kontrol glukosa darah Faktor lain yang berhubungan dengan
pasien DM. Semakin buruk kontrol glukosa derajat keparahan neuropati perifer pada
pasien DM, semakin besar risiko untuk penderita DM adalah kadar lipid darah.
mengalami neuropati berat. Kontrol glukosa Berdasarkan penelitian Irawan, Wuysang dan
darah pasien digambarkan dengan kadar Goysal (2019), terdapat hubungan bermakna
HbA1c. Penelitian oleh Hwang, Pyun dan antara kadar lipid dan derajat keparahan
Kwon (2016), rata-rata kadar HbA1c neuropati (p< 0,05), terutama pada pasien
meningkat pada pasien DM dengan neuropati dengan kadar HbA1C < 7 %. Tingginya kadar
berat. lipid dapat menginduksi stres oksidatif pada

41
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

neuron sensorik, sehingga berperan signifikan dipublikasikan pada tahun 2016-2020; 2) hasil
terhadap progresifitas neuropati perifer. yang diukur adalah neuropati perifer pada
Berdasarkan uraian di atas, peneliti pasien DM; 3) penelitian dilakukan dengan
tertarik untuk melakukan literature review menggunakan metode korelasional; dan 4)
dengan judul “Faktor-faktor yang artikel dalam bahasa Indonesia dan bahasa
mempengaruhi derajat keparahan neuropati Inggris. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah
perifer pada pasien DM”. 1) artikel yang tidak dalam bentuk free full
text; dan 2) artikel dengan metode review
Metode Penelitian penelitian.
Desain yang digunakan dalam Artikel yang sesuai dengan kriteria
penelitian ini adalah kajian literature review. inklusi dan terdapat tema neuropati perifer
Penelitian ini menggunakan metode kajian pada pasien DM akan dipilih dan dilakukan
literature review untuk mengumpulkan, review.
mengidentifikasi, mengevaluasi dan juga
menginterpretasi faktor-faktor yang Hasil Penelitian
mempengaruhi derajat keparahan neuropati Hasil penelusuran artikel
perifer pada pasien DM. menggunakan database Google Schoolar dan
Data yang digunakan dalam penelitian PubMed dengan menggunakan kata kunci
ini berasal dari hasil-hasil penelitian yang “derajat keparahan” atau “severity”;
sudah dilakukan dan diterbitkan dalam artikel “neuropati perifer” atau “peripheral
penelitian online nasional dan internasional. neuropathy”; dan “diabetes melitus”, peneliti
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menemukan 4.027 artikel yang sesuai dengan
melakukan pencarian artikel yang kata kunci tersebut. Selanjutnya, artikel
dipublikasikan di internet menggunakan diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yaitu full
database google scholar dan PubMed dengan text dan tahun publikasi di atas tahun 2016
keyword atau kata kunci yaitu “neuropati sehingga 3.639 artikel dieksklusi. Sebanyak
perifer”, “derajat keparahan” dan “diabetes 388 artikel dilakukan skrining dan diseleksi
melitus”. menurut pertanyaan penelitian yang sudah
Artikel penelitian yang ditemukan dirumuskan. Kemudian pengkajian kelayakan
sesuai kata kunci selanjutnya dilakukan terhadap 46 artikel dilakukan sehingga
skrining dan dipilih sesuai dengan kriteria didapatkan 10 artikel full text yang paling
inklusi, meliputi: 1) artikel penelitian relevan dengan topik. 10 artikel penelitian ini

42
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

dilakukan penilaian kualitas dengan Critical Appraisal dan kemudian dilakukan


menggunakan Joanna Briggs Institute (JBI) review.
Skema 1. Alur penelusuran artikel

171.555 artikel sesuai kata kunci ditemukan


lewat internet
142.091 artikel dieksklusi karena tidak
tersedia dalam full text dan tahun publikasi di
bawah tahun 2016

29.464 artikel dilakukan skrining

29.418 artikel dieksklusi karena tidak sesuai


dengan tujuan penelitian

46 artikel full text dilakukan pengkajian


kelayakan 36 artikel dieksklusi karena menggunakan
metode eksperimental dan hasil penelitian
tidak menjawab pertanyaan penelitian

10 artikel full text yang paling relevan dengan


topik dilakukan review

Artikel penelitian yang sesuai dengan penelitian, sampel, hasil/ temuan, kesamaan
kriteria inklusi akan dikumpulkan dan dibuat dan perbedaan. Artikel penelitian yang
ringkasan artikel meliputi judul penelitian, dilakukan review oleh peneliti secara singkat
peneliti, tahun, tujuan penelitian, metode dijabarkan dalam tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 1
Matriks Artikel yang Direview
N Judul penelitian, peneliti Tujuan Penelitian Metode Sampel Analisa Data Hasil penelitian
o dan tahun penelitian
1 Prevalence, patterns, Untuk Penelitian 315 pasien Data diolah Prevalensi dari neuropati
and factors associated mengevaluasi ini rawat jalan menggunakan perifer adalah 72,2% yang
with peripheral prevalensi dan menggunak dengan SPSS. Uji yang mana 55% merupakan
neuropathies among faktor yang an desain diagnosa DM digunakan neuropati berat, 19%
diabetic patients at berhubungan penelitian di Kilimanjaro adalah neuropati sedang dan 26%
tertiary hospital in dengan neuropati cross Christian student’s t-test, neuropati ringan. Derajat
kilimanjaro region: perifer. sectional Medical Chi Square test neuropati berhubungan
descriptive cross- Center, dan dengan peningkatan umur
sectional study from Tanzania multivariable (p< 0,001), peningkatan
north-eastern tanzania; Utara logistic BMI (p< 0,001) dan durasi
Amour et al (2019) regression menderita DM di atas 7
model tahun (p< 0,006)
2 Serum 25(oh) vitamin d Untuk Penelitian 80 pasien Data diolah Terdapat hubungan antara
level and its relation to mengevaluasi ini rawat jalan menggunakan usia (p= 0,001), durasi
diabetic peripheral korelasi antara menggunak dengan SPSS. Uji yang menderita DM (p=0,004),
neuropathy in egyptian serum 25(OH) an desain diagnosa DM digunakan : uji t HbA1c (p= 0,000) dan
patients with type 2 vitamin D dan penelitian tipe 2 di poli independen, defisiensi vitamin D (p=
neuropati perifer case control neurologi RS Chi Square dan 0,007) dengan keparahan

43
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

diabetes mellitus; Universitas Al- Pearson’s neuropati pada pasien DM


abdelsadek et al (2018) Zahra correlation tipe 2
coefficient
3 Prevalence, severity and Untuk menentukan Penelitian 288 pasien Data diolah Prevalensi dari neuropati
factors associated with prevalensi dan ini dengan menggunakan perifer adalah 29,4%. Usia
peripheral neuropathy faktor yang menggunak diagnosa DM SPSS. Uji yang di atas 60 tahun
among newly diagnosed berhubungan an desain di RS Mulago digunakan berkolerasi signifikan
diabetic patients dengan neuropati penelitian adalah multiple terhadap neuropati
attending mulago perifer pada pasien cross logistic perifer (OR 3,27; 95% CI
hospital: a cross yang baru sectional regression 1,25-11,03; p= 0,018)
sectional study; kisozi et terdiagnosis DM
al (2017)
4 Age as an independent Untuk menilai Penelitian 198 pasien Data diolah Prevalensi dari neuropati
factor for the faktor independen ini rawat jalan menggunakan perifer pada pasien DM
development of kejadian neuropati menggunak dengan SPSS. Uji yang adalah 28,8%. Terdapat
neuropathy in diabetic dan mengevaluasi an desain diagnosa DM digunakan: kolerasi positif secara
patients; hubungan antara penelitian tipe 2 di RS student’s t test, signifikan antara usia (p<
Popescu et al (2016) keparahan cross Timisoara Mann-Whitney 0,001) dan HbA1c
neuropati dengan sectional U-test, Chi- (p<0,001) dengan
durasi menderit Square test dan keparahan neuropati
DM dan kadar multivariate perifer
glukosa regression
model
5 Ambulatory screening of Untuk Penelitian 800 pasien Data diolah 90 orang (11,25%)
diabetic neuropathy and menggambarkan ini rawat jalan menggunakan responden mengalami
predictors of tts prevalensi menggunak dengan SPSS. Uji yang neuropati perifer.
Severity in outpatient neuropati perifer an desain diagnosa DM digunakan Terdapat korelasi positif
settings; dan penelitian di RS Umum adalah antara durasi menderita
Qureshi et al (2017) mendeskripsikan cross KRL, multivariate DM (p= 0,01), HbA1c (p=
karakteristik dan sectional Islamabad linier regression 0,002) dan usia (p= 0,000)
prediktor dari dengan keparahan
keparahan neuropati perifer.
neuropati
6 Relationship of vascular Untuk menilai Penelitian 530 pasien Data diolah Derajat keparahan
factors on dampak dari faktor ini rawat inap menggunakan neuropati perifer
electrophysiologi vaskular terhadap menggunak dengan SPSS. Uji yang berkorelasi secara
severity of diabetic hasil pemeriksaan an metode diagnosa DM digunakan: uji signifikan dengan HbA1c
neuropathy; elektrofisiologi dari korelasional tipe 2 di Chi-Square, (p< 0,001) dan temuan
Hwang et al (2016) keparahan departemen ANOVA, Tukey’s adanya plak (p< 0,001)
neuropati perifer endokrinologi post hoc study,
pada pasien DM RS Universitas ordinal logistic
Korea regression
7 Predictive model of Untuk Penelitian 50 pasien Data diolah
Mayoritas pasien (56%)
diabetic polyneuropathy mengembangkan ini dengan menggunakan
memiliki status level
severity based on predictive model menggunak diagnosa DM SPSS. Uji yang
serum vitamin D yang
vitamin d level; dari keparahan an desain tipe 2 di RS digunakan
rendah (25 (OH) D level <
Fitri et al (2019) neuropati perifer penelitian Umum Adam adalah Chi-
20 ng/ml). Pasien dengan
berdasarkan level cohort study Malik, Medan Square test
defisiensi vitamin D
vitamin D memiliki odd ratio lebih
tinggi untuk mempunyai
gejala neuropati dibanding
dengan pasien dengan
status serum vitamin D
yang normal.
8 Prevalence of peripheral Untuk menentukan Penelitian 110 pasien Data diolah Prevalensi dari neuropati
neuropathy in diabetes prevalensi dari ini dengan menggunakan perifer adalah 45,45%.
mellitus and its neuropati perifer menggunak diagnosa DM SPSS. Uji yang Terdapat hubungan antara

44
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

association with therapy,


dan hubungannya an desain di RS dan digunakan usia (p= 0,007), dan durasi
ethnicity and duration of
dengan usia, jenis penelitian Pusat adalah Chi- menderita DM (p=0,004)
diabetes mellitus; kelamin, durasi cross Penelitian Square test dengan neuropati pada
Karki et al (2019) menderita DM, sectional Fistail pasien DM tipe 2
terapi dan etnis
pada pasien DM
9 Vitamin d deficiency in Untuk Penelitian 74 pasien Data diolah Mayoritas responden
patients with diabetic mengevaluasi ini dengan menggunakan mengalami neuropati
peripheral neuropathy; defisiensi vitamin D menggunak diagnosa DM SPSS. Uji yang ringan (56,8%). Tidak ada
Khan et al (2018) pada pasien DM an desain di digunakan hubungan yang signifikan
dengan neuropati penelitian Departemen adalah Chi- antara vitamin D dan
perifer cross neurologi RS Square test derajat keparahan
sectional Universitas neuropati (p= 0,507)
Tando
Muhammad
Khan
1 Hubungan kadar lipid Untuk menilai Penelitian 56 pasien Data diolah Mayoritas responden
0 darah dengan derajat hubungan kadar ini dengan menggunakan mengalami neuropati
keparahan neuropati lipid darah dengan menggunak diagnosa DM SPSS. Uji yang berat (55,4%). Terdapat
diabetik perifer di rumah derajat keparahan an desain tipe 2 di RSUP digunakan hubungan bermakna
sakit wahidin neuropati diabetik penelitian Wahidin adalah uji one- antara kadar lipid darah
sudirohusodo; perifer (NDP) cross Surodisodo, way ANOVA dan derajat keparahan
Irawan dkk (2019) sectional Makassar neuropati perifer (p<0,05),
terutama pada responden
dengan kadar HbA1C
pasien <7%.

Berdasarkan review dari 10 artikel, Diabetic Neuropathy Syndrome (DNS).


didapatkan bahwa sebagian besar metode Sedangkan pemeriksaan penunjang yang
penelitian yang digunakan adalah deskriptif digunakan oleh penelitian artikel yang
korelasional dengan desain penelitian cross direview adalah Nerve Conduction Study (NCS)
sectional yaitu sebanyak 70 %. Subjek atau dan biothesioemetry. Mayoritas pemeriksaan
sampel yang digunakan dalam penelitian yang penunjang yang digunakan adalah NCS.
direview merupakan pasien yang terdiagnosa Hasil temuan artikel menyajikan
DM dan sebagian besar merupakan pasien berbagai macam prevalensi neuropati perifer
rawat jalan di rumah sakit. Rumah sakit lokasi pada pasien DM. Prevalensi neuropati perifer
penelitian terletak di negara-negara yang mulai dari 11,25 % (Qureshi et al, 2017); 28,8%
berbeda meliputi Tanzania, Mesir, Uganda, (Popescu et al, 2016); 29,4% (Kizoki et al,
Romania, Korea, Nepal, Pakistan, dan 2017); 45,45% (Karki, Nagila, Dhakal, &
Indonesia. Kuesioner dan lembar Chhetri, 2018); hingga 72,2% (Amour et al,
pemeriksaan yang dipakai adalah Toronto 2019). Sebagian besar artikel penelitian yang
Clinical Scoring System (TCSS), Michigan direview mengkategorikan keparahan
Neuropathy Screening Instrument (MNSI), neuropati perifer menjadi tiga yaitu neuropati
Neuropathy Disability Score (NDS), dan ringan, sedang dan berat. Faktor-faktor yang
45
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

mempengaruhi derajat keparahan neuropati responden dengan neuropati adalah


perifer pada pasien DM meliputi usia, durasi perempuan (68,3%).
menderita DM, BMI, kadar lipid, HbA1c,
adanya plak aterosklerosis dan defisiensi 2. Gambaran keparahan neuropati perifer
vitamin D. Faktor umur merupakan faktor Gambaran derajat keparahan
yang paling banyak muncul (60%) dan faktor neuropati perifer pada pasien DM didapatkan
yang paling sedikit ditemukan adalah faktor dengan melakukan pemeriksaan yaitu dengan
BMI, kadar lipid dan adanya plak menggunakan kuesioner, pemeriksaan kaki
aterosklerosis (10%). langsung dan pemeriksaan penunjang.
Penelitian yang dilakukan oleh Amour et al
Pembahasan (2019), pemeriksaan derajat keparahan
1. Prevalensi neuropati perifer pada pasien neuropati dilakukan menggunakan Toronto
DM Clinical Scoring System (TCSS) dan didapatkan
Prevalensi dari neuropati perifer pada hasil bahwa terdapat 237 pasien DM dengan
pasien DM berkisar antara 11,25% sampai neuropati dan mayoritas mengalami
72,2%. Prevalensi neuropati perifer neuropati berat yaitu sebesar 55% sedangkan
tergantung kepada kriteria diagnostik, neuropati sedang adalah sebesar 19 % dan
batasan definisi yang digunakan, karakteristik neuropati ringan 26%. Hal ini sejalan dengan
populasi dan metode seleksi responden yang penelitian Abdelsadek, Saghier dan Raheem
diteliti (Sudoyo dkk, 2010). (2018) dimana mayoritas pasien mengalami
Menurut penelitian Qureshi et al neuropati berat.
(2017), rata-rata umur pasien dengan Sedangkan penelitian Kisozi et al,
neuropati perifer adalah 54 tahun. Penelitian didapatkan hasil bahwa mayoritas responden
oleh Karki et al (2019) mengatakan bahwa mengalami neuropati sedang (53,4%).
prevalensi neuropati perifer hampir seimbang Penelitian Karki et al (2019) yang dilakukan di
antara responden laki-laki dan perempuan Fishtail Hospital, Nepal didapatkan hasil
yaitu 47,7% dan 42,2%. Hal ini sejalan dengan bahwa mayoritas responden mengalami
penelitian Qureshi et al (2017) yang neuropati ringan (30,9%).
menyatakan bahwa 45,5% pasien dengan Di Indonesia, mayoritas pasien DM
neuropati adalah laki-laki dan 54,4% mengalami neuropati berat. Menurut
perempuan. Sedangkan penelitian oleh Kizoki penelitian Fitri dkk (2019), sebesar 58%
et al (2017) menyatakan bahwa mayoritas responden mengalami neuropati berat.

46
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

Penelitian Irawan dkk (2019) juga didapatkan independen terhadap keparahan neuropati
hasil bahwa sebagian besar reponden pada pasien DM.
mengalami neuropati berat (55,4%). Usia >60 tahun memiliki risiko paling
besar untuk terkena neuropati perifer.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat Peningkatan usia berpengaruh terhadap
keparahan neuropati perifer. progresivitas dari neuropati perifer pada
Usia pasien DM. Pertambahan usia akan
Enam dari 10 artikel yang direview, mempengaruhi kelenturan pembuluh darah,
didapatkan bahwa usia merupakan faktor sehingga dapat menurunkan vaskularisasi
yang mempengaruhi neuropati pada pasien jaringan-jaringan tubuh (Putri & Waluyo,
DM. Penelitian yang dilakukan oleh Amour et 2020). Hal ini berkaitan dengan kejadian
al (2019), menyatakan bahwa keparahan penuaan yang dipengaruhi oleh
neuropati perifer berhubungan dengan keseimbangan antara produksi radikal bebas
peningkatan usia dengan p value < 0,001. dengan sistem penangkal radikal bebas dan
Mayoritas pasien DM dengan neuropati perbaikan tubuh (Ahmad & Damayanti, 2018).
perifer berada di kategori umur >60 tahun Peningkatan ROS akibat hiperglikemia dan
yaitu sebesar 84,8 %. Hal ini sejalan dengan proses penuaan mempengaruhi progresivitas
penelitian Abdelsadek, Saghier dan Raheem neuropati perifer pada pasien DM (Prasetyani
(2018) yang menyatakan bahwa berdasarkan & Martiningsih, 2019).
analisis regresi didapatkan faktor usia adalah
faktor risiko paling signifikan terhadap HbA1c
perkembangan neuropati perifer pada pasien Empat dari 10 artikel penelitin yang
DM tipe 2 dengan p value 0,001 dan odds ratio direview menyatakan bahwa kadar HbA1c
sebesar 1,975. mempengaruhi keparahan neuropati perifer
Neuropati berat hanya muncul pada pada pasien DM. Penelitian oleh Hwang et
kelompok usia yang lebih tua (Karki et al, al(2016) menyatakan bahwa HbA1c
2019). Berdasarkan penelitian oleh Kizoki et al berkorelasi secara signifikan dengan derajat
(2017) didapatkan bahwa usia di atas 60 tahun keparahan dari neuropati perifer dengan p
berhubungan dengan neuropati perifer. value< 0,001. Hal ini sejalan dengan penelitian
Begitu juga dengan penelitian oleh Popescu et Abdelsadek, Saghier dan Raheem (2018) yang
al (2016) menyatakan bahwa usia berkorelasi menyatakan bahwa berdasarkan analisis
positif secara signifikan dan menjadi faktor regresi didapatkan peningkatan HbA1c adalah

47
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

faktor risiko signifikan terhadap lama pasien hidup dengan DM, maka semakin
perkembangan neuropati perifer pada pasien besar kemungkinan pasien mengalami
DM tipe 2 dengan p value 0,000 dan odds ratio neuropati perifer. Hal ini dikarenakan
sebesar 9,333. Begitu juga dengan penelitian neuropati perifer sangat berhubungan
yang dilakukan oleh Qureshi et al (2017) dan dengan lamanya paparan hiperglikemia yang
Popescu et al (2016), didapatkan hasil bahwa dialami. Kerusakan kapiler darah dan serabut
terdapat hubungan yang signifikan antara saraf karena hiperglikemia akan terjadi secara
kadar HbA1c dan total skor MNSI pasien DM. perlahan dan akan semakin parah jika kontrol
Kadar HbA1c dapat memberikan glikemik pasien buruk (Putri & Waluyo, 2020).
gambaran kontrol gula darah penderita DM
dalam rentang waktu 1-3 bulan (Amran & Defisiensi vitamin D
Rahman, 2018). Kontrol gula darah yang Penelitian oleh Abdelsadek, Saghier
buruk dapat menyebabkan kondisi dan Raheem (2018) menyatakan bahwa
hiperglikemia kronik. Hiperglikemia kronik sebagian besar pasien DM tipe 2 mengalami
berkontribusi secara signifikan terhadap defisiensi vitamin D yaitu sebesar 73,3%. Rata-
kerusakan akson yang menjadi dasar rata serum 25(OH) vitamin D pada pasien DM
berkembangnya neuropati perifer pada dengan neuropati lebih rendah secara
pasien DM (Qureshi et al, 2017). signifikan daripada pasien DM tanpa
neuropati. Hasil penelitian juga didapatkan
Durasi menderita DM bahwa serum 25 (OH) vitamin D secara
Empat dari 10 artikel penelitin yang signifikan memiliki korelasi negatif dengan
direview menyatakan bahwa durasi keparahan dari neuropati perifer yang diukur
menderita DM mempengaruhi keparahan dengan NDS dan NCS dengan p value < 0,001.
neuropati perifer pada pasien DM. Penelitian Hal ini berbeda dengan penelitian Khan, Rajar,
oleh Qureshi et al (2017) didapatkan bahwa Memon dan Naeem (2018) yang
adanya korelasi positif secara signifikan mendapatkan hasil bahwa tidak ada
antara durasi menderita DM dan keparahan hubungan yang signifikan antara defisiensi
neuropati perifer pada pasien DM dengan p= vitamin D dan keparahan dari neuropati
0,01. Hal ini sejalan dengan penelitian Fitri et perifer (p value= 0,507).
al (2019) yang menyatakan bahwa mayoritas Vitamin D berperan sebagai
pasien dengan durasi menderita DM ≥ 5 tahun neuroprotektor dalam melindungi stuktur dan
mengalami neuropati berat (62,1%). Semakin integritas neuron melalui sintesis neurotropin

48
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

dan NGF. Vitamin D juga berperan dalam memiliki kadar 175,36mg/dL. Hubungan
mengurangi influks kalsium berlebihan ke tersebut lebih jelas terlihat pada subjek
dalam neuron, sehingga mencegah terjadinya dengan kadar HbA1C <7% (p=0,000).
depolarisasi yang berkepanjangan dan Penelitian yang dilakukan oleh Amour
toksisitas sel neuron (Ardhini, Rahmawati, et al (2019) didapatkan hasil bahwa terdapat
Pudjonarko & Kustiowati, 2015). korelasi antara keparahan neuropati perifer
Defisiensi vitamin D biasanya terjadi dengan peningkatan BMI dengan p value <
pada pasien DM. Hal ini menyebabkan 0,001. Pasien DM yang termasuk kategori
rendahnya level neurotropin dan NGF dan obesitas yaitu BMI≥ 30 kg/m², sebagian besar
kerusakan homeostasis kalsium neuronal mengalami neuropati perifer (83,8%).
pada pasien DM. Keadaan ini diperkirakan Penelitian yang dilakukan Hwang et al
berhubungan dengan kejadian dan keparahan (2016) mendapatkan hasil bahwa temuan
neuropati perifer pada pasien DM (Qu et al, adanya plak merupakan variabel paling
2017). signifikan yang berhubungan dengan
keparahan neuropati perifer pada pasien DM
Kadar lipid, BMI dan adanya plak dengan p value < 0,001 dan odds ratio paling
aterosklerosis tinggi yaitu 2,52. Adanya plak pada arteri
Kelainan vaskular juga berpengaruh karotis diukur dengan melakukan
terhadap progesivitas neuropati perifer pada pemeriksaan carotid ultrasound.
pasien DM (Sudoyo dkk, 2010). Berdasarkan
artikel yang direview, faktor yang Kesimpulan
berhubungan dengan kelainan vaskuler ini Hasil literature review dari 10 artikel
adalah kadar lipid, BMI dan ateriosklerosis. dapat disimpulkan bahwa prevalensi dari
Penelitian Irawan dkk (2019) neuropati perifer pada pasien DM berkisar
menunjukkan adanya hubungan kadar antara 11,25% sampai 72,2%. Pemeriksaan
kolesterol total dengan derajat keparahan untuk menegakkan diagnosis neuropati
NDP. Peningkatan rerata kadar kolesterol perifer terdiri dari kuesioner, pemeriksaan
total akan diikuti dengan perburukan derajat fisik pada kaki, dan pemeriksaan penunjang.
keparahan NDP secara bermakna (p=0,029). Faktor yang mempengaruhi derajat
Subjek dengan NDP derajat berat memiliki keparahan dari neuropati perifer pada pasien
rerata kadar kolesterol total rata-rata DM adalah usia, durasi menderita DM, HbA1c,
214,45mg/dL, sedangkan pada NDP ringan kadar lipid, defisiensi vitamin D dan adanya

49
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

plak aterosklerosis. Usia merupakan faktor Ahmed, A. S. (2017). Assessment of quality of


life of patients with diabetic peripheral
yang paling banyak muncul pada penelitian
neuropathy. IOSR Journal of Nursing and
yang direview. Faktor yang dapat dimodifikasi Health Science, 6(5), 37-46.
untuk mencegah keparahan neuropati perifer
Alvarez, J. A., & Ashraf, A. (2010). Role of
adalah kontrol glikemik, defisiensi vitamin D, vitamin D in insulin secretion and insulin
sensitivity for glucose homeostasis.
BMI, dislipidemia dan penanganan
International journal of endocrinology,
aterosklerosis. 2010.

American Diabetes Association. (2014).


Saran Diagnosis and classification of diabetes
mellitus. Diabetes care, 37(Supplement
Pengetahuan tentang faktor-faktor
1), S81-S90.
yang dapat mempengaruhi neuropati perifer
Amour, A. A., Chamba, N., Kayandabila, J.,
penting untuk diketahui oleh petugas
Lyaruu, I. A., Marieke, D., Shao, E. R., &
kesehatan dan diedukasikan kepada pasien Howlett, W. (2019). Prevalence, patterns,
and factors associated with peripheral
DM. Pencegahan keparahan neuropati perifer
neuropathies among diabetic patients at
melalui pengendalian faktor yang dapat tertiary hospital in the kilimanjaro region:
descriptive cross-sectional study from
dikendalikan dapat ditingkatkan dengan cara:
north-eastern tanzania. International
kontrol glukosa, kontrol konsumsi lemak dan journal of endocrinology, 2019, 5404781.
konsumsi suplemen penambah vitamin D,
Amran, P., & Rahman. (2018). Gambaran hasil
penurunan berat badan dan penanganan pemeriksaan HbA1c pada penderita
diabetes melitus tipe ii di rsud labuang
aterosklerosis.
baji makassar. Artikel Media Analis
Kesehatan, 9(2), 149-155.
Daftar Pustaka
Ardiani, H., Hadisaputro, S., Lukmono, D. T.,
Abdelsadek, S. E., El Saghier, E. O., & Abdel Nugroho, H., & Suryosaputro, A. (2018).
Raheem, S. I. (2018). Serum 25(OH) Beberapa Faktor yang Berpengaruh
vitamin D level and its relation to diabetic terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Tipe
peripheral neuropathy in Egyptian 2 pada Wanita Usia Subur (WUS) di RSUD
patients with type 2 diabetes Kota Madiun. Artikel Epidemiologi
mellitus. The Egyptian journal of Kesehatan Komunitas, 3(2), 81-90.
neurology, psychiatry and
neurosurgery, 54(1), 36. Bilous, R & Donelly, R. (2014). Buku pegangan
diabetes. Jakarta: Bumi Medika.
Ahmad, Z., & Damayanti. (2018). Penuaan
kulit: patofisiologi dan manifestasi klinis. Bril, V., Breiner, A., Perkins, B. A., & Zochodne,
Periodical of Dermatology and D. (2018). Neuropathy. Canadian journal
Venereology, 30(3), 208-215. of diabetes, 42, S217-S221.

50
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

Decroli, E. (2019). Diabetes melitus tipe 2. Holt, R. I. G. (2010). Textbook of diabetes.


Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Singapore: Toppan Best-set Premedia
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Limited.
Universitas Andalas.
Husna, A., & Suryana, B. (2017). Metodologi
Fatimah, R.N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. penelitian dan statistik. Jakarta: Badan
J Majority, 4(5), 93-101. PSSDM Kesehatan Kemenkes RI.
Fitri, A., Sjahrir, H., Bachtiar, A., Ichwan, M.,
Fitri, F. I., & Rambe, A. S. (2019). Hwang, J. W., Pyun, S. B., & Kwon, H. K. (2016).
Predictive model of diabetic Relationship of vascular factors on
polyneuropathy severity based on electrophysiologic severity of diabetic
vitamin d level. Open access Macedonian neuropathy. Annals of rehabilitation
journal of medical sciences, 7(16), 2626– medicine, 40(1), 56–65.
2629.
International Diabetes Federation. (2017). Idf
Ghavami, H., Aldin Shamsi, S., Soheili, S., clinical practice recommendations on the
Radfar, M., & Khalkhali, H. R. (2018). diabetic foot. Diperoleh tanggal 11
Effect of lifestyle interventions on November 2019 dari
diabetic peripheral neuropathy in www.diabetesatlas.org.
patients with type 2 diabetes, result of a
randomized clinical trial. Agri, 30(4), 165- International Diabetes Federation. (2019). Idf
170. diabetes atlas. (8th ed). Diperoleh tanggal
13 Januari 2020 dari
Glow, D., & Moore, P. (2014). Assessing www.diabetesatlas.org.
diabetic peripheral neurophaty in
primary care. BPJ Issue, 61, 37-47. Irawan, D., Wuysang, A. D., & Goysal, Y.
Diperoleh tanggal 20 Februari 2020 dari (2019). Hubungan kadar lipid darah
https://bpac.org.nz. dengan derajat keparahan neuropati
diabetik perifer di rumah sakit wahidin
Hariyati, R. T. S. (2010). Mengenal systematic sudirohusodo. Neurona, 37(1), 37-41.
review theory dan studi kasus. Artikel
Keperawatan Indonesia, 13(2), 124-132. Jambart et al. (2011). Prevalence of painful
diabetic peripheral neuropathy among
Hicks, C. W., & Selvin, E. (2019). Epidemiology patients with diabetes mellitus in the
of peripheral neuropathy and lower middle east region. The Journal of
extremity disease in diabetes. Curr Diab International Medical Research. 39, 36-
Rep, 19(10), 86-99. 377.

Herman, W.H et al. (2013). Use of the Janahi, N.M., & Bakhiet, M. (2015). Diabetic
michigan neuropathy screening peripheral neurophaty: a common
instrument as a measure of distal complication in diabetic patients. Bahrain
symmetrical peripheral neuropathy in Medical Bulletin, 37(1), 1-9.
type 1 diabetes: results from the diabetes
control and complications trial/ Karki, D., Nagila, A., Dhakal, N., & Chhetri, S.
epidemiology of diabetes interventions (2018). Prevalence of peripheral
and complications. Diabet Med, 29(7), neuropathy in diabetes mellitus and its
937-944. association with therapy, ethnicity and

51
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

duration of diabetes mellitus. Asian Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi


Journal of Medical Sciences, 10(1), 72-76. penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Khan, H., Rajar, I., Memon, A. R., Naeem, N.
(2018). Vitamin-d deficiency in patients Nugroho, K.P., Kurniasari, R.R., & Noviani, T.
with diabetic peripheral neuropathy. (2019). Gambaran pola makan sebagai
JIMDC2018, 7(4), 291-294. penyebab kejadian penyakit tidak
menular (diabetes mellitus, obesitas, dan
Kisozi, T., Mutebi, E., Kisekka, M., Lhatoo, S., hipertensi) di wilayah kerja puskesmas
Sajatovic, M., Kaddumukasa, M., cebongan, kota salatiga. Artikel
Nakwagala, F. N., & Katabira, E. (2017). Kesehatan Kusuma Husada, 15-23.
Prevalence, severity and factors
associated with peripheral neuropathy Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
among newly diagnosed diabetic patients (PERKENI). (2015). Konsensus
attending Mulago hospital: a cross- pengelolaan dan pencegahan diabete
sectional study. African health melitus tipe 2 di indonesia. Diperoleh
sciences, 17(2), 463–473. pada tanggal 11 November 2019 dari
https://pbperkeno.or.id.
LeMone, P., Burke, K.M., & Bauldoff, G.
(2016). Keperawatan medikal bedah: Pop-Busui, R., Boulton, A. J., Feldman, E. L.,
gangguan endokrin. Jakarta: EGC. Bril, V., Freeman, R., Malik, R. A., Sosenko,
J.M. & Ziegler, D. (2017). Diabetic
Lestari, D. (2015). Hubungan antara lama neuropathy: a position statement by the
menderita diabetes melitus tipe 2 dengan American Diabetes Association. Diabetes
terjadinya neuropati sensorik diabetik di care, 40(1), 136-154.
rsud salatiga.
Lisanawati, R d.k.k. (2015). Perbedaan Popescu, S., Timar, B., Baderca, F., Simu, M.,
sensitivitas tangan dan kaki sebelum dan Diaconu, L., Velea, I., & Timar, R. (2016).
sesudah dilakukan terapi pijat refleksi Age as an independent factor for the
pada penderita diabetes melitus tipe ii. development of neuropathy in diabetic
JOM, 2(2), 1402-1409. patients. Clinical interventions in
aging, 11, 313–318.
Malik, R. A., Andag‐Silva, A., Dejthevaporn, C.,
Hakim, M., Koh, J. S., Pinzon, R., Sukor, N., Prasetyani, D., & Martiningsih, D. (2019).
& Wong, K. S. (2020). Diagnosing Analisis faktor yang mempengaruhi
peripheral neuropathy in South‐East Asia: kejadian neuropati diabetik pada pasien
A focus on diabetic neuropathy. Journal diabetes melitus tipe 2. Viva Medika:
of Diabetes Investigation. Artikel Kesehatan, Kebidanan dan
Keperawatan, 12(01), 40-49.
Matasak, V. B. M., Siwu, J. F., & Bidjuni, H.
(2018). Hubungan kadar hba1c dengan Primanda, Y. (2015). Buku panduan blok
neuropati pada penderita diabetes elektif diabetes educator. Yogyakarta:
melitus tipe 2 di poliklinik kimia farma Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
husada sario manado. Artikel UMY.
keperawatan, 6(1).
Qu, G. B., Wang, L. L., Tang, X., Wu, W., & Sun,
Y. H. (2017). The association between
vitamin D level and diabetic peripheral
52
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

neuropathy in patients with type 2 motor. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta


diabetes mellitus: an update systematic Wacana, 1(2), 127-136.
review and meta-analysis. Journal of
clinical & translational endocrinology, 9, Triandini, E., Jayanatha, S., Indrawan, A.,
25-31. Putra, G. W., & Iswara, B. (2019). Metode
Systematic Literature Review untuk
Qureshi, M.S., Iqbal, M., Zahoor, S. et Identifikasi Platform dan Metode
al. Ambulatory screening of diabetic Pengembangan Sistem Informasi di
neuropathy and predictors of its severity Indonesia. Indonesian Journal of
in outpatient settings. J Endocrinol Information Systems, 1(2), 63-77.
Invest 40, 425–430 (2017).
Trisnawati, S.K., & Setyorogo, S. (2013). Faktor
Kemenkes RI. (2018). Laporan nasional risiko kejadian diabetes melitus tipe ii di
riskesdas 2018. Diperoleh tanggal 11 puskesmas kecamatan cengkareng
September 2019 dari www.depkes.go.id. jakarta barat tahun 2012. Artikel Ilmiah
Kesehatan, 5(1), 6-11.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan
riset keperawatan (edisi 2). Yogyakarta: Wahyuni, S. (2018). Hubungan kadar gula
Graha Ilmu. darah dengan terjadinya gangren pada
pasien diabetes melitus. JOM, 40-49.
Shiferaw, W. S., Akalu, T. Y., Work, Y., &
Aynalem, Y. A. (2020). Prevalence of Wibowo, S. (1999). Hubungan neuropati
diabetic peripheral neuropathy in Africa: otonom diabetika dengan defisiensi
a systematic review and meta- tiamin. Berkala Ilmu Kedokteran, 31(3),
analysis. BMC Endocrine Disorders, 20, 1- 169-174.
9.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., World Health Organization. (2019).
Simadibrata, M., & Setiati, S. (2010). Buku Classification of diabetes mellitus 2019,
ajar ilmu penyakit dalam edisi 5 jilid diperoleh tanggal 11 September 2019
1. Jakarta: Interna Publishing. dari https://apps.who.int.

Sukmaningsih, W. R., Kasjono, H. S., & Zamroni, Z., Asmedi, A., & Nuradyo, D. (2016).
Werdani, K. E. (2016). Faktor Risiko Neuropathy symptom score dan
Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di neuropathy deficit score sebagai skor
Wilayah Kerja Puskesmas diagnostik neuropati diabetik. Berkala
Purwodiningratan Surakarta (Doctoral NeuroSains, 15(1), 46-53.
dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).

Syahrum & Salim. (2012). Metodologi


penelitian kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media.

Tanhardjo, J., Pinzon, R. T., & Sari, L. K. (2016).


Perbandingan rerata kadar HbA1c pada
pasien diabetes melitus dengan
neuropati dan tanpa neuropati sensori

53

Anda mungkin juga menyukai