Abstrak
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang menyebabkan berbagai komplikasi makrovaskuler maupun
mikrovaskuler, salah satunya neuropati perifer. Pengelolaan dan pengendalian faktor-faktor yang mempengaruhi
keparahan neuropati perifer dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti ulkus dan gangren. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi derajat keparahan neuropati perifer pada pasien diabetes melitus.
Penelitian ini menggunakan desain literature review. Penelusuran artikel penelitian menggunakan PubMed dan google
scholar dengan kata kunci derajat keparahan neuropati perifer dan diabetes melitus dalam periode tahun 2016-2020.
Hasil penelusuran didapatkan 10 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis matriks terhadap 10 artikel dilakukan
berdasarkan tujuan penelitian, metode, sampel, hasil penelitian, kesamaan dan perbedaan. Literature review
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keparahan neuropati perifer pada pasien diabetes melitus
adalah usia, durasi menderita diabetes, HbA1c, defisiensi vitamin D, body mass index, kadar lipid, dan adanya plak pada
arteri karotis. Usia merupakan faktor yang paling banyak ditemukan pada artikel penelitian. Faktor yang dapat
dimodifikasi dalam pengelolaan neuropati perifer adalah kontrol glikemik, defisiensi vitamin D, body mass index,
dislipidemia dan penanganan aterosklerosis.
Abstract
Diabetes mellitus is chronic disease that caused by various macrovaskular and microvascular complication such as
peripheral neuropathy. Management and control of factors associated with severity of peripheral neuropathy can
prevent further complication such us foot ulcer and gangrene. This study aimed to identify factors associated with
severity of peripheral neuropathy among diabetes mellitus patients. The design of this research is literature review.
Research article search was conducted through the electronic database PubMed and google scholar with keyword
severity of peripheral neuropathy and diabetes melitus by period of 2016-2020. Searching result found 10 articles
matched to inclusion and exclusion criteria. Matrix analysis toward 10 articles was done based on research purpose,
method, sample, result, semblance and difference. Literature review showed that factors associated with severity of
peripheral neuropathy among diabetes mellitus patients are age, duration of diabetes mellitus, HbA1c, vitamin D
deficiency, body mass index, blood lipid level, and present of plaque in carotid artery. Age is the most noticed factor in
research articles. Modified factors of development of peripheral neuropathy are glycemic control, replenishing vitamin
D deficiency, lowering body mass index, dyslipidemia and atherosclerosis treatment
Korespondensi:
39
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
kepada kriteria diagnostik, batasan definisi menimbulkan tekanan pada kaki terutama
yang digunakan, karakteristik populasi dan saat memakai sepatu yang tidak pas dapat
metode seleksi responden yang diteliti menyebabkan ulkus pada kaki pasien DM.
(Sudoyo dkk, 2010). Prevalensi neuropati Oleh karena penurunan persepsi nyeri pada
perifer diabetik di negara-negara Afrika neuropati sensori, pasien DM dapat
sebesar 46 % dengan prevalensi tertinggi di mengalami ulkus tanpa menyadarinya
Afrika Barat dan terendah yaitu Afrika Tengah (LeMone dkk, 2018). Ulkus kaki pada
(Shiferaw et al, 2020). Prevalensi neuropati penderita DM yang mempunyai neuropati
perifer yang lebih tinggi dapat dijumpai pada akan berisiko tinggi mengalami infeksi dan
negara-negara Asia Tenggara yaitu Malaysia berkembang menjadi gangren diabetes.
(54,3%), Filipina (58,0 %) dan Indonesia (58,0 Keadaan ini dapat berujung pada amputasi
%) (Malik et al 2020). yang akan meningkatkan biaya perobatan dan
Gejala dari neuropati perifer juga tingkat mortaliti pada penderita DM
bervariasi mulai dari tanpa keluhan hingga (Wahyuni, 2018).
nyeri yang sangat hebat (Sudoyo dkk, 2010). Walaupun sebagian pasien dengan
Gejala yang muncul tergantung ukuran dan neuropati perifer mengalami penurunan
fungsi dari serabut saraf yang mengalami sensasi nyeri, namun sekitar 15-25% pasien
kerusakan. Kerusakan saraf dapat terjadi pada DM merasakan nyeri neuropati (Shillo et al,
sistem saraf sensorik, motorik dan otonom 2019). Nyeri yang dirasakan berupa kaki
(Glow & Moore, 2014). Kerusakan saraf terasa terbakar dan bergetar sendiri
otonom menyebabkan perubahan tekstur dan (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
turgor kulit yang menyebabkan kulit menjadi [PERKENI], 2015), sehingga sering kali
kering, pecah-pecah dan kapalan. Gejala mengganggu dan dapat membatasi aktivitas
akibat kerusakan saraf motorik berupa fisik, menurunkan kualitas hidup dan
kelemahan otot, atropi dan akhirnya terjadi produktivitas kerja (Bril et al., 2018).
deformitas. Gejala dari kerusakan saraf Penelitian oleh Ahmed (2017) menyatakan
sensorik dibedakan menjadi dua yaitu nyeri terdapat hubungan antara neuropati perifer
hebat dan tanpa nyeri. Rasa kebas merupakan dan kualitas hidup pasien DM. Mayoritas
gejala yang paling lazim dan biasanya muncul pasien DM dengan neuropati mengalami rasa
lebih dini (Bilous & Donelly, 2014). terbakar pada kaki dan tungkai, kesemutan,
Kulit yang kering dan pecah-pecah kelemahan, dan ketidakstabilan pada saat
ditambah dengan kondisi deformitas yang berdiri atau berjalan sehingga berdampak
40
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
buruk pada kualitas hidup pasien dan dapat Faktor lain yang mempengaruhi
berujung kepada depresi. derajat keparahan neuropati perifer adalah
Neuropati perifer bersifat kronik dan usia, Body Mass Index (BMI) dan durasi
progresif yang artinya dapat berkembang menderita DM (Amour et al, 2019). Hal ini
menjadi neuropati berat hingga komplikasi sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
kaki diabetik lainnya seperti osteoarthropathy Popescu et al (2016) yang menyatakan bahwa
osteomyelitis, dan ulkus (Holt, 2010). usia merupakan faktor independen terhadap
Beberapa mekanisme berkontribusi dalam derajat keparahan neuropati perifer pada
perkembangan kerusakan saraf pada pasien DM.
neuropati perifer. Perubahan metabolik dan Penelitian lainnya oleh Qureshi, Iqbal,
vaskuler pada pasien DM menjadi penyebab Zahoor, Ali dan Javed (2017) menyatakan
kerusakan saraf seperti yang terjadi pada bahwa terdapat korelasi antara tingkat
komplikasi mikrovaskuler lainnya yaitu keparahan dengan beberapa faktor yaitu usia
retinopati dan nepropati diabetik (Glow & (p value 0,018), lama menderita DM (p value
Moore, 2014). Perubahan ini meliputi sintesis 0,001), HbA1c (p value 0,043) dan gaya hidup
advance glycosilation and products (AGEs), (p value 0,005). Menurut penelitian Ghavami
peningkatan aktivitas jalur poliol, aktivasi et al (2018), pengaturan gaya hidup berupa
protein kinase C (PKC) dan pembentukan mengontrol kadar glukosa, meningkatkan
radikal bebas. Aktivitas berbagai jalur aktivitas fisik, menurunkan berat badan dan
tersebut berawal dari hiperglikemia melakukan perawatan kaki efektif dalam
berkepanjangan (Sudoyo dkk, 2010). Oleh menurunkan derajat neuropati perifer pada
karena itu, perkembangan neuropati perifer penderita DM tipe 2 (p<0,001).
ini dipengaruhi oleh kontrol glukosa darah Faktor lain yang berhubungan dengan
pasien DM. Semakin buruk kontrol glukosa derajat keparahan neuropati perifer pada
pasien DM, semakin besar risiko untuk penderita DM adalah kadar lipid darah.
mengalami neuropati berat. Kontrol glukosa Berdasarkan penelitian Irawan, Wuysang dan
darah pasien digambarkan dengan kadar Goysal (2019), terdapat hubungan bermakna
HbA1c. Penelitian oleh Hwang, Pyun dan antara kadar lipid dan derajat keparahan
Kwon (2016), rata-rata kadar HbA1c neuropati (p< 0,05), terutama pada pasien
meningkat pada pasien DM dengan neuropati dengan kadar HbA1C < 7 %. Tingginya kadar
berat. lipid dapat menginduksi stres oksidatif pada
41
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
neuron sensorik, sehingga berperan signifikan dipublikasikan pada tahun 2016-2020; 2) hasil
terhadap progresifitas neuropati perifer. yang diukur adalah neuropati perifer pada
Berdasarkan uraian di atas, peneliti pasien DM; 3) penelitian dilakukan dengan
tertarik untuk melakukan literature review menggunakan metode korelasional; dan 4)
dengan judul “Faktor-faktor yang artikel dalam bahasa Indonesia dan bahasa
mempengaruhi derajat keparahan neuropati Inggris. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah
perifer pada pasien DM”. 1) artikel yang tidak dalam bentuk free full
text; dan 2) artikel dengan metode review
Metode Penelitian penelitian.
Desain yang digunakan dalam Artikel yang sesuai dengan kriteria
penelitian ini adalah kajian literature review. inklusi dan terdapat tema neuropati perifer
Penelitian ini menggunakan metode kajian pada pasien DM akan dipilih dan dilakukan
literature review untuk mengumpulkan, review.
mengidentifikasi, mengevaluasi dan juga
menginterpretasi faktor-faktor yang Hasil Penelitian
mempengaruhi derajat keparahan neuropati Hasil penelusuran artikel
perifer pada pasien DM. menggunakan database Google Schoolar dan
Data yang digunakan dalam penelitian PubMed dengan menggunakan kata kunci
ini berasal dari hasil-hasil penelitian yang “derajat keparahan” atau “severity”;
sudah dilakukan dan diterbitkan dalam artikel “neuropati perifer” atau “peripheral
penelitian online nasional dan internasional. neuropathy”; dan “diabetes melitus”, peneliti
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menemukan 4.027 artikel yang sesuai dengan
melakukan pencarian artikel yang kata kunci tersebut. Selanjutnya, artikel
dipublikasikan di internet menggunakan diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yaitu full
database google scholar dan PubMed dengan text dan tahun publikasi di atas tahun 2016
keyword atau kata kunci yaitu “neuropati sehingga 3.639 artikel dieksklusi. Sebanyak
perifer”, “derajat keparahan” dan “diabetes 388 artikel dilakukan skrining dan diseleksi
melitus”. menurut pertanyaan penelitian yang sudah
Artikel penelitian yang ditemukan dirumuskan. Kemudian pengkajian kelayakan
sesuai kata kunci selanjutnya dilakukan terhadap 46 artikel dilakukan sehingga
skrining dan dipilih sesuai dengan kriteria didapatkan 10 artikel full text yang paling
inklusi, meliputi: 1) artikel penelitian relevan dengan topik. 10 artikel penelitian ini
42
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
Artikel penelitian yang sesuai dengan penelitian, sampel, hasil/ temuan, kesamaan
kriteria inklusi akan dikumpulkan dan dibuat dan perbedaan. Artikel penelitian yang
ringkasan artikel meliputi judul penelitian, dilakukan review oleh peneliti secara singkat
peneliti, tahun, tujuan penelitian, metode dijabarkan dalam tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 1
Matriks Artikel yang Direview
N Judul penelitian, peneliti Tujuan Penelitian Metode Sampel Analisa Data Hasil penelitian
o dan tahun penelitian
1 Prevalence, patterns, Untuk Penelitian 315 pasien Data diolah Prevalensi dari neuropati
and factors associated mengevaluasi ini rawat jalan menggunakan perifer adalah 72,2% yang
with peripheral prevalensi dan menggunak dengan SPSS. Uji yang mana 55% merupakan
neuropathies among faktor yang an desain diagnosa DM digunakan neuropati berat, 19%
diabetic patients at berhubungan penelitian di Kilimanjaro adalah neuropati sedang dan 26%
tertiary hospital in dengan neuropati cross Christian student’s t-test, neuropati ringan. Derajat
kilimanjaro region: perifer. sectional Medical Chi Square test neuropati berhubungan
descriptive cross- Center, dan dengan peningkatan umur
sectional study from Tanzania multivariable (p< 0,001), peningkatan
north-eastern tanzania; Utara logistic BMI (p< 0,001) dan durasi
Amour et al (2019) regression menderita DM di atas 7
model tahun (p< 0,006)
2 Serum 25(oh) vitamin d Untuk Penelitian 80 pasien Data diolah Terdapat hubungan antara
level and its relation to mengevaluasi ini rawat jalan menggunakan usia (p= 0,001), durasi
diabetic peripheral korelasi antara menggunak dengan SPSS. Uji yang menderita DM (p=0,004),
neuropathy in egyptian serum 25(OH) an desain diagnosa DM digunakan : uji t HbA1c (p= 0,000) dan
patients with type 2 vitamin D dan penelitian tipe 2 di poli independen, defisiensi vitamin D (p=
neuropati perifer case control neurologi RS Chi Square dan 0,007) dengan keparahan
43
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
44
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
46
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
Penelitian Irawan dkk (2019) juga didapatkan independen terhadap keparahan neuropati
hasil bahwa sebagian besar reponden pada pasien DM.
mengalami neuropati berat (55,4%). Usia >60 tahun memiliki risiko paling
besar untuk terkena neuropati perifer.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat Peningkatan usia berpengaruh terhadap
keparahan neuropati perifer. progresivitas dari neuropati perifer pada
Usia pasien DM. Pertambahan usia akan
Enam dari 10 artikel yang direview, mempengaruhi kelenturan pembuluh darah,
didapatkan bahwa usia merupakan faktor sehingga dapat menurunkan vaskularisasi
yang mempengaruhi neuropati pada pasien jaringan-jaringan tubuh (Putri & Waluyo,
DM. Penelitian yang dilakukan oleh Amour et 2020). Hal ini berkaitan dengan kejadian
al (2019), menyatakan bahwa keparahan penuaan yang dipengaruhi oleh
neuropati perifer berhubungan dengan keseimbangan antara produksi radikal bebas
peningkatan usia dengan p value < 0,001. dengan sistem penangkal radikal bebas dan
Mayoritas pasien DM dengan neuropati perbaikan tubuh (Ahmad & Damayanti, 2018).
perifer berada di kategori umur >60 tahun Peningkatan ROS akibat hiperglikemia dan
yaitu sebesar 84,8 %. Hal ini sejalan dengan proses penuaan mempengaruhi progresivitas
penelitian Abdelsadek, Saghier dan Raheem neuropati perifer pada pasien DM (Prasetyani
(2018) yang menyatakan bahwa berdasarkan & Martiningsih, 2019).
analisis regresi didapatkan faktor usia adalah
faktor risiko paling signifikan terhadap HbA1c
perkembangan neuropati perifer pada pasien Empat dari 10 artikel penelitin yang
DM tipe 2 dengan p value 0,001 dan odds ratio direview menyatakan bahwa kadar HbA1c
sebesar 1,975. mempengaruhi keparahan neuropati perifer
Neuropati berat hanya muncul pada pada pasien DM. Penelitian oleh Hwang et
kelompok usia yang lebih tua (Karki et al, al(2016) menyatakan bahwa HbA1c
2019). Berdasarkan penelitian oleh Kizoki et al berkorelasi secara signifikan dengan derajat
(2017) didapatkan bahwa usia di atas 60 tahun keparahan dari neuropati perifer dengan p
berhubungan dengan neuropati perifer. value< 0,001. Hal ini sejalan dengan penelitian
Begitu juga dengan penelitian oleh Popescu et Abdelsadek, Saghier dan Raheem (2018) yang
al (2016) menyatakan bahwa usia berkorelasi menyatakan bahwa berdasarkan analisis
positif secara signifikan dan menjadi faktor regresi didapatkan peningkatan HbA1c adalah
47
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
faktor risiko signifikan terhadap lama pasien hidup dengan DM, maka semakin
perkembangan neuropati perifer pada pasien besar kemungkinan pasien mengalami
DM tipe 2 dengan p value 0,000 dan odds ratio neuropati perifer. Hal ini dikarenakan
sebesar 9,333. Begitu juga dengan penelitian neuropati perifer sangat berhubungan
yang dilakukan oleh Qureshi et al (2017) dan dengan lamanya paparan hiperglikemia yang
Popescu et al (2016), didapatkan hasil bahwa dialami. Kerusakan kapiler darah dan serabut
terdapat hubungan yang signifikan antara saraf karena hiperglikemia akan terjadi secara
kadar HbA1c dan total skor MNSI pasien DM. perlahan dan akan semakin parah jika kontrol
Kadar HbA1c dapat memberikan glikemik pasien buruk (Putri & Waluyo, 2020).
gambaran kontrol gula darah penderita DM
dalam rentang waktu 1-3 bulan (Amran & Defisiensi vitamin D
Rahman, 2018). Kontrol gula darah yang Penelitian oleh Abdelsadek, Saghier
buruk dapat menyebabkan kondisi dan Raheem (2018) menyatakan bahwa
hiperglikemia kronik. Hiperglikemia kronik sebagian besar pasien DM tipe 2 mengalami
berkontribusi secara signifikan terhadap defisiensi vitamin D yaitu sebesar 73,3%. Rata-
kerusakan akson yang menjadi dasar rata serum 25(OH) vitamin D pada pasien DM
berkembangnya neuropati perifer pada dengan neuropati lebih rendah secara
pasien DM (Qureshi et al, 2017). signifikan daripada pasien DM tanpa
neuropati. Hasil penelitian juga didapatkan
Durasi menderita DM bahwa serum 25 (OH) vitamin D secara
Empat dari 10 artikel penelitin yang signifikan memiliki korelasi negatif dengan
direview menyatakan bahwa durasi keparahan dari neuropati perifer yang diukur
menderita DM mempengaruhi keparahan dengan NDS dan NCS dengan p value < 0,001.
neuropati perifer pada pasien DM. Penelitian Hal ini berbeda dengan penelitian Khan, Rajar,
oleh Qureshi et al (2017) didapatkan bahwa Memon dan Naeem (2018) yang
adanya korelasi positif secara signifikan mendapatkan hasil bahwa tidak ada
antara durasi menderita DM dan keparahan hubungan yang signifikan antara defisiensi
neuropati perifer pada pasien DM dengan p= vitamin D dan keparahan dari neuropati
0,01. Hal ini sejalan dengan penelitian Fitri et perifer (p value= 0,507).
al (2019) yang menyatakan bahwa mayoritas Vitamin D berperan sebagai
pasien dengan durasi menderita DM ≥ 5 tahun neuroprotektor dalam melindungi stuktur dan
mengalami neuropati berat (62,1%). Semakin integritas neuron melalui sintesis neurotropin
48
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
dan NGF. Vitamin D juga berperan dalam memiliki kadar 175,36mg/dL. Hubungan
mengurangi influks kalsium berlebihan ke tersebut lebih jelas terlihat pada subjek
dalam neuron, sehingga mencegah terjadinya dengan kadar HbA1C <7% (p=0,000).
depolarisasi yang berkepanjangan dan Penelitian yang dilakukan oleh Amour
toksisitas sel neuron (Ardhini, Rahmawati, et al (2019) didapatkan hasil bahwa terdapat
Pudjonarko & Kustiowati, 2015). korelasi antara keparahan neuropati perifer
Defisiensi vitamin D biasanya terjadi dengan peningkatan BMI dengan p value <
pada pasien DM. Hal ini menyebabkan 0,001. Pasien DM yang termasuk kategori
rendahnya level neurotropin dan NGF dan obesitas yaitu BMI≥ 30 kg/m², sebagian besar
kerusakan homeostasis kalsium neuronal mengalami neuropati perifer (83,8%).
pada pasien DM. Keadaan ini diperkirakan Penelitian yang dilakukan Hwang et al
berhubungan dengan kejadian dan keparahan (2016) mendapatkan hasil bahwa temuan
neuropati perifer pada pasien DM (Qu et al, adanya plak merupakan variabel paling
2017). signifikan yang berhubungan dengan
keparahan neuropati perifer pada pasien DM
Kadar lipid, BMI dan adanya plak dengan p value < 0,001 dan odds ratio paling
aterosklerosis tinggi yaitu 2,52. Adanya plak pada arteri
Kelainan vaskular juga berpengaruh karotis diukur dengan melakukan
terhadap progesivitas neuropati perifer pada pemeriksaan carotid ultrasound.
pasien DM (Sudoyo dkk, 2010). Berdasarkan
artikel yang direview, faktor yang Kesimpulan
berhubungan dengan kelainan vaskuler ini Hasil literature review dari 10 artikel
adalah kadar lipid, BMI dan ateriosklerosis. dapat disimpulkan bahwa prevalensi dari
Penelitian Irawan dkk (2019) neuropati perifer pada pasien DM berkisar
menunjukkan adanya hubungan kadar antara 11,25% sampai 72,2%. Pemeriksaan
kolesterol total dengan derajat keparahan untuk menegakkan diagnosis neuropati
NDP. Peningkatan rerata kadar kolesterol perifer terdiri dari kuesioner, pemeriksaan
total akan diikuti dengan perburukan derajat fisik pada kaki, dan pemeriksaan penunjang.
keparahan NDP secara bermakna (p=0,029). Faktor yang mempengaruhi derajat
Subjek dengan NDP derajat berat memiliki keparahan dari neuropati perifer pada pasien
rerata kadar kolesterol total rata-rata DM adalah usia, durasi menderita DM, HbA1c,
214,45mg/dL, sedangkan pada NDP ringan kadar lipid, defisiensi vitamin D dan adanya
49
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
50
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
Herman, W.H et al. (2013). Use of the Janahi, N.M., & Bakhiet, M. (2015). Diabetic
michigan neuropathy screening peripheral neurophaty: a common
instrument as a measure of distal complication in diabetic patients. Bahrain
symmetrical peripheral neuropathy in Medical Bulletin, 37(1), 1-9.
type 1 diabetes: results from the diabetes
control and complications trial/ Karki, D., Nagila, A., Dhakal, N., & Chhetri, S.
epidemiology of diabetes interventions (2018). Prevalence of peripheral
and complications. Diabet Med, 29(7), neuropathy in diabetes mellitus and its
937-944. association with therapy, ethnicity and
51
Putri, Hasneli , Safri/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
Sukmaningsih, W. R., Kasjono, H. S., & Zamroni, Z., Asmedi, A., & Nuradyo, D. (2016).
Werdani, K. E. (2016). Faktor Risiko Neuropathy symptom score dan
Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di neuropathy deficit score sebagai skor
Wilayah Kerja Puskesmas diagnostik neuropati diabetik. Berkala
Purwodiningratan Surakarta (Doctoral NeuroSains, 15(1), 46-53.
dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
53