Anda di halaman 1dari 8

Universitas Aufa Royhan

di Kota Padangsidimpuan

GAYA HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN NEUROPATI PERIFER


DI KOTA PADANGSIDIMPUAN STUDY FENOMENOLOGI

Indri Rahmadani1, Sukhri Herianto Ritonga2, Mhd. Arsyad Elfiqoh Rambe3


1
Mahasiswa Program Studi Program Sarjana Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan
2
Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan
3
Dosen Program Studi Farmasi Program sarjana Universitas Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan
(Indrirahmadani1117@gmail.com)
Abstrak
Gaya hidup merupakan faktor resiko utama pada penderita komplikasi DM khusunya Neuropati Perifer.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gaya hidup penderita diabetes mellitus dengan
neuropati perifer di kota Padangsidimpuan. Jenis Penelitian adalah kualitatif dengan Desain penelitian
studi fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di kota Padangsidimpuan. Populasi dalam penelitian ini
adalah keseluruhan penderita diabetes mellitus dengan neuropati perifer. Jumlah partisipan dalam
penelitan ini sebanyak 6 orang dengan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara secara mendalam (in-
depth interview). Hasil penelitian ini mendapatkan 4 tema yang ditentukan dari hasil wawancara gaya
hidup pendeita diabetes mellitus dengan neuropati perifer. Tema tersebut adalah (1) Aktivitas Fisik (2)
Kontrol Pola Makan (3) Pengobatan (4) Pola Tidur. Penelitian ini diharapkan diharapkan dapat
dikembangkan melalui penelitian dengan mengekspor lebih dalam mengenai gaya hidup penderita
Diabetes Mellitus Dengan Neuropati Perifer.

Kata Kunci : Gaya Hidup, Neuropati Perifer

Daftar Pustaka: 48 (2004-2020)

Abstract
Lifestyle ismain risk factorin patients with diabetes complicationsespecially peripheral neuropathy. The
purpose of this research isto knowhow to livepeople with diabetes mellituswith peripheral neuropathy in
the city of Padangsidimpuan. This type of research is qualitative with a phenomenological study
design.this research was conductedin the city of Padangsidimpuan.The population in this study istotal
patients with diabetes mellitus with peripheral neuropathy. Number of participantsin this researchas many
as 6 peoplewith sampling techniqueused is purposive sampling. The Data collection technique in this
researchusing the interview methodin depth (in-depth interviews).The results of this studyget 4
themeswhich is determinedfrom the interviewlifestyle of people with diabetes mellituswith peripheral
neuropathy.The theme is(1) Physical Activity(2) Diet(3) Treatment(4) Sleep Pattern. It is hoped that this
research can be developed through research by exporting more deeply about the lifestyle of people with
Diabetes Mellitus with Peripheral Neuropathy.

Keywords : Lifestyle, Peripheral Neuropathy

Bibliography : 48 (2004-2020)

1
PENDAHULUAN merasakan nyeri neuropati (Shillo et al, 2019).
Nyeri yang dirasakan berupa kaki terasa terbakar
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit dan bergetar sendiri (Perkumpulan
kronis yang ditandai dengan peningkatan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2015),
konsentrasi glukosa darah yang terjadi akibat sehingga sering kali mengganggu dan dapat
pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau membatasi aktivitas fisik, menurunkan kualitas
insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan hidup dan produktivitas kerja (Putri & Hasneli,
secara efektif oleh tubuh (World Health 2020).
Organization(WHO, 2019). Gaya hidup adalah pola kolektif perilaku
Berdasarkan estimasi data Internatinal yang berhubungan dengan kesehatan
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019, berdasarkan pilihan dari opsi yang tersedia untuk
jumlah kasus DM mencapai sekitar 463 juta jiwa orang menurut peluang hidup mereka
di dunia dan diprediksikan akan terus meningkat (Cockerham 2013). Menurut Sutisna dalam Heru
hingga 700 juta jiwa pada tahun 2045. Indonesia Suprihhadi (2017) gaya hidup secara luas
berada di urutan ke tujuh berdasarkan prevalensi didefenisikan sebagai cara hidup yng
penderita DM tertinggi di dunia yaitu dengan diidentifikasi oleh bagaimana orang lain
jumlah kasus sekitar 10,7 juta jiwa pada tahun menghabiskan waktu mereka (aktivitas) dilihat
2019. Tercatat di data WHO memprediksi dari pekerjaan, hobi, olahraga dan kegitan social
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia serta minat terdiri dari makanan, mode, dan juga
dari 8,4 juta di tahun 2000 menjadi 21,3 juta opinion (pendapat).
pada tahun 2030 (PERKENI, 2015). Sesuai dengan penelitian yang pernah
Berdasarkan laporan hasil RISKESDAS dilakukan Ahmed (2017) menyatakan terdapat
menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi DM hubungan antara neuropati perifer dan kualitas
di Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% hidup pasien DM. Mayoritas pasien DM dengan
atau 9,1 juta pada tahun 2013. Kemudian pada neuropati mengalami rasa terbakar pada kaki dan
tahun 2018 terjadi peningkatan prevalensi pada tungkai, kesemutan, kelemahan, dan
penderita DM menjadi 8,5% (2018). Di ketidakstabilan pada saat berdiri atau berjalan
Sumatara Utara penderita DM sebesar 1,39% sehingga berdampak buruk pada kualitas hidup
berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter pasien dan dapat berujung kepada depresi.
(Riskesdas, Sumut, 2018). Berdasarkan data dari Menurut Ghavami (2018) mengatakan
Dinas Kesehatan di Kota Padangsidimpuan bahwa gaya hidup yang buruk seperti merokok,
Penderita DM berjumlah 1.808 jiwa pada tahun pola makan yang buruk, kurang aktivitas fisik
2018 dan meningkat menjadi 2.076 jiwa pada dan stress yang berlebihan merupakan faktor
tahun 2020 ( Profil DINKES Padangsidimpuan pencetus utama dalam perkembangan yang
,2020). paling signifikan dalam peningkatan penyakit
kronis termasuk Diabetes Melitus.
Neuropati perifer merupakan penyakit Berdasarkan hasil penelitian lain disebut
mikrovaskular yang mengenai pembuluh darah bahwa gaya hidup berhubungan secara
arteri kecil yang menyuplai darah ke perifer signifikan dengan kualitas hidup sehingga
(Bilous & Donelly, 2014). Prevalensi neuropati pengelolaan gaya hidup ini merupakan aspek
perifer bervariasi tergantung kepada kriteria penting dalam pengelolaan penderita Diabetes
diagnostik, batasan definisi yang digunakan, Melitus dengan neuropati perifer.
karakteristik populasi dan metode seleksi Dari hasil studi pendahuluan yang saya
responden yang diteliti (Sudoyo dkk, 2010). lakukan pada salah satu partisipan bahwa gaya
Prevalensi neuropati perifer diabetik di negara- hidupnya masih kurang bagus salah satunya
negara Afrika sebesar 46 % dengan prevalensi yaitu pola makannya, partisipan mengatakan
tertinggi di Afrika Barat dan terendah yaitu setelah menderita Diabetes Melitus ini kadang
Afrika Tengah (Shiferaw dkk, 2020). makan nasi kadang cuma makan rebus-rebusan
aja, Santan sudah berkurang tapi masih sering
Walaupun sebagian pasien dengan mengkonsumsi makanan cepat saji seperti
neuropati perifer mengalami penurunan sensasi makan-makanan kaleng, mengkonsumsi
nyeri, namun sekitar 15-25% pasien DM makanan yang berkabohidrat dan masih suka
2
makan bakso. Sebelum menderita Diabetes Score 1 16,7
Melitus suka mengkonsumsi yang manis-manis Skor 1 1 16,7
sekarang sudah dikurangi. Berdasarkan latar Skor 2 3 50,0
belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan Skor 3 1 16,7
penelitian dengan judul Gaya Hidup Penderita Skor 4
Diabetes Mellitus Dengan Neuropati Perifer di Total 7 100%
kota padangdisimpuan : Study Fenomenologi.
Partisipan dalam penelitian ini adalah
METODE PENELITIAN masyarakat kota Padangsidimpuan.Jumlah
partisipan adalah 6 orang, ke enam partisipan
Penelitian ini kualitatif dengan Desain yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
penelitian studi fenomenologi. Penelitian ini partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia
dilakukan di kota Padangsidimpuan. Populasi untuk diwawancarai serta menandatangani
dalam penelitian ini adalah keseluruhan persetujuan menjadi partisipan penelitian
penderita diabetes mellitus dengan neuropati sebelum wawancara dimulai. Karakteristik
perifer. Partisipan dalam penelitan ini sebanyak partisipan dalam penelitian ini meliputi umur,
6 orang dengan teknik sampling yaitu purposive jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, dan lama
sampling. Teknik pengumpulan data dalam menderita Diabetes Melitus dengan Neuropati
penelitian ini menggunakan metode wawancara Perifer.
secara mendalam (in-depth interview). Yang
mana ada 4 tema yang ditentukan dari hasil Dari ke enam partisipan berusia 40-60
wawancara yaitu (1) Aktivitas Fisik (2) Kontrol tahun (n=6,100%), jenis kelamin laki-laki
Pola Makan (3) Pengobatan (4) Pola Tidur. (n=3,50,0%), jenis kelamin perempuan
(n=3,50%), suku bangsa batak (n=4,66,7%),
HASIL DAN PEMBAHASAN suku bangsa jawa (n=2,33,3%), ibu rumah
tangga (n=2, 33,3%), petani (n= 1,16,7%), PNS
1. Karakteristik Partisipan (n=1,16,7%), wirasuwasta (n=2,33,3%) lama
menderita luka kaki diabetic selama 1-10 tahun
Karakteristik Frekuensi Persentase (n=4,66,7%), lama menderita luka kaki diabetic
(%) selama >10 tahun (n=2,33,3%), Diabetic
Umur 6 100,0 Neuropathy Score skor 1-4, Skor 1(n=1,16,7%),
40-60 Tahun Skor 2 (n=1,1,67%) Skor 3(n=3,50,0), Skor
Jenis kelamin 4(n=1,16,7).
Laki-Laki 3 50,0 2. Gaya Hidup Aktivitas Fisik Penderita
Perempuan 3 50,0 Dabetes Melitus Terhadap Neuropati
Suku Bangsa Perifier

Suku Batak 4 66,7 Tema 1 : Aktivitas Fisik


Suku Jawa 2 33,3 Sub Tema Kategori
Pekerjaan 1. Kerja fisik 1. Jalan pagi
Ibu Rumah Tangga 2 33,3 2. Bertani
Petani 1 16,7 3. Melakukan
PNS 1 16,7 pekerjaan rumah
Wiraswasta 2 33,3 4. Mencuci karpet
Lama Menderita DM
Dengan Neuropati A. Aktivitas Fisik
Perifer
1-10 tahun 4 66,7 Berdasarkan wawancara yang telah
>10 tahun 2 33,3 dilakukan terhadap keenam partisipan diperoleh
Diabetic Neuropathy aktivitas fisik terdiri dari sub tema: (a) kerja
fisik, yang terdiri dari kerja fisik jalan pagi,

3
bertani dan kerja fisik melakukan pekerjaan et.al.,2014).Hal ini sejalan dengan penelitian
rumah tangga. Fitri et al (2019) yang menyatakan bahwa
mayoritas pasien dengan durasi menderita DM ≥
1. Kerja Fisik 5 tahun mengalami neuropati berat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan 3. Gaya Hidup Kontrol Pola Makan
diperoleh partisipan mengatakan aktivitas fisik Penderita Dabetes Melitus Terhadap
yang dilakukan yaitu kerja fisik jalan pagi, Neuropati Perifier
bertani dan pekerjaan rumah tangga. Jalan pagi
yang dimaksud oleh partisipan adalah berjalan Tema 2 : Kontrol Pola Makan
ketempat kerja seperti bertani atau kesawah
dengan jarak dua ratus sampai tiga ratus meter Sub tema Kategori
dengan durasi 15-30 menit. Aktivitas fisik ini 1. Memilih makanan 1. Mengkonsumsi
dilakukan dengan penuh keterbatasan serta yang berserat and sayur-sayuran
beberapa faktor seperti faktor pekerjaan untuk bervitamin dan buah-
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut 2. Memilih waktu jam buahan
(Rohmah & Anita, 2009) jenis pekerjaan makan yang baik 2. Mengatur
seseorang memang dapat memicu terjadinya jadwal makan
stress, serta dapat meningkatkan jumlah kadar
gula darah, serta membuat seseorang cenderung B. Kontrol Pola Makan
untuk mengkonsumsi makanan yang manis-
manis (nasi) karena lelah bekerja. Berdasarkan wawancara yang telah
Hal yang menyebabkan partisipan dilakukan terhadap keenam partisipan diperoleh
neuropati perifer masih bisa melakukan aktivitas kontrol pola makan terdiri dari sub tema: (1)
fisik dikarenakan neuropati berat hanya muncul Memilih makanan yang berserat dan bervitamin
padakelompok usia yang lebih tua usia di atas yaitu mengkonsumsi sayur dan buah (2)
60 tahun (Karki et al, 2019). Usia >60 tahun Memilih waktu jam makan yang baik seperti
memiliki risiko palingbesar untuk terkena mengatur jadwal makan.
neuropati perifer. Peningkatan usia berpengaruh
terhadap progresivitas dari neuropati perifer 1. Memilih Makanan berserat dan
pada pasien DM. Pertambahan usia akan Bervitamin
mempengaruhi kelenturan pembuluh darah, Dari hasil penelitian yang dilakukan
sehingga dapat menurunkan vaskularisasi diperoleh partisipan mengatakan bahwa mereka
jaringan-jaringan tubuh (Putri & Waluyo, 2020). mengkonsumsi nasi merah, sayur dan buah
Faktor lama menderita diabetes dapat dengan durasi 2 kali sehari. Ada keterkaitan
mempengaruhi terjadinya komplikasi antara pola makan dengan neuropati diabetik,
neuropatidimana semakin lama menderita memiliih makanan dan mengatur konsumsi
diabetes maka resiko terjadinya komplikasi karbohidrat penting untuk pengaturan gula
semakin tinggi. Hasil diperoleh kenapa darah. Diet yang baik pada penderita diabetes
partisipan masih berupaya melakukan aktivitas, melitus sangat bermanfaat dalam memperbaiki
mereka merasa sudah terbiasa dengan kesehatan umum penderita serta memberikan
penyakitnya sehingga saat kaki nyeri dan jumlah energi yang cukup untuk memelihara
sebagainya mereka beristirahat sampai merasa berat badan yang normal dan dapat
sanggup kemudian bekerja seperti biasa yaitu mempertahankan kadar gula darah
bertani dan mencuci karpet. normal.Menurut (Pratiwi,2019) penderita
Hasil penelitian lain juga mendukung neuropati perifer memiliki gangguan terhadap
bahwa lama waktu seseorang mengalami sistem saraf sehingga tidak dapat menajalankan
diabetes melitus seiring dengan komplikasi yang fungsinya dengan baik karena itu butuh nutrisi
akan muncul, artinya jika seseorang semakin yang memadai agar dapat berfungsi dengan baik.
lama mengalami diabetes melitus maka akan 2. Memilih waktu jam makan yang baik
semakin tinggi pula kejadian komplikasi yang Dari hasil wawancara diperoleh
dialami oleh pasien (Herrera- Rangel, gambaran partisipan menyatakan bahwa

4
memiliki jadwal makan yaitu 3 kali sehari tetapi Berdasarkan wawancara yang telah
batas jam 6 sore dan porsi sedikit karena tidak dilakukan terhadap keenam partisipan diperoleh
baik bagi penderita diabetesmelitus. Hasil pengobatan terdiri dari sub tema: (1) pengobatan
penelitian Semana, Baharuddin, & non farmakologi (2) pengobatan farmakologi (3)
Rufaidah(2013) yang menyatakan bahwa ada Perawatan kaki diabetes
keterkaitan antara pola makan dengan terjadinya 1. Pengobatan non-farmakologi
komplikasi pada penderita diabetes melitus tipe Dari hasil wawancara diperoleh
2. Pola makan yang tidak terkontrol akan gambaran partisipan menyatakan bahwa
menyebabkan terjadinya hiperglikemia persisten. beberapa partisipan selain mengkonsumsi obat
Pengaturan pola makan yang terjadwal dari dokter, juga mengkonsumsi obat-obatan
pada pasien diabetes melitus tipe 2 merupakan herbal seperti pengobatan dengan bawang putih
pencegahan yang penting dilakukan untuk di blender, pengobatan dengan pelepah pinang di
menghindari terjadinya komplikasi. Ahli gizi rebus, pengobatan dengan empedu tanah di
menyarankan untuk mengatur pola makan tidak rebus, dan pengobatan dengan daun salam dan
hanya melihat dari jenis makanan yang sledri di rebus. Partisipan merasa dengan
dikonsumsi namun juga kuantitas makanan yang menggunakan obat non-farmakologi semakin
berpengaruh terhadap peningkatan gula darah. membantu dalam mengurangi rasa nyeri pada
kaki.
4. Gaya Hidup Pengobatan Penderita Pengobatan non-farmakologis
Dabetes Melitus Terhadap Neuropati merupakanpilihan pengobatan untuk melengkapi
Perifier terapi farmakologis yang sudah dilakukan
karena juga dapat mengurangi perilaku nyeri,
Tema 3: Pengobatan mengurangi gejala, mencegah perburukan,
Sub tema Kategori mengurangi dosis analgetik yang dibutuhkan
1. Pengobatan 1. Pengobatan sehingga mengurangi efek samping obat yang
Non dengan bawang akhirnya memberikan rasa nyaman dan
farmakologi putih,di blender meningkatkan kualitas hidup pasien (Metin, &
2. Pengobatan Ozdemir, 2016; Gok Metin et al, 2017).
dengan pelepah 2. Pengobatan farmakologi
pinang, di rebus Dari hasil wawancara diperoleh
3. Pengobatan gambaran partisipan menyatakan bahwa
dengan empedu partisipan mengkonsumsi obat yang diiberikan
tanah, di rebus dokter dan mengkonsumsinya sesuai anjuran
4. Pengobatan dokter. Semakin lama seseorang menderita
dengan daun diabetes maka semakin besar resiko komplikasi
salam dan sledri yang akan diderita jika tidak mengikuti arahan
di rebus dari tenaga medis salah satunya konsumsi obat.
Pengunaan obat untukpengobatan Diabetes
2. Pengobatan 1. pengobatan dengan Melitus Tipe 2 sangat dibutuhkan oleh sel tubuh
Farmakologi obat medis untuk mengubah dan menggunakan glukosa
yang diperoleh darah, dari glukosa sel membuat energi yang
dari petugas dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya.
kesehatan Karena pada Diabetes Melitus tipe 2,
3. Perawatan kaki 1. penggunaan sepatu pasien memproduksi insulin, tetapi sel tubuh
diabetes atau sandal degan tidak merespon insulin dengan normal. Namun
ukuran yang sesuai demikian, insulin juga digunakan pada Diabetes
2. memotong kuku Melitus tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel
kaki sekali terhadap insulin (Anonim, 2010).Hasil penelitin
seminggu sejalan dengan penelitian Lestari, Purwata, &
Putra (2016) menunjukkan bahwa terdapat
C. Pengobatan

5
hubungan antara terapi rutin minum obat Berdasarkan wawancara yang telah
dengan neuropati diabetik. dilakukan terhadap keenam partisipan diperoleh
3. Perawatan kaki diabetes pengobatan terdiri dari sub tema: (1) kualitas
Dari hasil wawancara diperoleh tidur menurun yaitu pola tidur terganggu
gambaran partisipan menyatakan bahwa 1. Kualitas tidur menurun
partisipan membersihkan sepatu kerja sebelum Dari hasil wawancara diperoleh
berangkat bekerja dan selalu membersihkan kaki gambaran partisipan menyatakan bahwa pola
saat mandi dan setelah bekerja serta emotong tidur selama menderita diabetes tidak bagus, ada
kuku kaki sekali seminggu. Beberapa hal yang sulit tertidur dan mudah terbangun pada
mempengaruhi terjadinya luka pada kaki orang jam-jam tertentu. Tidur adalah suatu keadaan
dengan diabetes apabila tidak dilakukan tidak sadaryang dialami seseorang yang dapat
perawatan dengan baik. Faktor pekerjaan sangat dibangunkan kembali dengan indera atau
berpengaruh terhadap perawatan kaki terutama rangsangan yang cukup. Hal ini dikarenakan
dengan orang yang berkerja dengan pemakaian perasaan nokruria, sering merasa haus,
sepatu yang lama seperti bertani atau bersawah. kesemutan dank ram pada kaki, nyeri dan
Kemudia lamanya menderita diabetes ketidaknyamanan fisik.
melitus akan menyebabkan terjadi masalah Tiap individu membutuhkan jumlah
terutama pada kaki apabila tidak dirawat dengan yang berbeda untuk tidur. Tanpa jumlah tidur
baik yang mengakibatkan terjadinya ulkus yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi,
diabetikus bahkan sampai terjadi amputasi. Kaki membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam
pasien diabetes melitus sangat rentan terhadap aktivitas harian akan menurun, dan
terjadinya luka, hal ini disebabkan karena meningkatkan iritabilitas (Pratiwi,2015). Durasi
adanya neuropati diabetik dimana pasien dan kualitas tidur beragamdiantara orang-orang
diabetes mengalami penurunan pada indra dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin
perasanya. merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur
Pencegahan yang dapat dilakukan agar sementara yang lain membutuhkan 10 jam.
tidak terjadi ulkus diabetikum yaitu dengan cara Penderita diabetes mellitus, umumnya
melakukan pemeriksaan pada sepatu yang akan mengeluh sering berkemih, merasa haus, merasa
digunakan setiap hari untuk mengetahui ada atau lapar, rasa gatal-gatal pada kulit, dan keluhan
tidak batu-batu kecil yang dapat mencederai fisik lainnya seperti mual, pusing dan keluhan
kaki, menggunakan sepatu sesuai dengan ukuran fisik lainnya. Gejala klinis tersebut, pada malam
kaki, menggunakan kaos kaki yang tidak terlalu hari dialami oleh penderita penyakit diabetes
ketat atau kaos kaki yang terbuat dari bahan mellitus, hal ini tentu dapat mengganggu
katun, mengganti kaos kaki setiap hari dan selalu tidurnya. Terjadinya gangguan tidur akan
menggunakan alas kaki yang tertutup baik di berdampak pada meningkatnya frekuensi
dalam rumah ataupun diluar rumah (Johnson, terbangun, sulit tertidur kembali, ketidakpuasan
2005). tidur yang akhirnya mengakibatkan penurunan
kualitas tidur.
5.Gaya Hidup Pola Tidur Penderita Dabetes
Melitus Terhadap Neuropati Perifier KESIMPULAN DAN SARAN
Tema 4: Pola tidur
Peneliti mengidentifikasi 4 tema dengan
Sub tema Kategori 7 sub tema dan 14 kategori-kategori mengenai
gaya hidup penderita diabetes mellitus dengan
1. Kualitas tidur 1. Pola tidur terganggu neuropati perifer yaitu tema tersebut adalah (1)
menurun Aktifitas fisik (2) Kontrol pola makan (3)
Pengobatan (4) Pola tidur.

D. Pola Tidur

6
SARAN Qualitative and Mixed Approach, Sage
Publications.
Diharapkan dapat memberikan Cockerham,William C. 2005. Health
pengetahuan baru kepada partisipan mengenai LifestyleTheory and the Convergence of
gaya hidup penderita diabetes mellitus dengan Agency and Structure. Journal of Health and
neuropati perifer serta dapat mengetahui apa saja Social Behavior, 46: 51–67.
hal yang harus dilakukan agar tidak terjadi
komplikasi lebih parah Cockerham, William C. 2013a. Social Causes of
Health and Disease, 2nd edn. Cambridge,
REFERENSI UK: Polity Press. Cockerham, William C.
2013b.
American Diabetes Association.(1997). Report Di, M. T.- et al. (2018) ‘Gambaran Kualitas
of the Expert Committee on the diagnosis and Tidur Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-
classification of diabetes mellitus. Diabetes 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep’,
Care 20, 1183-1197 Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
American Diabetes Association.(2004). 6(2356–3346), p. 12.
Diagnosis and classification of diabetes Education: An. Introduction to theory and
mellitus.Diabetes care.27 (1), S5-S10. Methods, Boston: Allyn and bacon,Inc, 1982.
Ahmed, A. S. (2017). Assessment of quality of Featherstone, Mike. 1987. “Lifestyle and
life of patients with diabetic peripheral Consumer Culture” Theory, Culture and
neuropathy. IOSR Journal of Nursing and Sociezy 4:55-70.
Health Science, 6(5), 37-46.
Farhud, D. D. (2015). Impact of Lifestyle on
American Diabetes Association.(2014). Health. 44(11), 1442–1444.
Diagnosis and classification of diabetes
mellitus.Diabetes care, 37(Supplement 1), GHAVAMI, H., RADFAR, M., SOHEIY, S.,
S81-S90. SHAMSI, S. A., & KHALKHALI, H. R.
American Diabetes Association (2014) (2018).Pengaruh intervensi gaya hidup
StandarPerawatanMedis di Diabetes— pada neuropati perifer diabetik pada pasien
2014.Perawatan Diabetes, 37, S14-S80. dengan diabetes tipe 2 , hasil dari uji klinis
acak. 30(4), 165–170.
Arini Rahmawati, A. H. (2018) ‘Faktor
Dominan Neuropati Diabetik Pada Pasien Kadek, L. et al. (2016) ‘Terapi insulin
Diabetes Melitus Tipe 2’, Jurnal Berkala menurunkan kejadian nyeri neuropati
Epidemiologi, 6, Pp. 60–68. Doi: diabetik dibandingkan dengan oral anti-
10.20473/Jbe.V6i12018.60-68. diabetes pada penderita diabetes melitus tipe
2’, Medicina, 47, pp. 67–74.
Bilous, R &Donelly, R. (2014).Bukupegangan
diabetes. Jakarta: BumiMedika. Kadek Sri Rosiani, Desak Made Widyanthari, I.
W. S. (2014) ‘pengaruh senam kaki diabetes
Black, M, & Hawks, J. K. ( 2019 ) medical – terhadap neuropati perifer sensori pada
surgical nursing : Clinical Management for pasien diabetes mellitus tipe 2’, Community
Positive Outcomes ( 8 edition ). Missouri : of Publishing in Nursing (COPING), (2303–
Elsevier Saunders. 1298), pp. 1–10.

Burke Johnson, Larry Cristensen (2008); Kurnia, J. et al. (2017) ‘hubungan kualitas tidur
Educational Research; Quantitative, dengan kadar glukosa darah puasa pada
pasien diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit
pancaran kasih gmim manado’, e-Journal

7
Keperawatan (e-Kp) volume, 5, p. 10. Intervensigayahidupuntukneuropatipra-
diabetes. Perawatan Diabetes 200; 29 (6):
Karla, L., Bruschi, M., Araújo, D., Lavigne, E., 1294–9.
Filho, G., Moura, N. De, Barboza, P.,
Aparecida, P., & Frisanco, B. (2017). Smeltzer, C & Bare, G.2002.Keperawatan
Diabetes Mellitus dan Neuropati Perifer Medical-Bedah,Edisi 8 Jakarta : Penerbit
Diabetik. 12–21. buku kedokteran EGG.
PERKENI (2019) Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2. PB PERKENI. Putri, A. M. and Hasneli, Y. (2020) ‘Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Derajat
Putri, A. M. and Hasneli, Y. (2020) ‘Faktor- Keparahan Neuropati Perifer Pada Pasien
Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Diabetes Melitus : Literature Review Factors
Keparahan Neuropati Perifer Pada Pasien Associated of Severity of Peripheral
Diabetes Melitus : Literature Review Factors Neuropathy Among Diabetes Mellitus
Associated of Severity of Peripheral Patients : Literature Review Berdasarkan
Neuropathy Among Diabetes Mellitus Riset Kesehatan D’, Jurnal Ilmu
Patients : Literature Review Berdasarkan Keperawatan (2020), 8:1(e-ISSN 2550-018X
Riset Kesehatan D’, Jurnal Ilmu Faktor-Faktor), pp. 1–16.
Keperawatan (2020), 8:1(e-ISSN 2550-018X
Faktor-Faktor), pp. 1–16. Ritonga, S. H., Julianda, D. P. and Antoni, A.
(2021) ‘PENDERITA MASALAH KAKI
Qureshi, M. S., Iqbal, M., Zahoor, S., Ali, J., & DIABETIK’, Jurnal Keperawatan Priority,
Javed, M. U. (2017). Ambulatory screening 4(1), pp. 1–8.
of diabetic neuropathy and predictors of its
severity in outpatient settings. Journal of
Endocrinological
Investigation.https://doi.org/10.1007/s4061
8-016-0581-y
Smith AG, Russell J, Feldman EL, Goldstein J,
Peltier A, Smith S, dkk.

Anda mungkin juga menyukai