Anda di halaman 1dari 7

JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA

INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

GAYA HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN NEUROPATI PERIFER: STUDI


FENOMENOLOGI

Sukhri Herianto Ritonga¹, Indri Rahmadani¹, Mhd. Arsyad Elfiqoh Rambe¹


nerssukhri88@gmail.com

Abstrak
Gaya hidup merupakan salah satu faktor resiko memburuknya keadaan penderita DM sekaligus intervensi
nya, namun gaya hidup sehat cenderung belum bisa diaplikasikan oleh penderitanya dengan baik. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gaya hidup penderita diabetes mellitus dengan
neuropati perifer di kota Padangsidimpuan. Jenis Penelitian adalah kualitatif dengan Desain penelitian
studi fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di kota Padangsidimpuan. Populasi dalam penelitian ini
adalah keseluruhan penderita diabetes mellitus dengan neuropati perifer. Jumlah partisipan dalam
penelitan ini sebanyak 6 orang dengan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara secara mendalam (in-
depth interview). Hasil penelitian ini mendapatkan 4 tema, tema tersebut adalah (1) Aktivitas Fisik (2)
Kontrol Pola Makan (3) Pengobatan (4) Pola Tidur. Penelitian ini diharapkan diharapkan dapat
dikembangkan melalui penelitian dengan mengeksplor lebih dalam mengenai gaya hidup penderita
Diabetes Mellitus Dengan Neuropati Perifer.

Kata Kunci: Gaya Hidup, Neuropati Perifer, Diabetes Mellitus, Studi Fenomenologi

Abstract
Lifestyle is one of the risk factors for the worsening of the condition of DM sufferers as well as its
interventions, but healthy lifestyles tend not to be properly applied by sufferers. The purpose of this study
was to find out how the lifestyle of people with diabetes mellitus with peripheral neuropathy in the city of
Padangsidimpuan. This type of research is a qualitative research design with a phenomenological study.
This research was conducted in the city of Padangsidimpuan. The population in this study were all
diabetes mellitus patients with peripheral neuropathy. The number of participants in this research was 6
people with the sampling technique used was purposive sampling. Data collection techniques in this study
used in-depth interviews. The results of this study obtained 4 themes, the themes were (1) Physical
Activity (2) Control of Diet (3) Treatment (4) Sleep Patterns. It is hoped that this research can be
developed through research by exploring more deeply the lifestyle of people with Diabetes Mellitus with
Peripheral Neuropathy.

Keywords : Lifestyle, Peripheral Neuropathy, Diabetes Mellitus, Phenomenology Study

PENDAHULUAN jumlah kasus sekitar 10,7 juta jiwa pada tahun


2019.
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis Neuropati perifer merupakan penyakit
dengan jumlah penderita yang terus meningkat mikrovaskular yang mengenai pembuluh darah
dari waktu ke waktu. Menurut Internatinal arteri kecil yang menyuplai darah ke perifer
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019, (Bilous & Donelly, 2014). Prevalensi neuropati
jumlah kasus DM mencapai sekitar 463 juta jiwa perifer bervariasi tergantung kepada kriteria
di dunia dan diprediksikan akan terus meningkat diagnostik, batasan definisi yang digunakan,
hingga 700 juta jiwa pada tahun 2045. Indonesia karakteristik populasi dan metode seleksi
berada di urutan ke tujuh berdasarkan prevalensi responden yang diteliti (Sudoyo dkk, 2010).
penderita DM tertinggi di dunia yaitu dengan Prevalensi neuropati perifer diabetik di negara-

204
Vol. 7 No. 2 Desember 2022
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

negara Afrika sebesar 46 % dengan prevalensi


tertinggi di Afrika Barat dan terendah yaitu
Afrika Tengah (Shiferaw dkk, 2020). METODE PENELITIAN
Penelitian ini kualitatif dengan Desain penelitian
Gaya hidup adalah pola kolektif perilaku yang
studi fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di
berhubungan dengan kesehatan berdasarkan
kota Padangsidimpuan. Populasi dalam
pilihan dari opsi yang tersedia untuk orang
penelitian ini adalah keseluruhan penderita
menurut peluang hidup mereka (Cockerham
diabetes mellitus dengan neuropati perifer.
2013). Menurut Sutisna dalam Heru Suprihhadi
Partisipan dalam penelitan ini sebanyak 6 orang
(2017) gaya hidup secara luas didefenisikan
dengan teknik sampling yaitu purposive
sebagai cara hidup yng diidentifikasi oleh
sampling. Teknik pengumpulan data dalam
bagaimana orang lain menghabiskan waktu
penelitian ini menggunakan metode wawancara
mereka (aktivitas) dilihat dari pekerjaan, hobi,
secara mendalam (in-depth interview). Yang
olahraga dan kegitan social serta minat terdiri
mana ada 4 tema yang ditentukan dari hasil
dari makanan, mode, dan juga opinion
wawancara yaitu (1) Aktivitas Fisik (2) Kontrol
(pendapat).
Pola Makan (3) Pengobatan (4) Pola Tidur.
Sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan
Ahmed (2017) menyatakan terdapat hubungan
antara neuropati perifer dan kualitas hidup HASIL DAN PEMBAHASAN
pasien DM. Mayoritas pasien DM dengan
neuropati mengalami rasa terbakar pada kaki dan Karakteristik Partisipan
tungkai, kesemutan, kelemahan, dan Karakteristik n %
ketidakstabilan pada saat berdiri atau berjalan Umur 6 100,0
sehingga berdampak buruk pada kualitas hidup 40-60 Tahun
pasien dan dapat berujung kepada depresi. Jenis kelamin
Menurut Ghavami (2018) mengatakan bahwa Laki-Laki 3 50,0
gaya hidup yang buruk seperti merokok, pola Perempuan 3 50,0
makan yang buruk, kurang aktivitas fisik dan Suku Bangsa
stress yang berlebihan merupakan faktor Suku Batak 4 66,7
pencetus utama dalam perkembangan yang Suku Jawa 2 33,3
paling signifikan dalam peningkatan penyakit Pekerjaan
kronis termasuk Diabetes Melitus. Ibu Rumah Tangga 2 33,3
Dari hasil studi pendahuluan pada salah satu Petani 1 16,7
partisipan bahwa gaya hidupnya masih kurang
PNS 1 16,7
bagus salah satunya yaitu pola makannya,
Wiraswasta 2 33,3
partisipan mengatakan setelah menderita Diabetes
Melitus ini kadang makan nasi kadang cuma Lama Menderita
makan rebus-rebusan aja, Santan sudah berkurang DM Dengan
tapi masih sering mengkonsumsi makanan cepat Neuropati Perifer
saji seperti makan-makanan kaleng, 1-10 tahun 4 66,7
mengkonsumsi makanan yang berkabohidrat dan >10 tahun 2 33,3
masih suka makan bakso. Sebelum menderita Diabetic Neuropathy
Diabetes Melitus suka mengkonsumsi yang manis- Score
manis sekarang sudah dikurangi. Berdasarkan latar Skor 1 1 16,7
belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan Skor 2 1 16,7
penelitian dengan judul Gaya Hidup Penderita Skor 3 3 50,0
Diabetes Mellitus Dengan Neuropati Perifer di Skor 4 1 16,7
kota padangdisimpuan : Study Fenomenologi. Total 6 100%

Partisipan dalam penelitian ini adalah


masyarakat kota Padangsidimpuan.Jumlah
205
Vol. 7 No. 2 Desember 2022
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

partisipan adalah 6 orang, ke enam partisipan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut


yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah (Rohmah & Anita, 2009) jenis pekerjaan
partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia seseorang memang dapat memicu terjadinya
untuk diwawancarai serta menandatangani stress, serta dapat meningkatkan jumlah kadar
persetujuan menjadi partisipan penelitian gula darah, serta membuat seseorang cenderung
sebelum wawancara dimulai. Karakteristik untuk mengkonsumsi makanan yang manis-
partisipan dalam penelitian ini meliputi umur, manis (nasi) karena lelah bekerja.
jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, dan lama Hal yang menyebabkan partisipan neuropati
menderita Diabetes Melitus dengan Neuropati perifer masih bisa melakukan aktivitas fisik
Perifer. dikarenakan neuropati berat hanya muncul
padakelompok usia yang lebih tua usia di atas 60
Dari ke enam partisipan berusia 40-60 tahun tahun (Karki et al, 2019). Usia >60 tahun
(n=6,100%), jenis kelamin laki-laki memiliki risiko palingbesar untuk terkena
(n=3,50,0%), jenis kelamin perempuan neuropati perifer. Peningkatan usia berpengaruh
(n=3,50%), suku bangsa batak (n=4,66,7%), terhadap progresivitas dari neuropati perifer
suku bangsa jawa (n=2,33,3%), ibu rumah pada pasien DM. Pertambahan usia akan
tangga (n=2, 33,3%), petani (n= 1,16,7%), PNS mempengaruhi kelenturan pembuluh darah,
(n=1,16,7%), wirasuwasta (n=2,33,3%) lama sehingga dapat menurunkan vaskularisasi
menderita luka kaki diabetic selama 1-10 tahun jaringan-jaringan tubuh (Putri & Waluyo, 2020).
(n=4,66,7%), lama menderita luka kaki diabetic Faktor lama menderita diabetes dapat
selama >10 tahun (n=2,33,3%), Diabetic mempengaruhi terjadinya komplikasi
Neuropathy Score skor 1-4, Skor 1 (n=1,16,7%), neuropatidimana semakin lama menderita
Skor 2 (n=1,1,67%) Skor 3(n=3,50,0), Skor diabetes maka resiko terjadinya komplikasi
4(n=1,16,7). semakin tinggi. Hasil diperoleh kenapa
partisipan masih berupaya melakukan aktivitas,
Tema 1 : Aktivitas Fisik mereka merasa sudah terbiasa dengan
Sub Tema Kategori penyakitnya sehingga saat kaki nyeri dan
1. Kerja fisik 1. Jalan pagi sebagainya mereka beristirahat sampai merasa
2. Bertani sanggup kemudian bekerja seperti biasa yaitu
3. Melakukan bertani dan mencuci karpet.
pekerjaan rumah Hasil penelitian lain juga mendukung bahwa
4. Mencuci karpet lama waktu seseorang mengalami diabetes
Aktivitas Fisik melitus seiring dengan komplikasi yang akan
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan muncul, artinya jika seseorang semakin lama
terhadap keenam partisipan diperoleh aktivitas mengalami diabetes melitus maka akan semakin
fisik terdiri dari sub tema: (a) kerja fisik, yang tinggi pula kejadian komplikasi yang dialami
terdiri dari kerja fisik jalan pagi, bertani dan oleh pasien (Herrera- Rangel, et.al.,2014).Hal ini
kerja fisik melakukan pekerjaan rumah tangga. sejalan dengan penelitian Fitri et al (2019) yang
menyatakan bahwa mayoritas pasien dengan
Kerja Fisik durasi menderita DM ≥ 5 tahun mengalami
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh neuropati berat.
partisipan mengatakan aktivitas fisik yang Tema 2 : Kontrol Pola Makan
dilakukan yaitu kerja fisik jalan pagi, bertani dan Sub tema Kategori
pekerjaan rumah tangga. Jalan pagi yang 1. Memilih makanan 1. Mengkonsumsi
dimaksud oleh partisipan adalah berjalan yang berserat and sayur-sayuran
ketempat kerja seperti bertani atau kesawah bervitamin dan buah-
dengan jarak dua ratus sampai tiga ratus meter 2. Memilih waktu jam buahan
dengan durasi 15-30 menit. Aktivitas fisik ini makan yang baik 2. Mengatur
dilakukan dengan penuh keterbatasan serta jadwal makan
beberapa faktor seperti faktor pekerjaan untuk Kontrol Pola Makan
206
Vol. 7 No. 2 Desember 2022
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan Sub tema Kategori


terhadap keenam partisipan diperoleh kontrol 1. Pengobatan 1. Pengobatan
pola makan terdiri dari sub tema: (1) Memilih Non dengan bawang
makanan yang berserat dan bervitamin yaitu farmakologi putih,di blender
mengkonsumsi sayur dan buah (2) Memilih 2. Pengobatan
waktu jam makan yang baik seperti mengatur dengan pelepah
jadwal makan. pinang, di rebus
3. Pengobatan
Memilih Makanan berserat dan Bervitamin dengan empedu
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh tanah, di rebus
partisipan mengatakan bahwa mereka 4. Pengobatan
mengkonsumsi nasi merah, sayur dan buah dengan daun
dengan durasi 2 kali sehari. Ada keterkaitan salam dan sledri
antara pola makan dengan neuropati diabetik, di rebus
memiliih makanan dan mengatur konsumsi
karbohidrat penting untuk pengaturan gula 2. Pengobatan 1. pengobatan dengan
darah. Diet yang baik pada penderita diabetes Farmakologi obat medis
melitus sangat bermanfaat dalam memperbaiki yang diperoleh
kesehatan umum penderita serta memberikan dari petugas
jumlah energi yang cukup untuk memelihara kesehatan
berat badan yang normal dan dapat 3. Perawatan kaki 1. penggunaan sepatu
mempertahankan kadar gula darah normal. diabetes atau sandal degan
Menurut (Pratiwi,2019) penderita neuropati ukuran yang sesuai
perifer memiliki gangguan terhadap sistem saraf 2. memotong kuku
sehingga tidak dapat menajalankan fungsinya kaki sekali
dengan baik karena itu butuh nutrisi yang seminggu
memadai agar dapat berfungsi dengan baik. Pengobatan
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
Memilih waktu jam makan yang baik terhadap keenam partisipan diperoleh
Dari hasil wawancara diperoleh gambaran pengobatan terdiri dari sub tema: (1) pengobatan
partisipan menyatakan bahwa memiliki jadwal non farmakologi (2) pengobatan farmakologi (3)
makan yaitu 3 kali sehari tetapi batas jam 6 sore Perawatan kaki diabetes
dan porsi sedikit karena tidak baik bagi
penderita diabetes melitus. Hasil penelitian Pengobatan non-farmakologi
Semana, Baharuddin, & Rufaidah (2013) yang Dari hasil wawancara diperoleh gambaran
menyatakan bahwa ada keterkaitan antara pola partisipan menyatakan bahwa beberapa
makan dengan terjadinya komplikasi pada partisipan selain mengkonsumsi obat dari dokter,
penderita diabetes melitus tipe 2. Pola makan juga mengkonsumsi obat-obatan herbal seperti
yang tidak terkontrol akan menyebabkan pengobatan dengan bawang putih di blender,
terjadinya hiperglikemia persisten. pengobatan dengan pelepah pinang di rebus,
Pengaturan pola makan yang terjadwal pada pengobatan dengan empedu tanah di rebus, dan
pasien diabetes melitus tipe 2 merupakan pengobatan dengan daun salam dan sledri di
pencegahan yang penting dilakukan untuk rebus. Partisipan merasa dengan menggunakan
menghindari terjadinya komplikasi. Ahli gizi obat non-farmakologi semakin membantu dalam
menyarankan untuk mengatur pola makan tidak mengurangi rasa nyeri pada kaki.
hanya melihat dari jenis makanan yang Pengobatan non-farmakologis merupakan
dikonsumsi namun juga kuantitas makanan yang pilihan pengobatan untuk melengkapi terapi
berpengaruh terhadap peningkatan gula darah. farmakologis yang sudah dilakukan karena juga
dapat mengurangi perilaku nyeri, mengurangi
Tema 3: Pengobatan gejala, mencegah perburukan, mengurangi dosis
207
Vol. 7 No. 2 Desember 2022
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

analgetik yang dibutuhkan sehingga mengurangi terjadinya luka, hal ini disebabkan karena
efek samping obat yang akhirnya memberikan adanya neuropati diabetik dimana pasien
rasa nyaman dan meningkatkan kualitas hidup diabetes mengalami penurunan pada indra
pasien (Metin, & Ozdemir, 2016; Gok Metin et perasanya.
al, 2017). Pencegahan yang dapat dilakukan agar
tidak terjadi ulkus diabetikum yaitu dengan cara
Pengobatan farmakologi melakukan pemeriksaan pada sepatu yang akan
Dari hasil wawancara diperoleh gambaran digunakan setiap hari untuk mengetahui ada atau
partisipan menyatakan bahwa partisipan tidak batu-batu kecil yang dapat mencederai
mengkonsumsi obat yang diiberikan dokter dan kaki, menggunakan sepatu sesuai dengan ukuran
mengkonsumsinya sesuai anjuran dokter. kaki, menggunakan kaos kaki yang tidak terlalu
Semakin lama seseorang menderita diabetes ketat atau kaos kaki yang terbuat dari bahan
maka semakin besar resiko komplikasi yang katun, mengganti kaos kaki setiap hari dan selalu
akan diderita jika tidak mengikuti arahan dari menggunakan alas kaki yang tertutup baik di
tenaga medis salah satunya konsumsi obat. dalam rumah ataupun diluar rumah (Johnson,
Pengunaan obat untukpengobatan Diabetes 2005).
Melitus Tipe 2 sangat dibutuhkan oleh sel tubuh Tema 4: Pola tidur
untuk mengubah dan menggunakan glukosa
darah, dari glukosa sel membuat energi yang Sub tema Kategori
dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya.
1. Kualitas tidur 1. Pola tidur terganggu
Karena pada Diabetes Melitus tipe 2, pasien
menurun
memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak
merespon insulin dengan normal. Namun Pola Tidur
demikian, insulin juga digunakan pada Diabetes Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
Melitus tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel terhadap keenam partisipan diperoleh
terhadap insulin (Anonim, 2010). Hasil penelitin pengobatan terdiri dari sub tema: (1) kualitas
sejalan dengan penelitian Lestari, Purwata, & tidur menurun yaitu pola tidur terganggu
Putra (2016) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara terapi rutin minum obat dengan Kualitas tidur menurun
neuropati diabetik. Dari hasil wawancara diperoleh gambaran
partisipan menyatakan bahwa pola tidur selama
Perawatan kaki diabetes menderita diabetes tidak bagus, ada yang sulit
Dari hasil wawancara diperoleh gambaran tertidur dan mudah terbangun pada jam-jam
partisipan menyatakan bahwa partisipan tertentu. Tidur adalah suatu keadaan tidak
membersihkan sepatu kerja sebelum berangkat sadaryang dialami seseorang yang dapat
bekerja dan selalu membersihkan kaki saat dibangunkan kembali dengan indera atau
mandi dan setelah bekerja serta emotong kuku rangsangan yang cukup. Hal ini dikarenakan
kaki sekali seminggu. Beberapa hal perasaan nokruria, sering merasa haus,
mempengaruhi terjadinya luka pada kaki orang kesemutan dank ram pada kaki, nyeri dan
dengan diabetes apabila tidak dilakukan ketidaknyamanan fisik.
perawatan dengan baik. Faktor pekerjaan sangat Tiap individu membutuhkan jumlah yang
berpengaruh terhadap perawatan kaki terutama berbeda untuk tidur. Tanpa jumlah tidur yang
dengan orang yang berkerja dengan pemakaian cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi,
sepatu yang lama seperti bertani atau bersawah. membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam
Kemudian lamanya menderita diabetes melitus aktivitas harian akan menurun, dan
akan menyebabkan terjadi masalah terutama meningkatkan iritabilitas (Pratiwi,2015). Durasi
pada kaki apabila tidak dirawat dengan baik dan kualitas tidur beragamdiantara orang-orang
yang mengakibatkan terjadinya ulkus diabetikus dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin
bahkan sampai terjadi amputasi. Kaki pasien merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur
diabetes melitus sangat rentan terhadap sementara yang lain membutuhkan 10 jam.

208
Vol. 7 No. 2 Desember 2022
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

Penderita diabetes mellitus, umumnya mengeluh Bilous, R &Donelly, R. (2014).Bukupegangan


sering berkemih, merasa haus, merasa lapar, rasa diabetes. Jakarta: BumiMedika.
gatal-gatal pada kulit, dan keluhan fisik lainnya Bourdieu and an Update of Health Lifestyle
seperti mual, pusing dan keluhan fisik lainnya. Theory. In Medical Sociology on the Move:
Gejala klinis tersebut, pada malam hari dialami New Directions in Theory, edited by William
oleh penderita penyakit diabetes mellitus, hal ini Cockerham, 127–154. Dordrecht: Springer.
tentu dapat mengganggu tidurnya. Terjadinya Black, M, & Hawks, J. K. ( 2019 ) medical –
gangguan tidur akan berdampak pada surgical nursing : Clinical Management for
meningkatnya frekuensi terbangun, sulit tertidur Positive Outcomes ( 8 edition ). Missouri :
kembali, ketidakpuasan tidur yang akhirnya Elsevier Saunders.
mengakibatkan penurunan kualitas tidur. Burke Johnson, Larry Cristensen (2008);
Educational Research; Quantitative,
KESIMPULAN DAN SARAN Qualitative and Mixed Approach, Sage
Publications.
Berdasarkan hasil penelitin dari uraian pada bab Cockerham, William C. 2013a. Social Causes of
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahawa Health and Disease, 2nd edn. Cambridge,
Gaya Hidup Penderita Diabetes Melitus Dengan UK: Polity Press. Cockerham, William C.
Neuropati Perifer di Kota Padangsidimpuan 2013b.
Study Fenomenologi. Peneliti mengidentifikasi 4 Di, M. T.- et al. (2018) ‘Gambaran Kualitas
tema dengan 7 sub tema dan 14 kategori- Tidur Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-
kategori mengenai gaya hidup penderita diabetes 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep’,
mellitus dengan neuropati perifer yaitu tema Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
tersebut adalah (1) Aktifitas fisik (2) Kontrol 6(2356–3346), p. 12.
pola makan (3) Pengobatan (4) Pola tidur. Earl Babbie (2009); Research Methods in
Sociology; Cengage Learning, Australia.
Daftar Pustaka Education: An. Introduction to theory and
Methods, Boston: Allyn and bacon,Inc, 1982.
Farhud, D. D. (2015). Impact of Lifestyle on
Ahmed, A. S. (2017). Assessment of quality of Health. 44(11), 1442–1444.
life of patients with diabetic peripheral Ghavami, H., AldinShamsi, S., Soheili, S.,
neuropathy. IOSR Journal of Nursing and Radfar, M., &Khalkhali, H. R. (2018).
Health Science, 6(5), 37-46. Effect of lifestyle interventions on diabetic
American Diabetes Association.(2014). peripheral neuropathy in patients with type
Diagnosis and classification of diabetes 2 diabetes, result of a randomized clinical
mellitus.Diabetes care, 37(Supplement 1), trial.Agri, 30(4), 165- 170.
S81-S90. Hongdiyanto, A., Yamlean, P. V. Y. and
American Diabetes Association (2014) Supriati, S. (2014) ‘Evaluasi Kerasionalan
StandarPerawatanMedis di Diabetes— Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada
2014.Perawatan Diabetes, 37, S14-S80. Pasien Rawat Inap Di Rsup Prof . Dr . R . D
Auerbach, Carl F; Silverstein; An introduction to .’, Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(2), pp. 77–87.
Coding and Analysis Data Qualitative; New Kadek, L. et al. (2016) ‘Terapi insulin
York University Press; 2003 menurunkan kejadian nyeri neuropati
Arini Rahmawati, A. H. (2018) ‘Faktor diabetik dibandingkan dengan oral anti-
Dominan Neuropati Diabetik Pada Pasien diabetes pada penderita diabetes melitus tipe
Diabetes Melitus Tipe 2’, Jurnal Berkala 2’, Medicina, 47, pp. 67–74.
Epidemiologi, 6, Pp. 60–68. Doi: Kadek Sri Rosiani, Desak Made Widyanthari, I.
10.20473/Jbe.V6i12018.60-68. W. S. (2014) ‘pengaruh senam kaki diabetes
Black,J.M& Hawks, J.H (2005). Medical terhadap neuropati perifer sensori pada
Surgical Nursing. (7thed).St pasien diabetes mellitus tipe 2’, Community
louis:ElsevierSaunder. of Publishing in Nursing (COPING), (2303–
209
Vol. 7 No. 2 Desember 2022
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

1298), pp. 1–10. Berdasarkan Riset Kesehatan D.


Kurnia, J. et al. (2017) ‘hubungan kualitas tidur
dengan kadar glukosa darah puasa pada PERKENI (2019) Pengelolaan dan Pencegahan
pasien diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit Diabetes Melitus Tipe 2. PB PERKENI.
pancaran kasih gmim manado’, e-Journal Qureshi, M. S., Iqbal, M., Zahoor, S., Ali, J., &
Keperawatan (e-Kp) volume, 5, p. 10. Javed, M. U. (2017). Ambulatory screening
Hughes RAC. Neuropatiperifer. BMJ 2002; 324: of diabetic neuropathy and predictors of its
466–69. severity in outpatient settings. Journal of
Huda,amin& kusuma,hardhi.2015.NANDA Endocrinological
NIC-NOC.Yogyakarta : MediactionJogja Investigation.https://doi.org/10.1007/s4061
International Diabetes Federation.(2019). Idf 8-016-0581-y
diabetes atlas. (8th ed). Diperolehtanggal 13 Renan Jr., MM, dkk.( 2013) Diabetes Mellitus:
Januari 2020 dari www.diabetesatlas.org. Klasifikasidan Diagnosis. Dalam: Vilar, L.,
Karla, L., Bruschi, M., Araújo, D., Lavigne, E., Ed., EndokrinologiKlinis, Guanabara
Filho, G., Moura, N. De, Barboza, P., Koogan, Rio de Janeiro, chap. 50, 617-632.
Aparecida, P., & Frisanco, B. (2017). Smith AG, Russell J, Feldman EL, Goldstein J,
Diabetes Mellitus dan Neuropati Perifer Peltier A, Smith S, dkk.
Diabetik. 12–21. Intervensigayahidupuntukneuropatipra-
Misnadiarly. 2006. Diabetes diabetes. Perawatan Diabetes 200; 29 (6):
Melitus:Gangren,Ulcer,Infeksi.Jakarta:Pust 1294–9.
akaPOpulerObor. Smeltzer, C & Bare, G.2002.Keperawatan
Putri, A. M., & Hasneli, Y. (2020). Faktor- Medical-Bedah,Edisi 8 Jakarta :
Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Penerbitbukukedokteran EGG.
Keparahan Neuropati Perifer Pada Pasien
Diabetes Melitus : Literature Review
Factors Associated of Severity of
Peripheral Neuropathy Among Diabetes
Mellitus Patients : Literature Review

210
Vol. 7 No. 2 Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai