Anda di halaman 1dari 16

AKTIVITAS FISIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU DR. SLAMET GARUT

Laporan Hasil Penelitian

Oleh :
LELI EKASARI S.,SKP
NINA SUMARNI.,SSOS.,MKES

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT


AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)
GARUT

2 0 10
Judul Penelitian

Aktivitas Fisik Pada Pasien Diabetes Melitus di


Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Slamet Garut

Peneliti Utama

Leli Ekasari.,SKp

Peneliti Pendamping

Nina Sumarni.,S.Sos.,MKes

Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut

Waktu Penelitian

Pebruari 2010 Mei 2010

Garut, Mei 2010


Mengetahui/ menyetujui
Direktur

Iwan Suhendar, SSos


NIP. 196403041984021001

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial
yang dicirikan dengan hiperglikemia. Pada saat ini pasien dengan diabetes melitus
semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun, dan menyerang bukan hanya pada
orang tua tetapi dewasa muda pun sudah banyak yang menderita, hal ini disebabkan
perubahan pola hidup. Makanan siap saji dan gaya hidup merupakan salah satu faktor
yang mendukung terjadinya diabetes melitus.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organitation
(WHO) Indonesia menempati urutan ke 6 di dunia sebagai negara dengan jumlah
penderita Diabetes Mellitus terbanyak setelah India, China, Uni Soviet, Jepang dan
Brazil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita Diabetes Millitus di Indonesia
mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230 ribu penderita Diabetes Mellitus
setiap tahunnya WHO (World Health Organitation)memastikan peningkatan pada
penderita Diabetes Mellitus tipe II paling banyak dialami oleh negara-negara
berkembang termasuk Indonesia Diabetes Mellitus tipe II tanpa tergantung insulin
muncul pada usia diatas 45 tahun (Ningharmanto, 16 April 2009).
Menurut data yang dipublikasikan oleh WHO angka kejadian diabetes melitus
di dunia berkembang dari 30 juta pada tahun 2006. Pada tahun 2025 diperkirakan
angka ini terus meningkat mencapai 333 juta. Penderita DM di Indonesia jumlahnya
cukup fantastis, pada tahun 2006 ditemukan 14 juta diabetesi, WHO memperkirakan
pada

2030

nanti

sekitar

21,

juta

orang

Indonesia

terkena

diabetes

(www.wordpress.com).
Di Indonesia rata-rata tingkat motivasi intrinsik dalam mendorong penderita
diabetes mellitus tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga mencapai 74,00% yang
termasuk dalam kategori tinggi. terakhir penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan
meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala, jenis atau macamnya, komplikasi,
penatalaksanaan pada penderita DM( Yuli, 27 Januari 2010).

Olahraga sangat penting bagi pengidap diabetes mellitus, karena tidak hanya
menurunkan berat badan atau mencegah kegemukan, tetapi juga menurunkan kadar
glukosa darah serta mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi, gangguan lipid
darah, peningkatan tekanan darah.
Kegiatan fisik sehari hari dan aktivitas fisik secara teratur merupakan salah
satu pilar dalam perawatan diabetes tipe II. Aktivitas fisik dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Penderita DM disarankam memilih aktifitas fisik dan olahraga
yang digemari. Sebaiknya jenis aerobik seperti berjalan, joging, bersepeda, berenang,
dan senam. Frekuensi 6 kali seminggu dengan intensitas 50-70% Denyut Nadi
Maksimal selama 30-45 menit per yang dilakukan secara bertahap dan teratur sangat
baik untuk penderita DM. Jika penderita DM tidak pernah berolahraga dimulai
dengan berjalan lambat selama 5 menit dan dinaikkan secara bertahap (Hardika,5
Desember 2007).
Demikian pentingnya aktivitas fisik bagi pasien DM namun tidak semua
pasien DM menyadari terhadap hal tersebut, bagaimana halnya dengan pasien DM di
RSU dr. Slamet Garut, hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang
bagaimana aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien DM di Poliklinik Penyakit
Dalam RSU dr. Slamet Garut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas , maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian :
1. Berapa kalikah frekwensi aktivitas fisik

yang dilakukan oleh pasien DM di

Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr. Slamet Garut dalam satu minggu?
2. Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan setiap melakukan aktivitas fisik pada
pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr. Slamet Garut?

3. Bagaimanakah bentuk aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien DM di Poliklinik


Penyakit Dalam RSU dr. Slamet Garut?

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk :
1.

Mengetahui frekwensi

aktivitas fisik

yang dilakukan oleh pasien DM di

Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr. Slamet Garut dalam satu minggu.
2.

Mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan setiap melakukan aktivitas fisik


pada pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr. Slamet Garut.

3. Mengetahui bentuk aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien DM di Poliklinik


Penyakit Dalam RSU dr. Slamet Garut.

D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan
pengetahuan bagi pasien diabetes melitus, sehingga mereka memiliki kesadaran
tentang pentingnya aktivitas fisik yang teratur.

E. Kerangka Konsep Penelitian


Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhan atau gejala, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa.
Penatalaksanaan pada diabetes melitus meliputi : Perencanaan Makan, Aktivitas
Fisik, pemberian obat anti diabetik, dan penyuluhan kesehatan.
Aktivitas fisik bagi penderita DM bertujuan untuk : Insulin dapat lebih efektif,
menambah reseptor insulin, menekan kenaikan berat badan, menurunkan kolesterol
trigliseriid dalam darah, meningkatkan aliran darah. Dianjurkan aktivitas fisik secara

teratur 3 -4 x tiap minggu selama jam. Latihan dapat dijadikan pilihanadalah jalan
kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung.
Aktivitas fisik sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran fisik.
Kegiatan sehari hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun
tetap dilakukan tetap dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan
yang kurang gerak seperti menonton televisi (Hardika,5 Desember 2007).

Pasien DM
Penatalaksanaan pasien DM

Perencanaan
makan

Aktivitas Fisik

Obat
Hipoglikemik

Penyuluhan
Kesehatan

Keterangan:
Objek yang tidak diteliti :
Objek yang diteliti
:
Gambar 1:
Kerangka konsep penelitian

F. Metoda Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk
mengetahui tentang aktvitas fisik yang dilakukan pasien DM di Poliklinik Penyakit
Dalam RSU dr. Slamet Garut. Penelitian dilakukan dari bulan Pebruari sampai bulan
Mei 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM di RSU dr Slamet Garut
pada tahun 2010. Pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan secara
aksidental (accidental sampling), dengan kriteria sebagai berikut :
1. Merupakan pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr. Slamet
Garut.
2. Laki-laki ataupun perempuan berusia 50 tahun.
3. Pasien menderita DM tipe II.

4. Pasien tidak menderita komplikasi seperti hipertensi, neuropati, dll.


5. Bersedia ikut serta dalam penelitian.
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara dan kuesioner.
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan statistical
program for social science (SPSS) for windows versi 17.

G. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Karakteristik subyek penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit dalam RSU dr.Slamet
Garut. Sampel penelitian adalah pasien yang datang dan berobat jalan ke Poliklinik
penyakit dalam RSU dr. Slamet Garut yaitu sebanyak 41 orang. Dari 41 orang yang
diteliti ini terdiri dari laki-laki sebanyak 23 orang (56,1 %), dan perempuan 18 orang
(43,9 %), dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan yang sangat bervariasi (tabel
1).
Tabel 1
Karakteristik Dasar Subyek Penelitian
Variabel
Jenis kelamin:
Laki-laki
perempuan
Tingkat pendidikan:
SD
SMP
SMA
D3
S1
Pekerjaan:
IRT
Pensiunan
Wiraswasta
PNS

Jumlah

Persentase (%)

23
18

56,1
43,9

17
10
5
4
5

41,5
24,5
12,2
9,8
12,2

16
7
5
13

39,0
17,1
12,2
31,7

Dari semua pasien yang diteliti, lamanya menderita diabetes mellitus >10
tahun sebanyak 2 orang (4,9 %) sedangkan yang menderita DM <5 tahun sebanyak
31 orang (75,6 %) (diagram 1).

2. Pola hidup Sehat


Pola hidup sehat yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus adalah dengan
melakukan diit (17,1 %), memilih pola hidup sehat dengan melakukan aktivitas fisik
secara teratur (19,5 %), dan sebanyak 63,4 % memilih melakukan kontrol gula darah
dan pengobatan teratur (Diagram 2).

3. Pasien DM yang melakukan aktivitas fisik


Dari 41 orang yang yang diteliti yang selalu melakukan aktivitas fisik yaitu
sebanyak 10 orang (24,4%),kadang-kadang sebanyak 26 orang (63,4 %), dan yang
tidak pernah melakukan aktivitas yaitu 5 orang (12,2%) (diagram 3).

4. Pasien DM yang melakukan aktivitas fisik secara teratur


Dari 41 orang pasien yang diteliti, hanya 18 (43,9 %) orang yang melakukan
aktivitas fisik secara teratur dan yangvtidak melakukan aktivitas fisik secara teratur
18 orang (43,9 %) sedangkan 5 orang (12,2%) tidak melakukan aktivitas fisik
(diagram 4 ).

5. Frekwensi aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien DM


Dari 41 orang pasien yang diteliti yang melakukan aktivitas fisik setiap hari
yaitu hanya 1 orang (2,4 %), sedangkan 1-2 kali dalam seminggu yaitu 30 orang (73,2
%),dan yang lebih dari 3 kali yaitu sebanyak 5 orang (12,2%) (diagram 5).

6.

Tempat pasien DM melakukan aktivitas fisik


Kebiasaan pasien DM melakukan aktivitas fisik bervariasi yaitu yang

melakukan di rumah sebanyak 28 orang (68,3 %),yang melakukan aktivitas fisik di


rumah sakit yaitu 6 orang (14,6%), dan yang melakukan aktivitas fisik di kerkof
sebanyak 3 orang (7,3 %), hal ini dapat terlihat pada diagram 6.

7. Lama Waktu pasien DM melakukan aktivitas fisik


Lama waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik dari 41 orang
yang di teliti yaitu sebanyak 29 orang pasien (70,7 %) melakukan selama jam
setiap kali melakukan aktivitas fisik,dan 7 orang (17,1 %) melakukan aktivitas fisik

selama 2 jam, frekwensi lamanya aktivitas fisik yang sering dilakukan oleh pasien
DM yaitu selama jam setiap kali melakukan aktivitas fisik.

8. Jenis aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien DM


Dari 41 orang yang di teliti jenis aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien
DM yaitu sebanyak 14 orang (34,1 %) melakukan aktivitas fisik senam,9 orang (22,7
%) melakukan aktivitas fisik jogging,dan sebanyak 13 orang (31,7 %) melakukan
aktivitas fisik jalan-jalan, dan yang sering dilakukan adalah aktivitas fisik senam.

Dari hasil penelitian tentang aktivitas fisik pada pasien diabetes mellitus di
poliklinik penyakit dalam RSU dr. Slamet Garut, sebanyak 43,9% pasien DM
melakukan aktivitas fisik secara teratur, tetapimasih ada sebanyak 12,2% pasien DM
yang tidak melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sangat penting pengidap diabetes
mellitus, karena tidak hanya menurunkan berat badan atau mencegah kegemukan,
tetapi juga menurunkan kadar glukosa darah serta mengurangi kemungkinan
terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah.

Aktivitas fisik secara teratur 3 4 kali seminggu selama kurang lebih 30


menit, merupakan salah satu pilar dalam perawatan diabetes tipe II. Dari hasil
penelitian didapatkan hanya sebanyak 12,2% pasien DM yang melakukan aktivitas
fisik secara rutin 3 kali seminggu, dan sebagian besar (73,2%) melakukan aktivitas
fisik sebanyak 2 kali seminggu, sehingga psaien DM tidak bias mengontrol kadar
glukosa darah, karena dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin dapat membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik oleh pasien
DM adalah jam (70,7%) setiap kali melakukan aktivitas fisik. Hal ini dapat
mengurangi kelelahan yang merupakan salah satu gejala dari pasien DM. Olah raga
bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan kalori bertambah. Karena itu
sangat penting bagi anda untuk menghindari makan makanan ekstra setelah berolah
raga. Tetapi masih ada sebagian kecil (17,1%) atau 7 orang yang melakukn aktivitas
fisik selama 2 jam.
Jenis aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien DM yang sering dilakukan
adalah senam yaitu sebanyak 14 orang (34,1%), tetapi tdak terpaku pada senam saja
bentuk aktivitas fisik yang lain juga bias dilakukan seperti berjalan kaki, jogging,
berkebun, dan aktivitas fisik lain yang disenangi. Batasi atau jangan terlalu lama
melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti menonton televisi.

H. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1.

Sebanyak 30 orang (73,2 %) pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr.


Slamet Garut melakukan aktivitas fisik 1-2 kali dalam seminggu .

2.

Sebanyak 29 orang (70,7 %) pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr.


Slamet Garut melakukan aktivitas fisik selama jam setiap kali melakukan
aktivitas fisik, .

3. Sebanyak 14 orang (34,1 %) pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr.


Slamet Garut aktivitas fisik yang dilakukan yaitu senam.

KEPUSTAKAAN
Abdulrahman, N. (2003). Peran Lipoprotein pada Aterosklerosis, Lukman.,
Alwi,Idrus., Mansjoer,Arif (Editor), Prosiding Simposium Pendekatan Holistik
Penyakit Kardiovaskuler II (93-111). Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pus-taka Utama.
Baraas,Fl. (2003). Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol. Jakarta
:Yayasan Kardia Iqratama.
Bonithon-Kopp., Coundray,C., Berr, C., Touboul,PJ., Feve,JM. (1997). Combined
effects of Lipid Perioxidation and Antioxidant Status on Carotid
Atherosclerosis in a population aged 59 71 y : The EVA study. American
Journal of Clinical Nutrition, 65, 121-127.
Carr, A.C., Frei, B. (1999). Toward a new Recommended Dietary Allowance and
Health Effect in Humans.American Journal of Clinical Nutrition, 69, 1086
1107.
Carr, AC., Zhu, BZ., Frei, B. (2000). Potential Anti atherogenic Mechanisms of
Ascorbate (Vitamin C) and Tocopherol (Vitamin E). Circulation Research. 87,
349.
Chung., Kyung., Kang., Jee.,Yun Seung., Shim. (2003). Vitamin C Intake and Risk of
Ischemic Hearrt Desease in a Population with a High Prevalence of Smoking.
Journal of American Collage of Nutrition. 22, 372 378.
Elvina,K. (2004). Antioksidan, Resep Sehat & Umur Panjang. Bagian Gizi
Masyarakat SEA-MEO Tropmed UI.
Fletcher, R., Fletcher, S., Wagner. (1991). Sari Epidemiologi Klinik (edisi ke dua).
Jogjakarta : Gajah Mada University Press.
Fletcher, AE., Breeze, E., Shetty, P. (2003). Antioxidant vitamins and mortality in
older persons: findings from the nutrition add-on study to the Medical
Research Council Trial of Assessment and Management of Older People in the
Community. American journal of Clinical Nutrition,78, 999-1010.

Gale., A., Hilary., Christopher. (2001). Antioxidant vitamin status and carotid
atherosclerosis in elderly. American journal of Clinical Nutrition, 74, 402
408.
Harats., Ben., Dabach., Hollander., Havivi., Stein. (1990). Effect of Vitamin C and E
supplementation on Susceptibility of Plasma lipoproteins to Peroxidation
Induced by Acute Smoking. OMIM PMC Journal Books, 85, 47- 54.
Henry, C.L. (2002). Vitamin E Toxicity. Departement of Internal Medicine, St Louis
University.
Hillstrom, RJ., Ammon, AK., Lynch, SM., (2003). Vitamin C Inhibits Lipid
Oxidation in Human HDL. The American Society for Nutrition Sciences. J
Nutrition, 133, 3047-3051.
Iannuzzi., Celentano., Panico., Rocco., Covetti. (2000). Dietary and circulating
antioxidant vitamins in relation to carotid plaquea in middle-aged women.
American journal of Clinical Nutrition, 76, 582-587.
Joewono, BS. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga University Press.
Karyadi, D. (2004). Menguak Rahasia Umur Panjang : Rahasia Umur Panjang Orang
Jepang. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Khomsan, A. (2002). Vitamin C dan E Cegah Penyakit Jantung. Fakultas Pertanian
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.
Kreisberg, RA., Oberman, A. (2003). Medical Management of Hiperlipidemia/Dyslipidemia. The Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolisme, 88, 2445-2461.
Lemeshow,S., Hosmer, DW., Klar,J., Lwanga,S. (1997). Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Linder, M C. (1992). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian secara
Klinis. Cetakan pertama. Penerjemah Parakkasi,Aminuddin. Jakarta : UI-Press.
Matarese, L., Gottschlich, M. (2002). Contemporary Nutrition Support Practice A
Clinical Guide. Second edition. Philadelphia : Elsevier Science.

National Institute of Health (NIH)Clinical Nutrition Service, Bethesda. (2004).


Vitamin E.
Rahardjo, J P. (2003). Penatalaksanaan Mutakhir Hipertensi. Makmun, Lukman.,
Alwi,I., Mansjoer,A (Editor), Prosiding Simposium Pende- katan Holistik
Penyakit Kardiovaskuler II (31-47). Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Rilantono,L.I., Baraas,F., Karo karo,S., Roebiono, PS. (2003). Buku Ajar Kardiologi.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Salonen., Nyyssnen., Salonen,R.,Lakka., Kaikkonen., (2000). Antioxidant
Supplementation in Atherosclerosis Prevention (ASAP) study : a Randomized
Trial of The Effect of Vitamins E and C on 3-Year Progression of Carotid
Atherosclerosis. Journal of Internal Medicine,248, 377-386.
Sastroasmoro, S., Ismael, S. (2002). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (edisi
ke dua). Jakarta : Sagung Seto.
Schnell, J.W., Anderson, R.A., Stegner, S.P., Weinberg, R.B. (2001). Effects of high
polyunsaturated fat diet and vitamin E suplementation on high-density
lipoprotein oxidation in humans. Atherosclerosis, 159(2), 459-466.
Schaefer, E J. (2002). Lipoprotein, nutrition and heart desease. American journal of
Clinical Nutrition,75, 191-212.
Sediaoetama, A. (2000). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Cetakan
keempat. Jakarta : Dian Rakyat.
Seman, L.J., Deluca.C.,Jenner. J.L., Cupples. L.A. (2004). Lipoprotein (a)
Cholesterol and Coronary Heart Desease in the Framingham Heart Study. The
New England Journal of Medicine, 45, 1039-1046.
Shils, M., Olson, James., Shike, M. (1994). Modern Nutrition in Health and Disease.
Eighth edition. Volume 1 dan 2. Philadelphia : A Waverly Company.
Soeharto, I. (2004). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan
Kolesterol. (edisi ke dua). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Tambunan, V. (2002). Antioksidan, Radikal Bebas, dan Penuaan. Pusat Kajian Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tulung,Y. (2003). Peran Selenium dan Vitamin E Sebagai Penangkal Radikal Bebas
Dalam Tubuh. Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana /S3 Institut
Pertanian Bogor.
Walujani, A. (Selasa, 4 Juni 2002). Perlu Program Penanggulangan Penyakit
Kardiovaskular. Kompas Cyber Media
Waspadji,S.,Suyono,S.,Sukardji,K.,Hartati,B.(2003).Pengkajian Status Gizi Studi
Epidemiologi. Jakarta. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI dan Instalasi
Gizi RSCM.
Widodo. MA. , Rudjianto, A. (1997). Efek Vitamin-E pada Kadar Gula Darah,
Kolesterol-LDL,HDL,Trigliserida dan Asam Urat Penderita Diabetes Tipe-2.
Majalah Kedokteran Unibraw, XIII,128-134.
Wijayakusuma,H. (2003). Mencegah dan Mengatasi Kolesterol & Triglise-rida
Tinggi Secara Alamiah. Jakarta : PT.Cyberindo Aditama.
Willett, W. (1990). Nutritional Epidemilogy. New York, Oxford : Oxford University
Press.
Wiyono,P., Broto,R., Budiono,E. (2003). Pengaruh Pemberi-an Vitamin E terhadap
Kadar Malondialdehid pada Pengidap Diabetes Melitus Tipe-2. Medika
Indonesia.Vol.38, No.1, 23-29.

Anda mungkin juga menyukai