Oleh :
LELI EKASARI S.,SKP
NINA SUMARNI.,SSOS.,MKES
2 0 10
Judul Penelitian
Peneliti Utama
Leli Ekasari.,SKp
Peneliti Pendamping
Nina Sumarni.,S.Sos.,MKes
Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial
yang dicirikan dengan hiperglikemia. Pada saat ini pasien dengan diabetes melitus
semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun, dan menyerang bukan hanya pada
orang tua tetapi dewasa muda pun sudah banyak yang menderita, hal ini disebabkan
perubahan pola hidup. Makanan siap saji dan gaya hidup merupakan salah satu faktor
yang mendukung terjadinya diabetes melitus.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organitation
(WHO) Indonesia menempati urutan ke 6 di dunia sebagai negara dengan jumlah
penderita Diabetes Mellitus terbanyak setelah India, China, Uni Soviet, Jepang dan
Brazil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita Diabetes Millitus di Indonesia
mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230 ribu penderita Diabetes Mellitus
setiap tahunnya WHO (World Health Organitation)memastikan peningkatan pada
penderita Diabetes Mellitus tipe II paling banyak dialami oleh negara-negara
berkembang termasuk Indonesia Diabetes Mellitus tipe II tanpa tergantung insulin
muncul pada usia diatas 45 tahun (Ningharmanto, 16 April 2009).
Menurut data yang dipublikasikan oleh WHO angka kejadian diabetes melitus
di dunia berkembang dari 30 juta pada tahun 2006. Pada tahun 2025 diperkirakan
angka ini terus meningkat mencapai 333 juta. Penderita DM di Indonesia jumlahnya
cukup fantastis, pada tahun 2006 ditemukan 14 juta diabetesi, WHO memperkirakan
pada
2030
nanti
sekitar
21,
juta
orang
Indonesia
terkena
diabetes
(www.wordpress.com).
Di Indonesia rata-rata tingkat motivasi intrinsik dalam mendorong penderita
diabetes mellitus tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga mencapai 74,00% yang
termasuk dalam kategori tinggi. terakhir penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan
meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala, jenis atau macamnya, komplikasi,
penatalaksanaan pada penderita DM( Yuli, 27 Januari 2010).
Olahraga sangat penting bagi pengidap diabetes mellitus, karena tidak hanya
menurunkan berat badan atau mencegah kegemukan, tetapi juga menurunkan kadar
glukosa darah serta mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi, gangguan lipid
darah, peningkatan tekanan darah.
Kegiatan fisik sehari hari dan aktivitas fisik secara teratur merupakan salah
satu pilar dalam perawatan diabetes tipe II. Aktivitas fisik dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Penderita DM disarankam memilih aktifitas fisik dan olahraga
yang digemari. Sebaiknya jenis aerobik seperti berjalan, joging, bersepeda, berenang,
dan senam. Frekuensi 6 kali seminggu dengan intensitas 50-70% Denyut Nadi
Maksimal selama 30-45 menit per yang dilakukan secara bertahap dan teratur sangat
baik untuk penderita DM. Jika penderita DM tidak pernah berolahraga dimulai
dengan berjalan lambat selama 5 menit dan dinaikkan secara bertahap (Hardika,5
Desember 2007).
Demikian pentingnya aktivitas fisik bagi pasien DM namun tidak semua
pasien DM menyadari terhadap hal tersebut, bagaimana halnya dengan pasien DM di
RSU dr. Slamet Garut, hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang
bagaimana aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien DM di Poliklinik Penyakit
Dalam RSU dr. Slamet Garut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas , maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian :
1. Berapa kalikah frekwensi aktivitas fisik
Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr. Slamet Garut dalam satu minggu?
2. Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan setiap melakukan aktivitas fisik pada
pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr. Slamet Garut?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui frekwensi
aktivitas fisik
Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr. Slamet Garut dalam satu minggu.
2.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan
pengetahuan bagi pasien diabetes melitus, sehingga mereka memiliki kesadaran
tentang pentingnya aktivitas fisik yang teratur.
teratur 3 -4 x tiap minggu selama jam. Latihan dapat dijadikan pilihanadalah jalan
kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung.
Aktivitas fisik sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran fisik.
Kegiatan sehari hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun
tetap dilakukan tetap dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan
yang kurang gerak seperti menonton televisi (Hardika,5 Desember 2007).
Pasien DM
Penatalaksanaan pasien DM
Perencanaan
makan
Aktivitas Fisik
Obat
Hipoglikemik
Penyuluhan
Kesehatan
Keterangan:
Objek yang tidak diteliti :
Objek yang diteliti
:
Gambar 1:
Kerangka konsep penelitian
F. Metoda Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk
mengetahui tentang aktvitas fisik yang dilakukan pasien DM di Poliklinik Penyakit
Dalam RSU dr. Slamet Garut. Penelitian dilakukan dari bulan Pebruari sampai bulan
Mei 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM di RSU dr Slamet Garut
pada tahun 2010. Pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan secara
aksidental (accidental sampling), dengan kriteria sebagai berikut :
1. Merupakan pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU dr. Slamet
Garut.
2. Laki-laki ataupun perempuan berusia 50 tahun.
3. Pasien menderita DM tipe II.
Jumlah
Persentase (%)
23
18
56,1
43,9
17
10
5
4
5
41,5
24,5
12,2
9,8
12,2
16
7
5
13
39,0
17,1
12,2
31,7
Dari semua pasien yang diteliti, lamanya menderita diabetes mellitus >10
tahun sebanyak 2 orang (4,9 %) sedangkan yang menderita DM <5 tahun sebanyak
31 orang (75,6 %) (diagram 1).
6.
selama 2 jam, frekwensi lamanya aktivitas fisik yang sering dilakukan oleh pasien
DM yaitu selama jam setiap kali melakukan aktivitas fisik.
Dari hasil penelitian tentang aktivitas fisik pada pasien diabetes mellitus di
poliklinik penyakit dalam RSU dr. Slamet Garut, sebanyak 43,9% pasien DM
melakukan aktivitas fisik secara teratur, tetapimasih ada sebanyak 12,2% pasien DM
yang tidak melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sangat penting pengidap diabetes
mellitus, karena tidak hanya menurunkan berat badan atau mencegah kegemukan,
tetapi juga menurunkan kadar glukosa darah serta mengurangi kemungkinan
terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah.
H. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1.
2.
KEPUSTAKAAN
Abdulrahman, N. (2003). Peran Lipoprotein pada Aterosklerosis, Lukman.,
Alwi,Idrus., Mansjoer,Arif (Editor), Prosiding Simposium Pendekatan Holistik
Penyakit Kardiovaskuler II (93-111). Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pus-taka Utama.
Baraas,Fl. (2003). Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol. Jakarta
:Yayasan Kardia Iqratama.
Bonithon-Kopp., Coundray,C., Berr, C., Touboul,PJ., Feve,JM. (1997). Combined
effects of Lipid Perioxidation and Antioxidant Status on Carotid
Atherosclerosis in a population aged 59 71 y : The EVA study. American
Journal of Clinical Nutrition, 65, 121-127.
Carr, A.C., Frei, B. (1999). Toward a new Recommended Dietary Allowance and
Health Effect in Humans.American Journal of Clinical Nutrition, 69, 1086
1107.
Carr, AC., Zhu, BZ., Frei, B. (2000). Potential Anti atherogenic Mechanisms of
Ascorbate (Vitamin C) and Tocopherol (Vitamin E). Circulation Research. 87,
349.
Chung., Kyung., Kang., Jee.,Yun Seung., Shim. (2003). Vitamin C Intake and Risk of
Ischemic Hearrt Desease in a Population with a High Prevalence of Smoking.
Journal of American Collage of Nutrition. 22, 372 378.
Elvina,K. (2004). Antioksidan, Resep Sehat & Umur Panjang. Bagian Gizi
Masyarakat SEA-MEO Tropmed UI.
Fletcher, R., Fletcher, S., Wagner. (1991). Sari Epidemiologi Klinik (edisi ke dua).
Jogjakarta : Gajah Mada University Press.
Fletcher, AE., Breeze, E., Shetty, P. (2003). Antioxidant vitamins and mortality in
older persons: findings from the nutrition add-on study to the Medical
Research Council Trial of Assessment and Management of Older People in the
Community. American journal of Clinical Nutrition,78, 999-1010.
Gale., A., Hilary., Christopher. (2001). Antioxidant vitamin status and carotid
atherosclerosis in elderly. American journal of Clinical Nutrition, 74, 402
408.
Harats., Ben., Dabach., Hollander., Havivi., Stein. (1990). Effect of Vitamin C and E
supplementation on Susceptibility of Plasma lipoproteins to Peroxidation
Induced by Acute Smoking. OMIM PMC Journal Books, 85, 47- 54.
Henry, C.L. (2002). Vitamin E Toxicity. Departement of Internal Medicine, St Louis
University.
Hillstrom, RJ., Ammon, AK., Lynch, SM., (2003). Vitamin C Inhibits Lipid
Oxidation in Human HDL. The American Society for Nutrition Sciences. J
Nutrition, 133, 3047-3051.
Iannuzzi., Celentano., Panico., Rocco., Covetti. (2000). Dietary and circulating
antioxidant vitamins in relation to carotid plaquea in middle-aged women.
American journal of Clinical Nutrition, 76, 582-587.
Joewono, BS. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga University Press.
Karyadi, D. (2004). Menguak Rahasia Umur Panjang : Rahasia Umur Panjang Orang
Jepang. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Khomsan, A. (2002). Vitamin C dan E Cegah Penyakit Jantung. Fakultas Pertanian
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.
Kreisberg, RA., Oberman, A. (2003). Medical Management of Hiperlipidemia/Dyslipidemia. The Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolisme, 88, 2445-2461.
Lemeshow,S., Hosmer, DW., Klar,J., Lwanga,S. (1997). Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Linder, M C. (1992). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian secara
Klinis. Cetakan pertama. Penerjemah Parakkasi,Aminuddin. Jakarta : UI-Press.
Matarese, L., Gottschlich, M. (2002). Contemporary Nutrition Support Practice A
Clinical Guide. Second edition. Philadelphia : Elsevier Science.
Tulung,Y. (2003). Peran Selenium dan Vitamin E Sebagai Penangkal Radikal Bebas
Dalam Tubuh. Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana /S3 Institut
Pertanian Bogor.
Walujani, A. (Selasa, 4 Juni 2002). Perlu Program Penanggulangan Penyakit
Kardiovaskular. Kompas Cyber Media
Waspadji,S.,Suyono,S.,Sukardji,K.,Hartati,B.(2003).Pengkajian Status Gizi Studi
Epidemiologi. Jakarta. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI dan Instalasi
Gizi RSCM.
Widodo. MA. , Rudjianto, A. (1997). Efek Vitamin-E pada Kadar Gula Darah,
Kolesterol-LDL,HDL,Trigliserida dan Asam Urat Penderita Diabetes Tipe-2.
Majalah Kedokteran Unibraw, XIII,128-134.
Wijayakusuma,H. (2003). Mencegah dan Mengatasi Kolesterol & Triglise-rida
Tinggi Secara Alamiah. Jakarta : PT.Cyberindo Aditama.
Willett, W. (1990). Nutritional Epidemilogy. New York, Oxford : Oxford University
Press.
Wiyono,P., Broto,R., Budiono,E. (2003). Pengaruh Pemberi-an Vitamin E terhadap
Kadar Malondialdehid pada Pengidap Diabetes Melitus Tipe-2. Medika
Indonesia.Vol.38, No.1, 23-29.