PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Nanda Indira Meidilasari
NIM. 15010169
PENDAHULUAN
ketidakseimbangan antara suplai darah dan kebutuhan untuk memfasilitasi masuknya glukosa
dalam sel agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel (Izzati dan Nirmala,
2015). Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan didalam darah dan
menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang
sangat di butuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Izzati dan Nirmala, 2015).
Peningkatan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia adalah kondisi terjadinnya
abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Nurarif dan Kusuma, 2015).
merupakan kawasan terbanyak yang menderita diabetes melitus, dengan angka kejadianya
138 juta kasus (8.5%). IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan
mengalami peningkatan menjadi 205 juta kasus di antara usia penderita DM 40-59 tahun
(IDF, 2014). 8,5% dari orang dewasa yang berusia 18 tahun keatas menderita DM dan
menjadi penyebab kematian utama dari 1,5 juta pada tahun 2012 dan Sedangkan Pada tahun
2014, Indonesia memiliki sekitar 9,1 juta penyandang DM dan merupakan jumlah terbanyak
Tahun 2013 Indonesia menduduki peringkat 7 dunia setelah China, India, Amerika,
Brasil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah 8,5 juta penderita, dan diperkirakan naik menjadi
14.1 juta pada tahun 2035 (IDF, 2013). Prevalensi DM di Jawa Timur mengalami
peningkatan dari tahun 2007 sebesar 1,8% dan pada tahun 2013 menjadi 2.5%, Jawa Timur
Sedangkan prevalensi DM di tahun 2018 yang terdiagnosis oleh dokter di provinsi jawa timur
terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DKI jakarta sebesar 2,6%, DI yogyakarta sebesar
4.762 jiwa menjadi 7.504 jiwa pada tahun 2018 menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes,
299 jiwa (Dinkes, 2018). Dan dari data puskesmas Rambipuji jumlah kunjungan pasien DM
faktor keturunan, obesitas, perubahan gaya hidup, kesalahan pola makan, obat-obatan yang
dapat mempengaruhi kadar gula darah, kurangnya aktifitas, penuaan, merokok dan stres
(Muflihatin, 2015). Tanda dan gejala pada pasien DM adalah peningkatan frekuensi urin
(poliuria), peningkatan rasa haus (polidipsia) dan peningkatan masukan makanan (polifagia),
penurunan berat badan dan mudah merasa lelah (Black dan Hawks, 2009). Tanda-tanda
tersebut bisa terjadi jika kadar gula yang beredar dalam darah tinggi atau hiperglikemia
kronik dan gangguan metabolik diabetes melitus lainnya akan menyebabkan kerusakan
jaringan dan organ, seperti mata, ginjal, syaraf, dan sistem vaskular. Kerusakan jaringan yang
terlokalisir yang disebabkan adanya penekanan jaringan lunak yang menonjol atau biasa
disebut ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum adalah salah satu penyulit pada pasien diabetes
Alternative Medicine (CAM) sebagai pengobatan alternatif dan menjadi trend baru yang bisa
dikembangkan. Menurut National Institute of Health, CAM adalah salah satu jenis
macam pengobatan dan perawatan kesehatan, produk dan praktik yang secara umum tidak
alternatif atau pengobatan dengan terapi komplementer sering disebut dengan CAM
secara meluas yang bukan merupakan bagian dari tradisi suatu negara dan tidak terintegrasi
kedalam sistem perawatan kesehatan yang dominan (Pallivalappila et al. 2013). Tidak heran
jika saat ini banyak masyarakat yang menggunakan metode pengobatan CAM sebagai
Salah satu CAM yang dapat diaplikasikan pada pasien DM adalah dengan latihan jasmani
dan olahraga yaitu senam kaki, Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilakukan senam kaki
secara teratur dapat mencegah kenaikan kadar gula dalam darah dan bisa mecegah terjadinya
gangren karena menurunnya kadar gula darah (Nathaniel Clark, 2009). Selain itu Senam kaki
bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi ke jaringan lebih lancar, yang
dapat memperkuat otot-otot kecil, otot betis dan otot paha, menurunkan kadar gula darah
serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang dialami oleh penderita diabetes mellitus
(Sutedjo, 2010). Senam kaki diabetes melitus bisa dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan
tidur dengan menggerakkan kaki dan sendi misalnya dengan kedua tumit diangkat,
Tingginya kadar gula dapat mengganggu konsentrasi untuk tidur nyenyak, dikarenakan
seringnya keinginan untuk buang air kecil pada malam hari dan terkadang muncul rasa haus
yang berlebihan. Beberapa Penelitian menyebutkan bahwa pemberian aromaterapi juga dapat
menurunkan angka stres dan mengatasi masalah gangguan tidur. Aromaterapi adalah salah
satu CAM yang menggunakan ekstrak dari minyak esensial dari berbabagi macam tanaman
yang bisa dihirup untuk menyembuhkan berbagai kondisi (Dewi, 2012). Salah satunya adalah
lain adalah kandungan racunnya yang relatif sangat rendah, jarang menimbulkan alergi dan
merupakan salah satu dari sedikit minyak essensial yang dapat digunakan langsung pada kulit
(Babar Ali, 2015). Aromaterapi lavender merupakan minyak esensial analgesik yang
mengandung 8% terpena dan 6% keton dan memiliki kandungan lanalool dan linaly asetat
yang dapat meningkatkan gelombang-gelombang alfadi pada otak dan gelombang inilah yang
merangsang pengeluaran hormon endorfrin sehingga menciptakan keadaan yang rileks atau
menenangkan, dan dapat mengatasi gangguan tidur juga depresi (Maifrisco,2005). Lavender
juga jenis bunga yang beraroma ringan yang dikenal memiliki efek sedatif ( memberikan
rasa kantuk) dan anti-neurodepresive sehingga bagus untuk pasien yang mengalami masalah
Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, tidur merupakan masalah umum yang
terjadi pada pasien DM. Gangguan tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah
pada pola tidur, baik karena tidak bisa tertidur, sering terbangun pada malam hari, atau
ketidakmampuan untuk kembali tidur setelah terbangun (Sadock JB, 2010). Kualitas tidur
seseorang dapat dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan
tidak mengalami masalah dalam tidurnya (Hidayat, 2006). beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantias tidur seseorang, diantaranya yaitu faktor fisiologis,
psikologis, dan lingkungan (Potter & Perry, 2009). Penelitian telah membuktikan kurangnya
jumlah jam tidur selama 2 malam dapat menyebabkan meningkatnya kadar gula darah
(Arieselia dkk, 2014). Dapat disimpulkan bahwa Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang
terhadap tidur sehingga seseorang tersebut tidak merasa lelah, lesu dan gelisah, perhatian
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa kuliatas tidur sangat diperlukan bagi
setiap manusia terutama pada penderita DM, maka dari itu penerapan CAM bagi penderita
DM yaitu dengan kombinasi senam kaki dan pemberian aromaterpi lavender diharapkan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“apakah ada pengaruh senam kaki dan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur pada
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya pengaruh senam
kaki dan aromaterapi terhadap kualitas tidur pada pasien Diabetes Melitus.
c. Menganalisis adakah perbedaan sebelum dan sesudah melakukan senam kaki dan
diberi aromaterapi.
1.4 Manfaat Penelitian
keperawatan yang berguna dalam mengembangkan metode yang efektif untuk melakukan
tentang CAM sebagai pengobatan alternatif yaitu senam kaki dan aromaterapi untuk
menulis karya ilmiah serta meningkatkan kemampuan melalui metode eksperimen dan dapat
Penelitian sebelumnya yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Hirdes Harlan
Yuanto. “Pengaruh Kombinasi Senam Kaki dan Aromaterapi Terhadap ABI dan Tingkat
Stres Pada Penderita DM di Puskesmas Jajag”, penelitian 2 penelitian yang dilakukan oleh
Intry N. Tentoro “Hubungan Diabetes Melitus dengan Kualitas Tidur”. Penelitian 3 penelitian
yang dilakukan oleh Jessy Kurnia “Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah
Puasa Pada Pasien DM Tipe 2 Di Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim Manado” Dalam
penelitian saya dengan judul “Pengaruh Senam Kaki dan Aromaterapi Terhadap Kualitas
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus (DM) adalah salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai
oleh Hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya, keadaan
Hiperglikemia Kronis dari diabetes behubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan
fungsi dan kegagalan dari berbagai organ, terutama mata,ginjal,saraf,jantung, dan pembuluh
morbiditas dan mortalitas. Penyakit tersebut termasuk dalam gangguan metabolisme yang
mempengaruhi produksi energi di dalam sel. Diabetes mellitus ditandai dengan hilangnya
toleransi karbohidrat yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau
di dalam darah. Diabetes merupakan suatu kelainanreaksi kimia dalam hal pemanfaatan yang
tepat atas karbohidrat, lemak danprotein dari makanan, karena tidak cukupnya pengeluaran
atau kurangnyainsulin. Dengan kata lain, diabetes terjadi ketika tubuh tidak
darah sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin
Diabetes Melitus memmpunyai etiologi yang heterogen, penyebab dari berbagai lesi
penting pada penderita DM. Beberapa faktor yang dapat mempertinggi risiko ternyadinya
a. Kelainan Genetika
Penyakit DM dapat menurun dari keluarga, hal ini terjadi karena DNA pada pasien
Diabetes Melitus akan ikut menginformasikan pada gen berikutnya terkait dengan
b. Usia
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Penurunan yang dialami inilah
yang akan beresiko pada penurunan fungsi endroktin pankreas untuk memproduksi
c. Stres
Stres dapat meningkatkan kerja metabolisme dan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibat pada kenaikan kerja pankreas, beban yang tinggi menyebabkan pankreas
Pola makan yang salah dan cenderung tidak teratur juga dapat menyebabkan kerja sel
e. Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan sel-sel beta pankreas mengalami Hipertropi yang akan
menderita DM tipe I memerlukan suplai insulin dari luar (eksogen insulin), seperti injeksi
untuk mempertahankan hidup, pasien dengan DM tipe 2 resisten terhadap insulin, suatu
kondisi dimana tubuh atau jaringan tubuh tidak berespon terhadap aksi dari insulin,
sedangkan DM gestasional adalah DM yang diderita pada ibu Hamil (Sofiana, 2012).
a. DM Tipe 1
Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β
pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Destruksi otoimun dari sel-sel
Selain defisiensi insulin, fungsi sel-sel α kelenjar pankreas pada penderita DM Tipe 1
juga menjadi tidak normal. Pada penderita DM Tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang
menurunkan sekresi glukagon, namun pada penderita DM Tipe 1 hal ini tidak terjadi,
sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia (Sofiana, 2012).
b. DM Tipe 2
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya
keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-
akhir ini populasi penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak meningkat
(Sofiana, 2012).
c. DM Gestasional
diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya
berlangsung hanya sementara atau temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui
menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua. Diabetes
yang dialami dalam masa kehamilan, umumnya kelak dapat pulih sendiri beberapa saat
setelah melahirkan, namun dapat berakibat buruk terhadap bayi yang dikandung. Akibat
buruk yang dapat terjadi antara lain malformasi kongenital, peningkatan berat badan bayi
ketika lahir dan meningkatnya risiko mortalitas perinatal. Disamping itu, wanita yang
pernah menderita GDM akan lebih besar risikonya untuk menderita lagi diabetes di masa
depan. Kontrol metabolisme yang ketat dapat mengurangi risiko-risiko tersebut (Sofiana,
2012).
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh satu atau
lebih faktor pencetus diantaranya obesitas, kelainan genetik, stres, usia dan pola makan tidak
sehat. Ada kemungkinan lain bahwa kelainan genetik yang dihubungkan dengan kegemukan
tersebut dapat menurunkan jumlah reseptor insulin yang ada di tubuh (Corwin, 2009).
sering terjadi keterlambatan saat memproduksi atau jumlah produksi insulin menurun. Hal ini
cenderung semakin parah saat bertambahnya usia. Selain itu , sel tubuh terutama sel otot dan
adiposa mengalami resitensi terhadap insulin, sehingga pembawa glukosa (transport glukosa
glut -4) pada sel tidak adekuat. Akibatnya, sama dengan yang terjadi pada penderita Diabates
Melitus tipe 1 hati melakukan proses glikoneogenesis dan seterusnya. Bedanya, karena
penderita Diabetes Melitus tipe 2 masih memproduksi hormon insulin sehingga jarang
mengendalikan pemecahan asam lemak sebagai energi. Oleh sebab itu penderita Diabetes
Poliuria adalah suatu keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam
tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada
malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa oleh
urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa
dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi
(PERKENI, 2011).
2.1.6 Penatalaksanaan
Apabila Diabetes Mellitus tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan dibutuhkan kerjasama dari semua pihak untuk meningkatan pelayanan
a. Perencanaan Makanan.
Standar makanan yang dianjurkan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik seperti :
a) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
b) Protein sebanyak 10 – 15 %
c) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan
kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori memakai
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal
yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah
untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi
(gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stres akut sesuai
b. Latihan jasmani
Latihan jasmani sangat dianjurkan dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit yang dapat disesuaikan dengan kemampuan pasien. Latihan
jasmani juga merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya gangren pada
kaki. Selain untuk menjaga kebugaran latihan jasmani dapat menurunkan berat badan
darah dan agar otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, laihan jasmani yang
dapat dilakukan adalah olahraga senam kaki, jogging, bersepedah santai dan berenang
(PERKENI, 2011).
c. Kontrol kesehatan
Pasien DM harus rutin mengontrol kadar gula darah agar mengetahui nilai kadar gula
darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus supaya ada penanganan yang cepat
dan tepat saat terdiagnosa diabetes melitus (Sugiarto & Suprihatin, 2012). Pasien
dapat mencari sumber informasi sebanyak mungkin untuk mengetahui tanda dan
gejala dari diabetes melitus yang mungkin timbul, sehingga pasien mampu mengubah
d. Obat
Oral hipoglikemik, insulin. Jika pasien telah melakukan penganturan makan dan
latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikn kadar gula darah maka
2.1.7 Komplikasi
Menurut PERKENI 2011 komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah seseorang yang rendah bawah batas
normal (<50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes
b. Komplikasi kronis
pada penderita diabetes melitus adalah trombosit otak (pembekuan darah pada
Senam kaki diabetes melitus adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
yang menderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
memperlancar peredaran darah pada bagian kaki (setyoadi & kushariyadi. 2011).
Latihan jasmani akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah, maka akan
lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan
reseptor menjadi aktif yang akan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien
Latihan jasmani atau olahraga yang dianjurkan salah satunya adalah senam kaki
diabetes melitus. Senam kaki bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi
ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis dan otot paha, menurunkan
kadar gula darah serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang dialami oleh penderita
diabetes mellitus (Sutedjo, 2010). Senam kaki diabetes melitus bisa dilakukan dengan posisi
berdiri, duduk dan tidur dengan menggerakkan kaki dan sendi misalnya dengan kedua tumit
2.2.2 Fisiologi
Kegiatan fisik senam kaki melibatkan otot-otot yang dapat meningkatkan oksigen
sebesar 15-20 kali lipat karena peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Ventilasi
pulmoner dapat mencapai 100 L/ menit dan curah jantung meningkat hingga 20-30 menit,
untuk memenuhi kebutuhan otot yang aktif. Terjadi dilatasi arteriol maupun kapiler yang
menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehinga reseptor insulin lebih banyak dan
Kepekaan reseptor insulin berlangsung lama bahkan sampai latihan insulin berakhir.
Jaringan otot yang aktif /peka insulin disebut jaringan non insulin dependet dan jaringan otot
pada keadaan istirahat membutuhkan insulin untuk menyimpan glukosa, sehingga disebut
jaringan insulin dependet. Pada fase pemulihan post-execise terjadi pengisian kembali
cadangan glikogen otot dan hepar. Aktivitas glikogenik berlangsung terus sampai 12-24 jam
Latihan fisik selama lebih dari 30 menit akan mengubah sumber energi menjadi asam
lemak bebas yang berasal dari lipolosis jaringan adipose. Diatur oleh berbagai macam
hormon terutama insulin , juga katekolamin, kortisol, glukagon ,dan growth hormone (GH).
Glukosa merupakan sumber energi selama latihan fisik berlangsung yang diperoleh dari
a. Jantung
Otot jantung akan bertambah kuat dan bilik jantung bertambah besar, sehingga
denyutan lebih kuat. Hal ini akan meningkatkan efesiensi kerja jantung, dengan
efesiensi kerja jantung yang tinggi jantung tidsk perlu berdenyut terlalu
b. Pembuluh darah
pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar jalannya darah dan mencegah
c. Paru-paru
d. Otot
Kekuatan, kelentukan dan daya tahan otot akan bertambah. Hal ini disebabkan
1) Pasien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsneu dan nyeri
dada
Kushariyadi, 2011).
a. Persiapan Perawat
b. Persiapan Klien
c. Persiapan Alat
1) Sarung tangan/ hand scoen bersih
3) Kertas koran
d. Cara Kerja
1) Pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai. Pasien duduk
diatas kursi
2) Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan
3) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki keatas.
Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai
dan tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakkan ini dilakukan secara bersamaan
pada kaki kanan dan kiri bergangian dan diulangi sebanyak 10 kali. Tumit kaki
4) Tumit kakai diletakkan dilantai kemuadian bagian ujung jari kaki diangkat ke
atas dan buat gerakan memutar pada pergelangan sebanyak 10 kali.Ujung kaki
diangkat ke atas.
5) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan
kaki dilantai.
6) Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari
7) Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki
tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan kelantai.
8) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti pada langkah ke-9,
namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi gerakan
10) Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada
pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari
11) Lektakkan selembar koran dilantai, kemudian bentuk kertas koran tersebut
menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali bola tersebut
12) Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran
tersebut.
15) Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri
merujuk pada penggunaan minyak esensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki
kesehatan dan kenyamanan emosional dan dalam mengembalikan keseimbangan tubuh.
Aromaterapi adalah minyak esensial murni yang berasal dari berbagai bagian
tumbuhan, seperti bunga, akar, atau daun, untuk memperbaiki kesehatan fisik dan mental,
kualitas hidup secara umum, atau hanya untuk kesenangan. saat ini, aromaterapi dapat
tersedia dalam beberapa bentuk, seperti sabun, pencuci rambut, pengharum ruangan, parfum,
massage oils, dan lilin. Dalam penggunaannya, aromaterapi dengan minyak esensial seperti
mawar, lemon, lavender, geranium, dan bergamot dapat diberikan melalui beberapa cara,
seperti berendam, kompres kulit, inhalasi langsung, ataupun dijadikan pengharum ruangan
(Sharma, 2009).
manjur ini perlu ditangani secara hati-hati. Sebagian besar senyawa ini akan menimbulkan
reaksi kulit, tetapi jika digunakan secara tepat, senyawa ini memilki nilai teraupetik. Senyawa
ini dapat dihirup, digunakan dalam kompres, dalam air mandi, atau dalam minyak pijat
(Sharma, 2009).
biasa disebut lavender, yang memiliki zat aktif berupa linaloolacetatedan linalylacetate yang
dapat berefek sebagai analgesik (Wolfgang dan Michaela, 2008). Kelebihan dari minyak
lavender dibandingkan minyak essensial lainnya adalah kandungan racunnya yang relatif
essensial yang dikenal memiliki efek sedatif dan anti-neurodepresive (Andriana, 2014).
Selain itu aromaterapi lavender juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis
aromaterapi lainnya yaitu ekonomis, mudah diperoleh, aman digunakan, tidak memerlukan
waktu lama dan praktis karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. Kombinasi terapi
adalah metode yang menggunakan wewangian lavender untuk meningkatkan kesehatan fisik
dan emosi. Aromaterapi lavender adalah aroma alami yang di ambil dari tanaman aromatik
Berbagai efek aroma lavender yaitu sebagai antiseptik, antimikroba, antivirus dan anti
jamur, zat analgesik, anti radang, anti toksin, zat balancing, immunostimulan, pembunuh dan
pengusir serangga, mukolitik dan ekspektoran. Kelebihan minyak lavender dibanding minyak
essensial lain adalah kandungan racunnya yang relatif sangat rendah, jarang menimbulkan
alergi dan merupakan salah satu dari sedikit minyak essensial yang dapat digunakan langsung
Aromaterapi lavender memiliki kandungan utama yaitu linalool asetat yang mampu
mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat saraf dan otot-otot yang tegang.
Menghirup aromaterapi lavender dapat meningkatkan frekuensi gelombang alfa dan keadaan
ini dapat memberikan rasa tenang (relaksasi). Lavender juga membantu keseimbangan
kesehatan tubuh yang sangat bermanfaat dalam menghilangkan sakit kepala, premenstrual
sindroma, ketegangan, kejang otot dan regulasi jantung (Andria, 2014). Aromaterapi lavender
dipercaya dapat mengurangi rasa stres dan mengurangi kesulitan tidur, sehingga dapat
a. Aromaterapi merupakan salah satu metoda perawatan yang tepat dan efisien dalam
(supporttherapy)
d. Aromaterapi dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran dan
e. Aromaterapi mampu menghadirkan rasa percaya diri, sikap yang berwibawa, jiwa
Macam aromaterapi yang banyak ditemukan adalah aromaterapi yang berbentuk dupa
dan lilin (incense stick and incase cone) Adapula yang berbentuk minyak esensial tapi
umumnya tidak murni, hanya beberapa persen saja menurut Sunito (2010) sebagai berikut :
a. Dupa
Dupa terbuat dari bubuk akar yang dicampur minyak esensial yang digunakan dengan
cara dibakar.
b. Lilin
Pada umumnya lilin aromaterapi wanginya itu-itu saja, misalnya sandalwood dan
lavender. Sebab, sejumlah minyak esensial tertentu membuat lilin sulit membeku.
Bahan baku lilin itu kemudian dicampur dengan beberapa tetes minyak esensial grade
III. Kualitas lilin di pasaran berbeda-beda. Cara sederhana untuk mengetahuinya
adalah mencoba membakarnya lebih dahulu, lilin yang bagus tak mudah meleleh dan
c. Minyak Esensial
Minyak esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil penyulingan dari
a. Kompres
Kompres adalah salah satu upaya dalam mengatasi kondisi fisik dengan cara
memanipulasi suhu tubuh atau dengan memblokir efek rasa sakit . Caranya dengan
menambahkan 3-6 tetes minyak esensial pada setengah liter air. Masukan handuk
kecil pada air tersebut dan peras. Lalu, letakkan handuk tersebut pada wilayah yang
diinginkan. Bisa juga untuk mengompres wajah dengan menambahkan 2 tetes minyak
esensial pada satu mangkuk air hangat. Masukan kain atau handuk kecil pada air atau
larutan dan peras. Letakan pada wajah selama beberapa menit. Ulangi cara tersebut
selama tigakali.
b. Pemijatan/ Massage
Pemijatan/ massage termasuk cara terapi yang sudah berumur tua. Meskipun metode
ini tergolong sederhana, namun cara terapi ini masih sering digunakan. Caranya
dengan menggunakan 7-10 tetes minyak esensial yang sejenis dalam 10-14 tetes
minyak dasar, atau tiga kali dari dosis tersebut bila menggunakan tiga macam minyak
esensial. Cara pemijatan ini dapat dilakukan dengan suatu gerakan khusus melalui
petrissage (mengeluti, meremas, mengerol dan mencubit); effleurage (usapan 23 dan
atau jari).
c. Streaming
Streaming merupakan salah satu cara alami untuk mendapatkan uap aromatis melalui
penguapan air panas. Dalam terapi ini, setidaknya digunakan 3-5 tetes minyak
esensial dalm 250 ml air panas. Tutuplah kepala dan mangkok dengan handuk, sambil
muka ditundukkan selama 10-15 menit hingga uap panas mengenai muka.
Maksud dari terapi ini adalah untuk menyalurkan khasiat zat-zat yang dihasilkan oleh
minyak esensial secara langsung atau melalui alat bantu aromaterapi, seperti tabung
inhaler dan spray, anglo, lilin, kapas, tisu ataupun pemanas elektrik. Zat-zat yang
dihasilkan dapat berupa gas, tetes-tetes uap yang halus, asap, serta uap sublimasi yang
akan terhirup lewat hidung dan tertelan lewat mulut. Hirup selama menit 1-2 menit.
a. Persiapan Perawat
b. Persiapan Klien
c. Persiapan Alat
d. Cara kerja
3) Ajarkan pasien untuk menghirup bola kapas yang telah diberi minyak esensial
lavender selama 1-2 menit sebelum pasien memulai untuk tidur malam (waktu
Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai
domain, antara lain, penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur, masa laten tidur,
disfungsi tidur pada siang hari, efisiensi tidur, kualitas tidur, penggunaan obat tidur. Apabila
salah satu dari ketujuh domain tersebut terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya
Kualitas tidur berbeda dengan kuantitas tidur. Kuantitas tidur adalah lama waktu tidur
berdasarkan jumlah jam tidur sedangkan kualitas tidur mencerminkan keadaan tidur yang
restoratif dan dapat menyegarkan tubuh keesokan harinya. Kualitas tidur yang buruk berbeda
dengan kuantitas tidur yang buruk. Kuantitas tidur yang buruk mencakup durasi tidur pendek
sedangkan kualitas tidur yang buruk mencakup kesulitan untuk tidur dan seringkali terbangun
Pada penilaian terhadap lama waktu tidur yang dinilai adalah waktu dari tidur yang
sebenarnya yang dialami seseorang pada malam hari. Pada penilaian terhadap gangguan tidur
dinilai apakah seseorang terbangun tidur pada tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat,
bangun untuk pergi ke kamar mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau mendengkur
keras, merasa kedinginan, merasa kepanasan, mengalami mimpi buruk, merasa sakit, dan
Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tetap tertidur dan untuk
mendapatkan jumlah tidur yang tepat untuk mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat
terbangun dari tidurnya. Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak
(Indarwati, 2012). Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan
keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang sesuai (Indarwati,
2012).
Pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang sangat berbeda-beda, ada yang yang
dapat terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya. Seseorang bisa tidur ataupun tidak dapat
a. Status Kesehatan
nyenyak, sedangkan untuk seseorang yang kondisinya kurang sehat (sakit) dan
b. Lingkungan
lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana yang tidak ramai (tenang), dan
penerangan yang tidak terlalu terang akan membuat seseorang tersebut tertidur
dengan nyenyak, begitupun sebaliknya jika lingkungan kotor, bersuhu panas, susana
yang ramai dan penerangan yang sangat terang, dapat mempengaruhi kualitas tidur
c. Stres Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Kecemasan
tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur seseorang. Kecemasan
dapat menyebabkan seseorang menjadi terjaga. Keadaan terjaga terus menerus inilah
d. Diet
Makanan yang banyak menandung L–Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan
2008).
e. Gaya hidup
Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat juga memengaruhi kualitas tidur seseorang.
Kelelahan tingkat menengah dapat membuat orang tidur dengan nyenyak. Sedangkan
pada kelelahan yang berlebih akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek
(Asmadi, 2008).
f. Obat-obatan
kantuk, adapula yang sebaliknya yaitu mengganggu kualitas tidur (Asmadi. 2008).
Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tetap tertidur dan untuk
mendapatkan jumlah tidur yang tepat. Kualitas tidur yang baik akan ditandai dengan tidur
yang tenang, merasa segar pada pagi hari dan merasa semangat untuk melakukan aktivitas.
Pengukuran kualitas tidur dapat menggunakan the pittsburgh sleep quality index (PSQI)
(agustin, 2012). PSQI membedakan antara tidur yang baik dan tidur yang buruk, kualitas
1. Kualitas tidur subjektif yaitu penilaian subjektif diri sendiri terhadap kualitas tidur
yang dimiliki, adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman pada diri sendiri berperan
2. Latensi tidur yaitu berapa waktu yang dibutuhkan sehingga seseorang bisa tertidur, ini
3. Efisiensi tidur yaitu didapatkan melalui presentase kebutuhan tidur manusia, dengan
menilai jam tidur seseorang dan durasi tidur seseorang dan durasi tidur sehingga dapat
4. Penggunaan obat tidur dapat menandakan seberapa berat gangguan tidur yang
dialami, karena penggunaan obat tidur diindikasikan apabila orang tersebut sudah
sangat terganggu pola tidurnya dan obat tidur dianggap perlu untuk membantu tidur.
6. Durasi tidur yaitu dinilai dari waktu mulai tidur sampai waktu terbangun, waktu tidur
7. Daytime disfunction atau adanya gangguan pada kegiatan sehari-hari diakibatkan oleh
perasaan mengantuk.
Masing – masing komponen memiliki kisaran nilai 0-3 dengan 0 menunjukkan tidak
ada kesulitan tidur dan 3 menunjukkan kesulitan tidur yang berat. Skor dari 7 komponen
tersebut dijumlahkan menjadi 1 skor global dengan kisaran 0-21. Skor 0 mengidentifikasi
tidak adanya kesulitan tidur dan skor 21 mengidentifikasikan adanya kesulitan tidur yang
berat di berbagai area. Total skor yang menunjukkan hasil kurang dari atau sama dengan 5
menandakan kualitas tidur yang baik, sedangkan total PSQI yang menunjukkan hasil lebih
dari 5 menandakan kualitas tidur yang buruk. PSQI memiliki konsistensi internal dan
koefesien reliabilitas (Cronbach’s Alpha). Jika nilai Cronbach’s Alpha >r tabel maka
kusioner dinyatakan reliable, tetapi jika nilai Cronbach Alpha <r tabel maka kusioner
meningkatnya glukosa darah (Budiatri, 2014). Hal tersebut disebabkan oleh adanya gangguan
pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin maupun keduanya. Penderita DM tidak dapat
memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ
pankreas, sehingga kadar gula darah menjadi meningkat (Pesanlab, 2016). Kadar gula darah
yang tinggi sangat mengganggu konsentrasi pasien untuk tidur nyenyak, dikarenakan
seringnya keinginan untuk buang air kecil pada malam hari dan terkadang muncul rasa haus
yang berlebihan. Gangguan tidur merupakan masalah umum yang terjadi pada pasien DM
dan sebaliknya DM juga dapat menimbulkan gangguan tidur akibat adanya keluhan nokturia
Gangguan tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah pada pola tidur, baik
karena tidak bisa tertidur, sering terbangun pada malam hari, atau ketidakmampuan untuk
kembali tidur setelah terbangun. Gangguan tidur menyebabkan berbagai gangguan seperti
gangguan sistem kardiovaskular dan endokrin, serta memperberat persepsi nyeri (Imadudin,
2012). Empat gejala utama menandai sebagian besar gangguan tidur yaitu; insomnia,
hipersomnia, parasomnia, dan gangguan jadwal tidur-bangun. Gangguan tidur dapat membuat
Kerangka konsep adalah Justifikasi ilmiah terhadap topik yang dipilih sesuai dengan
identifikasi masalah. Kerangka konsep harus didukung dengan landasan teori yang kuat serta
di tunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai laporan ilmiah, hasil penelitian
Efek relaksasi :
Senam kaki
1. memperbaiki
sirkulasi darah
sehingga nutrisi
Senam kaki dalam jaringan
lebih lancar
2. menurunkan
kadar gula
darah
3. memperkuat
otot-otot kecil
Diabetes Melitus Kualitas Tidur
Efek Aromaterapi
lavender
1. meningkatkan
kesehatan fisik
Faktor yang
dan mengurangi
Aromaterapi mempengaruhi
stres
kualitas tidur :
lavender 2. Memberikan 1. Status
rasa tenang kesehatan sakit
Keterangan : (rilex) 2. Lingkungan
3. Mengurangi 3. Stres psikologis
kesulitan/susah 4. Diet
: Diteliti tidur 5. Gaya hidup
6. Obat-obatan
:Tidak Ditelitti
Ho :Tidak Ada pengaruh senam kaki dan aromaterapi lavender terhadap Kualitas Tidur pada
Ha : Ada pengaruh senam kaki dan aromaterapi lavender terhadap Kualitas Tidur pada pasien
Diabetes Melitus.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan
pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi suatu hasil
(Nursalam, 2016). Istilah desain penelitian digunakan dalam dua hal: pertama, rancangan
perencanaan akhir pengumpulan data dan kedua, rancangan penelitian digunakan untuk
Penelitian ini menggunakan pra eksperimen dengan satu kelompok one gruop Pre-post
Test Desain. Penelitian ini responden akan diukur kualitas tidur sebelum melakukan senam
kaki dan diberi aromaterapi dan kemudian akan diukur kualitas tidur setelah melakukan
Desain satu kelompok pre-post test pada peneletian seperti dibawah ini :
A1 X A2
39
Keterangan :
dan aromaterapi
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan element, unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki
ciri atau karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau menjadi perhatian
dalam suatu penelitian (pengamatan). Dengan demikian populasi tidak terbatas pada
kelompok orang, tetapi ada saja yang menjadi perhatian kita (Abdurahman dkk, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Diabetes melitus di puskesmas Rambipuji
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Apabila peneliti melakukan penelitian terhadap populasi yang besar, sementara
peneliti ingin meneliti tentang populasi tersebut dan peneliti memeiliki keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, sehingga
Sample yang digunakan pada penelitian ini ialah non probability sampling dengan
metode proposive sampling yaitu penentuan sampel dengan cara mengambil sebagian
anggota dari populasi sebagai responden atau sampel (Notoatmodjo, 2010). Menurut federrer,
sample menjadi :
(1-1)(r-1) > 15
0 (r-1) > 15
r-0 > 15
r > 15
Jadi sample yang digunakan yaitu sebanyak 15 responden dan jumlah kelompok yang
dari 33 populasi.
Keterangan :
N = n/(1-f)
N = 1/(1-10%)
N = 1/(1-0.1)
N = 1/0.9
N = 1.1
N=1
Jadi, sample yang digunakan tiap kelompok sebanyak 16 responden yang merupakan
kelompok intervensi atau kelompok perlakuan dengan pre dan post design.
a. Kriteria inklusi adalah berdasarkan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).
b. Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan April 2019. Waktu penelitian ini dihitung
dari selesainya pembuatan proposal sampai penyusunan laporan dan publikasi penelitian.
4.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga
menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara yang digunakan
untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang
lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan
1. Kualitas Keadaan yang dijalani Pengukuran Interval Kuisioner Skor dari PQSI
2. Kualitas Keadaan yang dijalani Pengukuran Interval Kuisioner Skor dari PQSI
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran kuesioner tentang
kualitas tidur, sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari pasien DM di
puskesmas Rambipuji.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau daftar
pertanyaan yang berisi tentang kualitas tidur . Peneliti mengumpulkan data sesuai dengan
data yang ada pasien tentang kualitas tidur pasien dan memberikan kuesioner kepada pasien.
Pengumpulan data ini dilakukan sampai jumlah sampel sesuai dengan jumlah yang sudah
ditentukan, Serta peneliti melakukan observasi kepada responden pada saat responden
mengisi kuesioner. Cara pengisian kuesioner di isi sendiri oleh responden dengan didampingi
oleh penelitin.
a. Instrument 1
b. instrumen 2
PSQI yang berisi pertanyaan tentang kualitas tidur yang berjumlah 9 pertanyaan
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner PSQI, jenis pengukuran
dimana peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab
pertanyaan. subjek menjawab secara bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan secara
terbuka oleh peneliti (Nursalam, 2015). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian berjudul pengaruh senam kaki dan aromaterapi terhadap kualitas tidur pasien
Diabetes melitus ini adalah kuesioner PSQI yang didalamya berisi pertanyaan tentang
Populasi Pasien DM
Kesimpulan
Uji Validitas adalah pengukuran data pengamatan yang berarti prinsip keadaan
instumen dalam mengumpulkan data. Instumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui jumlah mana ketetapan suatu alat ukur
dalam mengukur suatu data. Untuk mengetahui suatu validitas suatu instrument (dalam hal
ini kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skor masing-masing variabel
UJi Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo,
2012). Jika nilai Cronbach’s Alpha >r tabel maka kusioner dinyatakan reliable, tetapi jika
nilai Cronbach Alpha <r tabel maka kusioner dinyatakan tidak reliable.
a. Editing
Editing adalah mengecek daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh pengumpul
data. Pengecekan daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan terhadap
kuesioner PSQI yang kosong atau pengisian tidak sesuai dengan petunjuk dan tidak
relevan jawaban dan pertanyaan, sebaiknya diperbaiki dengan jalan menyuruh isi
kembali kuesioner yang masih kosong pada responden semula. Tetapi apabila tidak
b. Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
c. Scoring
Scoring adalah pemberian penilaian pada instrument, yang perlu diberikan skor
dalam peneltian ini yaitu pada kuesioner variable kualitas tidur yang terdiri dari 9
pertanyaan.
d. Tabulasi
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga data sudah
dicoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis. Proses
pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner ke paket
Analisis data merupakan pengumpulan data dari semua responden yang dikumpulkan.
a. Analisa Univariat
setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya
(Notoatmodjo,2012). Analisa univariat pada penelitian ini adalah kualitas tidur pada
responden.
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
ini adalah pemberian senam kaki dan aromaterapi pada pasien Diabetes melitus. Skala
Data yang telah diperoleh dari hasil pengkukuran akan diolah dengan baik secara
komputasi dengan program statistic package for the social sciences (SPSS) yang
sebelum dan sesudah melakukan senam kaki dan pemberian aromaterapi. Data
kemudian dianalisis melalui perhitungan paired t test pada statistik parametrik dengan
1) data yang diuji adalah data kuantitatif (data interval atau data rasio)
Peneliti yang akan melakukan suatu penelitian, perlu memperhatikan etika penelitian
antara lain :
dengan lembar ini dapat melihat kesediaan responden sekaligus memberikan informasi
tentang hak dan kewajiban responden. Dalam lembar persetujuan ini responden juga dapat
Peneliti tidak menyebarkan atau melakukan publikasi yang berlebihan sehingga tidak
mengganggu rasa nyaman dari responden. Kerahasiaan wajib dilakukan oleh peneliti karena
tidak semua responden mau berbagi informasi yang bersifat sangat rahasia bagi dirinya.
Jaminan kerahasiaan ini telah memberikan rasa nyaman pada responden saat dimintai
informasi apapun.
responden dan segala identitas diganti dengan kode untuk menghindari obyektifitas
Peneliti secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang terjadi. Penelitian dilakukan
karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko atau dampak negatif yang akan
terjadi. Penelitian yang dilakukan tidak membahayakan dan menjaga kesejahteraan manusia.
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil
yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di
Agustin , D., 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pekerja shift di PT
Krakatau Tirta Industri Cilegoin. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.
Jakarta.
Andria, Agusta.2014. Aroma Terapi Cara Sehat dengan Wewangian Alami. Jakarta: Penerba
Swadaya
Arieselia Z, Tasia Y, Sasmita PK. (2014). Pengaruh Kurangnya Jumlah Jam Tidur Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Unika Atma
Jaya, Damianus Journal of Medicine; Vol.13 No.2, hlm. 128-136. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jay
Asmadi, 2008. Neurologi klinis dasar. Jakarta : Dian Rakyat Darmojo, R.B Martono, 2004,
Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical Management For
Positive Outcomes. (R. G. Carroll & S. Quallich, Eds.) (8th ed., Vol. 1). United Stated
America: Saunders Elsevier.
Corwin, E. 2009. Buku saku patofisiologi. Alih bahasa. Nike Budhi Subekti. Jakarta
Dewi, I.P.2012. Aromaterapi Lavender Sebagai Media Relaksasi. Jurnal kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Frayusi A. (2012). Pengaruh Pemberian Terapi Wewangian Bunga Lavender Secara Oles
Terhadap Skala Nyeri pada Klien Infark Miokardium di CVCU RSUP DR. M. Djamil
Padang. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.http://www.respiratory.unand.ac.id.
Hidayat, A. Aziz. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A.A.. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data. Jakarta :
Salemba Medika
Imadudin MI. Pevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun
2012 [skripsi]. [Jakarta]: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2012
Indarwati, Nova. (2012). Hubungan Antara Kualitas tidur Mahasiswa yang mengikuti UKM
dan tidak mengikuti UKM pada Mahasiswa Reguler
International Diabetes Federation. (2014). IDF Atlas: Six Edition 2014 Update. Retrieved
from IDF Atlas: http://www.idf.org/site/default/files/atlasposter-2014_EN.pdf
Izzati, W. & Nirmala. (2015). Hubungan Tingkat Stres Dengan Peningkatan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Perkotaan Rasimah
Ahmad, Bukit Tinggi. Jurnal Program Studi D III Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar
Bukittinggi.
Kamaluddin, Ridlwan. 2010. Pertimbangan Dan Alasan Pasien Hipertensi Menjalani Terapi
Alternatif Komplementer Bekam Di Kabupaten Banyumas.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Kemenkes RI.
Jakarta.
Kushariyadi & Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika.
Muflihatin, K.S. (2015). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Glukosa Darah Pasien
Diabetes Melitus tipe 2 Di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. Jurnal STIKES
Muhammadiyah Samarinda.
Nurarif, H.A & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asyhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Nanda dan NIC-NOC. Yogyakarta : Medi Action
Nursalam (2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Pesanlab. Pemeriksaan lab untuk deteksi dini diabetes beserta biayanya. 2015 June 16 [cited
2016 Sep 28]. Available from: https://ww.pesanlab.com/blog/peme riksaan-lab-untuk-
deteksi-dinidiabetes/
PERKENI, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta.
Potter dan Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Salemba medika,
Jakarta
Price, S.A., dan Wilson, L.M., (2006), Patofisiologi, Konsep Klinis ProsesProses
Penyakit,Edisi 6, hal. 1271; Huriawati H, Natalia S, Pita Wulansari, Dewi Asih (eds),
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Putra, S. R. (2011). Tips Sehat dengan Pola Tidur dan Cerdas. Yogyakarta : Penerbit Buku
Biru.
Ramaiah, 2006, Diabetes, Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan Mendeteksi Sejak Dini, PT
Buana Ilmu Populer, Jakarta.
Riyadi S. dan Sukarmin, 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta
Sadock JB, Sadock VA. Tidur normal dan gangguan tidur. In: Muttaqin H, Sihombing RNE,
editors. Kaplan & Sadock: Buku ajar psikiatri klinis. 2nd ed. USA: Buku Kedokteran EGC,
2010. p, 339.
Soegondo, S., 2009., Farmakologi pada pengendalian glikemia diabetes mellitus tipe 2,
dalam Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (3rd Ed.). Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Penyakit Dalam FKUI
Sofiana, L. I., Elita, V. &Utomo, W., 2012. Hubungan Antara Stres Dengan Konsep Diri
Pada Penderita Diabetes MelitusTipe 2. 1(1), pp. 167-176
Sugiarto B R dan Suprihatin. 2012. Kepatuhan Kontrol Dengan Tingkat Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal. Kediri
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : penerbit
Afabet
Sunito, dkk, 2010. Aroma alam untuk kehidupan. Jakarta : PT Raketindo Primamedia
mandiri.
Suranto E. Hubungan insomnia dengan peningkatan gula darah puasa pada pasien diabetes
mellitus (DM) diruang rawat inap RSUD. Dr. Moewardi [skripsi]. [Surakarta]: Stikes
Kusuma Husada; 2014
Wahyuningsih, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperaatan: Konsep, Proses dan
Praktik. EGC. Jakarta
World Health Organization. Diabetes. 2016 June [cited 2016 Sep 29]. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/facts heets/fs312/en/
Yunita R, 2010. Hubungan anatara karateristik responden, kebiasaanakan dan minum serta
pemakaian NSAID dengan terjadinya gastritis.