Anda di halaman 1dari 10

PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Pengalaman Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam Melakukan


Perawatan Ulkus Diabetik Secara Mandiri Di Rumah
Di Muara Bungo Jambi Tahun 2014

Muh. Hasan Basri


Akper Setih Setio Muara Bungo Jambi
Abstract
The purpose of this study was to obtain deep understanding about the meaning of patients
experience with type 2 Diabetes Mellitus in self diabetic ulcer traetment at home. This reseacrh
employs qualitative methodology with phenomenology approach with sample of participants
three. The data analysis revealed three temes as follow : the treament of diabetic ulcer, hopes to
services and changes in activity. The results of the study participants have not been obidient in
the diet, health control, therapy and exercise. Conclusion the lack of health education and lack of
resources that exist in health care can make the reason participants did not obey. Advice needed
better service improvement, especially in terms of health education and access to information,
making leaflets given to patients and families during treatment and continuing medical education
to the community.

Pendahuluan Jogjakarta (DIY) 2,6%, sedangkan untuk


Diabetes Mellitus (DM) sering juga disebut propinsi Jambi sebanyak 1,1% (Riskesdas,
silent killer dimana prevalensinya dari tahun 2013).
ke tahun semakin meningkat. Di dunia pada
tahun 2000 menunjukkan ada 171 juta orang Komplikasi kronik dari DM yang paling
penyandang diabetes dan diproyeksikan ditakuti salah satunya adalah kaki diabetik
akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun (Waspadji, 2010). Pemeriksaan kaki secara
2030 (WHO, 2006), Di Asia angka DM regular pada pasien DM diharapkan akan
meningkat dua kali lipat dibandingkan mengurangi kejadian komplikasi (Decroli,
dengan Negara barat, sebanyak 110 juta 2008). Komplikasi tersering yang dialami
penyandang diabetes di Asia adalah orang pasien DM tipe 2 adalah neuropati perifer
dengan usia paruh baya sedangkan di negara yang akan menyebabkan ulkus diabetik
barat penyandang diabetes cenderung terjadi (Apelqvist et.al., 2008).
pada usia lanjut (Republika, 2011, dalam
Astuti, 2013). Masih menurut PD Persi (2011) angka
kematian yang disebabkan oleh penyakit
Menurut Pengendalian Penyakit dan DM berkisar 17% sampai 23% dan angka
Penyehatan Lingkungan (P2PL, 2013) amputasi akibat ulkus diabetik sekitar 15%
Indonesia merupakan negara urutan ke 7 sampai 30%, sementara angka kematian
dengan prevalensi Diabetes tertinggi, pasca satu tahun amputasi adalah 14,8%
dibawah Cina, India, USA, Brazil, Rusia dan angka ini meningkat menjadi 37% setelah
Mexico. Prevalensi DM berdasarkan tiga tahun amputasi dan rata-rata umur
propinsi secara Nasional yang terdiagnosis , hidup orang dengan amputasi karena ulkus
tertinggi terjadi di Daerah Istimewa
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Diabetik berkisar 23,8 bulan pasca Menurut ADA (2011) DM diklasifikasikan


amputasi. menjadi beberapa tipe yaitu :
a. DM tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes
Selain itu ulkus Diabetik memberi dampak Mellitus / IDDM), terjadi sebagai akibat
yang sangat luas baik dari segi psikologis, hancurnya sel beta pankreas sehingga
sosial maupun ekonomi (Aguilar, et al. menyebabkan defisiensi insulin menetap
2011). Dampak yang diakibatkan oleh ulkus (ADA, 2011)
Diabetik begitu kompleksnya, hal ini b. DM tipe 2 ( Non Insulin Dependent
berdasarkan penelitian Rieger et, al (2007) Diabetes Mellitus / NIDDM), DM tipe 2
di Jerman, dalam penelitian ini dikemukakan merupakan jenis penyakit DM dimana
bahwa 24% dari pasien ulkus yang berobat individu mengalami penurunan
memiliki masalah bau pada ulkus, ulkus sensitivitas terhadap insulin atau
Diabetik yang menimbulkan bau memiliki resistensi insulin dan kegagalan sel beta
efek negatif pada kehidupan sosial pasien, yang mengakibatkan produksi insulin.
salah satunya menyebabkan kecemasan yang DM tipe 2 mengenai 90-95% pasien
tinggi dan depresi, maupun perubahan body dengan DM, insiden ini terjadi lebih pada
image, efek dari masalah ulkus Diabetik bisa usia >30 tahun, dan obesitas (Smeltzer &
menyebabkan hubungan dengan lingkungan Bare, 2008).
menurun, seperti merasa malu karena bau c. DM tipe spesifik / tipe lain, terjadi
dari ulkus Diabetik. karena penyebab lainnya seperti karena
cacat genetik pada fungsi sel beta, cacat
Tujuan utama dari tatalaksana ulkus kaki genetik pada kerja insulin, penyakit
diabetik adalah untuk penyembuhan luka eksokrin pankreas (cystic fibrotic), karena
yang lebih baik (Alexiadou, 2012). obat dan bahan kimia seperti setelah
Permasalahan yang sering ditemukan pada pengobatan HIV/AIDS atau setelah
pasien pulang dari rumah sakit adalah transplantasi organ (ADA,2011).
kondisi ulkus Diabetik belum sembuh total d. DM Gestasional yaitu DM yang terjadi
karena membutuhkan waktu perawatan yang pada masa kehamilan.
lama, besarnya biaya perawatan dan
menurunnya produktivitas yang berdampak Faktor-faktor risiko terjadinya diabetes
pada pasien harus pulang ketika kondisi luka mellitus tipe 2 menurut American Diabetes
belum sembuh total. Sehingga pasien Association (ADA) terdiri atas faktor risiko
diharapkan bisa melanjutkan perawatan mayor dan faktor risiko lainnya. Faktor
ulkus Diabetik secara mandiri di rumah, risiko mayor terdiri atas riwayat keluarga
dengan harapan terhindar terjadinya dengan diabetes mellitus, obesitas, kurang
komplikasi lanjut dan amputasi. aktivitas fisik, ras / etnik, hipertensi,
kolesterol yang tidak terkontrol, riwayat
Diabetes Melitus diabetes mellitus pada kehamilan, sindroma
polikistik ovarium. Sedangkan faktor risiko
Fain (2014) mengemukakan DM adalah lainnya berupa faktor nutrisi, konsumsi
penyakit kronis progresif yang terjadi alkohol, faktor stress, kebiasaan merokok,
ketidakmampuan tubuh memetabolisme jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein,
karbohidrat, lemak dan protein yang dan intake zat besi (Perkeni, 2006).
meyebabkan hiperglikemi/kadar gula darah
tinggi.
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Ada beberapa komponen dalam hiperglikemia yang tidak terkontrol, lama


penatalaksanaan Smeltzer dan Bare (2008),: penyakit DM lebih dari 10 tahun, usia pasien
a. Diet lebih dari 40 tahun, riwayat merokok, dan
b. Latihan / olah raga memiliki penyakit ginjal kronis (Smeltzer &
c. Pemantauan / Kontrol gula darah Bare, 2002; Boulton, 2004 dalam Arief,
d. Terapi 2008).
e. Pendidikan / penyuluhan
f. Kontrol nutrisi dan metabolik Dalam penelitian lain Abbot et al. (2002)
g. Stres Mekanik dalam Driver, Landowski, dan Madse (2007)
bahwa faktor resiko terjadinya ulkus
Menurut Smallwood, Hillson, dan Jeffcoate diabetik adalah hilangnya sensasi protektif
(2009) ulkus Diabetik adalah suatu kondisi yang disebabkan neuropati perifer,
pada kaki orang dengan DM dimana insufisiensi vaskuler, struktur deformitas dan
terdapat tanda dan gejala seperti luka, formasi kalus, autonomic neurophaty yang
adanya nyeri yang tidak dapat dijelaskan menyebabkan menurunnya kelembaban dan
yang terjadi pada kaki, akibat kelainan terjadinya kekeringan pada kaki, terbatasnya
metabolik. Ulkus Diabetik disebabkan oleh pergerakan sendi, penyakit Diabetes yang
beberapa factor, faktor tersering penyebab lama, riwayat merokok yang lama, buruknya
ulkus diabetik adalah neuropati, trauma, dan kontrol gula darah, obesitas, kerusakan
deformitas kaki. Ulkus Diabetik merupakan penglihatan, adanya riwayat luka dan
penyebab tersering pasien harus diamputasi, amputasi, gender (insiden lebih sering pada
sehingga faktor-faktor tersebut juga laki-laki), peningkatan usia, latar belakang
merupakan faktor predisposisi terjadinya budaya dengan tingginya insiden Diabetes
amputasi (Frykberg, 2002). (penduduk asli amerika), buruknya
penggunaan alas kaki yang tidak adekuat
Menurut Boulton (2004) dalam Arief melindungi kulit dari tekanan yang terlalu
(2008), faktor resiko terjadinya ulkus tinggi pada kaki. Namun menurut Reiber
Diabetik adalah neuropati perifer, penyakit GE, (1991) dalam Frykberg, et.al. (2006)
vaskuler, mobilitas sendi yang terbatas, bahwa sekitar 45% sampai 60% dari semua
deformitas kaki, tekanan kaki abnormal, ulkus Diabetik adalah murni neuropati,
trauma minor, riwayat ulkus atau amputasi, sementara hingga 45% memiliki komponen
dan gangguan visual. Faktor resiko yang neuropati dan iskemik.
berasal dari keadaan sistemik pasien adalah
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Sumber Frykberg et,al (2006) dalam Tarwoto (2012)

Adapun klasifikasi menurut Wagner adalah sebagai berikut :


Klasifikasi ulkus menurut Wagner

Grade Lesi
0 Tidak ada lesi terbuka : mungkin terdapat deformitas dan
selulitis
1 Ulkus superficial
2 Dalamnya ulkus sampai ketendon atau kapsul sendi
3 Ulkus yang dalam dengan abses, osteomilitis dan sepsis sendi
4 Gangren local – kaki bagian depan atau tumit
5 Gangren sampai seluruh kaki

Sumber : Herman, Funnell dan Nelson (2012) The Standard of Care for Evaluation and Treatment of Diabetic
Foot Ulcers, University of Michigan Medical School 15(1): 1 – 23

Perawatan diri (self-care) adalah pelaksanan diabetes dalam kehidupan sehari-hari


aktivitas individu yang berkaitan dengan dengan tujuan untuk mengontrol gula darah
pemenuhan kebutuhan dalam yang meliputi aktifitas pengaturan makan
mempertahankan hidup, kesehatan dan (diet), latihan fisik (olah raga), pemantauan
kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat kadar gula darah, minum obat, dan
dilakukan dengan efektif, maka dapat perawatan kaki (Kusniawati, 2011).
membantu individu dalam mengembangkan
potensi dirinya. (Orem, 1991 dalam Tomey Self care DM merupakan hal penting dalam
& Alligood, 2006). Self care diabetes adalah pengelolaan DM tipe 2. Faktor karakteristik
tindakan mandiri yang dilakukan oleh pasien yang mempengaruhi self care kaki DM
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

meliputi usia, jenis kelamin, lama sakit DM, c. Melakukan tindakan keperawatan
sosial ekonomi, motivasi atau dorongan berbasis bukti
internal dan eksternal (keluarga dan sosial) d. Manajemen resiko
untuk melakukan self care DM, keyakinan e. Melatih pasien dan keluarganya
terhadap efektifitas penatalaksanaan DM ketrampilan-ketrampilan dasar dalam
(self-efficacy), dan pendidikan/pengetahuan manajemen diabetes
(Kusniawati, 2011). f. Memberikan konseling dan motivasi
g. Kolaborator
Berdasarkan penelitian Butler (2007) di
banyak institusi pelayanan kesehatan di Secara lebih spesifik, Carter (2010)
Inggris, di capai kesimpulan bahwa peran membagi peran perawat berdasarkan tingkat
perawat dalam manajemen diabetes mandiri kepakarannya sbb:
meliputi :
a. Nurse practisioner, peran utamanya
a. Manajemen program perbaikan gaya adalah manajemen promosi kesehatan
hidup pasien dan pencegahan melalui p endidikan dan
b. Memberikan pendidikan keseahatn secara konseling
berkelanjutan, mengevaluasi dan b. Clinical nurse spesialists, peran
melakukan modifikasi utamanya adalah sebagai pemimpin,
manajer dan kolaborator

Metode
Disain yang digunakan dalam penelitian ini Hasil dan Diskusi
adalah menggunakan metode kualitatif, Tema pertama perawatan ulkus diabetik.
penelitian kualitatif merupakan penelitian Hasil yang didapatkan dari penelitian bahwa
dengan latar yang alamiah dan bertujuan partisipan dalam melakukan perawatan
untuk lebih memahami tentang fenomena ulkus diabetik mengikuti anjuran dan sesuai
yang dialami oleh subjek penelitian seperti dengan prosedur yang diajarkan. Tetapi
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan dalam pengaturan pola makan partisipan
lainnya secara holistik dengan menggunakan belum mengikuti saran dari ahli gizi.
metode yang ada serta menuangkannya
dalam bentuk bahasa deskriptif (Moleong, Tujuan Diet pada diabetes mellitus adalah
2011). mempertahankan atau mencapai berat badan
ideal, mempertahankan kadar glukosa darah
Penelitian ini menggunakan pendekatan mendekati normal, mencegah komplikasi
fenomenologi deskriftif, karena denga akut dan kronik serta meningkatkan kualitas
metode ini peneliti dapat secara langsung hidup ( Yunir & Soebardi, 2010). Prinsip
mengeksplorasi, menganalisis serta perencanaan makan bagi diabetesi adalah
menjelaskan pengalaman pasien DM tipe 2 makanan seimbang terdiri dari makanan
dalam melakukan perawatan ulkus Diabetik sehat pada umumnya, diabetesi harus
secara mandiri sebagai realita yang mematuhi jadwal makan, jumlah kalori yang
dialaminya. Studi fenomenologi adalah dibutuhkan dan jenis makanan yang di
merupakan stategi penelitian yang konsusmsi. Komposisi makanan yang
mengidentifikasi pengalaman seseorang dianjurkan adalah makanan dengan
tentang fenomena tertentu (Creswll, 2013). komposisi seimbang yaitu yang
mengandung karbohidrat ( 60-70%), Protein
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

(10-15%) , lemak (20-25%) ( Yunir & konsentrasi HbA1c, yang cukup menjadi
Soebardi, 2010). Partisipan rutin dalam pedoman untuk menurunkan resiko
menjalani kontrol kesehatan tetapi terapi / komplikasi diabetes dan kematian. (Yunir &
obat yang di dapatkan tidak di konsumsi. Soebardi, 2010).
Delamater (2006) mendefinisikan kepatuhan
sebagai upaya keterlibatan aktif, sadar dan Edukasi yang di peroleh partisipan tentang
kolaboratif dari pasien terhadap perilaku penyakit yang di alami juga sebagai faktor
yang mendukung kesembuhan. Pada intinya yang dapat meningkatkan pengatahuan
kepatuhan terhadap pengobatan adalah partisipan terkait penyakitnya. Edukasi DM
sejauh mana upaya dan perilaku individu diperlukan bagi pasien dan keluarga untuk
menunjukkan kesesuaian dengan peraturan peningkatan pengetahuan dan motivasi akan
atau anjuran yang menunjang mencapai hasil yang optimal dalam
kesembuhannya. pengelolaan DM (Ernawati, 2013). Edukasi
atau pendidikan merupakan salah satu
Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan bentuk penyuluhan kesehatan kepada
mengkonsumsi obat bisa di pengaruhi oleh penderita DM, bisa melalui bermacam-
individu, penyakit, obat yang dikonsumsi, macam cara atau media misalnya : leaflet,
petugas kesehatan, harapan pasien dan poster, TV, kaset video, diskusi kelompok,
lingkungan pasien (Brunner & Suddart, dan sebagainya. Dalam pemberian edukasi
2002). pada penyandang diabetes perlu
diperhatikan bahwa informasi yang
Partisipan juga jarang melakukan olahraga diberikan haruslah secara bertahap,
secara rutin. Pada DM tipe 2, latihan jasmani informasi tidak boleh terlalu sedikit atau
dapat memperbaiki kendali glukosa secara terlalu banyak dalam waktu yang singkat
menyeluruh, terbukti dengan penurunan (Basuki, 2011).

Tema Kedua Harapan terhadap Stevenson et.al (1996) dalam Wahdi (2006),
pelayanan juga meneliti adanya korelasi antara
kepuasan perawatan yang menimbulkan
Partisipan mendapatkan dukungan dari minat pasien untuk kembali berobat dan
keluarga, teman dan tetangga. Dukungan keinginan mereka untuk merekomendasikan
keluarga telah didefinisikan sebagai faktor pelayanan rumah sakit pada teman dan
penting dalam kepatuhan manajemen keluarga.
penyakit untuk remaja dan dewasa dengan
penyakit kronik. Dukungan keluarga Jarak pelayanan kesehatan yang dekat
merupakan indikator yang paling kuat memungkinkan pasien selalu mengunjungi
memberikan dampak positif terhadap untuk berobat dan melakukan kontrol
perawatan diri pada pasien diabetes (Neff kesehatan. Fisher dan Anderson (1990)
dalam Hensarling, 2009). dalam Wahdi (2006), telah meneliti dan
membuktikan bahwa lokasi merupakan
Partispan masih mengeluhkan pada tempat alasan yang paling dominan yaitu sebesar
pelayanan kesehatan belum ada media yang 41.8%, disamping rekomendasi dokter,
dapat di manfaatkan untuk meningkatkan asumsi kesehatan, rekomendasi keluarga,
pengetahuan terkait dengan penyakit yang pengetahuan sendiri, rekomendasi teman,
dialami, seperti leaflet, buku kesehatan, iklan dan lain-lain.
maupun pendidikan kesehatan.
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Tema ketiga Perubahan Aktivitas diabetik yang menimbulkan bau memiliki


efek negatif pada kehidupan sosial pasien,
Dua dari 3 partisipan merasa terganggu baik salah satunya menyebabkan kecemasan yang
pekerjaan, ekonomi dan kegiatan sosial. tinggi dan depresi, maupun perubahan body
Penelitian Rieger et, al (2007) di Jerman, image, efek dari masalah ulkus diabetik bisa
dalam penelitian ini dikemukakan bahwa menyebabkan hubungan dengan lingkungan
24% dari pasien ulkus yang berobat menurun, seperti merasa malu.
memiliki masalah bau pada ulkus, ulkus
karena bau dari ulkus diabetik.

Kesimpulan dan Saran Saran


Berdasarkan kesimpulan diatas, saran dari
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat peneliti sebagai berikut:
disimpulkan pengalaman pasien diabetes 1. Bagi Pelayanan
militus tipe 2 dalam melakukan perawatan a. Pelayanan kesehatan merupakan
ulkus diabetik secara mandiri dirumah tanggung jawab sepenuhnya oleh
adalah sebagai berikut: tenaga kesehatan, baik dokter,
1. Partisipan sudah memahami tentang perawat, ahli gizi maupun tenaga
perawatan ulkus Diabetik seperti yang penunjang kesehatan lainnya.
diajarkan. Tetapi pada penagaturan Sehingga di harapkan tenaga
makan, therapi, dan olah raga belum kesehatan yang berada di rumah sakit
patuh sesuai yang disarankan. terutama di poli penyakit dalam dan
2. Partisipan yakin akan kesembuhan rungan penyakit dalam dapat
dengan perawatan yang baik dan memberikan pendidikan kesehatan
mengikuti anjuran. secara bertahap dan berkelanjutan
3. Partisipan juga mendapatkan dukungan yang melibatkan pasien dan keluarga
baik dari keluarga dan orang-orang dengan harapan pasien dan keluarga
terdekat seperti teman dan tetangga. memahami permasalahan yang di
4. Informasi tentang DM di dapat partisipan hadapadi oleh pasien sehingga
dari tenaga kesehatan, teman yang keluarga juga memegang peranan
menagalami DM, informasi yang didapat penting untuk selalu mengingatkan
ketika pertama terkena DM dan jarang pada pasien dalam menjalani program
diulang-ulang, tidak adanya media pengobatan
informasi yang dapat digunakan untuk b. Pada RSUD H. Hanafie harus
meningkatkan pengetahuan. menyiapkan media informasi yang
5. Faktor penunjangnya adalah anggota bisa dimanfaatkan seperti leaflet, buku
keluarga yang merawat merupakan kesehatan maupun poster sehingga
tenaga kesehatan dan istri yang pasien atau keluarga yang berkunjung
berpengalaman dan faktor dapat membaca bacaan yang
penghambatnya mahalnya biaya berobat disediakan terutama terkait dengan
serta kondisi luka yang banyak jaringan penyakit diabetes.
mati. c. Perlunya dibentuk suatu sistem
6. Dua pe tiga partisipan merasa terganggu edukasi baik ditingkat pelayanan
baik pekerjaan, ekonomi dan kegiatan kesehatan perifer maupun Rumah
sosial. Sakit sebagai sentral rujukan yang
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

memfasilitasi pasien DM untuk yang berpengalaman pada saat


meminimalkan terjadinya komplikasi. wawancara mendalam.
b. Perlu di eksplorasi terkait dengan
2. Bagi pendidikan keperawatan pengalaman pasien diabetes tipe 1
Meningkatkan pengetahuan dan dalam melakukan perawatan ulkus
ketrampilan peserta didik dalam merawat diabetik secara mandiri dirumah
pasien DM, serta memberikan pendidikan dan pasien ulkus diabetik berulang.
kesehatan kepada pasien dan keluarga c. Untuk penelitian selanjutnya
dengan meningkatkan aplikasi praktek, dengan menggunakan metode
bukan hanya pada pemberian perawatan kuantitatif dapat dilakukan berbasis
langsung saja, tetapi informasi yang pada hasil penelitian seperti tentang
terpenting dalam pelayanan kesehatan faktor yang mempengaruhi caring
terhadap penyakit dan pengobatan pasien maupun self care pada pasien ulkus
dalam bentuk pendidikan kesehatan. diabetik, faktor yang berhubungan
dengan kejadian ulkus diabetik dan
3. Untuk penelitian selanjutnya lain-lain.
a. Untuk peneliti kualitatif pemula perlu
dilakukan pendampingan oleh peneliti

Daftar Pustaka
1. Aguilar, F., Teran, J.M., De La Pena, 7. Arief, F. (2008). Profil Penderita
J.E. (2011). “The Pathogenesis of the Diabetes Mellitus dengan Ulkus Kaki di
Diabetic Foot Ulcer: Prevention and SMF Penyakit Dalam RSUD dr.
Management” Global Perspective on Soebandi Jember Periode Januari
Diabetic Foot Ulcerations: 156-182 2003- Desember 2007. Jember:
2. Alexiadou K, Doupis J (2012), Fakultas Kedokteran Universitas
Management of Diabetic Foot Ulcers. Jember.
Diabetes Ther. 2012:3;4 8. Astuti. A (2013), Pengalaman
3. American Diabetes Association (2011). Psikologis dan dukungan sosial pasien
Standards of Medical Care in Diabetes. DM tipe 2 dengan ulkus diabetik di
Diabetes Care, 34(1): 11-61. RSD Raden Mattaher Jambi, Depok; UI
4. Alligood, M.R, & Tomey, A.M (2006). 9. Basuki, E. (2011). Tehnik penyuluhan
Nursing theory : utilization diabetes mellitus dalam Soegondo, S.,
&application(3rded).Missouri: Mosby. Soewondo, P., Subekti, I.
5. Anonim. Riset Kesehatan Dasar Penatalaksanaan Diabetes Melitus
2013:Laporan Nasional 2013. Jakarta: Terpadu Jakarta, Badan Penerbit FKUI
Badan Penelitian dan Pengembangan 10. Butler, J. (2007). The role of the nurse
Kesehatan, Departemen Kesehatan and monitoring in diabetes
Republik Indonesia management. Presentasi ilmiah pada
6. Apelqvist, J., Bakker, K., Houtum, W. konferensi Bayer Healthcare. Michigan.
H. v., & Schaper, N. C. 2008. Practical
Guidelines On The Management and 11. Carter, M. (2010). The role of the
Prevention of The Diabetic Foot. diabetes specialist nurse. Presentasi
Diabates Metab Res Rev (24):1, p. 181- ilmiah pada diabetes specialist nurse
187. conference. Cheltenham General
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Hospital. Victoria. Diunduh dari 20. Herman, W.H., Funnell, M.M., Nelson,
www.glospccag.nhs.uk/roleofthenurse.p J.P. (2012). The Standard of Care for
df Evaluation and Treatment of Diabetic
12. Creswell, J.W. (2013) Research design: Foot Ulcers, University of Michigan
pendekatan kualitatif, kuantitatif dan Medical School 15(1): 1 – 23.
mixed. Alih bahasa Fawaid, A. Edisi 21. Moleong, L.J (2011), Metodelogi
Ketiga . Yogyakarta: Pustaka Pelajar penelitian kualitatif edisi revisi.
13. Delamater, A. M. 2006. Improving Bandung PT. Remaja Rosda Karya
patience adherence.Clinical diabetes 22. Perkeni (2006), Konsensus Pengelolaan
joiurnals Vol. 24 No. 2. Diakses dari dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
http://clinical.diabetesjournals.org/conte 2 di Indonesia 2006, http://www.e-
nt/24/2/71.full.pdf+hml pada tanggal 1 bookspdf.org/view/aHR0cDovL3d3dy5r
Sept 2014 ZWRva3RlcmFuLmluZm8vZG93bmxv
14. Ernawati (2013), Penatalaksanaan YWRzL0tvbnNlbnN1cyUyMFBlbmdlb
Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu G9sYWFsbiUyMGRhbiUyMFBlbmNl
dengan Penerapan Teori Self Care Z2FoYW4lMjBEaWFiZXRzJTIwTWV
Orem, Jakarta; Mitra Wacana Media saXR1cyUyMFRpcGUlMjAyJTIwZGkl
15. Fain, J.A. (2014). Keperawatan Medikal MjBJbmRvbmVzaWElMjAyMDA2LlB
Bedah, Manajemen Klinis Hasil yang ERg==/SS4gUGVuZGFodWx1YW4gL
diharapkan, Joyce M. Black dan Jane SBLZWRva3RlcmFuLmluZm8gfCBTZ
H. edisi bahasa Indonesia, edisi 8 buku XJiYS1zZXJiaSBEdW5pYQ== di
2 (8th ed.). Singapore: Sauders Elsevier. peroleh tanggal 5 Maret 2014
16. Frykberg RG (2002), Diabetic Foot 23. Pusat Data dan Informasi Persatuan
Ulcer : Pathogenesis and Management. Rumah sakit Indonesia. (2011)
Am Fam Physician, Vol 66, Number 9. Neuropati Diabetik Menyerang Lebih
2002. p 1655-62 Dari 50% Penderita Diabetes
17. Frykberg, R. G., Zgonis, T., Armstrong, http://www.pdpersi.co.id/content/new
D.G., Driver, V.R., Giurini, J.M., s.php?mid=5&catid=23&nid=612
Kravitz, S.R, et al. (2006). "Diabetic diperoleh pada tanggal 6 Maret 2014
Foot Disorders: A Clinical Practice 24. PP-PL Kemenkes RI (2011). World
Guideline (2006 Revision)." The Diabetes Day 14 November 2011
Journal of Foot and Ankle Surgery http://www.pppl.depkes.go.id/index.php
45(5, Supplement): S1-S66. ?c=berita&m=fullview&id=374 di
18. Hensarling, J. (2009), Development and peroleh pada 15Maret 2014
psychometric testing of Henserling’s 25. Smallwood, D., Hillson, R., dan
diabetes family support scale, a Jeffcoate, W. (2009). Putting feet first
dissertation. Degree of Doctor of Commissioning specialist services for
Philosophy in the Graduate School of the management and prevention of
the Texa’s Woman University. diabetic foot disease in hospitals
19. Herber,O.R., Schnepp, W., Rieger, 26. Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2008).
M.A. (2007). A systematic review on Medical Surgical Nursing Brunner &
the impact of leg ulceration on patients Suddarth.. Philadelphia: Lippincott
quality of life. Health and Quality of 27. Tarwoto et, all (2012), Keperawatan
Life Outcomes 2007, 5:44 Medikal Bedah Gangguan Sistem
doi:10.1186/1477-7525-5-44. Endokri, Jakarta; Trans Info Media
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

28. Wahdi, Nirsetyo (2006), Analisis Production Services. Geneva:


Faktorfaktor yang mempengaruhi Switzerland
kepuasan pasien sebagai upaya 30. Yunir E & Soebandi, S (2010), Terapi
meningkatkan loyalitas pasien, Non Farmakologi Pada Diabetes
Tesis.Undip: Semarang Militus, Buku Ajar Ilmu Penyakit
29. WHO (2006) Definition And Diagnosis
Dalam jilid III edisi V, editor Aru W,
Of Diabetes Mellitus And Intermediate
Hyperglycemia. Report of a WHo/IDf Sudoyo dkk, Jakarta, internapublishing
ConsultatIon: the WHO Document

Anda mungkin juga menyukai