Anda di halaman 1dari 10

EVIDENCE BASED PRACTICE

TERAPI RELAKSASI SPIRITUAL PADA PASIEN THALASEMIA

Disusun Oleh:

Khansa Rizki Syukrina (1611114287)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2019
A. Pendahuluan

Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk


ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan
sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin (Atmakusuma dan
Setyaningsih, 2014). Thalassemia merupakan masalah besar di negara-negara di sekitar
Laut Mediterania, Timur Tengah, India, Pakistan, Asia Tenggara, Rusia Selatan, dan Cina.
Frekuensi pembawa thalassemia alfa (α) terentang dari Afrika ke Mediterania, Timur
Tengah, Asia Timur dan Tenggara (Atmakusuma dan Setyaningsih,2014). Sedangkan
untuk pembawa thalassemiabeta (β) tertinggi dilaporkan di Maladewa (18%), Siprus
(14%), Sardinia (10,3%) dan Asia Tenggara (3-5%) (Viprakasit and Origa, 2014). Pada
tahun 1994 World Health Organization (WHO) menyatakan 4,5% dari total penduduk
dunia adalah pembawa sifat thalassemia dan meningkat menjadi 7% pada tahun 2001.
Diperkirakan 300-400 ribu bayi thalassemia β mayor lahir pertahun di seluruh dunia. Di
Indonesia angka pembawa sifat thalassemiaβ dan thalassemia α berturut-turut 3-10% dan
1,2-11%. Berdasarkan data tersebut dan dengan memperhitungkan angka kelahiranserta
jumlah penduduk Indonesia saat ini, diperkirakan akan lahir 2500 anak thalassemia β
mayor setiap tahun (Arimbawa dan Ariawati,2011). Berdasarkan data di Pusat
Thalassaemia, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, jumlah pasien baru terus
meningkat setiap tahunnya mencapai 100 orang/tahun (Health Technology
AssesmentIndonesia, 2009). Thalassamia β mayor menunjukan klinis yang jelas yaitu
anemia berat akibat dari eritropoiesis yang tidak efektif. Gambaran klinis yang jelas ini
menyebabkan penderita thalassemia β mayor harus segera diperiksa ke pelayanan
kesehatan dan lebih cepat didiagnosis. Berdasarkan hasil penelitian di Yayasan
Thalassemia Indonesia cabang Banyumas terdapat 90,6% pasien merupakan pasien
thalassemia β mayor, 7,8% pasien thalassemia β minor, dan 1,6% pasien thalassemia β
intermedia (Rejeki dkk, 2012; Pasricha et al, 2013). Penyandang thalassemia β mayor
yang tergantung transfusi seumur hidup mengalami kelebihan besi meskipun telah
mendapat terapi kelasi besi untuk mengeluarkan kelebihan besi tersebut,namun
prognosisnya lebih baik bila dibandingkan dengan yang tidak mendapat terapi kelasi
besi.Selain akibat transfusi darah rutin, meningkatnya penyerapan zat besi melalui traktus
gastrointestinal juga berdampak pada kelebihan besi. Untuk pemantauan kelebihan besi
pada pasien thalassemia β mayor dapat digunakan pemeriksaan kadar feritin serum.
Kadar feritin serumhingga saat ini merupakan cara pemeriksaan tunggal yang sederhana,
noninvasif, tersedia luas, mudah dilakukan, dan lebih ekonomis
(Ismaildkk,2010).Transfusi darah berulang dapat memperpanjang usia harapan hidup
pasien thalassemia β mayor, tetapi juga memberikan dampak negatif terjadinya kelebihan
besi yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan organ, salah satu target
utamanyaadalah hati (Eleftheriou, 2007; Anggororini, 2010). Relaksasi adalah teknik
atau upaya sejenak yang dilakukan oleh seseorang untuk melupakan kecemasan,
mengistirahatkan pikiran, menciptakan mekanisme batin dalam diri seseorang dalam
rangka membentuk pribadi yang baik, menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan
(psikis) melalui sesuatu kegiatan yang menyenangkan, menghilangkan berbagai bentuk
pikiran negatif akibat ketidakberdayaan dalam mengendalikan ego dalam diri seseorang,
mempermudah seseorang untuk mengontrol diri serta menyelamatkan jiwa dan memberi
kesehatan pada tubuh. Relaksasi spiritual diharapkan mampu membantu pasien
thalasemia dan keluarganya agar dapat menerima sakitnya dengan baik. Selain itu dengan
relaksasi spiritual pasien dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Maka dari itu
saya ingin melakukan Evidence Based Practice yang akan di implementasikan kepada
pasien dengan thalasemia agar berpengaruh terhadap kualitas hidup dan menenangkan
psikologis pasien tersebut dengan mendengarkan ayat suci Al-Quran.

B. Tinjauan Teori

1. Definisi Thalasemia
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk
ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan
sistem hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin (Nurarif, 2013).
Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni 15
perubahan struktur rangkaian asam amino acid sequence rantai globin tertentu,
disebut hemoglobinopati struktural, Perubahan kecepatan sintesis atau kemampuan
produksi rantai globin tertentu disebut Thalasemia. Thalasemia adalah penyakit yang
diturunkan kepada anaknya. Anak yang mewarisi gen Thalasemia dari satu orangtua
dan gen normal dari orangtua yang lain adalah seorang pembawa (carriers). Anak
yang mewarisi gen Thalasemia dari kedua orangtuanya akan menderita Thalasemia
sedang sampai berat (Munce & Campbell, 2009).

2. Manifestasi Klinis Thalasemia


Kondisi anemia kronis menyebabkan terjadinya hipoksia jaringan dan
merangsang peningkatan produksi eritropoitin yang berdampak pada ekspansi
susunan tulang sehingga pasien Thalasemia mengalami deformitas tulang, risiko
menderita gout dan defisiensi asam folat. Selain itu peningkatan eritropoitin juga
mengakibatkan hemapoesis ekstra medular. Hemapoesis ektra medular serta
hemolisis menyebabkan terjadinya hipersplenisme dan splenomegali. Hipoksia yang
kronis sebagai dampak dari anemia mengakibatkan penderita sering mengalami sakit
kepala, iritable, aneroxia, nyeri dada dan tulang serta intoleran aktifitas. Pada taraf
lanjut pasien juga beresiko mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
reproduksi. Pasien dengan Thalasemia juga mengalami perubahan struktur tulang
yang ditandai dengan penampilan wajah khas berupa tulang maxilaris menonjol, dahi
yang lebar dan tulang hidung datar (Indanah, 2010). Pada semua Thalasemia memiliki
gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi sebagian besar penderita mengalami
anemia yang ringan .pada bentuk yang lebih berat misalnya beta-Thalasemia mayor
bisa 18 terjadi sakit kuning/ jaundice, luka terbuka dikulit/ulkus batu empedu dan
pembesaran hati. Gejala lain pada penyakit Thalasemia adalah jantung mudah
berdebar-debar, karena oksigen yang dibawa ke jantung akan lebih sedikit karena
hemoglobin yang bertugas membawa oksigen ke dalam darah berkurang dan jantung
akan berusaha lebih keras sehingga menyebabkan kelemahan pada otot jantung
(Irawan, 2009).

3. Pencegahan Thalasemia
Dalam rangka pencegahan penyakit Thalasemia Menurut Lanni (2002) ada
beberapa masalah pokok yang harus disampaikan kepada masyarakat, ialah :a.Bahwa
pembawa sifat Thalasemia itu tidak merupakan masalah baginya.b.Bentuk
Thalasemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar, penanganannya
sangat mahal dan sering diakhiri kematian.c.Kelahiran bayi Thalasemia dapat
dihindarkanMenurut Tamam (2006) karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan
penderitanya akan terus bertambah dari tahun ketahunnya. Oleh karena itu,
pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat penting dilakukan untuk mencegah
bertambahnya penderita Thalasemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia dalam
masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat Thalasemia. Pemeriksaan
akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat:
a. Ada saudara sedarah yang menderita Thalasemia.
b. Kadar hemoglobin relative rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum
obat penambah darah seperti zat besi.
c. Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.
4. Penanganan Thalasemia
Pengobatan Thalasemia bergantung pada jenis dan tingkat keparahan dari gangguan.
Seseorang pembawa atau yang memiliki sifat alfa atau beta Thalasemia cenderung
ringan atau tanpa gejala dan hanya membutuhkan sedikit atau tanpa pengobatan.
Terdapat tiga standar perawatan umum untuk Thalasemia tingkat menengah atau
berat, yaitu transfusi darah, terapi besi dan chelation, serta menggunakan suplemen
asam folat. Selain itu, terdapat perawatan lainnya adalah dengan transplantasi sum-
sum tulang belakang, pendonoran darah tali pusat, dan HLA (Children's Hospital &
Research Center Oakland, 2005).
a. Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini
merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita Thalasemia sedang
atau berat. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan
sel darah merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan
tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120
hari sel darah merah akan mati. Khusus untuk penderita beta Thalasemia
intermedia, transfusi darah hanya dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin.
Sedangkan untuk beta Thalasemia mayor (Cooleys Anemia) harus dilakukan
secara teratur (Children's Hospital & Research Center Oakland, 2005).
b. Terapi Khelasi Besi (Iron Chelation) Hemoglobin dalam sel darah merah
adalah zat besi yang kaya protein. Apabila melakukan transfusi darah secara
teratur dapat mengakibatkan penumpukan zat besi dalam darah. Kondisi ini
dapat merusak hati, jantung, dan organ-organ lainnya. Untuk mencegah
kerusakan ini, terapi khelasi besi diperlukan untuk membuang kelebihan zat
besi dari tubuh. Terdapat dua obat-obatan yang digunakan dalam terapi khelasi
besi menurut National Hearth Lung and Blood Institute (2008) yaitu:
1) Deferoxamine
Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit secara
perlahan-lahan dan biasanya dengan bantuan pompa kecil yang digunakan
dalam kurun waktu semalam. Terapi ini memakan waktu lama dan sedikit
memberikan rasa sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran.
2) Deferasirox
Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek sampingnya
adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, dan kelelahan.
c. Suplemen Asam Folat Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu
pembangunan sel-sel darah merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap
diminum di samping melakukan transfusi darah ataupun terapi khelasi besi.
1) Transplantasi sum-sum tulang belakang Bone Marrow Transplantation
(BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan. Darah dan sumsum transplantasi sel
induk normal akan menggantikan sel-sel induk yang rusak. Sel-sel induk
adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang membuat sel-sel darah merah.
Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan yang dapat
menyembuhkan Thalasemia. Namun, memiliki kendala karena hanya
sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang baik antara donor
dan resipiennya (Okam, 2001).
2) Pendonoran darah tali pusat (Cord Blood) Cord blood adalah darah yang
ada di dalam tali pusat dan plasenta.Seperti tulang sumsum, itu adalah sumber
kaya sel induk, bangunan blok dari sistem kekebalan tubuh manusia.
Dibandingkan dengan pendonoran sumsum tulang, darah tali pusat non-
invasif, tidak nyeri, lebih murah dan relatif sederhana (Okam, 2001).
5. Terapi Spritual
Relaksasi adalah teknik atau upaya sejenak yang dilakukan oleh seseorang untuk
melupakan kecemasan, mengistirahatkan pikiran, menciptakan mekanisme batin
dalam diri seseorang dalam rangka membentuk pribadi yang baik, menyalurkan
kelebihan energi at au ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang
menyenangkan, menghilangkan berbagai bentuk pikiran negatif akibat
ketidakberdayaan dalam mengendalikan ego dalam diri seseorang, mempermudah
seseorang untuk mengontrol diri serta menyelamatkan jiwa dan memberi kesehatan
pada tubuh. Relaksasi spiritual diharapkan mampu membantu pasien thalasemia dan
keluarganya agar dapat menerima sakitnya dengan baik. Selain itu dengan relaksasi
spiritual pasien dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Terapi murottal Al-
Qur’an adalah terapi bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi religi, dimana
seseorang akan dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam
sehingga memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Terapi murottal Al-
Qur’an dapat mempercepat penyembuhan. Hal ini dibuktikan oleh beberapa ahli
seperti penelitian yang dilakukan Ahmad Al Khadi direktur utama Islamic Medicine
Institute for Education and Research di Florida Amerika Serikat, di dapatkan hasil
penelitian 97% bahwa mendengarkan ayat suci Al-Qur’an memiliki pengaruh
mendatangkan ketenangan dan menurunkan ketegangan urat saraf.

C. Resume Artikel Jurnal


Jurnal : Pengabdian Masyarakat Kesehatan
Judul Jurnal : Terapi Relaksasi Spiritual Bagi Keluarga Thalasemia Kabupaten
Jombang
Volume : Volume 5 Nomor 2
Tahun : 2019
Penulis : Ana Farida Ulfa, Pujiani dan Edi Wibowo
Tanggal : September 2019

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh dosen FIK Unipdu yang bekerja
sama dengan paguyuban orang tua penderita thalasemia Kabupaten Jombang, dengan
total peserta 60 orang anak thalasemia dan orang tuanya. Bentuk kegiatannya adalah
pelatihan dan terapi relaksasi spiritul yang difasilitasi oleh tim pengabmas.Hasil dari
kegiatan penabdian masyarakat ini, keluarga merasa senang dan puas dengan kegiatan
pelatihan dan terapi relaksasi spiritual. Secara individu pasien thalasemia maupun
keluarga merasakan dampak positif setelah terapi, antara lain: tubuh segar, nyeri kepala
atau pusing hilang, capek hilang, merasa lebih tenang. Kendala yang ditemukan tim
pengabdian masyarakat selama kegiatan, sehinggamengurangi keberhasilan anak
thalasemia dan keluarga mengikuti pelatihan dan terapi relaksasi spiritual adalah; (1) Usia
anak thalasemia, (2) Dukungan keluarga, (3) Suasana lingkungan. Berdasarkan kendala
tersebut saran yang dapat diberikan adalah pada pasien thalasemia yang masih kecil, yang
melakukan relaksasi adalah orang tua yang ditujukan untuk anak yang sakit. Keluarga
dapat memberikan dukungan kepada anak thalasemia untuk bisa melkaukan terapi secara
mandiri dengan melakukan terapi bersama-sama. Terapi relaksasi spiritual sangat baik
dilakukan secara rutin sebelum tidur malam.

D. Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Kaheel (2011) tentang pengaruh Al-
Quran bagi organ tubuh, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan
ayat-ayat Al-Qur’an, seseorang dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.
Penurunan depresi, kecemasan, kesedihan dan juga ketengangan jiwa. Mendengarkan Al-
Qur’an memiliki dampak yang luar biasa pada berbagai penyakit karena dampak dari
keselarasan yang sempurna dalam pengulangan kata dan huruf, dampak irama yang
seimbang terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, dampak dari informasi masing-masing ayat, dan
harmonisasi yang indah. Terapi suara mendengarkan bacaan Al-Qur’an mempunyai
pengaruh yang yaitu berupa perubahan-perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi
darah, perubahan detak jantung dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut
menunjukkan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan otot syaraf. Terapi ini bekerja
pada otak, yang merangsang otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide,
yang memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau kenyamanan. Peserta mengambil
posisi duduk senyaman mungkin di lantai yang sudah diberi alas karpet atau matras yang
nyaman, kedua kaki lurus ke depan dan kedua tangan diletakkan di atas paha. Selanjutnya
peserta diminta berdoa dalam hati dan meniatkan apa yang didinginkan dalam terapi.
Trainer memperdengarkan dzikir dan murottal. Selanjutnya anak thalasemia dan
keluarga mengikuti instruksi yang dipandu oleh trainer. Fasilitator membantu peserta
untuk taat melakukan tahapan-tahapan relaksasi dengan optimal, termasuk membantu
yang belum bisa merileksasi tubuhnya secara mandiri. Bila peserta sudah rilek maka,
secara otomatis peserta akan tertidur sebagai bentuk rileksasinya. Fasilitator akan
menjaga menahan tubuh pasien dan membaringkannya agar tidak terjatuh. Dzikir dan
murottal tetap diperdengarkan selama proses relaksasi. Relaksasi spiritual berlangsung
antar 10 –30 menit, masing-masing individu berbeda-beda. Terminasi rileksasi spiritual
terjadi saat pasien sudah terbangun, pasien diminta tetap berbaring setelah membuka
mata. Selanjutnya pasien diminta untuk tarik nafas dalam 1–2x, selanjutnya nafas biasa
dan merilekkan tubuhnya.
Kelemahan fisik dapat menurunkan motivasi. Kelemahan secara signifikan
berhubungan dengan timbulnya gejala gangguan masalah tidur, status kesehatan fisik
yang menurunkan dan depresi yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Setelah
dilakukan anjuran untuk mendengarkan terapi suara mendengarkan bacaan murottal Al-
Qur’an yang diberikan kepada pasien dan pihak keluarga, didapatkan pernyataan bahwa
pasien mengatakan ia nyaman dan merasa tentram sebelum dan sesudah dilakukan
hemodialisa. Pihak keluarga pun ikut terlibat dalam melakukan hal tersebut. Karena
dukungan keluarga juga ikut mempengaruhi motivasi pasien untuk mengikuti anjuran.
E. Kesimpulan
Terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi
religi, dimana seseorang akan dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau
jam sehingga memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Kelemahan fisik dapat
menurunkan motivasi. Kelemahan secara signifikan berhubungan dengan timbulnya
gejala gangguan masalah tidur, status kesehatan fisik yang menurunkan dan depresi yang
dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Setelah dilakukan anjuran untuk mendengarkan
terapi suara mendengarkan bacaan murottal Al-Qur’an yang diberikan kepada pasien dan
pihak keluarga, didapatkan pernyataan bahwa pasien mengatakan ia nyaman dan merasa
tentram.

F. Saran
Penelitian ini dapat diaplikasikan di rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif dalam menangani masalah yang muncul akibat dari penyakit kronik
lainnya yang diderita oleh pasien.

G. Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu Ahmad & Prasetyo, Joko Tri. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Pustaka
Setia : Bandung.
Behrman., Kliegman & Arvin, (2012). Editor edisi bahasa Indonesia Wahab, A.S.Ilmu
kesehatan anak (Nelson texbook of pediatrics). EGC : Jakarta.
Ulfa, Farida. (2016). Pengaruh Family Psikoedukasi dalam Meningkatkan Self Care
Keluarga dalam Merawat Thalasemia. FIK Unipdu : Jombang.
Marilyn M. Friedman., Bowden, V.R., dan Jones. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga Riset Teori dan Praktik. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai