Disusun Oleh :
Kelompok 3
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Latar Belakang
2
RI (2014), layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan
narkoba suntik (penasun), pekerja seks wanita langsung, pekerja seks wanita
Sesama Lelaki (LSL), hanya prevalensi HIV pada pekerja seks wanita
langsung dan tidak langsung yang tidak meningkat dalam kurun waktu 2003-
2017.
Trend prevalensi jumlah HIV dan AIDS yang dilaporkan per tahun
sampai dengan desember 2017, HIV 48.300 dan AID 9280. Kelompok umur
pencegahan penularan dari ibu kepada bayinya. Sebagai contoh, periode 2013
hingga desember 2017, jumlah ibu hamil HIV positif yang mendapat obat
sebagian besar terkonsentrasi pada kelompok populasi kunci, dengan tren dan
tingkat pravalensi yang bervariasi antara satu provinsi dengan provinsi lain.
Situasi yang berbeda terdapat di tanah papua yang memiliki epidemi meluas
tingkat rendah dan jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) perempuan
melebihi jumlah ODHA laki-laki. Angka kasus HIV terbesar terdapat di DKI
jakarta, provinsi padat penduduk lainnya di pulau Jawa, Papua Barat dan
Papua. Dalam periode terdahulu epidemi HIV dipicu oleh perilaku berbagai
3
alat suntik di kelompok penasun, dan saat ini penularan seksual menjadi mode
utama HIV dengan dampak besar pada kelompok Lelaki Sesama Lelaki (LSL)
pengobatan ARV telah meningkat menjadi lebih dari 60.000 pada tahun 2015
dari hanya beberapa ribu saja di tahun 2011. Meskipun demikian, tingkat
cakupan ini tidak cukup mencapai tujuan 2020. Peran tenaga kesehatan seperti
dokter, perawat dan seluruh tim sangatlah penting untuk tahu tentang trend
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mengerti
tentang proses penyakit, cara penularan, serta dampak dari HIV AIDS.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penjelasan tentang penyakit HIV AIDS,
C. Analisa situasi
1. Peseta penyuluhan adalah pasien dan keluarga.
a. Klien dan keluarga siap mengikuti penyuluhan kesehatan dari
yang menyuluh.
2. Penyuluh Mahasiswa NERS Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Kalimantan Timur.
a. Mahasiswa menguasai materi yang disampaikan.
b. Mahasiswa mampu membuat suasana menarik saat penyuluhan
berlangsung.
D. Materi
4
1. Apa pengertian penyakit HIV AIDS.
2. Bagaimana cara penularan HIV AIDS
3. Apa tanda gejala HIV AIDS.
4. Bagaimana pencegahan HIV AIDS.
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
Leaflet dan Video.
G. Setting Tempat
Klien duduk berhadapan dengan penceramah/penyuluh
Keterangan:
- Penyuluh - Peserta
H. Struktur Organisasi
1. Muhammad Ridho : Moderator
2. Khalid Mustofa : MC
3. Titis Setia Rengganis : Presentator
4. Indah Nur Imamah : Fasilitator 1
5. Wawan Wijanarko : Fasilitator 2
6. Saipul Bahri Bakran : Observer
I. Kegiatan penyuluh
5
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
positif
Memberikan
Memperhatikan
kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya Mendengar/
Menjelaskan tanda memperhatikan
gejala HIV AIDS Merespon/bertanya
Menanyakan kembali
kepada peserta
Memberi reward
Menjelaskan cara
pencegahan penyakit
Mendengar
HIV AIDS
/memperhatikan
J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur/persiapan
Penyuluh menguasai materi serta leflet sudah dipersiapkan
2. Standar proses
a. Peserta mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dengan baik sampai
selesai
b. Peserta memberikan respon dengan bertanya dan menjawab
pertanyaan
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu menjelaskan tentang penyakit HIV AIDS.
6
b. Peserta mampu menjelaskan cara-cara penularan HIV AIDS.
c. Peserta mampu menjelaskan tanda gejala HIV AIDS.
d. Peserta mampu menjelaskan cara pencegahan penyakit HIV AIDS.
BAB II
PENYAKIT HIV/AIDS
A. Pengertian
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit
kekurangan sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau
HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV adalah infeksi virus
yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV
yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012).
Definisi Kasus Surveilans untuk infeksi HIV dari CDC menurut Sylvia
dan Lorraine (2012) yaitu: kriteria yang direvisi pada tahun 2000 untuk
satu definisi kasus. Pada orang dewasa , remaja, atau anak berusia 18 bulan
atau lebih, definisi kasus surveilans infeksi HIV dipenuhi apabila salah satu
kriteria laboratorium positif atau dijumpai bukti klinis yang secara spesifik
7
suplementer (misal, ELISA, dikonfirmasi dengan uji Western blot) atau hasil
positif atau laporan terdeteksinya salah satu uji nonantibodi atau virologi
HIV: uji antigen p24 HIV dengan pemeriksaan netralisis, biakan virus HIV,
deteksi asam nukleat (RNA atau DNA) HIV (misalnya, reaksi berantai
polimerase atau RNA HIV-1 plasma, yang berinteraksi akibat terpajan pada
masa perinatal).
Kriteria klinis mencangkup suatu diagnosa infeksi HIV yang didasarkan
pada daftar kriteria laboratorium yang tercatat dalam rekam medis oleh
definisi kasus untuk AIDS. Kriteria untuk definisi kasus AIDS adalah :
a. Semua pasien yang terinfeksi oleh HIV dengan :
1) Hitungan sel T CD4+ <200/μI atau
2) Hitungan sel T CD4+ <14% sel T total, tanpa memandang
getah bening)
8) Retnitis sitomegalovirus (disertai hilangnya penglihatan)\
9) Ensafalopati, terkait HIV
10) Harpes simpleks; ulkus (-ulkus kronik lebijh dari 1 bulan; atau
ekstraparu
19) Mycobacterium, spesies lain atau spesies yang belum
8
23) Septikemia salmonela, rekuren
24) Toksoplasmosis otak
25) Sindrom pengurusan yang disebabkan oleh HIV
B. Penyebab
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
virus imunodefisiensi pada kera, visna virus pada domba, dan virus anemia
infeksiosa pada kuda). Dua bentuk HIV yang berbeda secara genetik, tetapi
berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil
berbentuk sferis dan mengandung inti berbentuk kerucut yang padat elektron
dan dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran se penjamu.
protein p7 atau p9, dua sirina RNA genom, dan ketiga enzim virus (protease,
reserve trancriptase, dan integrase). Selain ketiga gen retrovirus yang baku
ini, HIV mengandung beberapa gen lain (diberi nama dengan tiga huruf,
misalnya tat, rev, vif, nef, vpr dan vpu) yang mengatur sintetis serta perakitan
partikel virus yang infeksius (Robbins dkk, 2011). Menurut Nursalam dan
Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV
berlangsusng, air mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai
selaput lendir, penis, dubur, atau muluh sehingga HIV yang tedapa dalam
2007). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding
vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke
9
ke bayi adalah 0.01% sampai 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum
antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi
lam proses melahirkan, semakin besar resiko penularan. Oleh karena itu,
dan STB, 2000 dalam Nursalam, 2007). Transmisi lain terjadi selam
periode post partum melaui ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI dai Ibu
alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang
terinveksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak
terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak
terlebih dahulu.
f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang
10
penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi
infeksi dan penyakit oportunistik yang timbul akibat menurunnya daya tahan
11
Layanan perawatan yang tersedia meliputi konseling dan tes HIV
adheren atau kepatuhan untuk minum obat. Isi dari konseling ini
tentang minum obat tepat awaktu, tepat dosis dan tepat penggunaan
kriteria yang digunakan dalam pemilihan obat untuk IMS yaitu angka
dan tidak merupakan kontra indikasi pada ibu hamil atau ibu
menyusui.
d. Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT)
Pelayanan PMTCT merupakan salah satu pelayanan tersedia
12
Dalam sebuah penelitian terdapat sebuah kejadian yang unik
anak yang non-HIV dari ibu yang positif HIV, dari penelian itu di
hal ini masih harus di awasi dan di lakukan penelitian lebih lanjut
Menular
b. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1285/Menkes/SK/X/2002
Menular Seksual
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1278/Menkes/SK/XII/2009
TB dan HIV.
e. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tenagh Nomor 5 Tahun 2009
13
a) Bersama konselor mendiskusikan hal-hal terkait tentang
tidak terinfeksi
g) Konselor membuat keseimbangan antara pemberian
klien
h) Konselor VCT membuat penilaian system dukungan
i) Klien memberikan persetujuan tertulis sebelum tes HIV
dilakukan
b. Informed consent
1) Semua klien sebelum menjalani tes HIV harus memberikan
persetujuan tertulis
Aspek penting dalam persetujuan tertulis adalah :
a) Klien diberi penjelasan tentang resiko dan dampak sebagai
menyatakan persetujuannya
c) Klien tidak dalam terpaksa memberikan persetujuannya
d) Untuk klien yang tidak mampu mengambil keputusan
14
mungkin anak didorong untuk menyertakan orang tua atau wali,
apakah melakukan tes HIV lebih baik atau tidak. Jika orang tua
dirinya.
c. Testing HIV dalam VCT
Prinsip testing HIV adalah terjaga kerahasiaannya. Testing
15
cepat (rapid testing) memungkinkan klien mendapatkan hasil testing
negatif.
6) Meski sampel berasal dari sarana kesehatan yang berbeda tetap
informed consent
d. Konseling pasca testing
Kunci utama dalam menyampaikan hasil testing:
1) Periksa ulang seluruh hasil klien dalam rekam medic. Lakukan
menunggu
- Ingat akan semua kunci utama dalam penyampaian hasil
testing
2) Pedoman penyampaian hasil negative
- Periksa kemungkinan terpapar dalam periode jendela
- Gali lebih lanjut berbagai hambatan untuk seks yang aman
- Kembali periksa reaksi emosi yang ada
- Buat rencana tindak lanjut
16
3) Pedoman penyampaian hasil positif
- Perhatikan komunikasi non verbal saat klien memasuki
ruang konseling
- Pastikan klien siap menerima hasil
- Tekankan kerahasiaan
- Lakukan penyampaian secara jelas dan langsung
- Sediakan waktu cukup untuk menyerap informasi tentang
hasil
- Periksa apa yang diketahui klien tentang hasil
- Dengan tenang bicarakan apa arti hasil pemeriksaan
- Ventilasikan emosi klien
4) Konfidensialitas
Penjelasan secara rinci pada saat konseling pretes dan
dan tidak.
e. Pelayanan Dukungan Berkelanjutan
1) Konseling Lanjutan
Salah satu layanan yang ditawarkankepada klien adalah
17
seebagai pilihan jika dibutuhkan klien untuk menyesuaikan diri
lanjut.
4) Perawatan dan Dukungan
Setelah diagnosis ditegakkan dengan HIV positif maka
layanan psikiatrik.
6) Konseling Kepatuhan Berobat
Dibutuhkan waktu untuk memberikan edukasi dan
18
mencari jalan keluar dari kesulitan yang mungkin timbul dari
yang ada di RS
c) Rujukan antar sarana kesehatan
d) Rujukan klien dari sarana kesehatan ke sarana kesehatan
lainnya
e) Rujukan ini dilakukan secara timbale balik dan berulang
DAFTAR PUSTAKA
19
Prince, Sylvia dan Lorraine. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Seymour Jane. 2004. Paliative Care Nursing. New York: Two Pen Plaza.
EGC.
Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Pusat
Penerbitan.
Update.
20