Oleh:
G1B119066
Kelompok 7
PSIK 19
UNIVERSITAS JAMBI
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Satuan Acara Penyuluhan ini dengan tema “Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS”.
Satuan Acara Penyuluhan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah HIV.AIDS, Program Studi Ilmu Keperawatan. Dalam penyusunan dan
penulisan tugas Satuan Acara Penyuluhan ini, penulis menyadari bahwa masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna perbaikan dan memperluas wawasan penulis.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada penulisan, penulis memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak, khususnya kepada dosen mata kuliah blok HIV/AIDS yang telah
banyak membimbing penulis dalam penulisan.
I. LATAR BELAKANG
Salah satu masalah kesehatan yang pacta akhir-akhir ini amat merisaukan
masyarakat dunia adalah AIDS. Mudah dipahami karena paling tidak ada empat
faktor utama yang mendasarinya. Pertama, penyebarannya yang pesat, pada
awalnya AIDS hanya terdapat di negara-negara Afrika, tetapi saat ini telah
ditemukan hampir di seluruh dunia. Kedua, pertambahan jumlah penderitanya
yang cepat, untuk Indonesia pada tahun 2000, bila tidak dilakukan intervensi
diperkirakan kasus HIV/AIDS 2.500.000 orang. Sedangkan bila dilakukan
intervensi dengan melaksanakan program pencegahan yang intensif angka
tersebut dapat ditekan menjadi 500.000 orang. Ketiga, cara pencegahan dan
penanggulangannya yang efektif belum ditemukan. Berbagai penelitian tentang
tindakan imunisasi dan obat-obat yang dapat melumpuhkan penyebab AIDS,
belum terbukti kemanjurannya. Keempat, akibat yang ditimbulkannya sangat
berbahaya. Seorang yang telah didiagnosa HIV positif, dalam waktu 5-10 tahun
akan masuk dalam stadium AIDS yang akan menyebabkan kematian
HIV/AIDS yang telah menjadi pandemi di seluruh dunia dan epidemi di
beberapa Negara negara tertentu masih terus melebarkan sayapnya. Bahkan
diperkirakan kecepatan penularannya setiap menit 3 orang terinfeksi. Maka, sehari
semalam 4320 orang di seluruh dunia berpotensi mengidap penyakit ini. AIDS
adalah penyakit yang amat mengerikan dan telah menimbulkan kepanikan. “Mass
hysteria” tidak hanya di kalangan penduduk, tetapi juga di kalangan petugas
kesehatan. Fenomena ini telah dialami dan dapat dilihat pada para pegawai rumah
sakit, polisi, pemadam kebakaran, dan orang tua murid. Kecemasan makin
menjadi manakala ditemukan orang terinfeksi virus HIV dari dokter gigi yang
merawatnya, atau dari transfusi darah, dan yang sejenisnya.
Dari data sederhana diatas didapatkan bahwa ketidaktahuan remaja pelajar
tentang HIV/AIDS, siklus dan reproduksi sehat serta penyakit menular seksual
adalah akibat informasi yang sering salah disamping adanya pergeseran nilai dan
perilaku seks ke arah seks bebas terutama di kalangan generasi muda. Oleh sebab
itu perlu dilakukan upaya perlindungan, pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS ke arah kelompok ini secara intensif dan komprehensif .
Berbagai bentuk pendidikan kesehatan telah dilakukan selama ini
khususnya berkaitan dengan AIDS terbanyak dilakukan secara tidak langsung
antara lain melalui berbagai media baik elektronik maupun cetak, juga dilakukan
secara langsung baik melalui ceramah maupun metode diskusi. Namun dari
pengalaman menunjukkan jumlah penderita HIV/AIDS semakin banyak
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, begitu juga penderita pada kelompok
umur remaja.
3. Tim pelaksana
Pembimbing Akademik : Ns. Sri Mulyani. S. Kep., M. Kep.
Penyuluh : Ayu Komala Sari
Moderator :
Notulen :
Fasilisator :
Obsever :
Konsumsi :
Perlengkapan :
Dokumentasi :
V. TUGAS DAN FUNGSI
1. Moderator
Uraian tugas :
1) Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
2) Memimpin jalannya diskusi.
3) Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluh
Uraian tugas :
1) Menjalankan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah di pahami peserta.
2) Memotivasi peserta untuk aktif dan fokus pada penyuluhan.
3) Menjawab pertanyaan peserta.
3. Notulen
Uraian tugas :
1) Mencatat hasil diskusi.
2) Mencatat pertanyaan dan jawaban selama penyuluhan
4. Fasilisator
Uraian tugas :
1) Ikut bergabung dan duduk bersama peserta.
2) Memotivasi peserta untum aktif bertanya tentang materi yang
belum jelas.
3) Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi.
5. Obsever
Uraian tugas :
1) Mencatat nama dan jumlah peserta yang hadir pada saat
penyuluhan.
2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3) Mengamati prilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
4) Mengevaluasi hasil penyuluhan dan menyampaikan evaluasi
langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan rencana
penyuluhan.
6. Konsumsi
Uraian tugas :
1) Membagikan makanan saat acara berlangsung.
7. Perlengkapan
Uraian tugas :
1) Bertanggung jawab pada ketersediaan alat dan media yang
digunakan selama acara penyuluhan berlangsung.
2) Mampu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
ketersediaan alat dan media yang digunakan.
3) Memastikan semua alat dan media siap digunakan dan berfungsi
dengan baik dalam proses diskusi.
8. Dokumentasi
Uraian tugas :
1) Bertanggung jawab dalam pendokumentasian selama acara
berlangsung.
VI. SETTING TEMPAT
Keterangan:
Fasilitator Moderator
Observer
Pembimbing
Presenter
audiens
Dokumentasi
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
KLIEN
1. 2 menit Pembukaan :
Menjawab
Membuka kegiatan dengan
salam
mengucapkan salam.
Mendengarkan
Memperkenalkan diri
dan
Menjelaskan tujuan dari
memperhatikan
penyuluhan
Mendengarkan
Menyebutkan materi yang akan
dan
diberikan
memperhatikan
Menjelaskan kontrak waktu
Menyetujui
kontrak waktu
2. 6 menit Pelaksanaan :
4. 2 Menit Penutup :
A. Definisi
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan
gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi virus
HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya.
AIDS atau sindrom kehilangan kekebaan tubuh adalah kehilangan
kekebalan tubuh manusia sebuah sistem kekebalannya dirusak oleh virus
HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena
berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan pirus tertentu yang bersipat
oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering sekali menderita keganasan,
khususnya sarkoma kaposi dan limpoma yang hanya menyerang otak
(Djuanda, 2007).
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas adalah HIV/AIDS adalah
suatu syndrom atau kumpulan tanda dan gejala yang terjadi akibat penurunan
dan kekebalan tubuh yang didapat atau tertular/terinfeksi virus HIV.
B. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Virus (HTL-
III yang juga disebut Human T-Cell Lymphotropic Virus (retrovirus).
Retrovirus mengubah RNA menjadi DNA setelah masuk kedalam sel
penjamu.
Penularan virus ditularkan melalui:
a. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi
(tanpa kondom) dengan orang yang terinfeksi HIV.
b. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai nergantian.
c. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV.
d. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam
kandungan, saat melahirkan atau melalui ASI.
C. Manifestasi Klinik
Berdasarkan gambaran klinik WHO 2006:
1. Tanpa gejala : Fase klinik 1
2. Ringan : Fase klinik 2
3. Lanjut : Fase klinik 3
4. Parah : Fase klinik 4
Keterangan fase klinik HIV
Fase klinik 1.
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar/pembuluh limfe) menetap
dan menyeluruh.
Fase klinik 2.
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. ISPA (sinusitis, tonsilitis, otitis
media, faringitis) berulang, herpes zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut
berulang, popular prurutic eruption, seborrhoic dermatitis, infeksi jamur pada
kuku.
Fase klinik 3.
Penurunan BB (>10%) tanpa sebab. Diare kronik tanpa sebab selama
>1 bulan, demam menetap (intermiten atau tetap >1 bulan), kandidiasis oral
menetap, TB paru (baru), plak putih pada mulut, infeksi bakeri berat
mmisalnya: pneumonia, empyema, meningitis, bakteremia, gangguan
inflamasi berat pad apelvik, acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis
atau periodontitia, anemia yang penyebabnya tidak diketahui (<8 g/dl),
neutropenia (<0,5X109/l) dan atau trombositopenia kronil (<50X109/l).
Fase klinik 4.
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocystis
pneumonia, pneumonia bakeri berulang, infeksi herpes simplex kronik
(orolabial, genital atau anorektl >1bulan), Oesophageal candidiasis, TBC
ekstrapulmonal, cytomegalovirus, toksoplasma di SSP, HIV encephalopaty,
mengitis, infektion progresive multivocal, lympoma, invasive cervical
carsinoma, leukoencephalopathy.
D. Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan
melekatkan dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral
(jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic
acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu
enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian
dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel
jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan virus–virus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk
virus–virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan
bergerak bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini
adalah sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak
sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang
oleh infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk
menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk
melawan sel–sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang.
Respons tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah
800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel
CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang
oleh infeksi–infeksi oportunistik.
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika
sistem kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang
sehat infeksi–infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi
bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.
E. Cara Penularan
Menurut Martono (2006) virus HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara yaitu :
1. Hubungan seksual
Dengan orang yang menderita HIV/AIDS baik hubungan seksual
secara vagina, oral maupun anal, karena pada umumnya HIV terdapat pada
darah, sperma dan cairan vagina. Ini adalah cara penularan yang paling
umum terjadi. Sekitar 70-80% total kasus HIV/AIDS di dunia (hetero
seksual >70% dan homo seksual 10%) disumbangkan melalui penularan
seksual meskipun resiko terkena HIV/AIDS untuk sekali terpapar kecil
yakni 0,1-1,0%.
2. Tranfusi darah yang tercemar HIV
Darah yang mengandung HIV secara otomatis akan mencemari darah
penerima. Bila ini terjadi maka pasien secara langsung terinfeksi HIV,
resiko penularan sekali terpapar >90%. Transfusi darah menyumbang kasus
HIV/AIDS sebesar 3-5% dari total kasus sedunia.
3. Tertusuk atau tubuh tergores oleh alat yang tercemar HIV
Jarum suntik, alat tindik, jarum tattoo atau pisau cukur yang
sebelumnya digunakan oleh orang HIV (+) dapat sebagai media penularan.
Resiko penularannya 0,5-1-1% dan menyumbangkan kasus HIV/AIDS
sebesar 5-10% total seluruh kasus sedunia.
4. Ibu hamil yang menderita HIV (+) kepada janin yang dikandungnya
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction).
2. Serologis:
a. Tes ELISA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi.
b. Western blot (positif).
c. Limfosit T.
3. Pemeriksaan darah rutin.
4. Pemeriksaan neurologis.
5. Tes fungsi paru, bronkoscopi.
H. Penatalaksanaan
1. Pengobatan suportif.
a. Pemberian nutrisi yang baik.
b. Pemberian multivitamin.
2. Pengobatan simptomatik.
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik
kotrimoksazol.
4. Pemberian ARV (Antiretroviral).
ARV dapat diberikan saat psien sudah siap terhadap kepatuhan berobat
seumur hidup. Indikasi dimulainya pemberian ARV dapat dilihat pada
tabel berikut.
I. Pencegahan HIV
Dengan ditemukan HIV pada waktu ini, sedang diusahakan pembuatan vaksin.
Namun melihat pengalaman pembuatan vaksin hepatitis B yang memerlukan
waktu + 17 tahun kiranya masih diperlukan waktu yang lama. Cara transmisi virus
AIDS ini berlangsung melalui hubungan seksual, menggunakan jarum suntik
bersama dan sebagian kecil melalui transfuse darah. Oleh karena itu ada beberapa
cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi penularan penyakit yaitu sebagai
berikut:
1. Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang menderita penyakit
AIDS.
2. Para dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain harus ketat mengenai
indikasi medis transfusi darah.
3. Menghindari menggunakan obat bius intra vena.
4. Melarang penggunaan jarum suntik bersama.
5. Setelah melakukan tindakan medis kepada pasien, alat-alat dan bahan
yang digunakan disterilkan (stom).
6. Lakukan hubungan seks yang aman.
7. Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang.
8. Lakukan hubungan seks yang aman.
9. Jangan berbagi jarum atau alat suntik.
10. Hindari menyentuh darah dan cairan tubuh orang lain.
LAMPIRAN LEAFLET
DAFTAR PUSTAKA
Asyitah, Sitti. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Muhammadiyah Surakarta.
Indonesia.