Anda di halaman 1dari 12

PERNGARUH AKTIFITAS JALAN KAKI TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS RAWAT INAP AIR


NANINGAN

Di Susun Oleh:

SINDI PATIKA SARI

165140158

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UIVERSITAS MITRA INDONESIA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sesuai data Internasional Diabetes Federation(IDF) tahun 2015 penyandang diabetes


mellitus di dunia saat ini berkisar 415 juta dan diperkirakan meningkat pada tahun 2040.
Indonesia merupakan urutan ketujuh dari sepuluh penyandang diabetes mellitus terbesar
di dunia yaitu berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) menyebutkan penyandang
diabetes mellitus usia ≥ 15 tahun pada tahun 2007 sebesar 5,7%, tahun 2013 sebesar
6,9% dan meningkat pada tahun 2018 sebesar 8,5% dari jumlah penduduk
Indonesia(Perkeni, 2019).

Laporan Riskesdas tahun 2018 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada


penderita DM 2,0% pada tahun 2013 menjadi 3,4% pada tahun 2018, dengan jumlah
penderita DM di Kepulauan Riau sebesar 1,68% (8.060 orang) dari seluruh jumlah
penderita DM di Indonesia (Riskesdas, 2018).

DM sebagai permasalahan global terus meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun baik
di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF)
prevalensi DM global pada tahun 2019 diperkirakan 9,3% (463 juta orang), naik menjadi
10,2% (578 juta) pada tahun 2030 dan 10,9% (700 juta) pada tahun 2045 (IDF, 2019).
Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 7 sebagai negara dengan penyandang
DM terbanyak di dunia, dan diperkirakan akan naik peringkat 6 pada tahun 2040
(Perkeni, 2019).

Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Propinsi Lampung dari tahun 2014 – 2016
dimana tahun 2014 penderita diabetes mellitus sebanyak 115.780 orang, tahun 2015
penderita diabetes mellitus sebanyak 124.260 orang dan tahun 2016 penderita diabete
mellitus sebanyak 131.766 orang (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2016). Sedangkan
data di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2017 jumlah penderita diabetes mellitus
sebanyak 8.792 orang, padatahun 2018 jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak
9.792 orang, sedangkan pada tahun 2019 mengalami peningkatan jumlah penderita
diabetes mellitus sebanyak 27.488 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2019).
Dalam mengatasi komplikasi DM pemerintah menyarankan masyarakat melakukan
kegiatan GERMAS antaralain melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah,
tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin,
membersihkan lingkungan serta menggunakan jamban. Padatahun 2016 dan 2017
Kementerian Kesehatan secara nasional akan memulai dengan kampanye melaksanakan
kegiatan aktivitas fisik (latihan jasmani endurans untuk meningkatkan kemampuan
jantung dan paru-paru seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda). Secara teratur 3-5
kali per minggu dengan intensitas ringan dan sedang selama 30-60 menit persesi,
mengonsumsi sayur dan buah, serta memeriksa kesehatan secara rutin. (Kemenkes RI,
2018)

DM merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup. Dan keadaan ini
akan berdampak terhadap komplikasi dari DM salah satunya adalah Peripheral Arterial
Disease (PAD) yaitu terbentuknya aterosklerosis akibat penebalan membran basal
pembuluh darah besar dan kecil pada aliran darah arteri perifer di ektermitas bawah.
Faktor resiko PAD pada penderita DM tipe 2 meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, jenis kelamin, lama menderita DM, riwayat hipertensi, aktifitas fisik yang rendah
dan riwayat merokok serta hiperkolesterolnemia (Linda Widiastuti,2020)

Menurut Qi et al., (2018) dan Suyanto (2017) menyatakan bahwa dengan melakukan
latihan fisik dan acupressure merupakan strategi tindakan intervensi yang lebih efektif
untuk mencegah dan mengobati PAD pada penderita DM. Acupressure merupakan terapi
komplementer yang aman, tidak ada efek samping, bermanfaat dan dapat dilakukan
sendiri dengan cara tehnik pemijatan atau tekanan menggunakan jari tangan atau alat
pada titik meridian (Feng et al., 2018). Sedangkan latihan fisik atau olahraga yang
direkomendasikan adalah senam kaki DM. Senam kaki diabetik merupakan kegiatan atau
latihan dengan intensitas sedang yang dilakukan oleh pasien DM untuk mencegah
terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Latihan
intensitas sedang dapat menyebabkan pemulihan fungsi saraf perifer dengan menghambat
reduktase aldosa (AR) yang mengarah ke menurunnya NADPH (Nicotinamide Adenine
Dinucleotide Fosfat Hidroksida). Penurunan NADPH dapat berkontribusi dalam
meningkatkan sintesis nitrat oksida (NO) yang akan menghilangkan hipoksia pada saraf.
Peningkatan endotel berasal nitrat oksida (NO) juga dapat menyebabkan pemulihan
fungsi saraf pada pasien DM. Tindakan senam kaki diabetik dapat meningkatkan nitrat
oksida dan penghambatan produksi berlebihan protein kinase C (American Diabetes
Association, 2018).

Olahraga sangat dianjurkan terhadap semua penderita diabetes dan jenis olahraga yang
dapat dilakukan penderita diabetes beranekaragam mulai dari jogging, berenang, jalan
kaki, bersepeda, dan angkat beban (Kemenkes RI, 2018).

Aktifitas jalan kaki merupakan suatu kegiatan fisik yang menggunakan otot-otot terutama
otot kaki untuk berpindah dari suatu tempat atau ketempat lain. Penatalaksanaan
penderita DM dapat dilakukan dengan kegiatan jasmani sehari hari Dan latihan jasmani
secara teratur 3 sampai 5 hari seminggu selama sekitar 30 sampai 45 menit. Dengan total
150 menit permingu dengan jeda antara latihan tidak lebih dari 2 hari berturut turut.
Latihan jasmani yang di anjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobic salah
satunya jalan kaki (Perkeni, 2019).

Bagi badan Kesehatan Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Air Naningan Kabupaten
Tanggamus Diabtes mellitus menempati urutan keempat dari 10 besar penyakit di
puskesmas Rawat Inap Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus. Upaya yang
dicoba petugas kesehatan di Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Air Naningan Kabupaten
Tanggamus meliputi pengobatan farmakologis serta non farmakologis. Tetapi pengobatan
non farmakologis dengan terapi aktifitas jalan pagi masih tidak sering dilaporkan.
Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti tertarik mengambil masalah “Pengaruh
aktifitas jalan kaki terhadap penurunan gula darah pada penderita diabetes mellitus Di
Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus tahun 2022”.
1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data Puskesmas Rawat Inap Air Naningan Kabupanten tanggamus Diabetes Melitus
menempati urutan ke-4 dari 10 besar penyakit di Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Tanggamus.
Upaya yang di coba petugas kesehatan Puskesmas Rawat Inap Air Naningan Kabupaten
Tanggamus meliputi farmakologis dan non farmakologis. Namun pengobatan non farmakologis
belum di lakukan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut masalah yang menjadi dasar di lakukannya penelitian ini
adalah “Apakah ada Perngaruh aktifitas jalan kaki terhadap penurunan gula darah pada penderita
diabetes mellitus Di Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus
pada tahun 2022”?.

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umun
Untuk mengetahui pengaruh aktifitas jalan kaki terhadap penurunan gula darah pada
penderita diabetes mellitus Di Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Air Naningan
Kabupaten Tanggamus pada tahun 2022”.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Rawat Inap Air
Naningan Kabupaten Tanggamus sebelum melakukan aktifitas jalan kaki.
2. Mengetahui kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Rawat Inap Air
Naningan Kabupaten Tanggamus sesudah melakukan aktifitas jalan kaki selama
150menit/minggu
3. Menganalisis pengaruh aktifitas jalan kaki terhadap penurunan gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus di Puskesmas Rawat Inap Air Naningan Kabupaten Tanggamus.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Teoritis
1.5.1.1. Bagi Universitas Mitra Indonesia

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan tentang pengaruh aktifitas jalan kaki terhadap
penurunan gula darah pada pasien Diabetes Mellitus dan di harapkan dapat di gunakan sebagai
landasan untuk penelitian yang lebih lanjut.

1.5.1.2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan melakukan penelitian ini, berharap agar semua bahan dan teori dapat di gunakan sebagai
bahan rujukan yang bermanfaat dan agar dapat di gunakan dengan baik dan dapat melanjutkan
penelitian lebih lanjut.

1.5.2. Aplikatif
1.5.2.1. Bagi Puskesmas Rawat Inap Air Naningan

Di gunakan sebagai masukan untuk Puskesmas agar mengadakan aktifitas jalan kaki untuk
menurunkan kadar gula darah di Puskesmas Rawat Inap Air Naningan. Sehingga tingginya kadar
gula darah dapat teratasi.

1.5.2.2. Bagi Responden

Dari penelitian ini dapat di gunakan sebagai referensi tambahan kepada peneliti selanjutnya yg
ingin meneliti pengaruh aktifitas jalan kaki terhadap penderita Diabetes Mellitus

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Pengaruh Aktifitas Jalan Kaki Terhadap Penurunan Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus dan obyek dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan.
Jenis penelitian ini adalah pre-experimental dengan rancangan One group pre-test post-test
design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Melitus. Tempat penelitian
di lakukan di Puskesmas Rawat Inap Air Naningan Kabupaten Tanggamus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus

2.1.1. Pengetian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang tidak menular yang di sebabkan oleh kerusakan
pangkreas atau berkurangnya insulin yang di produksi oleh pangkreas sehingga terjadi
peningkatan kadar gula di dalam darah atau resistensi insulin yang menjadi masalah kesehatan
terbesar dunia saat ini yang menjadi salah satu faktor penyebab turunnya kualitas sumber daya
manusia.(Nurisnani & Ratnasari,2018)

Diabetes Melitus adalah suatu kondisi peningkatan konsentrasi glukosa darah secara kronis yang
menimbulkan gejala utama keluarnya urin yang terasa manis dalam jumlah besar (diabetes dari
kata Yunani yang berarti “siphon”, karena tubuh bertindak sebagai saluran untuk kelebihan
cairan, dan mellitus dari bahasa Yunani dan Latin untuk madu). Abnormalitas yang
mendasarinya adalah defisiensi (relatif atau absolut) dari hormon insulin. Insulin pada dasarnya
adalah satu-satunya hormon yang dapat menurunkan glukosa darah (Elisa Anggeria,2021).

Diabetes Mellitus adalah penyakti metabolik yang di tandai dengan tinnginya kadar glukosa
darah (hyperglikemia) sebagai akibat dari pengurangan sekresi insulin, gangguan aktifitas
insulina atau keduanyan. (Bulu et al.,2019)

2.1.2. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

1. Poliuri (sering buang air kecil) Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada
malam hari (poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal
(>180mg/dl), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna menurunkan
konsentrasi urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air sebanyak mungkin ke
dalam urine sehingga urine dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan sering buang air
kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien
DM yang tidak terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini. Sering merasa
haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin (poliploidi). Dengan adanya ekskresi
urine, tubuh akan mengalami dehidrasi atau dehidrasi. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka tubuh akan menghasilkan rasa haus sehingga penderita selalu ingin minum air
terutama air dingin, manis, segar dan air dalam jumlah banyak.
2. Polifagi (cepat merasa lapar)
Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin menjadi
bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang
dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah penyebab mengapa penderita
merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga
berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar
3. Berat badan menurun
Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula karena kekurangan
insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada di dalam tubuh untuk
diubah menjadi energi. Dalam sistem pembuangan urine, penderita DM yang tidak
terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per 24 jam (setara
dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh). Kemudian gejala lain atau gejala tambahan
yang dapat timbul yang umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki kesemutan,
gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di
daerah selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit (balanitis)
(Simatupang, 2017).

2.1.3. Etiologi

Diabetes sering disebabkan oleh faktor genetik dan perilaku atau gaya hidup seseorang. Selain
itu faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan pelayanan kesehatan juga menimbulkan penyakit
diabetes dan komplikasinya. Diabetes dapat memengaruhi berbagai sistem organ tubuh manusia
dalam jangka waktu tertentu, yang disebut komplikasi. Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi
pembuluh darah mikrovaskular dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk
kerusakan sistem saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata
(retinopat)

a. Faktor yang tidak bias di ubah (Non Reversible)

Diabetes Mellitus biasanya didiagnosis pada orang dewasa berusia 40 tahun dan lebih tua.
Diabetes berkembang cepat di sekitar usia 45 tahun samapai 64 tahun, dan semakin meningkat
pesat lagi pada orang dewasa berusia 65 tahun dan lebih tua. Orang lanjut usia mengalami
kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat
badan, kekuatan otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa, dan penurunan fungsi
berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga
penyakit degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi.

b. Faktor yang bisa di ubah (Reversible)


Penyebab dari diabetes mellitus yang utama adalah konsumsi gula dan kemudian bisa disebabkan
juga karena pola makan, konsumsi minuman soda, kopi. . (Lestari Zulkarnain,2021)

2.1.4. Faktor Resiko

2.1.5. Patofisiologi

Resistensi insulin pada otot adalah kelainan yang paling awal terdeteksi dari diabetes tipe 1
Adapun penyebab dari resistensi insulin yaitu:

jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. Pada penderita gangguan toleransi
glukosa, kondisi ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan tetap
pada level normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel beta tidak dapat memenuhi
permintaan insulin yang meningkat, maka kadar glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II
akan berkembang. (Lestari Zulkarnain,2021)

2.1.6. Diagnosis Diabetes Mellitus

Diabetes dapat didiagnosis dengan 4 jenis pemeriksaan, yaitu:


1. pemeriksaan glukosa plasma saat puasa,
2. pemeriksaan glukosa plasma setelah 2 jam pemberian glukosa oral 75 g atau
pemeriksaan toleransi,
3. pemeriksaan HbA1C,
4. pemeriksaan glukosa darah acak
Individu dengan nilai glukosa plasma saat puasa > 7,0 mmol/L (126 mg/dL), glukosa
plasma setelah 2 jam atau setelah tes toleransi glukosa oral 75 g > 11,1 mmol/L(200
mg/dL), hemoglobin A1C (HbA1C) >6,5% (48 mmol/mol), dan glukosa darah acak
≥ 11,1 mmol/L (200 mg/dL) dengan adanya tanda dan gejala dianggap memiliki diabetes
(Baynest 2015, Punthakee et al. 2018, WHO2019).

2.1.7. Pencegahan Diabetes Mellitus

tanaman alami yang dipercaya mampu mengurangi kadar gula darah agar terhindar dari ulkus
diabetik. Seperti yang dikatakan oleh ketiga informan dimana mereka akan langsung melakukan
pemeriksaan dengan dokter jika suatu saat mengalami luka untuk menghindari dari resiko ulkus
diabetik. Sementara itu pengobatan yang dilakukan untuk mencegah kadar gula tinggi ketiga
informan menggunakan/ meminum ari rebusan dari berbagai macam dedaunan yang di yakini
bisa menurunakan kadar gula darah seperti, akar, daun seris, daun samiroto, daun sirsak, kulit
manis dan daun papaya. Tetapi ketiga informan ini juga melakukan diet makanan seperti yang di
anjurkan oleh dokter ketika penderita dirawat. Selain pencegahan dengan menjaga kadar gula
darah, hasil wawancara juga menunjukan adanya tindakan untuk menghindari terjadinya ulkus
diabetic. Ketiga informan memilih untuk melakukan pencegahan ulkus diabetic dengan berhati-
hati dalam memilih sandal ataupun sepatu, berhati-hati dalam menggunakan benda-benda tajam
seperti pisau dan juga menjaga diri agar tidak terjadi luka.( Melisa Enni Fitriyanti, Henni
Febriawati, Lussyefrida Yanti,2019)

2.1.8. Komplikasi Diabetes Mellitus

a. Komplikasi Akut
1. Diabetic ketoacidosis (DKA)
Diabetic Ketoacidosis (DKA) adalah suatu keadaan diabetes parah yang tidak terkontrol
yang disebabkan oleh defisiensi insulin. Hal ini ditandai dengan hiperglikemia,
hiperketonemia, dan asidosis metabolik. Tidak ada konsensus universal tentang kriteria
diagnostik atau tingkat keparahan, tetapi di Amerika Serikat, DKA telah agak sewenang-
wenang dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat berdasarkan fitur biokimia dan klinis
2. Hipoglekemia
Baru-baru ini, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kemajuan teknologi
diabetes telah meningkatkan frekuensi mencapai kadar glukosa darah mendekati normal
dalam persentase yang lebih besar dari pemuda dengan T1D tanpa meningkatkan
frekuensi hipoglikemia. Namun, kemajuan teknologi seperti terapi pompa insulin yang
ditambah sensor dan monitor glukosa berkelanjutan (CGM) belum menghilangkan risiko
kejadian hipoglikemik yang parah. Memang, hipoglikemia pada T1D terus menjadi
komplikasi yang berpotensi fatal yang memerlukan pemahaman tentang patofisiologi
yang mendasarinya untuk memberikan wawasan lebih lanjut dalam mengidentifikasi
faktor risiko dan dalam mengembangkan strategi pencegahan
b. Komplikasi Kronik
Dampak diabetes kronis dihasilkan dari perkembangan komplikasi jaringan, terutama
mikrovaskular (retinopati, nefropati, dan neuropati) dan penyakit makrovaskular
(aterosklerosis). 12 Mikroangiopati ditandai dengan oklusi progresif lumen kapiler
dengan gangguan perfusi jaringan berikutnya, peningkatan permeabilitas vaskular dan
peningkatan produksi bahan ekstraseluler oleh sel perivaskular, yang mengakibatkan
penebalan membran basal. Penyakit makrovaskular pada diabetes ditandai sebagai
aterosklerosis dan memiliki beberapa gambaran patologis spesifik diabetes. Faktor
metabolik dan hemodinamik berperan dalam etiopatogenesis komplikasi diabetes (Elisa
Anggeria,2021)

2.1.9. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Diabetes dapat diklasifikasikan ke dalam kategori umum sebagai berikut (American
Diabetes Association, 2021):
1. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan autoimun dari sel penghasil insulin dari
pulau Langerhans di pankreas (defisiensi absolut) (Bilous et al., 2021). Diabetes Tipe
1 dibagi menjadi tipe 1a (autoimun) dan tipe 1b (idiopatik). Pada Diabetes tipe 1a
(T1D), kerusakan autoimun kronis sel pankreas adalah proses patologis utama yang
menghasilkan insulinopenia dan akhirnya menjadi hiperglikemia kronis (Tamborlane,
2021)
2. Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah akibat dari gangguan sekresi insulin dan resistensi terhadap
aksinya, dan seringkali sekunder akibat obesitas (defisiensi relatif) (Bilous et al.,
2021).
3. Jenis Diabetes Tertentu
Jenis diabetes tertentu karena penyebab lain, misalnya, sindrom diabetes monogenik
(seperti diabetes neonatal dan diabetes onset maturitas pada usia muda), penyakit
pankreas eksokrin (seperti cystic fibrosis dan pankreatitis), dan akibat obat diabetes
atau bahan kimia (seperti penggunaan glukokortikoid, dalam pengobatan HIV/AIDS,
atau setelah transplantasi organ).
4. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan yang tidak
jelas diabetes sebelum kehamilan). Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa
hormone pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin (American Diabetes
Association, 2021).

2.2. Aktifitas Jalan Kaki

2.2.1. Pengertian Jalan Kaki

Olahraga berjalan kaki adalah latihan yang aman, nyaman, dan praktis yang merarik lebih
banyak orang di seluruh dunia berjalan dengan kecepatan 3-4m/jam (5/8 km/jam) dengan
intensitas moderat(50-60%) dari denyut nadi maksimal (220-usia) dapat meningkatkan banyak
manfaat bagi tubuh.(Lungit Wicaksono,2020).

Jalan kaki merupakan jenis olah raga yang sangat sederhana, mudah di lakukan oleh orang yang
sehat jasmani dan rihani dan aman untuk semua kalangan umur dapat di lakukan di mana saja
dan kapan saja tanpa memerlukan banyak waktu. Berjalan kaki secara harifah di artikan kegiatan
atau aktifitas yang di lakukan dengan menggunakan alat gerak dominan yaitu kedua kaki yang di
ikuti dengan ayunan tangan kita dengan bagian anggota tubuh yg lain secara sinergis. (Sugesti
Aliftitah,2020)

2.2.2. Manfaat Aktifitas Jalan Kaki


1. Meningkatkan elastisitas arteri

2. Meningkatkan siekulsi darah tepi

3. Penggunaan glukosa dalam darah

4. Menghilangkan deposisi aliran darah dalam jaringan

5. Mempertahankan suasana hati yang baik pada orang dewasa

6. Meningkatkan kemampuang kognitif dan mengoptimalkan struktur dan fungsi otak pada lansi
(Lungit Wicaksono,2020)

Anda mungkin juga menyukai