Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Kaki Terhadap Kadar Gula


Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Cianjur Kota
Tahun 2021

DISUSUN OLEH :
EGI PERMANA
09.17.0000.087

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2020
Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Kaki Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Cianjur Kota Kota

Egi Permana1, Siti Kamillah2, Khrisna Wisnusakti3


Departemen Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
1,2,3

Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung, Jakarta Selatan 12610, Indonesia
Telp : (021) 78894045, Email : permanaegi07@gmail.com1,
sitikamillah0402@gmail.com2, khrisnaws@gmail.com3

Abstrak
Pendahuluan : Diabetes Melitus (DM) Abstract
merupakan penyakit kronis yang terjadi Introduction : Diabetes mellitus (DM) is a
karena pankreas tidak dapat menghasilkan chronic disease that occurs because the
cukup insulin atau tubuh tidak dapat secara pancreas cannot produce enough insulin or
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan the body cannot effectively use the insulin
oleh pankreas. Terdapat 4 cara dalam that produced by the pancreas. There are 4
mengontrol kadar glukosa darah yaitu: terapi ways to maintain blood glucose levels,
farmakologi, terapi nutrisi, edukasi cara namely; pharmacological therapy, nutritional
manajemen diabetes mandiri, dan aktivitas therapy, diabetes self-management
fisik. Jalan kaki adalah cara yang paling education, and physical activity. Walking
sering ditunjukan sebagai modalitas aktivitas exercise is the most often described as the
fisik untuk meningkatkan kesehatan. modalities of physical activity to improve
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini untuk health.
mengetahui pengaruh aktivitas fisik jalan Objective : The research objective was to
kaki terhadap kadar gula darah pada pasien determine the effect of walking physical
diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas activity on blood sugar levels in diabetes
cianjur kota tahun 2021. mellitus patients in the work area of the
Metode : Penelitian ini menggunakan desain Cianjur City Health Center in 2021.
quasi eksperimental dengan pendekatan one Method : This study used adesign quasy
grup pretest-posttest design. Populasi experimental with aapproach one-group
penelitian ini seluruh penderita diabetes pretest-posttest design. The population of
melitus berjumlah 620 yang diambil this study was all 620 people with diabetes
menggunakan teknik simple random mellitus who were taken using simple
sampling yang didapatkan berjumlah 17 random sampling technique, which was 17
responden. respondents
Hasil : Analisa data menggunakan uji Results : Analysis of data usingtest paired
paired sample t test. Hasil Uji statistik sample t test. Statistical test results obtained
didapatkan hasil p value 0,000 <0,05 p value 0.000 <0.05 so that Ha is accepted,
sehingga Ha diterima yang berarti ada which means there is an effect of physical
pengaruh aktivitas fisik jalan kaki terhadap activity on foot on blood sugar levels in
kadar gula darah pada pasien diabetes diabetes mellitus patients in the work area of
melitus di wilayah kerja puskesmas cianjur the Cianjur City Health Center in 2021.
kota tahun 2021. Conclution : This study found that
Kesimpulan : Penelitian ini didapatkan walking exercise as far as 2,5 km for 30
bahwa olahraga jalan kaki sejauh 2,5 km minutes can lower blood sugar levels
selama 30 menit dapat menurunkan kadar significantly in patients with diabetes
gula darah secara bermakna pada pasien
mellitus.
diabetes melitus.
Keywords: physical activity on foot,
Kata Kunci : aktivitas fisik jalan kaki,
diabetes mellitus , blood sugar levels
diabetes melitus, kadar gula darah
Pendahuluan
Penyakit tidak menular sudah Diabetes Melitus yang meninggal memiliki
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang prevalensi 282 orang. Berdasarkan data dari
tidak dapat terabaikan. Salah satu penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur tahun
tidak menular (PTM) yang menyita banyak 2019 yang menderita penyakit Diabetes
perhatian adalah diabetes mellitus. Diabetes Melitus terbanyak adalah di Puskesmas
merupakan salah satu penyakit yang jumlah Cianjur Kota.3
penderitanya semakin bertambah dari tahun
Penyakit diabetes merupakan
ke tahun dan di Indonesia merupakan
penyakit yang disebabkan oleh gangguan-
ancaman serius bagi pembangunan
gangguan pada penyerapan gula darah oleh
kesehatan nasional.1
tubuh, sehingga membuat kadarnya di dalam
Tercatat dalam International darah menjadi tinggi. Tingginya kadar gula
Diabetes Federation secara global di dunia dalam darah inilah yang menyebabkan
terdapat sekitar 425 juta jiwa atau sekitar diabetes dan pada gilirannya menimbulkan
8.8% jiwa yang diperkirakan telah menjadi berbagai komplikasi kesehatan lainnya.
penderita diabetes mellitus. Jika hal ini terus Penyakit diabetes yaitu penyakit yang timbul
berlanjut, maka diperkirakan pada tahun dari adanya kondisi kadar gula darah yang
2045 penderita diabetes mellitus akan tinggi (hiperglikemia).4
meningkat menjadi 629 juta jiwa diseluruh
Menurut Helmawati (2014) secara
dunia. Jumlah penderita diabetes mellitus di
garis besar pengendalian kadar gula darah
kawasan Asia Tenggara pada tahun 2017
yang tinggi dapat dilakukan dengan dua
sebanyak 159 juta jiwa dan diproyeksi akan
cara, yaitu pengobatan dengan penggunaan
mengalami peningkatan sebesar 15% atau
obat glikemik oral (Oral Hypoglicemic
sekitar 183 juta jiwa di tahun 2045.1
Agents/OHA) dan terapi penurunan gula
Tercatat di Indonesia 10,3 juta darah melalui penerapan gaya hidup sehat
penduduknya menjadi penderita diabetes dengan melakukan diet dan olahraga/latihan
mellitus pada tahun 2017. Pada Atlas IDF fisik yang sesuai.4
2017, Indonesia berada peringkat ke-6 dari
Salah satu jenis latihan fisik yang
10 negara dengan jumlah penderita diabetes
direkomendasikan untuk penderita diabetes
mellitus tertinggi. Pada tahun 2045 penderita
melitus adalah jalan kaki. Menurut
diabetes mellitus di Indonesia diperkirakan
American College of Sports Medicine
masih akan berada di 10 negara dengan
(ACSM) aktivitas berjalan kaki merupakan
diabetes mellitus tertinggi dan Indonesia
bentuk aktivitas fisik yang
berada di peringkat ke tujuh dengan 16,7
direkomendasikan untuk dilakukan sehari-
juta jiwa penderita Diabetes Melitus pada
hari. Apabila aktivitas berjalan kaki
rentang umur 20 hingga 79 tahun.1
dilakukan sesuai rekomendasi ACSM seperti
Prevalensi diabetes mellitus di bertelanjang kaki atau hanya dengan
Indonesia hasil Riskesdas 2018 meningkat beralaskan sepatu bersol sangat tipis, hal ini
menjadi 2.0% untuk umur ≥ 15 tahun dari dapat membantu seseorang keluar dari pola
1,5% pada Riskesdas 2018 Jawa Barat masih hidup yang tidak aktif menjadi pola hidup
tinggi pada posisi 3 di Indonesia dibawah yang aktif. Jalan kaki yang dilakukan dalam
Jawa Timur 113.045 orang diikuti Jawa frekuensi tertentu bahkan dapat menurunkan
Timur 96.794 orang dan Sumatera Barat resiko terkena penyakit metabolik seperti
36.410 orang berada pada posisi 4 setelah diabetes melitus (kencing manis).5
Jawa Barat dengan 131.846 orang.2
Berdasarkan uraian diatas peneliti
Di Jawa Barat itu sendiri penyebaran tertarik untuk melakukan penelitian
penyakit Diabetes Melitus masih tersebar di mengenai Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan
berbagai wilayah salah satunya di Kaki terhadap Kadar Gula Darah pada
Kabupaten Cianjur hal tersebut terlihat dari Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
data Dinas Kesehatan Cianjur yang memiliki Puskesmas Cianjur Kota.
prevalensi 3.495 orang dan sedangkan kasus
melitus, dalam penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif yang dapat dilihat
Metode
dibawah ini.
Desain penelitian ini adalah quasi Tabel 1. Distribusi data usia responden di
eksperimental dalam bentuk one group pre- Wilayah Kerja Puskesmas Cianjur Kota
post test design. 2021 (n=17)
Penelitian ini dilakukan dengan
pemberian perlakuan aktivitas fisik jalan Usia Frekuensi Persentase %
kaki dengan perlakuan 3 kali dalam 1 42-51 tahun 5 29,4
minggu. Dalam penelitian ini terdapat dua 58-64 tahun 12 70,6
variabel dependen aktivitas fisik jalan kaki Total 17 100,0
dan variabel independen diabetes melitus. Sumber : Data Primer (2021)
Populasi target penelitian ini adalah
Tabel 1 diatas menunjukkan karakteristik
seluruh pasien yang menderita penyakit
responden berdasarkan usia menunjukkan
diabetes melitus yang berada di Wilayah
bahwa sebagian besar responden berusia 58-
Puskesmas Cianjur Kota, dan populasi
64 tahun yaitu sebanyak 12 orang (70,6%),
dalam penelitian ini sebanyak 620
sedangkan paling sedikit adalah responden
responden.
berusia 42-51 tahun yaitu sebanyak 5 orang
Pengambilan sampel penelitian ini
(29,4%).
menggunakan teknik purposive sampling.
Peneliti menggunakan kriteria inklusi dan Tabel 2. Distribusi jenis kelamin responden
eksklusi untuk menentukan sampel yang di Wilayah Kerja Puskesmas Cianjur Kota
akan digunakan. 2021 (n=17)
Pengumpulan data pada responden
menggunakan alat ukur Glukosa Test dan Jenis Frekuensi Persentase %
lembar observasi yang berisi pengukuran Kelamin
kadar gula darah sebelum dan sesudah Laki-laki 10 58,8
aktivitas fisik dilakukan, lembar observasi Perempuan 7 41,2
yang berisi aktivitas fisik, serta karakteristik Total 17 100,0
responden yang berisi usia, jenis kelamin, Sumber : Data Primer (2021)
dan lama menderita DM.
Data yang dikumpulkan dari Tabel 2 diatas menunjukkan karakteristik
penelitian ini akan disimpan dan diproses responden berdasarkan jenis kelamin
untuk uji statistic secara komputerisasi. menunjukkan bahwa sebagian besar
Analisis univariat menyajikan data dalam responden berjenis kelamin perempuan yaitu
bentuk tabel mengenai gambaran deskriptif sebanyak 10 orang (58,8%), sedangkan
variabel penelitian yaitu, gambaran paling sedikit adalah responden berjenis
pengukuran kadar gula darah sebelum kelamin laki-laki yaitu sebanyak 7 orang
aktivitas fisik dilakukan, dan gambaran (41,2%).
pengukuran kadar gula darah sesudah
Tabel 3. Distribusi lama menderita DM
dilakukan aktivitas fisik. Analisis bivariat
responden di Wilayah Kerja Puskesmas
menggunakan uji paired sample t test untuk
Cianjur Kota 2021 (n=17)
melihat pengaruh aktivitas fisik jalan kaki
terhadap kadar gula darah pada pasien No Lama Frekuensi Persentase %
diabetes melitus. Menderita
Dalam penelitian ini, peneliti lolos DM
dalam menjalankan etical clearance sebelum 1 1 tahun 2 11,8
melakukan penelitian dengan nomer: 2 2 tahun 4 23,5
158/Sket/Ka-Dept/RE/STIKIM/XII/2021. 3 3 tahun 1 5,9
Hasil 4 4 tahun 3 17,6
Karakteristik responden berdasarkan 5 5 tahun 2 11,8
usia, jenis kelamin, dan lama menderita 6 6 tahun 2 11,8
7 7 tahun 1 5,9
DM.
8 8 tahun 2 11,8
Karakteristik responden berdasarkan usia,
Total 17 100,0
jenis kelamin, dan lama menderita diabetes
Sumber : Data Primer (2021)
Tabel 3 diatas menunjukkan karakteristik mg/dl, nilai standard deviation (SD) pre test
responden berdasarkan lama menderita DM 31,470, dan nilai min-max pre test 212-307
diketahui sebagian besar responden menderita mg/dl.
DM 2 tahun sebanyak 4 orang (23,5%),
sedangkan paling sedikit 3 dan 7 tahun Tabel 5. Gambaram pengukuran kadar
sebanyak 1 orang (5,9%). gula darah sesudah dilakukan aktivitas
fisik dilakukan di Wilayah Kerja
Analisa Univariat Puskesmas Cianjur Kota 2021 (n=17)
Tabel 4. Gambaran pengukuran kadar Pengukuran Mean Min-Max Std.
gula darah sebelum dilakukan aktivitas Deviation
fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Post Test 246,06 205-301 30,464
Cianjur Kota 2021 (=17)
Pengukuran Mean Min- Std. Sumber : Data Primer 2021
Max Deviation Pada tabel 5 diatas menunjukkan bahwa kadar
Pre Test 252,41 212-307 31,470 gula darah sesudah diberikan aktivitas fisik
Sumber : Data Primer (2021) dengan jumlah 17 pasien yaitu kadar gula darah
pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja
Pada tabel 4 diatas menunjukkan bahwa kadar
Puskesmas Cianjur Kota pada saat sesudah
gula darah sebelum diberikan aktivitas fisik
aktivitas fisik dengan nilai mean post test 246
dengan jumlah 17 pasien yaitu kadar gula darah
mg/dl, nilai standard deviation (SD) post test
pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja
30,464, dan nilai min-max post test 205-301
Puskesmas Cianjur Kota pada saat sebelum
mg/dl.
aktivitas fisik dengan nilai mean pre test 252
Analisa Bivariat
Tabel 6. Uji Paired Sample T Test Pre-Post Test dengan kadar gula darah di Wilayah
Kerja Puskesmas Cianjur Kota
Pengukuran Mean Pre Mean Ranke Sig. (2-tailed)
Test Post Test Mean
Pre Test – Post Test 252,41 246,06 6,35 0,000
Sumber : Data Primer (2021)
Pada tabel 6 diatas menunjukkan bahwa nilai kemaknaan α = 0.05. Setelah dilakukan uji
mean sebelum dilakukan aktivitas fisik jalan stastitik dengan bantuan SPSS diperoleh
kaki yaitu 252,41 dan nilai mean sesudah nilai p value = 0.000. Yang berarti p value <
dilakukan aktivitas fisik jalan kaki yaitu α (0.000 < 0.05), artinya H0 di tolak dan H1
246,06, maka dilihat dari hasil nilai tersebut diterima. Maka dapat diartikan ada pengaruh
dapat disimpulkan bahwa pasien yang sudah yang signifikan antara aktivitas fisik jalan
dilakukan aktivitas fisik jalan kaki ada kaki terhadap kadar gula darah pada pasien
penurunan nilai kadar gula darah yaitu 6,35. diabetes melitus di Wilayah Kerja
Penelitian ini dianalisis menggunakan uji Puskesmas Cianjur Kota.
paired t test dengan menggunakan derajat
Pembahasan terjadi penurunan fungsi vital tubuh, salah
Karakteristik responden berdasarkan satunya adalah fungsi kelenjar prankeas
usia, jenis kelamin, dan lama menderita yang berperan langsung dalam produksi
DM insulin dan berdampak pada kadar gula
Ditinjau dari segi usia pada tabel 1 dalam darah.
menunjukkan bahwa sebagian besar Hal ini sesuai dengan teori yang
responden berusia 58-64 tahun yaitu dikemukakan oleh Tandra (2008), bahwa
sebanyak 12 orang (70,6%), sedangkan faktor degeneratif yaitu fungsi tubuh yang
paling sedikit adalah responden berusia 42- menurun yang terjadi pada seseorang ≥ 45
51 tahun yaitu sebanyak 5 orang (29,4%). tahun dapat mengalami peningkatan risiko
Responden pada penelitian ini di pada kejadian diabetes melitus dan
dominasi oleh usia lanjut yang berusia lebih intoleransi glukosa khususnya kemampuan
dari 45 tahun. Dimana hal ini dikarenakan dari sel β pada metabolisme glukosa untuk
semakin tua usia seseorang maka akan produksi insulin hal ini dikarenakan
penderita kurang melakukan olahraga yang mengalami penyakit diabetes melitus, hal ini
menyebabkan aktivitas sel beta pankreas dikarenakan kurangnya olahraga atau
untuk menghasilkan insulin menjadi berkurang aktivitas fisik dan stress yang dapat
dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun menyebabkan kurangnya pemakaian energi
sehingga tidak menerima insulin, sedangkan sehingga dapat menyebabkan kelebihan
fungsi utama hormon insulin dalam energi dalam bentuk lemak, yang dalam
menurunkan kadar glukosa secara alami.6 jangka panjang dibiarkan maka
Hal ini juga sejalan dengan penelitian menimbulkan obesitas yang kaitannya
Damayanti (2015) usia di atas 30 tahun atau sangat erat dengan penyakit diabetes
lebih terjadi perubahan anatomis, fisiologis melitus, Selain itu perempuan juga memiliki
dan biokimia. Setelah seseorang mencapai hormon esterogen dan progesteron yang
umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah dapat mempengaruhi respon insulin
naik 1-2 mg% tiap tahun saat puasa dan akan sehingga kadar glukosa dalam darah pada
naik 6-13 mg% pada 2 jam setelah makan.7 perempuan penderita diabetes melitus
Hasil penelitian dari Sari (2018), menjadi tidak terkontrol.10
“pengaruh jalan kaki terhadap kadar gula Hasil penelitian dari Uswatun (2017),
darah pada penderita diabetes mellitus” “Hubungan Self Awareness Dengan Kadar
menunjukkan bahwa sebagian respoden Glukosa Darah Pada Pasien DM Dipoli
sebanyak 8 orang (70%) mempunyai usia Penyakit Dalam RSUD Jombang”
45-59 tahun menunjukkan bahwa menunjukan bahwa sebagian besar dari
meningkatnya resiko DM seiring dengan responden berjenis kelamin perempuan yaitu
bertambahnya usia dikaitkan dengan 93 responden (69,4%).11
terjadinya penurunan fungsi fisiologis Dalam penelitian ini peneliti setuju
tubuh.8 dengan teori yang ada karena jumlah
Jadi pada penelitian ini sesuai dengan responden yang ada di Wilayah Kerja
teori yang ada karena responden memang di Puskesmas Cianjur Kota jumlah responden
dominasi oleh responden yang usianya perempuan lebih banyak dibandingkan
diatas 45 tahun. jumlah responden laki-laki.
Ditinjau dari segi jenis kelamin tabel Ditinjau dari segi lama menderita
2 menunjukkan bahwa sebagian besar DM tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
responden berjenis kelamin perempuan yaitu besar responden lama menderita DM 2 tahun
sebanyak 10 orang (58,8%), sedangkan sebanyak 4 orang (23,5%), sedangkan paling
paling sedikit adalah responden berjenis sedikit 3 dan 7 tahun sebanyak 1 orang
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 7 orang (5,9%).
(41,2%). Hasil penelitian dari Tsalissavrina I
Hal ini sesuai dengan teori yang (2018), “Hubungan lama terdiagnosa
dikemukakan oleh Taylor (2010) bahwa diabetes dan kadar glukosa darah dengan
penyebab utama banyaknya perempuan fungsi kognitif penderita diabetes di Jawa
terkena diabetes melitus karena terjadinya Timur” sebanyak 72 orang (4,0%) menderita
penurunan hormon estrogen terutama saat penyakit diabetes mellitus > 5 tahun,
masa menopause. Hormon estrogen dan penyakit DM dapat menimbulkan
progesteron memiliki kemampuan untuk komplikasi, baik yang bersifat akut ataupun
meningkatkan respons insulin di dalam kronis.12
darah. Pada saat masa menopause terjadi, Menurut peneliti penurunan kadar
maka respon akan insulin menurun akibat glukosa darah pada penderita diabetes
hormon estrogen dan progesteron yang melitus sebelum dilakukan aktivitas fisik
rendah. Faktor-faktor lain yang berpengaruh jalan kaki dikarenakan penderita masih
adalah body massa index perempuan yang tergolong penderita diabetes mellitus baru,
sering tidak ideal sehingga hal ini dapat penderita merasa takut dan sangat berhati-
menurunkan sensitivitas respons insulin. Hal hati dalam melakukan pengontrolan kadar
inilah yang membuat wanita sering terkena gula darah agar tidak menyebabkan
diabetes melitus daripada laki-laki.9 komplikasi.
Hal ini juga sejalan dengan dengan Analisa Univariat
penelitian Yulia Patma Desita (2019),
perempuan memiliki resiko yang tinggi
Gambaran pengukuran kadar gula darah Peneliti juga berpendapat bahwa
sebelum dilakukan aktivitas fisik di dengan berjalan kaki tidak hanya
Wilayah Kerja Puskesmas Cianjur Kota. menggerakan otot ekstermitas bahwa tetapi
Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa menggerakan otot ekstermitas atas.
kadar gula darah sebelum diberikan aktivitas Gambaran pengukuran kadar gula darah
fisik dengan jumlah 17 pasien yaitu kadar sesudah dilakukan ativitas fisik di
gula darah pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Cianjur Kota
Wilayah Kerja Puskesmas Cianjur Kota Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa
pada saat sebelum aktivitas fisik dengan kadar gula darah sesudah diberikan aktivitas
nilai mean pre test 252 mg/dl, nilai standard fisik dengan jumlah 17 pasien yaitu kadar
deviation (SD) pre test 31,470, dan nilai gula darah pasien diabetes melitus di
min-max pre test 212-307 mg/dl. Wilayah Kerja Puskesmas Cianjur Kota
Apabila dilihat dari hasil diatas pada saat sesudah aktivitas fisik dengan nilai
tingginya kadar gula darah dikarenakan mean post test 246 mg/dl, nilai standard
kurang banyaknya melakukan aktivitas fisik deviation (SD) post test 30,464, dan nilai
(jalan kaki) yaitu sebanyak 10 responden min-max post test 205-301 mg/dl.
(58,8%) hanya melakukan aktivitas fisik 2 Menurut peneliti bahwa seluruh 17
kali dalam satu minggu karena responden responden kadar glukosa darah turun setelah
kebanyakan melakukan kegiatan sehari-hari dilakukan intervensi jalan kaki pada
seperti menyapu dan mengepel lantai, penderita diabetes melitus. Hal ini
setelah pekerjaan rumah selesai responden menunjukkan intervensi jalan kaki memiliki
hanya tiduran dan duduk tidak melakukan peran penting dalam mengkontrol kadar
tindakan aktivitas lainnya. glukosa darah pada penderita diabetes
Hal ini sesuai dengan teori yang melitus. Dampak yang ditimbulkan dari
dikemukakan oleh Damayanti (2015) pada melakukan intervensi jalan kaki yaitu dapat
saat melakukan latihan jasmani kerja isulin menambah sensibilitas insulin sehingga
menjadi lebih baik dan yang kurang optimal kadar glukosa darah pada penderita dapat
menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi efek ditekan.
yang dihasilkan dari latihan jasmani setelah Secara teori intervensi jalan kaki
2 x 24 jam hilang, oleh karena itu untuk merupakan penatalaksanaan penderita
memperoleh efek tersebut latihan jasmani diabetes melitus secara non-famakologi,
perlu dilakukan 2 hari sekali atau seminggu apabila dilaksanakan secara keseluruhn
3 kali dengan rentang waktu minimal 15-30 kadar glukosa darah dapat terkontrol. Akan
menit per hari.7 tetapi pada kenyataannya jumlah kadar
Hal ini juga sesuai dengan teori yang glukosa naik pada saat jeda perlakuan
dikemukakan oleh Muhammad (2016) intervensi karena peneliti tidak mengetahui
berjalan kaki dapat bermanfaat mengurangi apa yang dikonsumsi maupun yang
risiko orang yang terkena DM atau yang dilakukan oleh responden. Hal ini juga
sudah terkena penyakit DM untuk kemungkinan besar penderita pada saat
menurunkan kadar gula darah bisa melakukan intervensi jalan kaki kurang
diimbangi dengan jalan kaki selama 30- 50 memperhatikan prosedur saat melakukannya
menit perhari, jalan kaki tidak hanya dan responden kurang memperhatikan
bermanfaat untuk penyembuhan penyakit anjuran dari peneliti terkait apa yang tidak
DM dan membantu penderita penyakit boleh dilakukan oleh responden selain itu
gangguan pernafasan dan jantung, upaya bisa juga karena usia dari penderita yang
dalam pengontrolan kadar gula darah pasien sudah usia lanjut, sehingga hasil yang
DM ini adalah rutinnya melakukan aktivitas didapatkan kurang optimal, yaitu kadar gula
fisik dalam kehidupan sehari-hari. darah tetap naik.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang Berdasarkan penelitian yang telah
dikemukakan oleh Widiya (2015) dilakukan oleh Yurida dan Zaqyyah
mengatakan bahwa jalan kaki dapat Huzaifah (2019) dengan judul “pengaruh
dikatakan olahraga apabila dilakukan secara jalan kaki terhadap kadar gula darah pada
berkelanjutan dan minimal dilakukan selama pasien diabetes mellitus tipe II”. Hasil
30 menit.13 penelitian didapatkan rata-rata kadar gula
darah responden sebelum melakukan jalan
kaki sebesar 238,2 mg/dl sedangkan rata-rata Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai
kadar gula darah responden sesudah mean sebelum dilakukan aktivitas fisik jalan
melakukan jalan kaki sebesar 203,4 mg/dl. kaki yaitu 252,41 dan nilai mean sesudah
Hasil uji statistik menunjukkan ada dilakukan aktivitas fisik jalan kaki yaitu 246,06,
pengaruh jalan kaki terhadap kadar gula maka dilihat dari hasil nilai tersebut dapat
darah pasien diabetes mellitus tipe II. Hasil disimpulkan bahwa pasien yang sudah
analisis uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 dilakukan aktivitas fisik jalan kaki ada
maka dibawah nilai α = 0,05 (p < 0,05) penurunan nilai kadar gula darah yaitu 6,35.
dengan demikian secara statistik pada Penelitian ini dianalisis menggunakan uji paired
tingkat kepercayaan 95% ada pengaruh jalan t test dengan menggunakan derajat kemaknaan α
kaki terhadap kadar gula darah pasien = 0.05. Setelah dilakukan uji stastitik dengan
diabetes mellitus tipe II.14 bantuan SPSS diperoleh nilai p value = 0.000.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Yang berarti p value < α (0.000 < 0.05), artinya
hasil penelitian yang dilakukan oleh Liwu H0 di tolak dan H1 diterima. Maka dapat
(2016) yang menunjukkan ada pengaruh diartikan ada pengaruh yang signifikan antara
antara terapi jalan kaki terhadap penurunan aktivitas fisik jalan kaki terhadap kadar gula
kadar gula darah pada panderita diabetes darah pada pasien diabetes melitus di Wilayah
mellitus tipe 2 di Desa Bajarbillah Kerja Puskesmas Cianjur Kota.
Tambelangan Kabupaten Sampang (p value
= 0,00). Hasil penelitian lainnya yaitu Peneliti berpendapat bahwa adanya
penelitian Isrofah (2015) menunjukkan ada pengaruh jalan kaki terhadap perubahan kadar
pengaruh jalan kaki 30 menit terhadap nilai glukosa darah yang mampu mengkontrol kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe gula darah pada penderita diabetes melitus,
II di Desa Karangsari Kecamatan berkaitan erat dengan sistem pembakaran
Karanganyar Kabupaten Pekalongan (p glukosa darah dalam sel melalui kinerja insulin.
value = 0,018).15 Sensitivitas insulin sangat erat kaitannya dengan
penurunan kadar gula darah dapat aktivitas olahraga orang yang melakukan
dikarenakan frekuensi melakukan aktivitas olahraga mempunyai kadar glukosa darah yang
fisik dalam satu minggu. Berdasarkan hasil seimbang dikarenakan efektifan insulin dalam
penelitian responden yang memiliki kadar merubah glukosa menjadi energi.
gula darah tertinggi 182 mg/dL melakukan Hal ini dibuktikan dari penelitian
aktivitas fisik 2 x dalam satu minggu. sebelumnya yang dilakukan oleh Arkan Adi
Sehingga efek kerja insulin yang dihasilkan Widiya, 2015 “Pengaruh olahraga jalan santai
dari latihan jasmani hilang atau terjadi terhadap kadar glukosa darah pada pasien
resistensi insulin. Sedangkan responden diabetes melitus” terdapat pengaruh jalan santai
yang setelah melakukan senam diabetes 30 menit dapat menurunkan kadar glukosa darah
memiliki kadar gula darah rendah 96 mg/dL secara signifikan.16
melakukan aktivitas fisik setiap hari
sehingga insulin bekerja optimal dengan Hal ini juga di buktikan dari penelitian
mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor sebelumnya yang dilakukan oleh Yusra, A.
insulin di membran plasma sehingga dapat (2016) “Pengaruh Walking Exercise
menurunkan kadar glukosa darah. Terprogram Terhadap Perubahan Kadar
Penelitian yang dilakukan dapat Glukosa Darah pada Penderita Diabetes
dilihat faktor yang mempengaruhi penuruan Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
kadar gula darah yaitu frekuensi melakukan Samudera Kabupaten Aceh Utara” terdapat
aktivitas fisik (olahraga) dalam satu minggu. pengaruh yang bermakna antara walking
Selain itu penurunan kadar gula darah juga exercise terprogram terhadap perubahan kadar
di pengaruhi beberapa faktor yang tidak glukosa darah pada penderita diabetes mellitus
diteliti, seperti tercapainya intensitas senam tipe 2.17
diabetes yang baik.
Analisa Bivariat Hal ini juga dibuktikan dari penelitian
sebelmnya yang dilkukan oleh Ari Widiarto
pengaruh kadar gula darah pasien diabetes (2018), “pengaruh brisk walking excercise
melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Cianjur terhadap tekanan darah penderita hipertensi di
Kota sebelum dan sesudah dilakukan desa sengon, wilayah kerja puskesmas jabon”
aktivitas fisik.
menyatakan melakukan brisk walking exercise 1. IDF (2015) ‘Internasional Diabetes
dapat menurunkan tekanan daraah pada Federation’.
penderita darah tinggi, latihan ini juga dapat 2. RISKESDAS (2018). Hasil Utama
mengurangi pembentukan plak yang disebabkan RISKESDAS 2018. Kementrian
oleh lemak dan glukosa dalam tubuh.18 Kesehatan Badan Penelitian dan
Perkembangan Kesehatan WHO. (2017).
Hal ini bebeda dengan penelitian yang 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur
dilakukan oleh Isrofah, Hurhayati, dan P. A. 2019, Prevalensi DM di Cianjur.
(2015) “Efektifitas Jalan Kaki 30 Menit 4. Helmawati, T. (2014). Hidup Sehat
Terhadap Nilai Gula Darah Pada Pasien Tanpa Diabetes. Yogjakarta: Notebook.
Diabetes Mellitus Tipe II Di Desa Karangsari 5. Isrofah. (2015). Efektifitas Jalan Kaki 30
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Menit terhadap Nilai Gula Darah pada
Pekalongan” yang menyatakan hasil uji Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Desa
Wilcoxon Test diperoleh ρ value sebesar 0,180 Karangsari Kecamatan Karang Anyar
> 0,05, yang berarti tidak ada pengaruh jalan Kabupaten Pekalongan (internet),
kaki 30 menit terhadap nilai gula darah pada tersedia dalam (diakses tanggal 06
pasien diabetes mellitus Tipe II di Desa Februari 2018).
Karangsari Kecamatan Karanganyar Kabupaten 6. Tandra, Hans, (2008), Segala Sesuatu
Pekalongan. Responden yang mengalami yang Harus Anda Ketahui Tentang
penurunan kadar gula darah sesudah melakukan Diabetes, 71- 113, PT. Gramedia Pustaka
jalan kaki 30 menit sebanyak 7 orang (35 %).5 Tama, Jakarta.
Keteraturan dalam melakukan aktivitas 7. Damayanti, Santi. (2015). Diabetes
fisik olahraga memiliki pengaruh yang paling Mellitus dan Penatalaksanaan
besar dalam keberhasilan dalam pengolahan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
diabetes mellitus. Latihan fisik yang dilakukan 8. Sari (2018) ‘Pengaruh Senam Diabetes
secara rutin merupakan bagian penting dalam Mellitus Terhadap Kadar Gula Darah
pengolahan diabetes melitus dalam kehidupan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
sehari-hari yang terbukti dapat mempertahankan Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
berat badan, menjaga tekanan darah tetap Tinggi Ilmu Kesehatan’.
normal, membantu peningkatan fungsi insulindi 9. Taylor, S.E. (2012). Health Psychology
dalam tubuh serta meningkatkan kesehatan (ed.8). New York: The McGraw Hill
psikologi.19 Companies
10. Yulia Patma Desita (2019) “Pengaruh
Jalan kaki memiliki peranan penting dalam
Walking Exercise Terhadap Perubahan
pengaturan kadar glukosa darah, sedangkan
Kadar Glukosa Darah Pada Penderita
manfaat beraktivitas fisik seperti jalan kaki pada
Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
penderita diabetes melitus mampu mengkontrol
Pendekatan Theory Of Planned Behavior
kadar glukosa dalam darah, mencegah kegemukan
Di Desa Banjardowo Kabupaten
lipid darah dan peningkatan tekanan darah.8
Jombang”.
Kesimpulan 11. Uswatun (2017) ‘Hubungan Self
Awareness Dengan Kadar Glukosa Darah
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Pada Pasien DM Tipe 2 Dipoli Penyakit
dilakukan oleh peneliti mendapatkan
Dalam RSUD Jombang’.
kesimpulan bahwa nilai rata-rata kadar gula
darah responden sebelum dilakukan intervensi 12. Tsalissavrina I, Tritisari KP, Handayani D,
252,41 dan nilai rata-rata kadar gula darah Kusumastuty I, Ariestiningsih AD. (2018).
responden setelah dilakukan intervensi Hubungan lama terdiagnosa diabetes
didapatkan penurunan 246,06 sehingga dapat dan kadar glukosa darah dengan fungsi
disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh Aktivitas kognitif penderita diabetes tipe 2 di
Fisik Jalan Kaki Terhadap Kadar Gula Darah Jawa Timur. AcTion: Aceh Nutrition
pada Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Journal, 28-33.
Puskesmas Cianjur Kota. 13. Widiya, A. A., Jatmiko, S. W.,
Widyatmoko, S., Santai, O. J., & Darah,
Daftar Pustaka K. G. (n.d.) (2015). Pengaruh Olahraga
Jalan Santai Terhadap Kadar Glukosa
Darah pada pasien Diabetes Melitus, 7,
35–39.
14. Yurida dan Zaqyyah Huzaifah (2019)
“pengaruh jalan kaki terhadap kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus
tipe II”.
15. Liwu, M. (2016). Pengaruh antara terapi
jalan kaki terhadap penurunan kadar gula
darah pada panderita diabetes mellitus
tipe 2 di Desa Bajarbillah Tambelangan
Kabupaten Sampang (Internet), tersedia
dalam (diakses tanggal 11 Februari
2018).
16. Arkan Adi Widiya. (2015). Pengaruh
olahraga jalan santai terhadap kadar
glukosa darah pada pasien diabetes
melitus. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta
17. Yusra, A. (2016) ‘Pengaruh Walking
Exercise Terprogram Terhadap
Perubahan Kadar Glukosa Darah pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Samudera
Kabupaten Aceh Utara’, Child
development, 72(X), pp. 9–18. doi:
10.1007/s13398-014-0173-7.2.
18. Ari Widiarto (2018), “pengaruh brisk
walking excercise terhadap tekanan
darah penderita hipertensi di desa
sengon, wilayah kerja puskesmas jabon”.
Skripsi STIKES ICME JOMBANG.
19. ADA (2015) ‘Exercise and type 2
diabetes: American College of Sports
Medicine and the American Diabetes
Association: Joint Position Statement’,
Medicine and Science in Sports and
Exercise, 42(12), pp. 2282–2303. doi:
10.1249/MSS.0b013e3181eeb61c.

Anda mungkin juga menyukai