DISUSUN OLEH :
RAFLI MEIDIANA HUSEN
09.17.0000.090
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2020
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Di
Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon
Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung, Jakarta Selatan 12610, Indonesia
Telp : (021) 78894045, Email : meidianaraf98@gmail.com1, sitikamillah0402@gmail.com2,
khrisnaws@gmail.com3
Abstrak Abstract
Pendahuluan : Obesitas merupakan suatu kelainan Introduction : Obesity is a disorder due to the
akibat penimbunan jaringan lemak yang berlebihan accumulation of excessive fat tissue and can cause
dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. health problems. The main cause of obesity is the
Penyebab utama adalah aktivitas fisik dan pola imbalance between energy intake and expenditure.
makan. obesitas karena tidak seimbangnya antara This imbalance occurs due to an increase in energy
asupan dan pengeluaran energi. Ketidakseimbangan food intake and a lack of physical activity. There are
tersebut terjadi karena peningkatan asupan makanan several factors that can cause obesity, namely
berenergi dan kurangnya aktivitas fisik. Terdapat physical activity and diet.
beberapa faktor yang dapat menyebabkan obesitas Objective : This study aims to identify the
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk relationship between physical activity and diet with
mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik dan pola the incidence of obesity in adolescents in the working
makan dengan kejadian obesitas pada remaja di area of the Cikalongkulon Health Center.
Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon. Method : The research design used was cross
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah sectional . The sample in this study were 81 people
cross sectional . Sampel pada penelitian ini sebanyak with a purposive sampling method. Data collection
81 orang dengan pengambilan sampel secara methods used were weighing and measuring height to
purposive sampling. Metode pengumpulan data yang determine the Body Mass Index (BMI), and using the
dilakukan yaitu menimbang berat badan dan Physical Activity Questionnaire for Adolescents
mengukur tinggi badan untuk mengetahui Indeks (PAQ-A) questionnaire to determine physical activity
Massa Tubuh (IMT), dan menggunakan kuesioner and using a questionnaire in the form of a statement
Physical Activity Questionnaire for Adolescents to determine diet.
(PAQ-A) untuk mengetahui aktivitas fisik serta Results : Based on the results of the study, it was
menggunakan kuesioner berupa pernyataan untuk found that 52 respondents were obese, and 29
mengetahui pola makan. respondents were not obese. After doing thetest, the
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 52 chi square value of physical activity is 0.000 <0.005,
responden mengalami obesitas, dan 29 responden dietary pattern is 0.002 <0.005, which means that
tidak mengalami obesitas. Setelah dilakukan uji chi physical activity and diet have a significant
square didapatkan nilai aktivitas fisik 0,000 < 0,005, relationship.
pola makan 0,002 < 0,005 yang berarti aktivitas fisik Conclution : The conclusion of this study is that
dan pola makan terdapat hubungan yang signifikan. there is a significant relationship between physical
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah activity and diet with the incidence of obesity in
terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik adolescents in the Cikalongkulon Community Health
dan pola makan dengan kejadian obesitas pada Center Work Area.
remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon.
Kata Kunci : aktivitas fisik, obesitas, pola makan Keywords: Physical activity, obesity, diet
Pendahuluan obesitas. Provinsi Jawa Barat itu sendiri
memiliki prevalensi obesitas pada remaja
Menurut Undang-Undang Perlindungan
dengan presentase 22.1%. Sedangkan
Anak. Remaja adalah seseorang yang berusia
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
antara 10-18 tahun dan merupakan kelompok
Kabupaten Cianjur kasus obesitas pada remaja
penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup
tertinggi, terdapat di Puskemas Cikalongkulon
besar hampir 20% dari jumlah penduduk.
yaitu 239 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan
Cianjur, 2019). Jadi bisa di simpulkan jumlah
tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat
tertinggi remaja dengan obesitas adalah di
disebut sudah dewasa, tetapi tidak pula disebut
Puskesmas Cikalongkulon dengan jumlah
anak-anak.1
terbanyak. Hal ini menunjukkan bahwa masalah
Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun obesitas meningkat dalam beberapa tahun
2017 beberapa masalah kesehatan yang dialami terakhir terutama pada kelompok remaja.4
dan mengancam masa depan remaja Indonesia
Salah satu faktor yang mempengaruhi
diantaranya : kekurangan zat besi (anemia),
terjadinya obesitas pada seseorang adalah pola
kurang tinggi badan (stunting), kurang energi
makan. Pola makan berlebih dan tidak sehat
kronis (kurus), dan kegemukan atau obesitas.2
ditambah dengan konsumsi serat (buah dan
Obesitas telah menjadi masalah global di sayur) tidak mencukupi, aktivitas fisik yang
seluruh dunia, baik di negara maju maupun kurang, dan merokok dapat menjadi faktor
negara berkembang. Menurut World Health terjadinya obesitas. Jadi, energi yang didapatkan
Organization (WHO) obesitas dinyatakan dari asupan makanan harus seimbang dengan
sebagai salah satu dari sepuluh masalah kebutuhan agar mengurangi risiko terjadinya
kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di obesitas.5
negara berkembang. Obesitas merupakan suatu
Faktor penyebab obesitas lainnya adalah
kelainan atau penyakit yang ditandai oleh
kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian
penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara
maupun latihan fisik terstruktur. Aktivitas fisik
berlebihan.3
yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik)
Obesitas pada remaja meningkat secara merupakan faktor risiko independen untuk
pesat selama beberapa waktu terakhir. penyakit kronis, dan secara keseluruhan
Dikalangan remaja, obesitas merupakan diperkirakan menyebabkan kematian secara
permasalahan yang merisaukan karena dapat global. Remaja yang jarang melakukan aktivitas
menurunkan rasa percaya diri dan menyebabkan fisik dan cenderung terbiasa makan secara
gangguan psikologis yang serius. Setiap remaja berlebihan akan lebih berisiko mengalami
ingin mempunyai bentuk tubuh dan berat badan obesitas.6
ideal. Akan tetapi tidak semua remaja dapat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
memiliki bentuk tubuh dan berat badan yang
oleh Pramudita (2011) didapatkan hasil 77,5%
ideal.
remaja obesitas yang menghabiskan waktu lebih
Prevalensi obesitas di seluruh dunia selalu dari 8 jam untuk tidur dalam satu hari, 85%
meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun remaja obesitas yang menghabiskan waktu lebih
1980. Pada tahun 2016 lebih dari 1,9 miliar dari 2 jam untuk waktu menonton TV, bermain
orang usia 18 tahun dan lebih tua mengalami game, dan internet dalam satu hari, dan 70%
kelebihan berat badan sebanyak 650 juta dari remaja obesitas yang menghabiskan waktunya
jumlah tersebut mengalami obesitas.3 bermain di luar rumah kurang dari 2 jam per
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar hari.7
(2019), prevelansi obesitas di Indonesia Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
mengalami kenaikan dari 26% menjadi 35% dan tertarik melakukan penelitian terkait hubungan
pada remaja usia 16-18 tahun mengalami aktivitas fisik dan pola makan kejadian obesitas
kenaikan dari 1,4% tahun 2007, lalu 3,7% tahun pada remaja di Puskesmas Cikalongkulon.
2010 menjadi 7,3% pada tahun 2013 tentang
Metode
Laki-laki 24 29,6
Desain dalam penelitian ini menggunakan
deskriptif korelasi yaitu mengkaji hubungan Total 81 100
antar variable, dengan pendekatan cross
sectional yaitu variabel yang diteliti sekaligus Sumber : Data Primer (2020)
dalam waktu sama. Pada tabel 1 diatas menunjukkan bahwa
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah responden dengan Usia 15-18 tahun lebih
kerja Puskesmas Cikalongkulon pada bulan mendominasi sebanyak 30 responden dengan
Maret 2020. Populasi target penelitian ini adalah persentase (37,0%). Data diatas juga
seluruh remaja yang ada di Wilayah Kerja menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan
Puskesmas Cikalongkulon. Sampel penelitian ini paling mendominasi dengan jumlah 57
sebanyak 81 remaja di wilayah kerja Puskesmas responden dengan persentase (70,4%).
Cikalongkulon.
Pengambilan sampel penelitian ini Gambaran Kejadian Obesitas Remaja
menggunakan teknik purposive sampling. Pada hasil penelitian ini mengenai kejadian
Peneliti menggunakan kriteria inklusi dan obesitas pada remaja ditulis pada tabel di bawah
eksklusi untuk menentukan sampel yang akan ini :
digunakan. Tabel 2. Gambaran Kejadian Obesitas Remaja
Di Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon
Penelitian ini telah lulus uji etik di
(n=81)
Komisi Etik Penelitian Kesehatan dengan surat
keterangan yang disahkan oleh komisi etik
Kejadian Obesitas F Persentase %
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
(STIKIM) dengan nomor surat etik
136/Sket/Ka-Dept/RE/STIKIM/II/2021. Obesitas 52 64,2
Hasil
Karakteristik Responden Brdasarkan Usia, Tidak Obesitas 29 35,8
dan Jenis Kelamin
Total 81 100
Karakteristik responden berdasarkan
usia, dan jenis kelamin dalam penelitian ini
Sumber : Data Primer 2020
menggunakan analisis deskriptif yang dapat Tabel 2 menunjukkan bahwa kejadian
dilihat dibawah ini. obesitas pada remaja di wilayah kerja puskesmas
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik cikalongkulon sebagian besar menderita obesitas
Responden Berdasarkan Usia, dan jenis kelamin yaitu sebanyak 52 orang (64,2%).
di Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon
(n=81). Gambaran Aktivitas Fisik
Pada hasil penelitian ini mengenai aktivitas fisik
Usia Frekuensi Persentase % ditulis pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Aktivitas Fisik Di Wilayah Kerja
12-15 tahun 25 30,9
Puskesmas Cikalongkulon (n=81)
15-18 tahun 30 37,0
Aktivitas Fisik F Persentase %
18-21 tahun 26 32,1
Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Di Wilayah
Kerja Puskesmas Cikalongkulon Tahun 2020.
Obesitas OR
Sumber : Data Primer (2020) (20,0%). Dan nilai Odds Ratio yaitu 7,241
artinya orang yang mengalami aktivitas fisik
Pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa
ringan berpeluang 7 kali lebih besar
sebagian besar remaja obesitas dan aktivitas
menyebabkan mengalami obesitas dibandingkan
fisik ringan ada 34 orang (85,0 %), remaja
sedang dan berat.
obesitas dan aktivitas fisik sedang ada 14 orang
(38,9%), remaja obesitas dan aktivitas fisik berat
ada 4 orang (80,0%). Sedangkan remaja tidak
obesitas dan aktivitas fisik ringan ada 6 orang Hasil Uji Chi-square di dalam penelitian
(15,0%), remaja tidak obesitas dan aktivitas fisik ini di dapatkan bahwa Nilai ρ-value yang
sedang ada 22 orang (61,1%), remaja tidak didapat adalah 0,000 yakni lebih kecil 0,05.
obesitas dan aktivitas fisik berat ada 1 orang Dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak artinya
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
ada hubungan antara hubungan aktivitas fisik Obesitas pada Remaja di Wilayah Kerja
dengan kejadian obesitas pada remaja di wilayah Puskesmas Cikalongkulon Tahun 2020.
kerja puskesmas cikalongkulon tahun 2020. Pada hasil penelitian ini mengenai hubungan
pola makan dengan kejadian obesitas pada
remaja di wilayah kerja puskesmas
cikalongkulon ditulis pada tabel di bawah ini
Tabel 6. Hasil Analisis Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikalongkulon Tahun 2020.
Obesitas OR
Total Ρ
Pola Makan (95%
Obesitas Tidak Obesitas
CI) Value
N % N % N %