Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN


KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CIKALONGKULON
TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :
RAFLI MEIDIANA HUSEN
09.17.0000.090

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2020
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Di
Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon

Rafli Meidiana Husen1, Siti Kamillah2, Khrisna Wisnusakti3


Departemen Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
1,2,3

Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung, Jakarta Selatan 12610, Indonesia
Telp : (021) 78894045, Email : meidianaraf98@gmail.com1, sitikamillah0402@gmail.com2,
khrisnaws@gmail.com3

Abstrak Abstract
Pendahuluan : Obesitas merupakan suatu kelainan Introduction : Obesity is a disorder due to the
akibat penimbunan jaringan lemak yang berlebihan accumulation of excessive fat tissue and can cause
dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. health problems. The main cause of obesity is the
Penyebab utama adalah aktivitas fisik dan pola imbalance between energy intake and expenditure.
makan. obesitas karena tidak seimbangnya antara This imbalance occurs due to an increase in energy
asupan dan pengeluaran energi. Ketidakseimbangan food intake and a lack of physical activity. There are
tersebut terjadi karena peningkatan asupan makanan several factors that can cause obesity, namely
berenergi dan kurangnya aktivitas fisik. Terdapat physical activity and diet.
beberapa faktor yang dapat menyebabkan obesitas Objective : This study aims to identify the
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk relationship between physical activity and diet with
mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik dan pola the incidence of obesity in adolescents in the working
makan dengan kejadian obesitas pada remaja di area of the Cikalongkulon Health Center.
Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon. Method : The research design used was cross
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah sectional . The sample in this study were 81 people
cross sectional . Sampel pada penelitian ini sebanyak with a purposive sampling method. Data collection
81 orang dengan pengambilan sampel secara methods used were weighing and measuring height to
purposive sampling. Metode pengumpulan data yang determine the Body Mass Index (BMI), and using the
dilakukan yaitu menimbang berat badan dan Physical Activity Questionnaire for Adolescents
mengukur tinggi badan untuk mengetahui Indeks (PAQ-A) questionnaire to determine physical activity
Massa Tubuh (IMT), dan menggunakan kuesioner and using a questionnaire in the form of a statement
Physical Activity Questionnaire for Adolescents to determine diet.
(PAQ-A) untuk mengetahui aktivitas fisik serta Results : Based on the results of the study, it was
menggunakan kuesioner berupa pernyataan untuk found that 52 respondents were obese, and 29
mengetahui pola makan. respondents were not obese. After doing thetest, the
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 52 chi square value of physical activity is 0.000 <0.005,
responden mengalami obesitas, dan 29 responden dietary pattern is 0.002 <0.005, which means that
tidak mengalami obesitas. Setelah dilakukan uji chi physical activity and diet have a significant
square didapatkan nilai aktivitas fisik 0,000 < 0,005, relationship.
pola makan 0,002 < 0,005 yang berarti aktivitas fisik Conclution : The conclusion of this study is that
dan pola makan terdapat hubungan yang signifikan. there is a significant relationship between physical
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah activity and diet with the incidence of obesity in
terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik adolescents in the Cikalongkulon Community Health
dan pola makan dengan kejadian obesitas pada Center Work Area.
remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon.

Kata Kunci : aktivitas fisik, obesitas, pola makan Keywords: Physical activity, obesity, diet
Pendahuluan obesitas. Provinsi Jawa Barat itu sendiri
memiliki prevalensi obesitas pada remaja
Menurut Undang-Undang Perlindungan
dengan presentase 22.1%. Sedangkan
Anak. Remaja adalah seseorang yang berusia
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
antara 10-18 tahun dan merupakan kelompok
Kabupaten Cianjur kasus obesitas pada remaja
penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup
tertinggi, terdapat di Puskemas Cikalongkulon
besar hampir 20% dari jumlah penduduk.
yaitu 239 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan
Cianjur, 2019). Jadi bisa di simpulkan jumlah
tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat
tertinggi remaja dengan obesitas adalah di
disebut sudah dewasa, tetapi tidak pula disebut
Puskesmas Cikalongkulon dengan jumlah
anak-anak.1
terbanyak. Hal ini menunjukkan bahwa masalah
Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun obesitas meningkat dalam beberapa tahun
2017 beberapa masalah kesehatan yang dialami terakhir terutama pada kelompok remaja.4
dan mengancam masa depan remaja Indonesia
Salah satu faktor yang mempengaruhi
diantaranya : kekurangan zat besi (anemia),
terjadinya obesitas pada seseorang adalah pola
kurang tinggi badan (stunting), kurang energi
makan. Pola makan berlebih dan tidak sehat
kronis (kurus), dan kegemukan atau obesitas.2
ditambah dengan konsumsi serat (buah dan
Obesitas telah menjadi masalah global di sayur) tidak mencukupi, aktivitas fisik yang
seluruh dunia, baik di negara maju maupun kurang, dan merokok dapat menjadi faktor
negara berkembang. Menurut World Health terjadinya obesitas. Jadi, energi yang didapatkan
Organization (WHO) obesitas dinyatakan dari asupan makanan harus seimbang dengan
sebagai salah satu dari sepuluh masalah kebutuhan agar mengurangi risiko terjadinya
kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di obesitas.5
negara berkembang. Obesitas merupakan suatu
Faktor penyebab obesitas lainnya adalah
kelainan atau penyakit yang ditandai oleh
kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian
penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara
maupun latihan fisik terstruktur. Aktivitas fisik
berlebihan.3
yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik)
Obesitas pada remaja meningkat secara merupakan faktor risiko independen untuk
pesat selama beberapa waktu terakhir. penyakit kronis, dan secara keseluruhan
Dikalangan remaja, obesitas merupakan diperkirakan menyebabkan kematian secara
permasalahan yang merisaukan karena dapat global. Remaja yang jarang melakukan aktivitas
menurunkan rasa percaya diri dan menyebabkan fisik dan cenderung terbiasa makan secara
gangguan psikologis yang serius. Setiap remaja berlebihan akan lebih berisiko mengalami
ingin mempunyai bentuk tubuh dan berat badan obesitas.6
ideal. Akan tetapi tidak semua remaja dapat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
memiliki bentuk tubuh dan berat badan yang
oleh Pramudita (2011) didapatkan hasil 77,5%
ideal.
remaja obesitas yang menghabiskan waktu lebih
Prevalensi obesitas di seluruh dunia selalu dari 8 jam untuk tidur dalam satu hari, 85%
meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun remaja obesitas yang menghabiskan waktu lebih
1980. Pada tahun 2016 lebih dari 1,9 miliar dari 2 jam untuk waktu menonton TV, bermain
orang usia 18 tahun dan lebih tua mengalami game, dan internet dalam satu hari, dan 70%
kelebihan berat badan sebanyak 650 juta dari remaja obesitas yang menghabiskan waktunya
jumlah tersebut mengalami obesitas.3 bermain di luar rumah kurang dari 2 jam per
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar hari.7
(2019), prevelansi obesitas di Indonesia Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
mengalami kenaikan dari 26% menjadi 35% dan tertarik melakukan penelitian terkait hubungan
pada remaja usia 16-18 tahun mengalami aktivitas fisik dan pola makan kejadian obesitas
kenaikan dari 1,4% tahun 2007, lalu 3,7% tahun pada remaja di Puskesmas Cikalongkulon.
2010 menjadi 7,3% pada tahun 2013 tentang
Metode
Laki-laki 24 29,6
Desain dalam penelitian ini menggunakan
deskriptif korelasi yaitu mengkaji hubungan Total 81 100
antar variable, dengan pendekatan cross
sectional yaitu variabel yang diteliti sekaligus Sumber : Data Primer (2020)
dalam waktu sama. Pada tabel 1 diatas menunjukkan bahwa
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah responden dengan Usia 15-18 tahun lebih
kerja Puskesmas Cikalongkulon pada bulan mendominasi sebanyak 30 responden dengan
Maret 2020. Populasi target penelitian ini adalah persentase (37,0%). Data diatas juga
seluruh remaja yang ada di Wilayah Kerja menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan
Puskesmas Cikalongkulon. Sampel penelitian ini paling mendominasi dengan jumlah 57
sebanyak 81 remaja di wilayah kerja Puskesmas responden dengan persentase (70,4%).
Cikalongkulon.
Pengambilan sampel penelitian ini Gambaran Kejadian Obesitas Remaja
menggunakan teknik purposive sampling. Pada hasil penelitian ini mengenai kejadian
Peneliti menggunakan kriteria inklusi dan obesitas pada remaja ditulis pada tabel di bawah
eksklusi untuk menentukan sampel yang akan ini :
digunakan. Tabel 2. Gambaran Kejadian Obesitas Remaja
Di Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon
Penelitian ini telah lulus uji etik di
(n=81)
Komisi Etik Penelitian Kesehatan dengan surat
keterangan yang disahkan oleh komisi etik
Kejadian Obesitas F Persentase %
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
(STIKIM) dengan nomor surat etik
136/Sket/Ka-Dept/RE/STIKIM/II/2021. Obesitas 52 64,2

Hasil
Karakteristik Responden Brdasarkan Usia, Tidak Obesitas 29 35,8
dan Jenis Kelamin
Total 81 100
Karakteristik responden berdasarkan
usia, dan jenis kelamin dalam penelitian ini
Sumber : Data Primer 2020
menggunakan analisis deskriptif yang dapat Tabel 2 menunjukkan bahwa kejadian
dilihat dibawah ini. obesitas pada remaja di wilayah kerja puskesmas
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik cikalongkulon sebagian besar menderita obesitas
Responden Berdasarkan Usia, dan jenis kelamin yaitu sebanyak 52 orang (64,2%).
di Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon
(n=81). Gambaran Aktivitas Fisik
Pada hasil penelitian ini mengenai aktivitas fisik
Usia Frekuensi Persentase % ditulis pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Aktivitas Fisik Di Wilayah Kerja
12-15 tahun 25 30,9
Puskesmas Cikalongkulon (n=81)
15-18 tahun 30 37,0
Aktivitas Fisik F Persentase %
18-21 tahun 26 32,1

Total 81 100 Ringan 40 49,4

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %


Sedang 36 44,4
Perempuan 57 70,4
Berat 5 6,2
Tidak Teratur 44 54,3

Total 77 100 Teratur 37 45,7

Sumber : Data Primer 2020 Total 81 100


Tabel 3 menunjukkan bahwa aktivitas
fisik pada remaja di wilayah kerja puskesmas Sumber : Data Primer 2020
cikalongkulon sebagian besar aktivitas fisik Tabel 4 menunjukkan bahwa pola makan
ringan yaitu sebanyak 40 orang (49,4%). pada remaja di wilayah kerja puskesmas
Gambaran Pola Makan cikalongkulon sebagian besar pola makan tidak
Pada hasil penelitian ini mengenai pola makan teratur yaitu sebanyak 44 orang (54,3%).
ditulis pada tabel di bawah ini :
Tabel 4. Pola Makan Di Wilayah Kerja Uji Hipotesis dengan Deskriptif Korelasi
Puskesmas Cikalongkulon (n=81) Pada penelitian ini uji hipotesis menggunakan
Persentase deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
Pola Makan F sectional untuk menjawab apakah ada Hubungan
%
Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan
Kejadian Obesitas pada Remaja di Wilayah
Kerja Puskesmas Cikalongkulon Tahun 2020.

Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Di Wilayah
Kerja Puskesmas Cikalongkulon Tahun 2020.

Obesitas OR

Obesitas Tidak Total (95% Ρ


Aktivitas Fisik CI)
Obesitas Value
N % N % N %

Ringan 34 85,0 6 15,0 40 100 7,241 0,000

Sedang 14 38,9 22 61,1 36 100

Berat 4 80,0 1 20,0 5 100

Jumlah 52 64,2 29 35,8 81 100

Sumber : Data Primer (2020) (20,0%). Dan nilai Odds Ratio yaitu 7,241
artinya orang yang mengalami aktivitas fisik
Pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa
ringan berpeluang 7 kali lebih besar
sebagian besar remaja obesitas dan aktivitas
menyebabkan mengalami obesitas dibandingkan
fisik ringan ada 34 orang (85,0 %), remaja
sedang dan berat.
obesitas dan aktivitas fisik sedang ada 14 orang
(38,9%), remaja obesitas dan aktivitas fisik berat
ada 4 orang (80,0%). Sedangkan remaja tidak
obesitas dan aktivitas fisik ringan ada 6 orang Hasil Uji Chi-square di dalam penelitian
(15,0%), remaja tidak obesitas dan aktivitas fisik ini di dapatkan bahwa Nilai ρ-value yang
sedang ada 22 orang (61,1%), remaja tidak didapat adalah 0,000 yakni lebih kecil 0,05.
obesitas dan aktivitas fisik berat ada 1 orang Dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak artinya
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
ada hubungan antara hubungan aktivitas fisik Obesitas pada Remaja di Wilayah Kerja
dengan kejadian obesitas pada remaja di wilayah Puskesmas Cikalongkulon Tahun 2020.
kerja puskesmas cikalongkulon tahun 2020. Pada hasil penelitian ini mengenai hubungan
pola makan dengan kejadian obesitas pada
remaja di wilayah kerja puskesmas
cikalongkulon ditulis pada tabel di bawah ini
Tabel 6. Hasil Analisis Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikalongkulon Tahun 2020.

Obesitas OR
Total Ρ
Pola Makan (95%
Obesitas Tidak Obesitas
CI) Value
N % N % N %

Tidak Teratur 35 79,5 9 20,5 44 100 4,575 0,002

Teratur 17 45,9 20 54,1 37 100

Jumlah 52 64,2 29 35,8 81 100

Sumber : Data Primer (2020) Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon


Pada tabel 6 diatas bahwa sebagian besar didapatkan bahwa sebagian besar responden
remaja obesitas dan pola makan tidak teratur ada berusia 15-18 tahun yaitu sebanyak 30
35 orang (79,5%), remaja obesitas dan pola responden (37,0%), usia 18-21 tahun yaitu
makan tidak teratur ada 17 orang (45,9%), sebanyak 26 responden (32,1%) sedangkan yang
Sedangkan remaja yang tidak obesitas dan pola paling sedikit usia 12-15 tahun sebanyak 25
makan teratur ada 9 orang (20,5%), remaja yang responden (30,9%). Jadi mayoritas usia
tidak obesitas dan pola makan teratur 20 orang responden lebih banyak yang berusia 15-18
(54,1%). dan nilai Odds Ratio yaitu 4,575 tahun.
artinya orang yang menderita pola makan tidak Meskipun obesitas dapat terjadi pada
teratur berpeluang 4 kali lebih besar semua usia namun obesitas sering dianggap
menyebabkan mengalami obesitas dibandingkan sebagai
pola makan teratur.
Hasil Uji Chi-square di dalam penelitian
ini di dapatkan bahwa Nilai p-value yang kelainan pada usia pertengahan artinya
didapat adalah 0,002 yakni lebih kecil daripada pada usia remaja.
0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak Menurut Arisman (2010) ada beberapa
artinya ada hubungan antara pola makan dengan alasan mengapa remaja dikatakan usia yang
kejadian obesitas pada remaja di wilayah kerja rentan terhadap terjadinya obesitas. Pertama
puskesmas cikalongkulon tahun 2020. karena adanya kebutuhan energi yang besar
Pembahasan untuk mengimbangi peningkatan pertumbuhan
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, dan perkembangan yang relative singkat. Kedua
dan Jenis Kelamin karena perubahan gaya hidup dan kebiasaan
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi pangan penyesuaian energi dan zat gizi.8
responden berdasarkan usia terhadap remaja di
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi perempuan cenderung lebih banyak mengubah
responden berdasarkan jenis kelamin terhadap makan menjadi lemak. Obesitas terjadi karena
remaja di Wilayah Kerja Puskesmas tidak adanya keseimbangan energi dimana
Cikalongkulon didapatkan bahwa sebagian besar energi konsumsi jauh lebih besar dibandingkan
responden berjenis kelamin perempuan yaitu energi yang dipakai dalam aktivitas fisik.
sebanyak 57 orang (70,4%), sedangkan paling Hasil penelitian sebelumnya yang
sedikit adalah responden berjenis kelamin laki- dilakukan oleh Mahyuni (2017) menunjukkan
laki yaitu sebanyak 24 orang (29,6%). Jadi bahwa penyebab terjadinya obesitas pada remaja
mayoritas jenis kelamin responden lebih banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana salah
yang berjenis kelamin perempuan 57 orang. satu faktor penyebab obesitas antara lain yaitu
Hal ini sesuai dengan teori Dwianti & aktivitas fisik yang kurang aktif yang
Widiastuti (2011) menyatakan rata-rata wanita disebabkan oleh kebiasaan remaja yang suka
memiliki lemak tubuh yang lebih banyak main gatget dan menonton televisi.10
dibandingkan dengan laki-laki. Pada wanita Obesitas tidak hanya disebabkan oleh
jumlah timbunan lemak tubuh normalnya 25- kebanyakan makan dalam hal karbohidrat,
30% dan pada laki-laki normalnya 18-23%. lemak, maupun protein, tetapi juga karena
Hal ini menunjukkan kecenderungan kurangnnya aktivitas fisik. Obesitas pada remaja
obesitas lebih banyak terjadi pada perempuan penting untuk diperhatikan karena remaja yang
dibandingkan dengan laki-laki, hal tersebut mengalami obesitas 80% berpeluang untuk
disebabkan karena perempuan lebih banyak mengalami obesitas pada saat dewasa
menyimpan kelebihan energinya sebagai lemak (Suryaputra, 2012). Selain itu Indeks Massa
simpanan, sementara laki-laki menggunakan Tubuh (IMT) yang tinggi pada remaja
kelebihan energinya untuk mensintesis protein. memprediksikan peningkatan risiko kematian
Gambaran Kejadian Obesitas Remaja dan penyakit kardiovaskular.11
Obesitas dapat terjadi karena tidak Gambaran Aktivitas Fisik
seimbangnya antara asupan dan pengeluaran Aktivitas fisik merupakan salah satu
energi. Ketidakseimbangan tersebut terjadi faktor yang mempengaruhi obesitas, sehingga
karena peningkatan asupan makanan berenergi apabila aktivitas fisik rendah maka
dan kurangnya aktivitas fisik. Keseimbangan kemungkinan terjadinya obesitas akan
energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam meningkat. Kecenderungan kurang aktivitas
tubuh melalui makanan sama dengan energi fisik menurun dikarenakan gaya hidup modern
yang di keluarkan. Keadaan ini menghasilkan yang menyebabkan status gizi anak diatas
berat badan ideal/normal.9 normal, sehingga anak menjadi gemuk atau
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari obesitas. Hal ini disebabkan karena anak banyak
81 responden didapatkan 52 responden (64,2%) makan namun kurang aktivitas dan penggunaan
mengalami obesitas dan 29 responden (35,8%) barang elektronik yang membuat anak menjadi
tidak mengalami obesitas. Berdasarkan hasil malas beraktivitas sehingga energi yang masuk
penelitian responden yang paling banyak kedalam tubuh jauh lebih banyak daripada
mengalami obesitas adalah perempuan sebanyak energi yang digunakan untuk beraktivitas dan
57 orang (70,4%). pertumbuhan.12
Hal ini sejalan dengan penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40
sebelumnya yang dilakukan oleh Ardiana (2017) responden (49,4%) melakukan aktivitas fisik
dengan hasil penelitian obesitas lebih banyak ringan, 36 responden (44,4%) melakukan
dijumpai pada anak perempuan. Menurut aktivitas fisik sedang, dan 5 responden (6,2%)
beberapa penelitian yang dilakukan, anak melakukan aktivitas fisik berat. Sebagian besar
perempuan cenderung memiliki resiko yang remaja di Wilayah Kerja Puskesmas
lebih tinggi untuk menderita obesitas Cikalongkulon melakukan aktivitas sedang.
dibandingkan anak laki-laki karena metabolisme Hasil penelitian ini sesuai dengan
wanita lebih lambat dari pada pria, basal penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2017),
metabolic rate laki-laki 10% lebih tinggi dengan hasil penelitian sebagian anak dan
dibandingkan perempuan. Oleh karena itu, remaja melakukan aktivitas fisik sedang. Hal
tersebut terjadi karena sebagian besar dari Berdasarkan bukti diatas hampir seluruh
responden melakukan aktivitas fisik 2-3 responden dengan makan 1 piring nasi dan lauk
kali/minggu kegiatan olahraga seperti aerobic, setiap harinya kadang-kadang. Hal tersebut
menari atau bermain permainan yang sangat menunjukkan bahwa mereka yang tidak sempat
aktif setelah selesai belajar, pada sore/malam untuk sarapan dikarenakan bangunnya yang
hari dan pada akhir pekan. Aktivitas fisik secara kesiangan jadi tidak sempat untuk sarapan pagi
teratur termasuk olahraga aerobik dan latihan dan pola makan yang sesuai yaitu 3x sehari jika
kekuatan otot 3 kali/minggu minimal 60 menit mereka melewatkan sarapan pagi akan
ditambah pelajaran olahraga 135 menit/minggu berdampak pada kesehatan.
selama 3 bulan mampu menurunkan BMI, Menurut teori menurut Depkes RI (2011)
tekanan darah, lemak total, lemak abdominal, pola makan suatu cara atau usaha dalam tingkah
dan meningkatkan kemampuan kardiorespirasi laku dan jenis makanan dengan meliputi
pada anak obesitas pre pubertas.13 mempertahankan kesehatan status nutrisi,
Hasil penelitian ini juga menunjukkan mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.
bahwa 40 responden (49,4%) melakukan Pola makan didefinisikan sebagai karakteristik
aktivitas fisik ringan. Hal ini dikarenakan dari kegiatan yang berulang kali makan individu
sebagian dari responden memanfaatkan waktu atau sikap orang makan dalam memenuhi
istirahat untuk membeli jajanan. Selain itu kebutuhan makan.
mereka menghabiskan waktu istirahat dengan Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
bercengkrama dengan sesama teman. Diluar jam Obesitas pada Remaja di Wilayah Kerja
belajar sebagian besar responden menghabiskan Puskesmas Cikalongkulon
waktu dengan menonton televisi, bermain Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
game. hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
Hal ini sejalan dengan penelitian yang obesitas pada remaja di Wilayah Kerja
dilakukan oleh Mahyuni (2017) yang Puskesmas Cikalongkulon (p = 0,000 < 0,05).
menyatakan bahwa remaja yang memiliki Hal ini berarti hipotesis penelitian dapat
aktivitas fisik kurang aktif pada saat jam diterima. Penelitian ini didukung oleh penelitian
istirahat mereka melakukan aktivitas seperti sebelumnya yang dilakukan oleh Hutahaean
makan atau bermain handphone, belajar atau (2013) yang menunjukkan bahwa ada hubungan
membaca buku dan aktivitas di rumah nonton yang signifikan antara jenis aktivitas fisik
televisi, main games di komputer. terhadap kejadian obesitas anak (p = 0,001).
Gambaran Pola Makan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilakukan oleh Ermona dan Wirjatmadi (2018)
sebagian besar responden pola makan tidak yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara
teratur berjumlah 44 responden (54,3%), dan aktivitas fisik dengan status gizi lebih pada
pola makan teratur sebanyak 37 responden remaja (p = 0,024).14
( 45,7%). Parameter untuk pengukuran pola Hasil penelitian menunjukkan bahwa
makan dikategorikan menjadi tiga golongan responden yang mengalami obesitas yang
yaitu menu makan, frekuensi makan, dan porsi melakukan aktivitas fisik ringan sebanyak 34
makan. Hasil tabulasi data persentase pada orang (85,0%), 14 orang (39,9%) melakukan
masing-masing parameter yaitu menu makan aktivitas fisik sedang dan 4 orang (8,00%)
35%, frekuensi makan 39%, porsi makan 26%. melakukan aktivitas fisik berat, sedangkan
Berdasarkan data diatas menggambarkan dari responden yang tidak mengalami obesitas yang
tiga parameter pola makan yang terendah pada melakukan aktivitas fisik ringan sebanyak 6
parameter porsi makan yaitu pertanyaan positif orang (15,0%), 22 orang (61,1%) melakukan
pada item soal No. 10 tentang “ saya makan 1 aktivitas fisik sedang dan 1 orang (20,0%)
piring nasi dan lauk setiap harinya”, dengan melakukan aktivitas fisik berat.
rata-rata responden 2,0 artinya dari 81 responden Berdasarkan penelitian ini, sebagian besar
terdapat 50 responden (89,2%) dengan pola remaja dengan obesitas melakukan aktivitas
makan “kadang-kadang” fisik ringan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pramono (2014)
menunjukkan bahwa remaja obesitas sebagian Hasil penelitian ini sejalan dengan
besar (59 anak) melakukan aktivitas ringan. penelitian Sanora Myorisina dan Dewi
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan Rokhanawati (2010) di SMA Muhammadiyah 3
pada siswa SMAK Santa Agnes Surabaya Yogyakarta yang menyatakan ada hubungan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pola makan dengan obesitas.
bermakna pada aktivitas fisik antara remaja yang Hal ini sesuai dengan teori Thasim, et al
obesitas dan tidak obesitas.15 (2013) pola makan yang berlebih dapat faktor
Obesitas pada remaja terjadi karena terjadinya obesitas. Obesitas terjadi jika
interaksi antara makan yang banyak dengan seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah
sedikit aktivitas. Aktivitas fisik menyebabkan kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh
terjadinya proses pembakaran energi sehingga memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan
apabila remaja melakukan aktivitas yang banyak hidup dan aktivitas fisik, namun untuk menjaga
maka semakin banyak energi yang dipakai berat badan perlu adanya keseimbangan antara
(Suryaputra, 2012). Aktivitas fisik dapat energi yang masuk dengan energi yang keluar.
membakar lemak dan kalori sesuai dengan jenis Kesimbangan energi yang terjadi dapat
aktivitas fisik tersebut. Apabila seseorang mengarah pada kelebihan berat nadan dan
tersebut berkategori inaktif maka kandungan obesitas.
lemak dan kalori di dalam tubuh akan semakin Kesimpulan
menumpuk tanpa ada proses pembakaran. Berdasarkan hasil penelitian dan
Sebaliknya, obesitas juga dapat mempengaruhi pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
aktivitas fisik. Massa tubuh yang tinggi dapat sebagai berikut : Terdapat hubungan aktivitas
memicu orang untuk cenderung malas untuk fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di
melakukan kegiatan dan lebih memilih tidur, Wilayah Kerja Puskesmas Cikalongkulon
duduk, atau istirahat dan makan.16 dengan persentase responden yang melakukan
aktivitas fisik yang ringan sebanyak 34 orang
(85,0%) dengan nilai p-value = 0,000 < 0,05.
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Terdapat hubungan pola makan dengan kejadian
Obesitas pada Remaja di Wilayah Kerja
obesitas pada remaja di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikalongkulon
Puskesmas Cikalongkulon dengan pola makan
Berdasarkan hasil penelitian yang
yang tidak teratur sebanyak 35 orang (79,5%)
dilakukan diketahui dari 81 responden, bahwa
dengan nilai p-value = 0,002 < 0,05.
hampir setengahnya responden yang pola
makannya tidak teratur mengalami obesitas Daftar Pustaka
sejumlah 44 responden (54,3%). 1. Sunardi, Y. (2017). Sehat dan Cerdas untuk
Hasil uji statistik chi square diperoleh Remaja. Yogyakarta: Rapha.
hasil signifikan atau angka p= 0,002 jauh lebih
rendah standart signifikan dari 0,05 atau ( p < a), 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
maka H1 diterima yang berarti ada hubungan
3. WHO. Obesity and Overweight. In: World
pola makan dengan kejadian obesitas di Wilayah Health Organization, editor. 2016.
Kerja Puskesmas Cikalongkulon. 4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013).
Berdasarkan bukti diatas dengan pola Badan Penelitian dan Pengembangan
makan pada remaja cenderung tidak teratur Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
dikarenakan mereka terkadang terburu-buru Diakses tanggal 28 September 2017. Dikutip
untuk mengikuti pembelajaran online dan dari: http://www.depkes.go.id.
mereka meninggalkan sarapan pagi dan 5. Sartika RAS. Faktor Risiko Obesitas Pada
menggantinya dengan makan siang, sehingga Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. Makara
yang seharusnya makan dengan satu porsi Kesehatan. 2011;15(1):37-43.
akhirnya bertambah dengan tambahan snack 6. Suryaputra, K., & Siti, R.N, (2012).
Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
atau makanan lainnya singga rasa kenyang antara Remaja Obesitas dan Non Obesitas.
terasa. Makara, Kesehatan, 16(1): 46.
7. Pramudita, R.A. (2011). Faktor Risiko
Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Kota
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
8. Arisman, M.B. (2007). Buku Ajar Ilmu Gizi.
Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
9. Almatsier, Sunita. (2013). Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
10. Mahyuni, A., Dianita, A., Erma, I. (2017).
Hubungan Aktivitas Fisik, Pola Makan,
Konsumsi Fast Food, dan Genetik dengan
Kejadian Obesitas pada Remaja di SMKN 2
11. Aprilia, Ayu. (2015). Obesitas pada Anak
Sekolah Dasar. Majority, 4(7):45-48.
Ardiana, Risa. (2017). Hubungan Aktifitas
Fisik dengan Obesitas pada Anak Kelas 2 di
SD Muhammadiyah Mlangi Sleman.
Universitas ‘Aisyiyah, Yogyakarta.
12. Soegih, R., & Wiramihardja, K.K. (2009).
Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis.
Jakarta: Sagung Seto.
13. Fitriyani, Aan. (2017). Hubungan Aktivitas
Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak
di SD Negeri 2 Redin, Gebang, Purworejo.
Skripsi. Stikes Jenderal Achmad Yani,
Yogyakarta.
14. Ermona, N.D., & Bambang, W. (2018).
Hubungan Aktivitas Fisik dan Asupan Gizi
dengan Status Gizi Lebih pada Anak di SDN
Ketabang 1 Kota Surabaya Tahun 2017.
Amerta Nutrition (97-105).
15. Pramono, Adriyan. (2014). Kontribusi
Makanan Jajan dan Aktivitas Fisik terhadap
Kejadian Obesitas pada Remaja di Kota
Semarang. Jurnal Gizi Indonesia 2(2): 59-
65.
16. Ardiana, Risa. (2017). Hubungan Aktifitas
Fisik dengan Obesitas pada Anak Kelas 2 di
SD Muhammadiyah Mlangi Sleman.
Universitas ‘Aisyiyah, Yogyakarta.
17. Candra, A., Tavip, D.W., & Ani, S. (2016).
Hubungan antara aktivitas fisik dan pola
makan dengan kejadian obesitas pada
remaja di SMA Laboratorium Malang.
Nursing News, 1(1):1-6.

Anda mungkin juga menyukai