Anda di halaman 1dari 76

RISET

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN PENINGKATAN


KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI PMB MUTIARA
KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2021

Oleh :
RISET NURMALA
09180000095

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

JAKARTA

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Riset Penelitian dengan Judul :

Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Pada Lansia
Di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur
Tahun 2021

Oleh:

RISET NURMALA
09180000095

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam


Sidang Proposal Program Studi Sarjana (S-1) Keperawatan
Departemen Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, 27 Oktober 2021

Menyetujui,

Pembimbing Tugas Akhir

(Ns. Bambang Suryadi, S.Kep, M.Kep)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Riset Penelitian dengan Judul :

Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Pada Lansia
Di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur

Tahun 2021

Proposal ini Telah Disetujui, Diperiksa Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji
Proposal Departemen Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Maju
Jakarta, 27 Oktober 2021

Penguji Pembimbing

(Ns. Agus Purnama, S.Kep., M.Kes) (Ns. Bambang Suryadi, S.Kep., M.Kes)

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Sarjana Keperawatan

(Ns. Yeni Koto, S.Kep, M,Kep)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Riset Penelitian yang berjudul
Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Pada Lansia Di PMB
Mutiara Kabupaten Cianjur Tahun 2021. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Riset ini
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini perkenankan
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu DR. Astrid Novita, SKM, MKM selaku Ketua Umum Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
2. Bapak Ns. Bambang Suryadi,S.Kep.,Mkes selaku Ketua Departemen
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
3. Ibu Ns. Yeni Koto, S.kep.,M.Kes selaku Koordinator Program Study Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
4. Bapak Ns. Bambang Suryadi,S.Kep.,Mkes selaku Dosen pembimbing
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan
5. Bapak Ns. Agus Purnama,S.Kep., M.Kes selaku Dosen penguji Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
6. Seluruh staff Dosen pengajar di Program Studi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) yang telah berkenan membuka
wawasan ilmu dan pengetahuan kepada penulis
7. Kedua orang tua , Alm Ibu saya Tercinta Nurwinda, kakak-kakak Adik saya
dan saudara yang selalu membantu mendoakan maupun memberikan
dukungan baik secara moral, spiritual dan do’a
8. Aa Dede supriadi dan Adik saya Alif yang sudah membantu dan
memberikan dukungan
9. Orang terdekat Fuja Hikmawan Faizi yang selalu memberikan
semangat dan dukungan serta support dan apapun
10. Teman – temanku Sania Rahma, Angkatan 2018 S.Kep yang selalu
memberikan semangat dan dukungan serta support dan apapun

iv
11. Para Ibu Lansia yang telah bersedia menjadi responden dalam pelaksanaan
penelitian ini
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan proposal ini.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas segala kebaikan pihak-pihak
yang telah memberikan bantuan dalam pnulisan proposal dan semoga proposal
ini memberikan manfaat bagi pembangunan ilmu keperawatn.

Jakarta, 23 Oktober 2021


Penulis

Riset Nurmala

v
RINGKASAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
PROPOSAL 30 OKTOBER 2021

RISET NURMALA
091800000095

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN PENINGKATAN KADAR


ASAM URAT PADA LANSIA DI PMB MUTIARA KABUPATEN
CIANJUR TAHUN 2021

VI BAB + 77 + 1Tabel +2Skema +0Gambar + Lampiran

ABSTRAK

Asam urat merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan serangan


mendadak, berulang, dan disertai dengan arthritis yang terasa sangat nyeri
karena adanya endapan kristal monosodium urat atau asam urat yang terkumpul
di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah.
Mengetahui Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Pada
Lansia Di PMB Mutiara. Rancangan penelitian yang digunakan model cross
sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau
observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu
saat(29). hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji Chi-square Tests
didapatkan hasil bahwa ada Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar
Asam Urat pada Lansia di PMB Mutiara kabupaten Cianjur, yang ditunjukan
dengan diperolehnya nilai p-value = 0,005 yaitu <0,005 yang berarti Ho ditolak
dan sampel mendukung atau ada hubungan yang bermakna.

Kata Kunci : Pola Makan, Asam Urat

vi
SUMMARY
BACHELOR STUDY PROGRAM IN NURSING HIGH SCHOOL OF
HEALTH SCIENCES IN ADVANCED INDONESIA
PROPOSAL 30 OCTOBER 2021
RISET NURMALA
091800000095
RELATIONSHIP OF EATING PATTERN WITH THE EVENT OF
ASAM URAT IN THE ELDERLY AT PMB MUTIARA, CIANJUR
REGENCY IN 2021
VI CHAPTER + 77 + 1Table +2Scheme +0Image + Appendix
ABSTRACT
Gout is a disease characterized by sudden, recurring attacks, and
accompanied by very painful arthritis due to deposits of monosodium urate
crystals or uric acid that collects in the joints as a result of high levels of uric
acid in the blood. Knowing the Relationship between Diet and Asam Urat
Levels in the Elderly at PMB Mutiara. The research design used a cross
sectional model, which is a type of research that emphasizes the measurement
time or data observation of the independent and dependent variables only once
at a time (29). The results of hypothesis testing using the Chi-square Tests show
that there is a relationship between eating patterns and the incidence of Asam
Urat levels in the elderly in PMB Mutiara, Cianjur district, which is indicated by
the p-value = 0.005, which is <0.005, which means Ho is rejected and the
sample supports or there is a significant relationship.

Keywords: Diet, Asam Urat

DAFTAR ISI

vii
HALAMAN :
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iii

KATA PENGANTAR..............................................................................................iv

RINGKASAN BAHASA INDONESIA..................................................................vi

RINGKASAN BAHASA INGGRIS.......................................................................vii

DAFTAR ISI.............................................................................................................x

DAFTAR TABEL....................................................................................................xii

DAFTAR SKEMA..................................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Road Map Penelitian.....................................................................................3
C. Urgensi Penelitian.........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6

A. Konsep Asam Urat........................................................................................6


1. Pengertian Asam Urat.......................................................................6
2. Penyebab Asam Urat.........................................................................6
3. Gejala Asam Urat..............................................................................8
4. Dampak Asam Urat...........................................................................8
5. Cara Penyembuhan Asam Urat.........................................................8
6. Diet penderita Asam Urat akut maupun kronis................................9
7. Batasan Asam Urat............................................................................9
8. Kriteria makanan dengan kandungan purin.....................................10
9. Instrumen penelitian.........................................................................10
B. Konsep Pola Makan.....................................................................................11
1. Pengertian Pola Makan....................................................................11
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pola Makan............................11

viii
3. Metode pengukuran Pola Makan ....................................................12
C. Konsep Dasar Lansia....................................................................................13
1. Pengertian Lansia.............................................................................13
2. Batasan – batasan Lansia.................................................................13
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketuaan...................................14
4. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lansia ...........................15
5. Ciri – ciri Lansia...............................................................................16
6. Proses Menua ..................................................................................17
D. Definisi Operasional.....................................................................................20
E. Kerangka teori .............................................................................................23
F. Kerangka konsep..........................................................................................24
G. Hipotesis ......................................................................................................24

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT......................................................................25

A. Tujuan Penelitian.........................................................................................25
B. Manfaat penelitian .......................................................................................25

BAB IV METODE PENELITIAN..........................................................................26

A. Jenis Penelitian ............................................................................................26


B. Populasi Dan Sampel...................................................................................26
C. Tempat Dan Waktu Penelitian.....................................................................27
D. Etika Penelitian ...........................................................................................27
E. Alat Pengumpulan Data ..............................................................................29
F. Validitas Dan Reabilitas Data......................................................................29
G. Pengolahan Data...........................................................................................30
H. Prosedur penelitian dan Tahap Penelitian....................................................31
I. Analisa data .................................................................................................33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................35

A. Analisa Data.................................................................................................35
1. Analisa Univariat...................................................................................35
2. Analisa Bivariat......................................................................................38
B. Pembahasan..................................................................................................39

ix
C. Keterbatasan Peneliti....................................................................................46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................47

A. Kesimpulan..................................................................................................47
B. Saran.............................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batasan Asam Urat....................................................................................9

Tabel 2.2 Definisi Operasional................................................................................20

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur.......................................................................35

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan................................................................36

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan..............................................................36

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pola Makan.............................................................37

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Asam Urat...............................................................37

Tabel 5.6 Hubungan Pola Makan dan Asam Urat....................................................38

xi
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1.................................................................................................................23

Skema2.2..................................................................................................................24

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan
hasil metabolisme purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat
pada inti sel-sel tubuh. Purin adalah satu komponen asam nukleat yang terdapat
dalam inti sel tubuh. Secara alamiah purun terdapat didalam tubuh dan
diberbagai jenis makanan dari tanaman berupa sayur, buah kacang-kacangan dan
dari hewan daging, jeroan, ikan dan sarden. Jadi, asam urat merupakan hasil
metabolisme didalam tubuh yang kadarnya tidak boleh berlebih.(1)
Asam urat adalah produk tambahan hasil metabolisme normal dari
pencernaan protein makanan yang mengandung purin (terutama jeroan dan
beberapa jenis sayuran seperti kacang - kacangan dan buncis) atau dari
penguraian purin (sel tubuh yang rusak), yang seharusnya dibuang melalui
ginjal, fesess atau keringat. Peningkatan kadar asam urat biasa disebut
hiperurisemia, dimana nilai kadar asam urat pada laki-laki di atas 7,2 mg/dL dan
pada perempuan di atas 6,2mg/dL. Peningkatan kadar asam urat dalam darah
disebabkan karena produksi asam urat didalam tubuh berlebihan dan
pembuangannya melalui ginjal berkurang sehingga kadar asam darah meningkat
dan mengendap di dalam sendi.(2)
Kadar asam urat yang meningkat kemudian akan menumpuk dan
mengkristral dalam ruang sendi dan menyebabkan gangguan pada struktur sendi
sehingga dapat menimbulkan peradangan dan rasa nyeri pada bagian sendi.(38)
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO).(15)prevalensi
penyakit Asam Urat di dunia sebanyak 33.387.200 orang (17.4%) pada tahun
2005 dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar (26,4%) dengan
jumlah 42.214.200 orang (WHO, 2015).(15) Penderita Asam Urat di Amerika
Serikat pada tahun 2015 sebanyak 807.552 orang (0,27%) dari jumlah lansia
293.655.405 orang. dan penderita Asam Urat di Asia Tenggara sebanyak
(0,27%) dari jumlah lansia 238.452.952 orang. Dan tersebar di beberapa negara
seperti Filiphina (25%), Thailand (9-11%) dan Indonesia (18%). (Right

13
Diagnosis Statistik, 2015). Berdasarkan hasil Riskesdas (2018).(18)
Penderita Asam Urat di Indonesia sebesar (18%) dari jumlah lansia
19.937.285 orang. Bila dilihat hal tersebut angka penyakit Asam Urat di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara Thailand karena masih pada
presentase (9-11%). Berdasarkan hasil Riskesdas (2018).(18) di Provinsi Jawa
Barat prevalensi penyakit Asam Urat sebesar 131,486 (17.5%). (Riskesdas
2018). (18)
Jawa Barat masih tinggi pada posisi 3 di Indonesia dibawah Bali
(19.3%) diikuti Aceh (18,3%) dan Papua berada pada posisi 4 setelah Jawa
Barat dengan (15.4%). Di Jawa Barat itu sendiri penyebaran penyakit Asam Urat
masih tersebar di berbagai wilayah salah satunya di Kabupaten Cianjur hal
tersebut terlihat dari data Dinas Kesehatan Cianjur yang memiliki prevalensi
(72%).(18)
Upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar Asam Urat
diantaranya dengan pengobatan terapi farmakologi seperti allopurinol,
ibuprofen, piroxicam, dan dexamethasone maupun non farmakologi seperti
dengan membatasi asupan purin atau rendah purin, asupan energi sesuai dengan
kebutuhan, mengonsumsi lebih banyak karbohidrat, mengurangi konsumsi
lemak, mengonsumsi banyak cairan, tidak mengonsumsi minuman beralkohol,
mengonsumsi cukup vitamin dan mineral, mengonsumsi buah dan sayuran, dan
olahraga ringan secara teratur.(14)
Berdasarkan studi pendahuluan yang saya lakukan dengan cara
wawancara Asam Urat kepada 7 responden lansia perempuan di PMB Mutiara
didapatkan hasil diantaranya 7 Orang Wanita dengan hasil pemeriksaan asam
urat 5 orang dengan kadar asam urat tinggi (6,5-7,5) dan kadar asam urat normal
2 orang (2,4-6,0) .
Dan dari Dampak pola makan yang terjadi pada lansia di PMB Mutiara
yang menyebabkan peningkatan kadar Asam Urat yaitu karena sebagian besar
lansia tidak mengatur pola makannya antara lain jeroan, daging sapi, kambing
atau makanan dari hasil laut (sea food), kacang-kacangan, bayam, jamur,
sayuran hijau, makanan lemak, sarden, kerang, minuman beralkohol Pasalnya
dengan mengkonsumsi makanan yg mengandung purin tinggi dapat
menimbulkan atau meningkatkan asam urat menjadi tinggi. Hal tersebut dapat
mengagangu kesehatan.(40)

14
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan melakukan penelitian terkait
Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat pada Lansia di
PMB Mutiara Kabupaten Cianjur Tahun 2021.
B. Rod Map Penelitian
Berdasarkan kajian referensi dari penelitian yang terdahulu meliput :
1. Menurut penelitian Onny Hernik Saputro 2018 dalam penelitian Hubungan
Antara Status Gizi Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Lansia ,l penelitian
menunjukkan 9 orang dengan status gizi kurus memiliki kadar asam urat
yang normal. Sedangkan pada 34 orang dengan status gizi normal terdiri dari
20 orang memiliki kadar asam urat normal dan 14 orang sisanya memiliki
kadar asam urat tinggi, 15 responden dengan status gizi gemuk terdiri dari 4
orang memiliki kadar asam urat normaldan 11 orang sisanya memiliki kadar
asam urat tinggi. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kadar asam urat darah
padalansia(p=0,002).(41)
2. Menurut penelitian Tria Febrianty dkk 2020 dalam judul penelitian
Hubungan Kemampuan Pengaturan Diet Rendah Purin Dengan Kadar Asam
Urat Penelitian ini NonEksperimen dengan pendekatan cross sectional
sampel diambil sejumlah 48 responden dengan menggunakan tehnik
purposive sampling. Instrument penelitian yaitu Sperman Rank.Hasil
penelitian didapatkan sebagian besar memiliki diet rendah purin buruk
89.6% memiliki diet rendah purin baik 10.4%. Hasil uji statistik didapatkan
(p) < 0.019 = (p) < 0.05, yang berarti ada Hubungan kemampuan pengatuan
diet rendah purin dengan kadar asam urat pada lansia di posyandu lansia
studi di desa Banjarsari Ngajum.(42)
3. Menrut penelitian Nurhayati 2018 dalam judul hubungan pola makan dengan
terjadinya penyakit gout di Desa Limran Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Tawaeli. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross
sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang dengan
teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data menggunakan
uji chi-square dengan variabel independen pola makan dan variabel
dependen terjadinya penyakit gout. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pola makan kurang baik sebanyak 91,1% dan pola

15
makan yang baik sebanyak 8,8%. Hasil uji chi square diperoleh  nilai p =
0,000 (p value < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan
kepada seluruh masyarakat agar mengurangi makan tinggi purin yang bisa
memicu terjadinya asam urat.(43)
C. Urgensi Penelitian
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO). (15) prevalensi
penyakit Asam Urat di dunia sebanyak 33.387.200 orang (17.4%) pada tahun
2005 dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar (26,4%) dengan
jumlah 42.214.200 orang (WHO, 2015). (15) Penderita Asam Urat di Indonesia
sebesar (18%) dari jumlah lansia 19.937.285 orang. Bila dilihat hal tersebut
angka penyakit Asam Urat di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan hasil
Riskesdas (2018) di Provinsi Jawa Barat prevalensi penyakit Asam Urat sebesar
131,486 (17.5%).(8) Jawa Barat masih tinggi pada posisi 3 di Indonesia. Di Jawa
Barat itu sendiri penyebaran penyakit Asam Urat masih tersebar di berbagai
wilayah salah satunya di Kabupaten Cianjur hal tersebut terlihat dari data Dinas
Kesehatan Cianjur yang memiliki prevalensi (72%). Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Cianjur tahun 2020 penyakit Asam Urat tersebar di
berbagai Puskesmas prevalensi Asam Urat tertinggi dan di bagi menjadi 10
besar dengan jumlah tertinggi diantaranya Puskesmas Nagrak yaitu 1.077 kasus
per tahun. (8)
Data dari UPTD Puskesmas Nagrak diperoleh bahwa jumlah lansia yang
menderita penyakit Asam Urat pada tahun 2020 (Agustus-Desember 2020) ada
sebanyak 213 orang. (8)
Dan dari Dampak pola makan yang terjadi pada lansia di PMB Mutiara
yang menyebabkan peningkatan kadar asam urat yaitu karena sebagian besar
lansia tidak mengatur pola makannya antara lain jeroan, daging sapi, kambing
atau makanan dari hasil laut (sea food), kacang-kacangan, bayam, jamur,
sayuran hijau, makanan lemak, sarden, kerang, minuman beralkohol Pasalnya
dengan mengkonsumsi makanan yg mengandung purin tinggi dapat
menimbulkan atau meningkatkan asam urat menjadi tinggi. Hal tersebut dapat
mengagangu kesehatan.(40)
Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dan bisa

16
mengetahui apakah ada Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar
Asam Urat pada Lansia di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur.

17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asam Urat
1. Definisi Asam Urat
Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme atau pemecahan
purin di dalam tubuh. Katabolisme termasuk proses metabolisme tubuh yang
merombak suatu substrat kompleks menjadi molekul yang lebih kecil. Kadar
asam urat berkaitan erat dengan produksi purin dan asupan purin yang
dikonsumsi. Purin yang didalam tubuh yang telah dikatabolisme akan
menjadi asam urat. Asam urat yang merupakan hasil buangan ini harus
dikeluarkan oleh ginjal dari dalam tubuh melalui urine dan sebagian kecil
melalui fases. Kadar asam urat normal tergantung dari usia, jenis kelamin.
Pada kondisi tertentu, ginjal tidak dapat mengeluarkan zat asam urat secara
seimbang sehingga menyebabkan penumpukan atau kelebihan asam urat
dalam darah. Penumpukan zat asam urat ini terbentuk dalam bentuk kistal
dan dapat terjadi dipersendian maupun didalam ginjal itu sendiri. Kondisi
penumpukan inilah yang disebut dengan penyakit asam urat atau sering
disebut gout.(39)
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang
merupakan hasil metabolisme purin yaitu salah satu komponen asam nukleat
yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Purin adalah satu komponen asam
nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Secara alamiah purun terdapat
didalam tubuh dan diberbagai jenis makanan dari tanaman berupa sayur,
buah kacang-kacangan dan dari hewan daging, jeroan, ikan dan sarden. Jadi,
asam urat merupakan hasil metabolisme didalam tubuh yang kadarnya tidak
boleh berlebih.(39)
Asam urat adalah produk tambahan hasil metabolisme normal dari
pencernaan protein makanan yang mengandung purin (terutama jeroan dan
beberapa jenis sayuran seperti kacang - kacangan dan buncis) atau dari
penguraian purin (sel tubuh yang rusak), yang seharusnya dibuang melalui
ginjal, fesess atau keringat. Darah manusia dapat menampung asam urat
sampai tingkat tertentu. Kadar asam urat plasma melebihi daya larutnya,

18
misalnya >7 mg/dl, maka plasma darah menjadi sangat jenuh. Keadaan ini
disebut hiperurisemia, yaitu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam
urat darah diatas normal. Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan
metabolisme, penurunan pengeluaran asam urat atau gabungan keduanya.
Senyawa ini terakumulasi dalam jumlah diatas normal, akan memicu
pembentukan kristal yang berbentuk seperti jarum. Kristal-kristal ini
biasanya terkonsentrasi di daerah sendi seperti kaki, lutut, siku, dan jari
tangan, sehingga mengakibatkan radang dipersendian. Asam urat merupakan
produk akhir dari metabolisme purin.(39)
2. Penyebab Peningkatan Asam Urat
Penyebab asam urat yang berlebihan pada tubuh bisa disebabkan
oleh penyebab primer dan penyebab sekunder. (12)
a. Penyebab Primer
Adanya faktor keturunan dan gangguan hormon yang
menyebabkan terjadinya gangguan pengolahan (metabolisme),
sehingga terjadi peningkatakan produksi asam urat. Selain itu
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh juga bisa
menimbulkan kenaikan kadar asam urat dalam tubuh. (12)
b. Penyebab Sekunder
Apabila meningkatknya jumlah asam urat ini disebabkan oleh
konsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi. Jadi,
lebih tepatnya karena kesalahan pasien itu sendiri. (12)
Adapun faktor yang menyebabkan asam urat antara lain
yaitu(16):
a) Asupan purin yang berlebihan
Proses terjadinya penyakit asam urat pada awalnya
disebabkan oleh konsumsi zat yang mengandung purin secara
berlebihan. Setalah zat purin dalam jumlah banyak sudah masuk
ke dalam tubuh, kemudian melalui metabolisme, purin tersebut
berubah menjadi asam urat. Makanan yang banyak mengandung
kadar purin tinggi, di antaranya terdapat dalam sayur, misalnya
daun singkong, daun dan buah melinjo, bayam, buncis dan
kacang-kacangan. Purin juga ditemukan dalam daging kambing,

19
jeroan, burung dara dan juga bebek. Dan untuk makanan jenis
seafood, purin dapat dijumpai pada tubuh kepiting dan cumi.
Selain itu mengonsumsi alkohol atau kafein secara terus-menerus
juga dapat menyebabkan asam urat. (16)
b) Faktor Genetik dan Hormonal
Penyakit asam urat termasuk dalam kategori penyakit
yang tidak diketahui penyebabnya secara klinis. Sejauh ini,
banyak yang menduga bahwa asam urat berkaitan erat dengan
faktor gentik dan faktor hormonal. (16)
c) Adanya penyakit komplikasi
Penyebab lain dari asam urat adalah adanya kegagalan
fungsi ginjal dalam mengeluarkan asam urat melalui air seni.
Ginjal tidak dapat membuang asam urat karena mengalami
peningkatan kandungan asam. Selain penyakit ginjal, penyakit
yang dapat memicu munculnya asam urat adalah terganggunya
fungsi organ tubuh, seperti gangguan fungsi hati, saluran kemih,
penderita diabetes, hipertensi, kanker darah dan hipotroid,
penggunaan obat-obatan seperti TBC, INH, pirazinamida dan
etambutol, serta obat dalam golongan diuretic. (16)
Penyebab asam urat juga sering diasumsikan berasal dari
kondisi alami dari tubuh. Kondisi tubuh yang buruk terjadi karena
pola makan yang salah. Oleh karena itu, untuk menghindari asam
urat, anda harus mulai memperhatikan, kemudian menghindari
berbagai makanan yang berpotensi menyebabkan asam urat. (16)
3. Gejala Peningkatan Asam Urat
a. Terjadi peradangan dan nyeri pada sendi secara maksimal selama
sehari.
b. Oligoarthritis, yakni sejumlah sendi yang meradang.
c. Adanya hiperurisemia atau kelebihan kadar asam urat dalam darah.
d. Terdapat kristal asam urat yang khas di dalam cairan sendi.
e. Serangan unilateral di satu sisi pada sendi pertama, terutama pada
sendi ibu jari.
f.

20
g. Adanya tofus deposit besar dan tidak teratur dari natrium yang
dibuktikan dengan pemeriksaan kimiawi.
h. Telah terjadi lebih dari satu serangan arthiritis akut.
i. Sendi terlihat kemerahan.
j. Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi, namun tidak
ditemukan bakteri pada saat serangan atau inflamasi.
k. Serangan arthritis akut berganti secara menyeluruh menjadi arthritis
gout kronis, sehingga tidak ada masa bebas serangan.(16)
4. Dampak Peningkatan Asam Urat
a. Asam urat mengkibatkan nyeri sendi. Rasa nyeri ini disebabkan
karena adanya penumpukan kadar asam urat dicelah sendi dan
menimbulkan peradangan.
b. Para orang yang menderita asama urat dalam kadar tinggi, batu ginjal
dapat berkembang. Biasanya batu ginjal itu tidak terdeteksi sampai
mereka terjebak dalam ureter yang dapat menyebabkan rasa sakit luar
biasa dan membuat seseorang sering buang air kecil.
Kemudian,kencing darah, mual bahkan juga muntah. Gejalanya yang
klasik juga nyeri yang intens tiba-tiba dalam perut, panggul dan
daerah pangkal paha yang cenderung datang bertubi-tubi. (16)
5. Cara penyembuhan Asam Urat
a. Menghindari berbagai jenis makanan yang menjadi pantangan bagi
penderita asam urat.
b. Mengurangi aktivitas fisik yang berat.
c. Istirahat yang cukup dan tidak bergadang pada waktu malam hari.
d. Menggunakan air hangat untuk mandi. Karena, air hangat dapat
memperlancar pergerakan sendi.
e. Minum air kelapa murni tanpa campuran dan air minimal 2 liter
setiap harinya. Air kelapa ini berkhasiat sebagai penetral racun yang
dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah.
f. Terapi bekam, ini untuk membantu dalam hal membersihkan darah
yang berada di bagian kulit paling luar. Bekam sangat efektif untuk
mengurangi kadar asam urat yang ada dalam permukaan kulit.
Karena darah yang sudah dibekam tidak akan pernah kembali ke hati

21
untuk disaring dan diperbaharui.(16)
6. Diet Penderita Asam Urat akut Maupun Kronis
a. Pembatasan makanan berkadar purin.
b. Mengonsumsi karbohidrat komplek tidak kurang dari 100 gram/hari.
c. Cukup protein, yaitu 10%-15% dari kebutuhan energi.
d. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan tubuh.
e. Rendah lemak
f. Tinggi cairan.(16)
7. Batasan Asam Urat
Tabel 2.1
Metode Usia dan jenis Mg/dl Faktor Satuan
kelamin konversi internasional
(mol/L)
Enzimatik Dewasa Lk 4,4-7,6 59,48 262-452
Pr 2,3-6,6 137-393
(Fitriana , 2015). (16)
8. Kriteria Makanan dengan Kandungan Purin
Hampir semua bahan yang dikonsumsi manusia mengandung zat
purin. Berdasarkan kadar purin yang dikandung, bahan makanan
dibedakan menjadi tiga, yaitu bahan makanan dengan kandungan purin
tinggi (golongan A), bahan makanan dengan kandungan purin sedang
(golongan B) dan bahan makanan yang mengandung purin rendah
(golongan C). Makanan yang masuk dalam golongan A memiliki potensi
tertinggi meningkatkan kadar asam urat dalam darah, disusul golongan B
dan golongan C.(3)
a. Golongan A : tinggi purin (50-1000 mg/100 gram) terdiri dari :
kerang-kerangan, otak, hati, jantung, paru, daging bebek, telur ikan,
ikan sarden, remis, ikan herring, makarel, alkohol dan ragi (tape),
makanan yang diawetkan/kalengan, ginjal, jeroan, ekstrak
daging/kaldu, daging angsa, burung dara.
b. Golongan B : kandungan purin sedang (50-150 mg/100 gram) terdiri
dari: ikan kecuali yang termasuk golongan A, daging sapi, kecuali

22
bagian-bagian yang termasuk dalam golongan A, daging ayam,
daging unggas kecuali yang termasuk golongan A, udang, asparagus,
daun singkong, jamur, bayam, daun pepaya, kembang kol, kapri,
tahu, tempe, kangkung, daun dan biji melinjo, buncis dan kacang-
kacangan.
c. Golongan C : rendah purin (0-15 mg/100 gram) terdiri dari: roti,
makaroni, mie/bihun, crackers, susu, keju, serella, telur. (3)
9. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun
dengan maksud untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif
maupun data kuantitatif.(2) Dalam pengumpulan data pada penelitian
digunakan alat berupa wawancara yang diberikan pada responden yang
memenuhi kriteria. Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian
untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti . Dalam metode
obsrevasi ini, instrumen yang dapat digunakan antara lain : lembar
obervasi, Alat mengukur asam urat dengan menggunakan GCU dengan
pengambilan sample darah atau lembar check list.(29) Dalam penelitian ini
untuk variabel pola makan menggunakan Lembar Kuesoner dan kadar
asam urat dalam darah menggunakan GCU dan lembar observasi.

23
B. Konsep Pola Makan
1. Pengertian Pola Makan
Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis
dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang
pada waktu tertentu.(19) Pola makan dapat diartikan sebagai cara
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan
mengkonsumsinya sebagai reaksi pengaruh–pengaruh fisiologi,
psikologi, budaya dan sosial.(18)
Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi
jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. (20) mengungkapkan
(21 )

bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi


gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
masyarakat tertentu. (21)
Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi,
sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi
diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta
perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah
cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang
seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi dan kesehatan yang optimal.(21)
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan
Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan
kebiasaan makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pola makan adalah sebagai berikut(18):
a. Faktor ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi
kosumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga.
Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk
membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik,
sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya
daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. (18)

24
b. Faktor Sosio Budaya
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang
cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan
mengolah pangan yang akan dikosumsi. Kebudayaan menuntun
orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar
biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan. (18)
c. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut
haram dan individu yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep
halal dan haram sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan
yang akan dikosumsi. (18)
d. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan
pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan
dan pemenuhan kebutuhan gizi. (18)
e. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap
pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui
media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga. (18)
3. Metode Pengukuran Pola Makan
Metode Food Frequency (metode frekuensi makanan) adalah
untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan
makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu,
bulan atau tahun. (22)
Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh
gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena
periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu
berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling
sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi. (22)
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan
makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut
pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner

25
tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh
responden. (22)
4. Pola Maka yang menyebabkan Peningkatan Asam Urat
Pola Makan yang menyebabkan Peningkatan Asam Urat antara
lain, asupan purin yang berlebihan Proses terjadinya penyakit asam urat
pada awalnya disebabkan oleh konsumsi zat yang mengandung purin
secara berlebihan. Setelah zat purin dalam jumlah banyak sudah masuk
kedalam tubuh, kemudian melalui metabokisme, purin tersebut berubah
menjadi asam urat, hal ini mengakibatkan kristal asam urat menumpuk
dipersendian, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak, meradang dan
kaku purin pun banyak tedapat didalam nukleotida sel, ia mempunyai
peranan dalam berbagai macam proses biokimia didalam tubuh. Selain
dari faktor dalam tubuh bertambahnya kadar purin juga dipengaruhi oleh
faktor dari makanan yang dikonsumsi.(7)
Makanan yang banyak mengandung kadar purin tinggi,
diantaranya terdapat dalam sayur, misalnya daun singkong, daun dan
buah melinjo, bayam, buncis dan kacang-kacangan, purin juga
ditemukan dalam daging kambing, jeroan, burung darah dan juga bebek
dan untuk makanan jenis seafood, purin dapat dijumpai pada tubuh
kepiting dan cumi, selain itu mengonsumsi alkohol atau kafein secara
terus-menerus juga dapat menyebabkan asam urat.(7)
C. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah suatu Peningkatan yang pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa
dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk
menghambat Peningkatannya. (23)
Lansia adalah periode dimana
organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga
telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.(15)
2. Batasan - Batasan Lansia
WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi:
a. Usia pertengahan (Midle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun

26
b. Lanjut usia (Elderly) ialah antara 60 dan 74 tahun
c. Lanjut usia tua(Old) ialah antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (Very old) ialah usia diatas 90 tahun.(23)
Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad, membagi periodisasi
biologis perkembangan manusia sebagai berikut(23) :
a. 0-1 tahun = masaa bayi.
b. 1-6 tahun = masa pra sekolah.
c. 6-10 tahun = masa sekolah
d. 10-20 tahun = masa pubertas.
e. 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)
f. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia(senium).(23)
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dikutip oleh sebagai berikut (20):
Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tersebut
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang
yang berusia 60 tahun keatas. Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa batasan lanjut usia (khususnya secara umum di
Indonesia) dapat dimulai dari usia kronologis setelah dewasa akhir, yang
dimulai dari usia 60 tahun.(9)

Pengelompokkan Lansia menjadi :


a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut
yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun).
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia 65-74 tahun). (9)
3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan adalah(23) :
a. Keturunan
b. Nutrisi
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup

27
e. Lingkungan
f. Stress
4. Perubahan - Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya.
b) Lebih besar ukurannya.
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal dan darah dan
hati.
e) Jumlah sel otak menurun.
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
b. Sistem pernafasan
a) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepat menurunnya hubungan persyarafan.
c) Lembar dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress.
d) Mengecilnya saraf panca indra.
e) Mengurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan
suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
f) Kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem pendengaran
a) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi atau suara-suara nada-nada tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengeri kata-kata 50% terjadi pada usia di
atas umur 65 tahun.
b) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
c) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa/stres.
d. Sistem penglihatan

28
a) mStringter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
b) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
c) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan sudah melihat dalam cahaya gelap.
d) Hilangnya daya akomodasi.
e) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya.
f) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
(23)

5. Ciri – Ciri Lansia


Terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu(26):
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran
itu akan lama terjadi. (26)

b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas


Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat
dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia
dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang
lain. (26)
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia
mulaimengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan
atas dasar tekanan dari lingkungan. (26)
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

29
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat
lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia
lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk. (26)
6. Proses Menua
a. Definisi
Menua adalah proses suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap
kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra school, school, remaja,
dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik secara biologis
maupun psikologis. (15)
b. Aspek Fisiologik Dan Patologik Akibat Proses Menua
Perubahan akibat proses menua dan usia biologis, dengan
makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya
penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin
besar. Peneliti Andres dan Tobin (seperti di kutip oleh Kane)
mengintroduksi Hukum 1% yang menyatakan bahwa fungsi organ-
organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah
usia 30 tahun walaupun penelitian oleh Svanborg menyatakan bahwa
penurunan tersebut tidak sedramatis seperti di atas, tetapi memang
terdapat penurunan yang fungsional dan nyata setelah usia 70 tahun.
Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomik
dan fungsi organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik
melainkan dengan umur biologiknya. Dapat disimpulkan, mungkin
seseorang dengan usia kronologik baru 55 tahun sudah menunjukkan
berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang nyata akibat umur
biologiknya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya faktor
nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya aktivitas. (27)
Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut
akan menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada organ

30
tersebut. Batas antara penurunan fungsional dan penyakit seringkali
para ahli lebih suka menyebutnya sebagai suatu perburukan gradual
yang manifestasinya pada organ tergantung pada ambang batas
tertentu dari organ tersebut dan pada dasarnya tergantung atas:
derajat kecepatan terjadinya perburukan atau deteriorisasi, tingkat
tampilan organ yang dibutuhkan. (27)
Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pada seorang
lanjut usia, perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda
penuaan adalah bukan pada tampilan organ atau organisme saat
istrahaat, akan tetapi bagaimana organ atau organisme tersebut dapat
beradaptasi terhadap stres dari luar.(27)
7. Peningkatan Kadar Asam Urat pada Lansia

31
D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
(29)

Tabel 2.2
NO Variabel Definisi Oprasonal Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Sekala Ukur
1. Variabel Pola Konsumsi pangan Kuesioner Responden mengisi Skor Kriteria Nominal
Independen Pola merupakan susunan jenis dan sendiri kuesioner 1. Kategori pola
Makan jumlah pangan yang dikonsumsi dengan skala Likert makan Baik 16-
seseorang atau kelompok orang 21
pada waktu tertentu. 2. Kategori Pola
Makan Cukup
12-15
3. Kategori Pola
Makan Kurang
0-11

2. Variabel Perubahan Hasil Akhir dari Alat mengukur Asam Urat Melakukan pemeriksaan Skor Ordinal
Dependent Kadar katabolisme (pemecahan) suatu dengan menggunakan Asam Urat Rendah 1,5
Asam Urat zat yang bernama purin. Autocheck GCU (Glucose menggunakan alat GCU mg/dl
cholesterol, Uric Acid) pada Lansia Sedang 1,5-6,0

32
dengan pengambilan sampel mg/dl
darah Dan Lembar Tinggi 6,0 mg/dl
Obsevasi.

33
E. Kerangka Teori

Skema 2.1

Faktor yang
mempengaruhi
pola makan
adalah :
1. Faktor
ekonomi
2. Faktor sosio
budaya
3. Agama Skor Asam Urat
4. Pendidikan
Faktor 1. Rendah
Lingkungan yang
(Sulistyoningsih, 2010). mempeng 1,5 mg/dl
(18)
aruhi 2. Sedang
asam urat
adalah : 1,5-6,0
mg/dl
1. Faktor
keturunan 3. Tinggi
2. Faktor 6,0 mg/dl
hormon
3. Faktor (Noviyanti,2015)
genetik dan (3)

hormonal
Fitriana (2015).(16)

Adanya penyakit
komplikasi
1. Asupan purin
yang
berlebihan/pola
makan salah
Fitriana (2015).
(16)

34
F. Kerangka Konsep

Skema 2.2
Variabel Independen Variabel Dependen

Pola Makan Kadar Asam Urat

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara dari suatu


penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut.(28) Hipotesis penelitian ini adalah :
a. Ho : Tidak adanya hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Asam
Urat Pada Lansia Di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur tahun 2021.
b. Ha : Adanya hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat
Pada Lansia Di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur tahun 2021.

35
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat
Pada Lansia Di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur.
2. Tujuan Khusus Tujuan Khusus dalam Penelitian ini adalah:
a. Mengetahui karakteristik responden (Usia,Pekerjaan,Pendidikan) di
PMB Mutiara Kabupaten Cianjur.
b. Mengetahui gambaran Pola Makan Pada Lansia di PMB Mutiara
Kabupaten Cianjur.
c. Mengetahui gambaran Peningkatan Kadar Asam Urat Pada Lansia Di
PMB Mutiara Kabupaten Cianjur.
d. Mengetahui Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam
Urat Pada Lansia Di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur.
B. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Profesi Perawat
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan terutama dalam menanggulangi
permasalahan yang dihadapi oleh Lansia di indonesia mengenai
Peningkatan Kadar Asam Urat.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Meningkatkan informasi bagi instansi pendidikan untuk memberi
masukan pada Lansia dalam mengatasi Peningkatan Kadar Asam Urat.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai acuan pengetahuan atau masukan untuk Lansia dalam Mengatasi
Peningkatan Kadar Asam Urat.
d. Bagi Responden
Responden dapat mengatasi Peningkatan Kadar Asam Urat yang buruk
dengan mejadikan Asam Urat yang Baik.
2. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan menjadikan saran pengembangan

36
ilmu kesehatan khususnya dibidang kesehatan ilmu keperawatan dan
menjadi sumber referensi mengenai hubungan Pola Makan dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat dan guna kepentingan penelitian selanjutnya.
3. Manfaat Metodologis
Dapat menambah wawasan ataupun ilmu pengetahuan terkait Pola Makan
dengan Peningkatan Kadar Asam Urat.

37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah analitik
korelasional yaitu penelitian yang bertujuan mencari hubungan antar variabel
yang sifatnya bukan hubungan sebab akibat, biasanya dilakukan penelitian
secara diskriptif terlebih dahulu untuk dicari data dasar.(29) Rancangan penelitian
yang digunakan model (cross sectional) yaitu jenis penelitian yang menekankan
waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya
satu kali pada satu saat.(29) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan
Pola Makan Dengan Pada Peningkatan Kadar Asam Urat pada Lansia Di PMB
Mutiara tahun 2021.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.(32) Dalam penelitian ini
populasi yang digunakan adalah Semua lansia wanita usia 60-90 tahun di PMB
Mutiara Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur yang berjumlah 45 orang.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi dan sampel dari penelitian(32) ini
yaitu 45 orang Lansia Wanita di PMB Mutiara Kecamatan Cianjur Kabupaten
Cianjur.
Kriteria inklusi adalah kriteria Umum yang perlu di penuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel.(28)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :


a. Lansia wanita di PMB MUTIARA.
b. Bersedia menjadi responden
c. Lansia wanita yang tinggal bersama keluarga inti
d. Yang memiliki penyakit Asam Urat
Kriteria Ekslusi adalah mengeluarkan sebagian subyek yang memenuhi
inklusi dari penelitian karena berbagai sebab.(2) Kriteria Ekslusi dalam penelitian
ini adalah :

27
a. lansia yang tidak hadir saat penelitian, dikarenakan pergi keluar kota, ada
acara keluarga.
b. lansia yang mengalami gangguan fisik dan psikologis.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PMB MUTIARA Kabupaten Cianjur,
peneliti mengambil tempat penelitian disini karena berdasarkan studi
pendahuluan lansia yang sering mengkonsumsi jenis makanan yang
mengandung zat purin yang mengakibatkan Asam Urat dengan jumlah yang
melebihi zat purin dalam tubuh.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus
2021- Februari 2022.
D. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan peneliatan yang melibatkan antara pihak peneliti dan pihak yang
diteliti serta masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian
tersebut(28) Prinsip-prinsip etika penelitian, yakni :
1. Informent Consent (Lembar Persetujuan Responden)
Informent Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, informant
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informant consent
adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka mereka harus
menanda tangani atau menggunakan cap jari lembar persetujuan, jika
responden tidak bersedia maka penelitian harus menghormati hak responden.
(28)

2. Beneficince
Penelitian yang dilakukan harus mempunyai sebuah keuntungan baik
bagi peneliti maupun responden. Keuntungan dari penelitian ini adalah

28
sebagai suatu upaya bagi peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian,
dengan demikian dapat menjadi dasar untuk mengetahui hubungan Pola
Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat pada Lansia Di PMB Mutiara
Kabupaten Cianjur. (28)

3. Non Maleficience
Penelitian ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan
bahaya bagi responden. Penelitian ini memberikan jaminan tidak merugikan
responden baik secara fisik maupun psikologis selama proses pengumpulan
data. (28)
4. Autonomy
Prinsip Autonomy ini merupakan prinsip yang menghargai harkat
dan martabat manusia. Dalam penelitian ini responden diberikan kebebasan
untuk menentukan partisipasi dalam penelitian tanpa paksaan dan sukarela
menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian dan mempunyai hak
untuk menyatakan tidak bersedia atau mengundurkan diri dari penelitian ini,
tindakan ini dilakukan setelah peneliti memberikan penjelasan saat
mendatangani calon responden untuk menanyakan kesediaan untuk ikut
dalam penelitian. Selanjutnya penliti akan meminta responden untuk
mendatangani Inform Consent yang telah disediakan. (28)
5. Anonomity
Pada saat pelaksanaan penelitian peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya mencantumkan nama samara
atau kode pada lembar pengumpulan data. (28)
6. Justice
Pada saat pelaksanaan penelitian ini peniliti melakukan responden
secara adil sebelumnya, selama dan sesudah ke ikut sertaannya dalam
penelitian tanpa adanya diskriminasi terhadap mereka yang tidak bersedia
menjadi responden. Pada saat penilitian ini, pemilihan responden
berdasarkan kriteria inklusi penelitian yang telah di tetapkan. (28)
E. Alat Pengumpulan Data
Alat Yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

29
1. Untuk mengukur Asam urat Lembar Observasi
2. Alat untuk mengukur pola makan yaitu kuesioner Food Frekuency
F. Validitas Dan Reabilitas Data
1. Validitas
Uji Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang ingin diukur. Untuk menentukan valid atau tidaknya
dengan cara membandingkan dengan rtabel dengan n=20, maka diketahui rtabel.
dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Perhitungan hasil validitas, merupakan hasil
perhitungan product moment dengan menggunakan program SPSS.(26)
Setelah dilakukan uji coba kuesioner pada 20 orang responden di
Wilayah PMB Bidan Yayah Cianjur Kota, setiap pertanyaan dianalisis dengan
perhitungan product moment menggunakan program SPSS. Hasil analisis
dibandingkan antara nilai r hitung dengan r tabel dengan ketentuan: bila nilai r
hasil lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. jika n = 20
dengan a = 5%, maka nilai r tabelnya adalah 0,444.(27)
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pola Makan

No. Pertanyaan Nilat r tabel Nilai r hitung Keterangan


1 0,444 0,874 Valid
2 0,444 0,711 Valid
3 0,444 0,874 Valid
4 0,444 0,679 Valid
5 0,444 0,827 Valid
6 0,444 0,862 Valid
7 0,444 0,862 Valid
8 0,444 0,480 Valid
9 0,444 0,827 Valid
10 0,444 0,532 Valid
11 0,444 0,874 Valid
12 0,444 0,532 Valid
13 0,444 0,974 Valid
14 0,444 0,792 Valid
15 0,444 0,664 Valid
16 0,444 0,827 Valid
17 0,444 0,585 Valid
18 0,444 0,792 Valid

30
19 0,444 0,480 Valid
20 0,444 0,862 Valid
21 0,444 0,514 Valid

2. Reabilitas Data
Setelah sebelumnya melakukan Uji Validitas maka tahap selanjutnya
harus diakukan Uji Reabilitas supaya angket yang digunakan dalam
penelitian ini benar-benar dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Uji
Reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu intrument
dapat dipercaya atau dapat diandalkan.(23)
Uji reabilitas dapat dilakukan secara bersama-sma terhadap seluruh
butir atau item pertanyaan dalam angket (kuesioner) penelitian. Adapun
dasar pegambilan keputusan dalam uji reabilitas adalah sebagai berikut.(23)
1. Jika nilai Cronbach’s Alpha >0,60 maka kuesioner atau angket
diyatakan reliabel atau konsisten.
2. Sementara, jika nilai Cronbach’s Alpha <0,60 maka kuesioner atau
angket dinyatakan tidal reliabel atau tidak konsisten.

Tabel 4.2 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Cronbach's Alpha

Nilai Cronbach’s Alpha Tingkat Reabilitas


0,00 s.d 0,20 Kurang Reliabel
>0,20 s.d 0,40 Agak Reliabel
>0,40 s.d 0,60 Cukup Reliabel
>0,60 s.d 0,80 Reliabel
>0,80 s.d 1,00 Sangat Reliabel
Untuk hasil uji reliabilitas kuesioner pada setiap variabel
menunjukkan hasil cronbach’s alpha untuk Pola Makan adalah 0,777
maka dapat disimpulkan bahwa setiap kuesioner reliabel.

G. Pengolahan Data
Setelah angket dari responden terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data
dengan cara sebagai berikut (29):
1. Editing, yaitu data yang telah diperoleh perlu dilakukan penyuntingan
terlebih dahulu sebelum dimasukan ke dalam komputer.

31
2. Coding, (Usia 60th = 1, 65th = 2, 70th = 3, 75th = 4, 80th = 5) (Pekerjaan
IRT = 1, Petani = 2) (Pendidikan SD = 1, SMP = 2).
3. Scoring, Untuk kategori variabel pola makan (Baik = 1, Cukup = 2, Kurang
= 3) dan untuk variabel kadar asam urat yaitu (Rendah = 1, Sedang = 2,
Tinggi = 3).
4. Tabulating, adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu
menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah
diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah
dirancang.

32
32

H. Prosedur penelitian dan Tahapan Penelitian


Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Pesiapan
a. Peneliti mengajukan judul penelitian kepada dosen pembimbing.
b. Kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya, pada
tahap persiapan ini peneliti menyusun rangkaian kegiatan yang akan di
lakukan peneliti menyusun rangkaian kegiatan yang akan dilakukan
dengan tujuan responden koperatif dan efektif.
c. Mempersiapkan semua kelengkapan administrasi yang di butuhkan
untuk pelaksanaan tugas akhir.
d. Peneliti membuat surat izin studi pendahuluan dan penelitian.
e. Peneliti menyerahkan surat izin studi pendahuluan dan penelitian kepada
pihak STIKIM.
f. Peneliti memberikan penjelasan kepada pihak STIKIM untuk melakukan
pengumpulan data dan menentukan sampel yang terlibat dalam
penelitian ini.
g. Peneliti memersiapkan instrumen penelitian.
h. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara wawancara kepada
beberapa lansia di PMB Mutiara kabupaten cianjur.
i. Sampel dipilih berdasarkan dengan karakteristik yang telah di tetapkan
oleh peneliti diantaranya lansia yang memiliki tingkat kecemasan.
j. Peneliti melakukan uji proposal penelitian.
k. Peneliti melakukan uji etik untuk mendapatkan surat lolos uji etik.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti menyerahkan surat izin pendahuluan dan penelitian kepada
kepala desa Mekarsari kecamatan Cianjur kabupaten Cianjur.
b. Peneliti memberikan penjelasan kepada pihak PMB Mutiara untuk
melakukan pengumpulan data dan menentukan sampel yang terlibat
dalam penelitian ini.
c. Peneliti terdahulu membuat surat izin studi pendahuluan.
33

d. Peneliti yang melakukan pengumpulan responden atau mewancara satu


persatu.
e. Setelah lulus uji etik, selanjutnya peneliti kontrak dengan para
responden. Responden di datangi oleh peneliti atau langsung ke PMB
Mutiara.
f. Selanjutnya peneliti melakukan penjelasan terkait tentang inform consen
dan penelitian yang akan di lakukan kepada responden. Inform consen
sekaligus instrumen yang akan di berikan.
g. Peneliti mulai membagi waktu antara pengisian kuesioner Pola Makan
dan pengecekan kadar Asam Urat dan Lembar Observasi.
h. Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden.
i. Ketika responden sedang pengisian kuesioner, dan pengecekan kadar
Asam Urat peneliti melakukan dokumentasi melalui poto.
j. Setelah responden selesai mengerjakan kuesioner peneliti mengambil
kembali kertas kuesioner.
k. Selanjutnya peneliti melakukan dokumentasi baik poto maupun video
sebagai bukti bahwa peneliti sudah melakukan penelitian secara
langsung.
I. Analisa Data
1. Analisis Univariate
Analisis univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel (31). yaitu variabel pola
makan dengan Peningkatan kadar asam urat pada lansia. Untuk
mengukur pola makan digunakan skala gutman ya skor 1 dan tidak
skor 0.
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan kuantitatif
yaitu membahas kembali apa yang diperoleh dari lapangan serta
kaitannya dengan tujuan. Penelitian ini dapat diolah dalam bentuk
tabulasi dengan mencantumkan frekuensi dalam persentase jawaban.
Proses analisis data meliputi kegiatan-kegiatan pengorganisasian data
dan pembahasan agar ke depan penelitian ini dapat menjawab secara
sistematis seluruh masalah yang diteliti. Data yang akan dilakukan
analisa univariat meliputi variabel-variabel yang ada pada penelitian
ini, dan akan dibuat dalam distribsui frekuensi baik frekuensi relative
maupun kumulatif. Univariat yang diujikan adalah :
a. Mean : ukuran rata-rata (average) yang merupakan hasil dari jumlah semua
nilai pengukuran dibagi banyaknya pengukuran
Sxi
x=
n
x = Rata-rata (mean)
n = Banyaknya pengukuran
SXi = Jumlah semua pengukuran

2. Analisis bivariate

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga


berhubungan atau berkorelasi(31) yaitu kriteria variabel pola makan
dengan peningkatan kadar asam urat pada lansia Untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel apakah signifikansi atau tidak dengan
signifikan atau kebenaran 0,05 dengan menggunakan uji Chi square

34
dengan software komputer, dimana, < = 0,05 maka H a diterima dan
H0 ditolak yang artinya hubungan pola makan dengan peningkatan
kadar asam urat pada lansia .
Analisa bivariat pada penelitian ini didaptakan hasil nilai sig
0,005 yaitu samadengan nilai p-value 0,005 yang berarti ada
hubungan yang bermakna antara pola makan dengan Peningkatan
kadar Asam Urat.

35
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Bab ini membahas tentang hasil dari pelaksanaan penelitian yang
dilakukan kepada lansia Wanita di PMB Mutiara Kab Cianjur mengenai pola
makan dengan peningkatan kadar Asam Urat selama 1 bulan Desember –
Januari 2022. Bab ini juga akan menguraikan data statistik hasil penelitian
yaitu analisa univariat dan analisa bivariat yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi.
1. Analisa Univariat

Analisa univariat menjelaskan variabel-variabel penelitian secara


diskripsi sebagaimana adanya tanpa kesimpulan yang berlaku untuk umum
dan generalisasi. Analisa ini hanya mengahasilkan tabel distribusi dan
persentasi setiap variabelnya.
Berikut ini adalah karakteristik responden yang menampilkan data
distribusi responden berdasarkan umur, pekerjaan dan pendidikan.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pekerjaan dan


PendidikanResponden

No Karakteristik Jumlah Persentase


Responden
Umur
1 60 Tahun 15 32,6
2 65 Tahun 12 26,1
3 70 Tahun 11 23,9
4 75 Tahun 4 8,9
5 80 Tahun 3 8,5
Total 45 100
Pekerjaan
1 IRT 30 66,3
2 Petani 15 33,7
Total 45 100
Pendidikan
1 SD 28 63,9
2 SMP 17 36,1
Total 45 100
Sumber : data primer 2021
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik
responden berdasarkan umur dari 45 responden sebagian besar berusia

36
60 tahun sebanyak 15 (32,6%) umur 65 berjumlah 12 (14,9%) umur 70
berjumlah 11 (23,9%) umur 75 berjumlah 4 (8,9%) dan sisanya umur 80
berjumlah 3 (8,5%). Sedangkan karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden ada sebanyak
30 (66,3%) bekerja sebagai IRT,sedangkan sisanya sebanyak 15 (33,7%)
bekerja sebagai Petani. Untuk karakteristik berdasarkan Pendidikan ada
sebanyak 28 (63,9%) dan sisanya SMP dengan jumlah responden 17
(36,1%).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian bertujuan untuk mengetahui Hubungan


antara dua variabel yaitu Pola Makan dengan Asam Urat pada Lansia di PMB
Mutiara Kabupaten Cianjur. Berdasarkan Uji Chi-square Tests yang telah
dilakukan pada variabel hubungan Pola Makan dengan peningkatan Kadar Asam
Urat pada Lansia di PMB Mutiara, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.2
Hasil Korelasi Uji Chi-square Tests yang telah dilakukan pada
variabel hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat
pada Lansia di PMB Mutiara Tahun 2021

Asam Urat Total V


Rendah Sedang Tinggi Value
Pola Baik 7 1 4 12 0,005
Makan
Cukup 1 3 4 8
Kurang 2 4 19 25
Total 45
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, hasil pengujian
hipotesis dengan menggunakan Uji Chi-square Tests didapatkan hasil bahwa ada
Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat pada Lansia di
PMB Mutiara kabupaten Cianjur, yang ditunjukan dengan diperolehnya nilai p-
value = 0,005 yaitu <0,005 yang berarti Ho ditolak dan sampel mendukung atau
ada hubungan yang bermakna.

A. Pembahasan Penelitian

37
1. Gambaran Karakteristik Responden (Umur,Pekerjaan, Pendidikan)
Berdasarkan Penelitian Karakteristik Umur responden
menunjukan bahwa umur 60th sebanyak 15 (32,6%) umur 65th
sebanyak 12 (26,1%) dan umur 70th sebanyak 11 (23,9%) 75th
sebanyak 4 (8,9%) dan umur 80th sebanyak 3 (8,5%).
Pada penelitian ini mengambil responden dengan karakteristik
umur Lansia yaitu usia 60-80 tahun, didapatkan bahwa responden yang
berusia 60 tahun lebih banyak dibandingkan dengan umur 65th, 70th,
75th dan 80th.
Karena pada umur 60 tahun keatas dengan bertambahanya usia
sistem imun tubuh pada lansia sangatlah menurun dan fungsi organ
tubuh berkurang (tulang, sendi, otot mengalami perubahan) yang bisa
mengakibatkan terkena berbagai penyakit salah satunya Asam urat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mutiara Ridhoputriye
dalam judul Hubungan pola makan dan gaya hidup dengan kadar Asam
urat pada lansia dan pra lansia di wilayah kerja puskesmas 1 kembaran,
bayumas, jawa tengah. Penelitian observasional analitik dengan metode
studi cross sectional. pralansia sebanyak 23 orang (35,9%) dan lansia
sebanyak 41 orang (64,1%).
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dikutip oleh sebagai berikut (20):
Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tersebut
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang
yang berusia 60 tahun keatas. Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa batasan lanjut usia (khususnya secara umum di
Indonesia) dapat dimulai dari usia kronologis setelah dewasa akhir, yang
dimulai dari usia 60 tahun.(9)
Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa pada responden
lansia yang berusia 60tahun lebih rentan terkena penyakit dikarenakan
kondisi kesehatan, perubahan pola hidup, gaya hidup,yang menyebabkan
terjadinya asam urat.
Berdasarkan Penelitian Karakteristik Pekerjaan responden
menunjukan bahwa Bemenunjukan bahwa Pekerjaan IRT Sebanyak 30

38
(66,3%) dan Pekerjaan Petani Sebanyak 15 (33,7%). Pada penelitian ini
mengambil responden dengan karakteristik pekerjaan Lansia yaitu IRT
30 dan Petani 15, didapatkan bahwa responden yang bekerja sebagai IRT
lebih banyak dibandingkan dengan Petani.
Karena sampel pada penelitian ini adalah Lansia perempuan
dikarnakan pada penelitian di PMB Mutiara lebih banyak lansia yang
bekerja di rumah atau bekerja sebagai IRT.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mutiara Ridhoputriye
dalam judul Hubungan pola makan dan gaya hidup dengan kadar Asam
urat pada lansia dan pra lansia di wilayah kerja puskesmas 1 kembaran,
bayumas, jawa tengah. Penelitian observasional analitik dengan metode
studi cross sectional. responden sebagian besar pekerjaan lain-lain yaitu
tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga bagi responden perempuan,
pada pralansia terdapat 17 (73,91%) dan lansia sebanyak 30 (73,17%).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005) kerja diartikan
sebagai kegiatan untuk melakukan sesuatu yang dilakukan atau diperbuat
dan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian.
Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa pada responden
lansia yang bekerja sebagai IRT hal ini dikarnakan lansia di PMB
Mutiara lebih memilih untuk berdiam dirumah.
Berdasarkan Penelitian Karakteristik Pendidikan responden
menunjukan bahwa Pendidikan SD Sebanyak 28 (63,9%) dan
Pendidikan SMP sebanyak 17 (36,1%).
Pada penelitian ini mengambil responden dengan karakteristik
pendidikan Lansia yaitu SD 28, dan SMP 17, didapatkan bahwa
responden yang Pendidikan SD lebih banyak dibandingkan dengan
SMP.
Karena penelitian di PMB Mutiara kebanyakan Lansia
Perempuan berpendidikan SD.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mutiara Ridhoputriye
dalam judul Hubungan pola makan dan gaya hidup dengan kadar Asam
urat pada lansia dan pra lansia di wilayah kerja puskesmas 1 kembaran,
bayumas, jawa tengah. Penelitian observasional analitik dengan metode

39
studi cross sectional. Kategori pendidikan, baik pada pralansia dan
lansia, sebagian besar berpendidikan akhir dasar/menengah yaitu
sejumlah 23 (100%) pada pralansia dan 31 (75,6%) pada lansia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata lakku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.
Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa pada responden
lansia yang berpendidikan SD hal ini dikarnakan pada lansia jaman dulu
tidak mengutamakan pendidikan.
2. Gambaran berdasarkan Pola Makan Pada Lansia di PMB Mutiara
Menunjukan bahwa Pola Makan Baik sebanyak 8 (17,9%) Pola
Makan Cukup sebanyak 9 (20,3%) dan Pola Makan Kurang Sebanyak
28 (61,8%). Pada penelitian ini mengambil responden dengan
karakteristik pola makan Lansia yaitu Baik 8, Cukup 9, dan Tinggi 28,
didapatkan bahwa responden Pola Makan Tinggi sebanyak 28 lebih
banyak dibandingkan dengan pola makan baik dan cukup.
Hal ini dikarnakan lansia di PMB Mutiara terlalu banyak
mengkonsusmi makanan tinggi purin hal itu yang menyebabkan lansia
tidak mengatur pola makannya antara lain jeroan, daging sapi, kambing
atau makanan dari hasil laut (sea food), kacang-kacangan, bayam, jamur,
sayuran hijau, makanan lemak, sarden, kerang, minuman beralkohol
Pasalnya dengan mengkonsumsi makanan yg mengandung purin tinggi
dapat menimbulkan atau meningkatkan asam urat menjadi tinggi. Hal
tersebut dapat mengagangu kesehatan.(40)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuhayati dalam judul
Hubungan pola makan dengan terjadinya penyakit gout di desa limran
kelurahan pantoloan boya kecamatan taweli. Penelitian ini dilakukan di
desa Limran Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Taweli pada tanggal
13 sampai dengan 25 Agustus tahun 2017. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 34 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi tidak
sedang mengonsumsi obat gout Didapatkan hasil pola makan baik 3 8,8

40
% dan pola makan kurang baik 31 91,1% .
Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis
dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang
pada waktu tertentu.(19) Pola makan dapat diartikan sebagai cara
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan
mengkonsumsinya sebagai reaksi pengaruh–pengaruh fisiologi,
psikologi, budaya dan sosial.(18)
Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa pada responden
lansia di PMB Mutiara di dapatkan pola makan tinggi lebih banyak
diakibatkan karena lansia lebih banyak mengkonsumsi tinggi purin yang
berlebihan.
3. Gambaran berdasarkan Asam Urat Pada Lansia di PMB Mutiara
Menunjukan Bahwa Asam Urat Rendah Sebanyak 10 (21,7%)
Asam Urat Sedang Sebanyak 8 (18,6%) dan Asam Urat Tinggi sebanyak
27 (59,7%).
Pada penelitian ini mengambil responden dengan karakteristik
Asam Urat Lansia yaitu Rendah 10, sedang 8, dan tinggi 27, didapatkan
bahwa responden Asam Urat Tinggi sebanyak 28 lebih banyak
dibandingkan dengan Asam Urat Rendah dan sedang.
Hal ini dikarnakan lansia di PMB Mutiara terlalu banyak
mengkonsusmi makanan tinggi purin hal itu yang menyebabkan lansia
tidak mengatur pola makannya antara lain jeroan, daging sapi, kambing
atau makanan dari hasil laut (sea food), kacang-kacangan, bayam, jamur,
sayuran hijau, makanan lemak, sarden, kerang, minuman beralkohol
Pasalnya dengan mengkonsumsi makanan yg mengandung purin tinggi
dapat menimbulkan atau meningkatkan asam urat menjadi tinggi. Hal
tersebut dapat mengagangu kesehatan.(40)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuhayati dalam judul
Hubungan pola makan dengan terjadinya penyakit gout di desa limran
kelurahan pantoloan boya kecamatan taweli. Penelitian ini dilakukan di
desa Limran Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Taweli pada tanggal
13 sampai dengan 25 Agustus tahun 2017. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 34 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian

41
ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi tidak
sedang mengonsumsi obat gout Didapatkan hasil Menderita 31 91,1%
yang Tidak Asam Urat sebanyak 3 8,8%.
Asam Urat adalah adanya peradangan pada sendi atau otot yang
disebabkan dari berlebihannya kadar asam urat dalam darah manusia.
Hal ini disebabkan oleh berlebihnya jumlah makanan yang banyak
mengandung purin yang masuk ke dalam tubuh manusia, sedangkan
kemampuan ginjal yang membuang purin dalam darah terbatas. (4)
Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa pada responden
lansia di PMB Mutiara di dapatkan Asam Urat tinggi lebih banyak
diakibatkan karena lansia lebih banyak mengkonsumsi tinggi purin yang
berlebihan.
4. Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat pada
Lansia di PMB Mutiara
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, hasil
pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji Chi-square Tests
didapatkan hasil bahwa ada Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan
Kadar Asam Urat pada Lansia di PMB Mutiara kabupaten Cianjur, yang
ditunjukan dengan diperolehnya nilai p-value = 0,005 yaitu <0,005 yang
berarti Ho ditolak dan sampel mendukung atau ada hubungan yang
bermakna.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuhayati dalam judul
Hubungan pola makan dengan terjadinya penyakit gout di desa limran
kelurahan pantoloan boya kecamatan taweli. Penelitian ini dilakukan di
desa Limran Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Taweli pada tanggal
13 sampai dengan 25 Agustus tahun 2017. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 34 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi tidak
sedang mengonsumsi obat gout Didapatkan hasil Menderita 31 91,1%
yang Tidak Asam Urat sebanyak 3 8,8%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa responden yang memiliki pola makan kurang baik sebanyak
91,1% dan pola makan yang baik sebanyak 8,8%. Hasil uji chi square
diperoleh nilai p = 0,000 (p value < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini

42
adalah ada hubungan pola makan dengan terjadinya penyakit gout (asam
urat) di Desa Limran Kelurahan Pantoloan Boya Kecamtan Tawaeli.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan kepada seluruh
masyarakat agar mengurangi makan tinggi purin yang bisa memicu
terjadinya Asam Urat.
Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi
jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. (20) mengungkapkan
(21 )

bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi


gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
masyarakat tertentu. (21)
Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi,
sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi
diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta
perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah
cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang
seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi dan kesehatan yang optimal.(21)
Asam Urat Adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan)
suatu zat yang bernama purin. Asam urat merupakan hasil buangan dari
zat purin ini.(3) Gout adalah penyakit yang timbul akibat pengendapan
kristal asam urat di persedian. Kebanyakan yang terkena asam urat
adalah kaum wanita dan jarang sekali menimpa orang-orang yang belum
dewasa.(4)
Asam Urat adalah adanya peradangan pada sendi atau otot yang
disebabkan dari berlebihannya kadar asam urat dalam darah manusia.
Hal ini disebabkan oleh berlebihnya jumlah makanan yang banyak
mengandung purin yang masuk ke dalam tubuh manusia, sedangkan
kemampuan ginjal yang membuang purin dalam darah terbatas. (4)
Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa memang ada
Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat pada
Lansia di PMB Mutiara Tahun 2021.
B. Keterbatasan Penelitian

43
Peneliti melakukan penelitian ini dengan kesungguhan . peneliti
mengharapkan kesempurnaan dalam penelitian ini, namun ada beberapa
keterbatasan saat dilakukan peneliti diantarannya adalah :

1. Sulit nya pengambilan sampel darah Asam Urat dan pengumpulan data
karena proses yang membutuhkan waktu yang sangat lama .
2. Kurangnya referensi mengenai instrumen Pola Makan dan Asam Urat
3. Sulit untuk menyesuaikan data antara yang dilakukan responden dan
kuesioner.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan pola
makan dengan peningkatan kadar Asam Urat pada lansia di PMB Mutiara
Kabupaten Cianjur, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

44
1. Gambaran karakteristik responden (Umur,Pekerjaan,Pendidikan) di PMB
Mutiara sebagian besar berusia 60 tahun dan lebih banyak IRT di
bandingkan dengan Petani dan lebih banyak SD di banding SMP.
2. Gambaran Pola Makan pada Lansia wanita di PMB Mutiara didapatkan hasil
rata-rata Lansia melakukan Pola Makan Kurang sebanyak 28 orang.
3. Gambaran Asam Urat pada Lansia wanita di PMB Mutiara didapatkan hasil
Asam Urat Rendah sebanyak 10 orang dan Asam Urat Sedang 8 orang dan
Tinggi 27 orang.
4. Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat pada Lansia
di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur didapatkan hasil Ada hubungan Pola
Makan dengan Peningkatan Kadar Asam Urat pada Lansia Di PMB Mutiara
Kabupaten Cianjur Tahun 2021.

B. Saran

Saran Penelitian terdapat hubungan Pola Makan dengan Asam Urat maka
disarankan :

1. Bagi Profesi Perawat


Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan terutama dalam menanggulangi
permasalahan yang dihadapi oleh Lansia di indonesia mengenai Peningkatan
Kadar Asam Urat.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Meningkatkan informasi bagi instansi pendidikan untuk memberi masukan pada
Lansia dalam mengatasi Peningkatan Kadar Asam Urat.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai acuan pengetahuan atau masukan untuk Lansia dalam Mengatasi
Peningkatan Kadar Asam Urat.
4. Bagi Responden
Responden dapat mengatasi Peningkatan Kadar Asam Urat yang Tinggi dengan
mejadikan Asam Urat yang Sedang.
5. Dapat meningkatkan pengetahuan dan menjadikan saran pengembangan
ilmu kesehatan khususnya dibidang kesehatan ilmu keperawatan dan

45
menjadi sumber referensi mengenai hubungan Pola Makan dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat dan guna kepentingan penelitian selanjutnya.
4. Dapat menambah wawasan ataupun ilmu pengetahuan terkait Pola Makan
dengan Peningkatan Kadar Asam Urat

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Wachjudi. Gangguan metabolik gout. 2006; Available from:


http://fkm.unsrat.ac.id/wp- content/uploads. Diakses 06/04/2016
2. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 3rd ed. Jakarta: Salemba
Medika; 2013.
3. Noviyanti. hidup sehat tanpa asam urat. 1st ed. Yogyakarta: Perpustakaan
Nasional RI; 2015.
4. Razak. Penyakit dan Terapi Bekamnya, Dasar-dasar Ilmiah Terapi Bekam.
Surakarta: Thibbia; 2014.
5. Smeltzer SC. Asam urat [Internet]. 2012. Available from:
http://stikesmuhla.ac.id/wp- content/uploads//jurnalsurya. Diakses 06/04/2016.
6. Aryadi A. Asam urat. 2010; Available from: http://stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads//jurnalsurya. Diakses 05/04/2016
7. Price SA. Dampak Asam Urat. 2018; Available from:
http://stikesmuhla.ac.id/wp- content/uploads//jurnalsurya. Diakses 04/04/2016
8. Riset Kesehatan Dasar. 2018. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. (Online),
(Diaskes 9 Maret 2019).
9. Kementrian Kesehatan. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 2016 Tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun
2016-2019. 2018.
10. Dyta Anggraeny. hubungan antara status gizi dengan kadar asam urat darah pada
pasien rawat jalan usia dewasa di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa.
2014;
11. Utami. frekuensi makanan. 2012; Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream Diakses 09/04/2016
12. Umar Wadda. Sembuh Dengan Satu titik 2 Bekam untuk 7 penyakit kronis. Solo.
Thibbia; 2012.
13. Helmi. Pengobatan nonfarmakologi asam urat. 2012; Available from:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus. Diakses 04/04/2016
14. Ardhilla. Pengobatan nonfarmakologi asam urat. 2013; Available from:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus. Diakses 5/04/2016
15. Word Health Organization. Rehabilitation A Call For Action : The Need To Scale

47
Up Rehabilitation. 2014;
16. Fitriana. Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: medika; 2015.
17. Darussalam, M., Rukmi, D. K., Studi, P., Keperawatan, I., Jenderal, S., Yani, A.,
& Sleman AG. Peran Air Rebusan Daun Salam (Syzgium Polyanthum. 2016.
18. Sulistyoningsih. Pengertian pola makan. 2010; Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream. Diakses 09/04/2016.
19. Baliwati. Pengertian pola makan. 2010; Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream.%0ADiakses 09/04/2016.%0A
20. Supariasa dkk. Pengertian pola makan. 2009; Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream.%0ADiakses 09/04/2016.%0A
21. Ranti. Pengertian pola makan. 2011; Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream Diakses 09/04/2016.
22. Utami. Faktor yang mempengaruhi asam urat. 2009; Available from:
http://stikesmuhla.ac.id/wp- content/uploads//jurnalsurya. Diakses 07/04/2016.
23. Bandiyah. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika;
2009.
24. Kemenkes RI. Batasan Asam Urat. 2010; Available from:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk.%0ADiakses 05/04/2016%0A
25. Padila. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.
26. Hurlock. Ciri-ciri Lansia. 2012;
27. Kane. Aspek Fisiologik Dan Patologik Akibat Proses Menua. 2010; Available
from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789. Diakses 04/04/2015
28. Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
29. Hidayat AAA. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika; 2014.
30. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alvabeta CV.; 2013.
31. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
32. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta; 2010.
33. Arikunto S. Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktik. Edisi Revisi VII.
Jakarta: Rineka Cipta; 2011.
34. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan E&D. Bandung: CV;

48
2010.
35. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta:
Salemba Medika; 2016.
36. dr. Nyoman kertia, Sp.P.D.-K.R, ASAM URAT. Yogyakarta ; 2009
37. Dalimartha, S., & Dalimartha, F. A., (2014). Tumbuhan Sakti Atasi Asam Urat.
1st edn. Edited by S. Nugroho. Jakarta: Penebar Swadaya
38. Soeroso, J., & Algristian, H., 2016. Asam Urat. 1st edn. Edited by Y. Destarina.
Jakarta: Penebar Swadaya.,
39. Herliana, E., 2015. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta: FMedia.
40. Ragab, G., Elshahaly, M., & Bardin, T. (2017). Gout: An old disease in
new perspective – A review. Journal of Advanced Research, 8 (5), 495–511.
41. https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/lemlit/article/view/2987
42. http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/view/2458
43. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/22788

49
LAMPIRAN

50
Jadwal Penelitian

Waktu
NO Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb

1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan
Proposal

3 Seminar Proposal

4 Melaksanakan
Penelitian

5 Penyusunan hasil

6 Sidang Akhir

7 Pengumpulan
Skripsi

51
INFORM CONCENT (LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :

1. Penelitian yang berjudul dengan Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan


Kadar Asam Urat Pada Lansia di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur Tahun 2021.
2. Memberikan penjelasan kepada reponden yang mengalami Pola Makan untuk
pengisian kuesioner dan Asam Urat untuk pengcekan Kadar Asam Urat
3. Untuk mengetahui Pola Makan dan Asam Urat.

Penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai


segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu
saya bersedia/tidak bersedia) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.
Jakarta, Desember 2021
Peneliti, Responden,
Riset Nurmala
Saksi
…………………………………. ……………………....

INTRUMEN PENELITIAN
Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam
Urat Pada Lansia di PMB Mutiara Kabupaten Cianjur
Tahun 2021.
A. Petunjuk Pengisian Angket :

52
1. Isilah titik-titik dibawah ini dengan tepat
B. Data Demografi
1. Nama Inisial : ………..
2. Usia : ………..
3. Jenis Kelamin : ..............
4. Pendidikan Terakhir : ...............
3. Mempunyai Riwayat Penyakit : ..............
C. Alat Ukur

1. Alat ukur Pola Makan


Metode Food Frequency (metode frekuensi makanan) adalah untuk
memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan
atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau
tahun. (22)
Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran
pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode
pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan
rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan
dalam penelitian epidemiologi gizi. (22)
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau
makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode
tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah
yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden. (22)

2. Alat ukur Asam Urat


Alat mengukur Asam Urat dengan menggunakan Autocheck GCU
(Glucose cholesterol, Uric Acid) dengan pengambilan sampel darah Dan
Lembar Obsevasi.

53
54
LEMBAR WAWANCARA
Kode Kuesioner :
Tanggal :
Hari :
Berilah tanda (√ ) pertanyaan di bawah ini.
A. Data Umum
1. Umur :
2. Pendidikan
1. Tamat SD
2. SMP
3. SMA
4. Perguruan Tinggi
3. Jenis kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
4. Pekerjaan
1. Bekerja
2. Tidak bekerja
5. Informasi
1. Pernah
2. Tidak pernah
6. Sumber informasi
1. Petugas kesehatan
2. Majalah
3. Radio/TV
4. Internet

55
Berikanlah tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia pada tiap pernyataan sesuai
dengan pernyataan Anda terhadap pola makan Skor pertanyaan negatif

1. Ya skor 1

2. Tidak skor 0

No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah anda makan makanan kerang, otak sapi ?
2 Apakah anda sering makan hati sapi, hati kambing,
hati ayam ?
3 Apakah anda makan jantung sapi, paru sapi?
4 Apakah anda makan daging bebek?
5 Apakah anda makan daging burung dara ?
6 Apakah anda makan daun dan biji belinjo?
7 Apakah anda makan kacang tanah?
8 Apakah anda makan otak sapi 3 potong sedang?
9 Apakah anda makan hati sapi, hati kambing, hati
ayam 3 potong sedang ?
10 Apakah anda makan jantung sapi, paru sapi 2
potong sedang ?
11 Apakah anda makan daging bebek ½ ekor ?
12 Apakah anda makan daun dan biji belinjo dengan
porsi 1 gelas?
13 Apakah anda makan kacang tanah 10 sendok
makan?
14 Apakah anda makan burung dara 1 ekor?
15 Apakah anda makan otak sapi dalam satu minggu 4
kali ?
16 Apakah anda makan hati sapi, hati kambing, hati 5
kali seminggu ?
17  Apakah anda makan jantung sapi, paru sapi 4
kali
seminggu ?

56
18 Apakah anda makan daging bebek ½ ekor 4 kali
seminggu?
19 Apakah anda makan daun dan biji belinjo 5 kali
seminggu?
20 Apakah anda makan kacang tanah setiap hari ?
21 Apakah anda makan burung dara 3 kali seminggu ?
Noviyanti. hidup sehat tanpa asam urat. 1st ed. Yogyakarta: Perpustakaan
Nasional RI; 2015

KISI-KISI KUESIONER

Variabel Parameter Nomor Soal Jumlah


Pola makan 1. Jenis makanan 1,2,3,4,5,6,7 7
2. Jumlah makanan 8,9,10,11,12,13,14 7
3. Jadwal makanan 15,16,17,18,19,20,21 7

57
58
59
60
61
62
63

Foto Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai