Anda di halaman 1dari 28

MINI PROJECT

PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH


PADA PASIEN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPADDE

Disusun oleh :
dr. Riska Dwiyansari

Pendamping :
dr. Asriany Paranoan

UPTD PUSKESMAS LAPADDE


KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2022
MINI PROJECT

GAMBARAN PENGETAHUAN PADA PENDERITA HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPADDE

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia


Di Puskesmas

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada tanggal : April 2022

Disusun oleh :
dr. Riska Dwiyansari

Mengetahui,
Pendamping

dr. Asriany Paranoan

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga Evaluasi Project dengan judul “Gambaran Pengetahuan pada Penderita Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Lapadde” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Mini Project
ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan Program
Internship Dokter Indonesia di Puskesmas Lapadde.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan petunjuk-
petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik dari institusi maupun dari luar
institusi Puskesmas Lapadde. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Asriany selaku dokter pembimbing yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
2. Perawat, bidan dan segenap karyawan/wati Puskesmas Lapadde atas kebersamaan dan
dukungannya selama ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Mini Project ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis dalam penyusunan Mini Project ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberikan manfaat bagi kita semua.

Pare-Pare, 26 April 2022


Hormat Kami

Puskesmas Lapadde
Periode 2022

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ 2
KATA PENGANTAR..................................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................. 4
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 6
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………........... 7
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 7
1.4 Manfaat................................................................................................ 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi ......................................................................................... 9
2.1.1 Definisi ..................................................................................... 9
2.1.2 Klasifikasi................................................................................. 10
2.1.3 Faktor risiko ............................................................................. 11
2.1.4 Gambaran Klinis....................................................................... 14
2.1.5 Diagnosis................................................................................... 14
2.1.6 Tatalaksana................................................................................ 15
2.1.7 Komplikasi................................................................................ 17
2.2 Kerangka Teori..................................................................................... 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian......................................................................... 19
3.2 Metode Pengambilan Sampel...................................................... 19
3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 19
3.4 Kerangka Konsep, Variabel Penelitian........................................ 20
3.5 Pengolahan Data.......................................................................... 23
3.6 Analisis Data................................................................................ 24
3.7 Penyajuan data............................................................................. 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian............................................................................. 25

4
4.1.1 Data Umum............................................................................... 25
4.1.2 Data Khusus.............................................................................. 26
4.2 Pembahasan.................................................................................. 27
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................. 30
5.2 Saran............................................................................................ 30

BAB VI DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 31


LAMPIRAN I................................................................................................... 33
LAMPIRAN II.................................................................................................. 34

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah
sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg. 1
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung
lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.2
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh
masyarakat Indonesia yang dapat terjadi akibat dari salah satu masalah yang sering
muncul dari perubahan gaya hidup, seperti mengkonsumsi makanan yang kadar
garamnya tinggi, hipertensi diperkirakan sebagai penyebab berbagai penyakit berat
beserta komplikasinya. Berbagai faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada usia
lanjut dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti nyeri kepala, obesitas, nutrisi
serta gaya hidup serta faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetik, usia,
jenis kelamin (Widjaya, 2009).
Kepatuhan mengkonsumsi obat penderita hipertensi di Indonesia yang telah
mengalami penderita hipertensi selama 1-5 tahun cenderung lebih mematuhi proses
mengkonsumsi obat, sedangkan pasien yang telah mengalami hipertensi 6-10 tahun
cenderung memiliki kepatuhan mengkonsumsi obat yang lebih buruk karena faktor
lama menderita, pekerjaan, tingkat pengetahuan, jenuh minum obat, kurang dukungan
dari keluarga (WHO, 2010)
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar 2017 penyakit hipertensi telah menjadi
masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia, angka prevalensi hipertensi di Indonesia sangat
tinggi, yakni mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa. Luscher dan tim
melaporkan bahwa 80% kepatuhan terhadap regimen obat antihipertensi dapat
menurunkan tekanan darah ke tingkat normal dan kepatuhan < 50% tidak efektif dan
adekuat untuk menurunkan tekanan darah (WHO,2010).
Pengobatan hipertensi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuanan dan kepatuhan
penderita mengkonsumsi obat darah tinggi dan melakukan modifikasi gaya hidup
(Harijanto,2015). Pengetahuan penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan
hipertensi sangat diperlukan agar didapatkan kualitas hidup penderita hipertensi yang
6
lebih baik. Faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam pengobatan penyakit
hipertensi antara lain : edukasi dan komunikasi antara pasien dengan dokter atau
apoteker, serta tingkat pengetahuan masyarakat yang dapat memberikan sikap yang
bijaksana dalam proses pengobatan kasus hipertensi, faktor ekonomi, kepercayaan
atau persepsi pasien terhadap penyakit dan pengobatannya.
Beberapa dampak dari kurangnya pengetahuan pasien dalam mengkonsumsi obat
terjadi efek samping obat yang dapat merugikan kesehatan penderita. Dampak dari
kurangnya pengetahuan terhadap penyakit hipertensi dapat menyebabkan komplikasi
seperti kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak terkontrol dapat
meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan pembesaran jantung
sehingga meningkatkan resiko gagal jantung dan serangan jantung. (Hayer, 2009).
Pengobatan penderita hipertensi merupakan hal penting karena hipertensi
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan harus selalu dikontrolkan atau
dikendalikan agar tidak terjadi kompliksi yang dapat berujung pada kematian (Palmer
dan William, 2007). Ketidakpatuhan umum dijumpai dalam pengobatan penyakit
kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang seperti hipertensi.
Obat-obat anti hipertensi telah terbukti dapat mengontrol tekanan darah pada
penderita hipertensi, dan sangat berperan dalam menurunan resiko berkembangnya
komplikasi kardiovaskuler. Namun demikian, penggunaan anti hipertensi terbukti
tidak cukup untuk menghasikan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang
apabila tidak didukung dengan kepatuhan dalam menggunakan anti hipertensi
(Saepudin,2011). Berdasarkan hal tersebut, solusi mengkonsumsi minum obat bias
terkait karena dosis, cara minum obat, waktu minum obat dan periode
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran
pengetahuan penderita Hipertensi terhadap penyakit Hipertensi, dan bagaimana
implementasi terhadap pola hidup sehari-hari setelah diberikan penjelasan tentang
hipertensi ”.

1.3 Tujuan Penelitian

7
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang gejala
Hipertensi serta implementasi terhadap pola hidup sehari-hari setelah pemberian
informasi di Puskesmas Lapadde.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Hipertensi
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya komplikasi penyakit
Hipertensi
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk rajin kontrol dan berobat apabila
menderita Hipertensi
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Masyarakat
a) Diharapkan penelitian ini menjadi acuan pentingnya untuk patuh dan disiplin
untuk kontrol rutin penyakit Hipertensi.
b) Masyarakat lebih memahami tentang bahaya dan pencegahan penyakit Hipertensi.
1.4.2 Untuk Dokter Internship
a) Merupakan kesempatan untuk menambah pengalaman dan menerapkan ilmu
kedokteran terutama Ilmu Kesehatan Masyarakat.
b) Meningkatkan keterampilan komunikasi di masyarakat dan bersosialisasi dengan
masyarakat dan juga meningkatkan kemampuan berpikir analisis dan sistematis
dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah Kesehatan.
1.4.3 Untuk Puskesmas
a) Memudahkan pihak puskesmas dalam pendataan kasus Hipertensi
b) Menambah informasi mengenai keadaan kesehatan masyarakat di Puskesmas
Lapadde.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada

tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap

diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII) telah

mempublikasikan revisi panduan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik yang optimal dan

hipertensi. Pada umumnya tekanan darah yang dianggap optimal adalah kurang dari 120

mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan darah diastolik, sementara

tekanan yang dianggap hipertensi adalah lebih dari 140 mmHg untuk tekanan sistolik dan

lebih dari 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Untuk individu terutama yang memiliki faktor

risiko kardiovaskular bermakna, termasuk riwayat yang kuat dalam keluarga untuk infark

miokard atau stroke, atau riwayat diabetes pada individu, bahkan pada nilai pra hipertensi

dianggap terlalu tinggi.20

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu

hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi esensial terjadi

karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan mekanisme kontrol

homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar

95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas

susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na

dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas dan

merokok.21

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang penyebabnya

diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi. Hampir semua hipertensi

sekunder berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik

9
hipertensi sekunder antara lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular

renal, hiperaldesteronisme primer, sindroma cushing, feokromositoma, dan hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan

penatalaksanaan penyebabnya secara tepat.22

Pada masa ini ada 2 klasifikasi yang banyak dianut, yaitu berdasarkan pedoman The

Joint National Commision (JNC VII) dari Amerika Serikat dan yang dikeluarkan oleh The

European Society of Hypertension (ESC) tahun 2007, yang sama dengan klasifikasi The

International Society of Hypertension (ISH).23

2.1.2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi JNC VIII

Sistolik Diastolik

Normal <120 mmHg dan <80 mmHg

Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Tingkat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Tingkat 2 >160 mmHg >100 mmHg

Klasifikasi Hipertensi ESC/ISH (2007)

Sistolik Diastolik

Optimal <120 mmHg dan <80 mmHg

Normal 120 – 129 mmHg dan/atau 80-84 mmHg

Normal Tinggi 130 – 139 mmHg dan/atau 85-89 mmHg

Tingkat 1 140 – 159 mmHg dan/atau 90-99 mmHg

Tingkat 2 160 – 179 mmHg dan/atau 100-109 mmHg

Tingkat 3 >180 mmHg dan/atau >110 mmHg

Hipertensi sistolik >140 mmHg dan <90 mmHg

10
2.1.3. Faktor Risiko

2.1.3.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

1). Usia

Hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan

bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif, yang lebih

sering pada usia tua. Pada saat terjadi penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula

risiko peningkatan penyakit yang meliputi kelainan syaraf kejiwaan, kelainan jantung dan

pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera dan kelainan metabolism pada

tubuh.10 Ahli lain berpendapat bahwa wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang

menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap

konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Terapi hormon yang

digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan peningkatan tekanan darah.24

2). Jenis kelamin

Di Sulawesi didapatkan angka prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita. Di

daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita, dan di daerah

perkotaan Jakarta didapatkan 14,6% pada pria dan 13,7% pada wanita. 25 Pria dan wanita

menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya hipertensi.26

3). Riwayat keluarga

Subjek dengan riwayat keluarga menderita hipertensi memiliki risiko terkena

hipertensi 14,378 kali lebih besar bila dibandingkan dengan subjek tanpa riwayat keluarga

menderita hipertensi. Faktor keturunan berpengaruh terhadap hipertensi primer melalui

beberapa gen yang terlibat dalam regulasi vaskuler dan reabsorpsi natrium oleh ginjal.27

11
2.1.3.2 Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol

1). Konsumsi garam

Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis hipertensi.

Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Konsumsi 3-7 gram natrium

perhari, akan diabsorpsi terutama di usus halus. Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler

umumnya berubah-ubah sesuai sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proporsional

dengan natrium tubuh total. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan

ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Natrium

diabsorpsi secara aktif, kemudian dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring dan

dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium

dalam darah. Kelebihan natrium yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi,

dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yang

dikeluarkan kelenjar adrenal.28

Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga

menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.23 Garam memiliki sifat menahan

cairan, sehingga mengkonsumsi garam berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah.29

2). Konsumsi Lemak

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan

yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko

aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.23

Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari beraneka asam lemak jenuh

(ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya

hanya memiliki nilai tambah pada gorengan pertama saja. Penggunaan minyak goreng lebih

dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak, dan hal tersebut dapat

12
meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan

aterosklerosis dan hal yang memicu terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.23

3). Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab

rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh

darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin

akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang

akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena

tekanan darah yang lebih tinggi.25

Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat

menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga

dapat merusak dinding pembuluh darah.30

5). Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau sama

dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Pada

penderita hipertensi ditemukan 20-30% menderita berat badan berlebih.31 Makin besar massa

tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi

ke jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah

akan meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar.29

6). Kurangnya aktivitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak

aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih

tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.

Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang

dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan

13
kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan

berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat.29

2.1.4 Gambaran Klinis

Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun,

dan berupa:

a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan

tekanan darah intrakranium.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.

c. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah pada ginjal dan filtrasi

glomerulus.

d. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.20

2.1.5 Diagnosis

2.1.5.1 Anamnesis

Riwayat keluarga yang kuat mengenai hipertensi bersama dengan kelainan tekanan

darah intermiten yang dilaporkan pada waktu yang lalu mengarah diagnosis hipertensi primer.

Hipertensi sekunder sering kali timbul dalam usia 35 tahun atau setelah 35 tahun. Riwayat

penggunaan steroid adrenal atau estrogen mempunyai arti yang nyata, riwayat infeksi

urinarius yang berulang menunjukan pielonefritis kronik. Riwayat bertambahnya berat badan

cocok dengan sindroma cushing. Faktor risiko lainnya yang sebaiknya diperoleh adalah

merokok, diabetes mellitus, gangguan lipid, riwayat keluarga, adanya kematian dini akibat

kelainan kardiovaskular, dan gaya hidup.32

2.1.5.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum: memperhatikan keadaaan

khusus seperti: sindroma cushing, feokromasitoma, perkembangan tidak proporsionalnya

tubuh atas dibanding bawah yang sering ditemukan pada koarktasio aorta. Pengukuran

14
tekanan darah di tangan kiri dan kanan saat tidur dan berdiri. Funduskopi dengan klasifikasi

Keith-Wagener-Barker sangat berguna untuk menilai prognosis. Palpasi dan auskultasi

arterikarotis untuk menilai stenosis atau oklusi.33

Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk menilai HVK

dan tanda-tanda gagal jantung. Impuls apeks yang prominen. Bunyi jantung S2 yang

meningkat akibat kerasnya penutupan aorta. Kadang ditemukan murmur diastolik akibat

regurgitasi aorta. Bunyi S4 (gallop atrial atau presistolik) dapat ditemukan akibat dari

peninggian tekanan atrium kiri. Sedangkan bunyi S3 (gallop ventrikel atau protodiastolik).

Ditemukan bila tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat akibat dari dilatasi ventrikel

kiri. Bila S3 dan S4 ditemukan bersama disebut summation gallop. Paru perlu diperhatikan

apakah ada suara napas tambahan seperti ronki basah atau ronki kering. Pemeriksaan perut

ditujukan untuk mencari aneurisma, pembesaran hati, limpa, ginjal dan asites. Auskultasi

bising sekitar kiri kanan umbilicus (renal artery stenosis). Arteri radialis, arteri femoralis dan

arteri dorsalis pedia harus diraba. Tekanan darah dibetis harus diukur minimal sekali pada

hipertensi umur muda.33

2.1.5.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium awal meliputi:


1. Urinalisa: protein, leukosit, eritrosit, dan silinder
2. Hemoglobin / hematokrit
3. Elektrolit darah : Kalium
4. Ureum / kreatinin
5. Gula darah puasa
6. Kolesterol total
7. Elektrokardiografi menunjukkan HVK pada sekitar 20-50% (kurang sensitive) tetapi
masih menjadi metode standart.33
2.1.6 Tatalaksana

Tujuan pengobatan penderita hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan


mortalitas penyakit kardiovaskular dan ginjal. Beberapa percobaan klinis menunjukan

15
penurunan insidensi gagal jantung kongestif, infark miokard dan stroke sebesar >50%, 20%
dan 35%, dengan kontrol tekanan darah yang adekuat.
2.1.6.1 Pengobatan nonfarmakologi

JNC 8 merekomendasikan menurunkan berat badan berlebih atau kegemukan,


pembatasan asupan garam kurang atau sama dengan 100 meq/L/hari (2,4 gram natrium atau 6
gram natrium klorida), meningkatkan konsumsi buah dan sayur, menurunkan konsumsi
alkohol tidak lebih dari 2 kali minum/hari, meningkatkan aktivitas fisik paling tidak berjalan
30 menit/hari selama 5 hari/minggu serta menghentikan merokok, akan mengurangi risiko
kejadian kardiovaskular.
2.1.6.2 Pengobatan farmakologi

Pengobatan hipertensi di layanan primer sebaiknya ditujukan untuk pasien-pasien


dengan hipertensi Tingkat 1 dan Tingkat 2. Hipertensi Tingkat 3 dan yang sudah memiliki
kerusakan organ target atau KV lain sebaiknya dirujuk kepada dokter yang lebih ahli atau
spesialistik.23
Prinsip farmakoterapi :

 Pada pasien berisiko rendah dengan hipertensi tingkat 1 modifikasi gaya hidup bisa
merupakan terapi tunggal.
 Pada hipertensi dengan faktor risiko lain harus dipertimbangkan farmakoterapi bila
tekanan darah tetap sama atau lebih dari 140/90 mmHg dengan upaya modifikasi gaya
hidup
 Pasien dengan target organ demage (hipertrofi ventrikel kiri) disarankan untuk
farmakoterapi bila tekanan darah sama dengan atau diatas 140/90 mmHg.
 Pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal menahun harus dipertimbangkan untuk
farmakoterapi bila TD sama dengan atau diatas 130/80 mmHg.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis antara lain:
 Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist (Aldo Ant)
 Beta Blocker (BB)
 Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
 Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
 Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist/Blocker (ARB)
 Direct Renin Inhibitor (DRI)
Masing-masing obat anti hipertensi memiliki efektifitas dan keamanan dalam
pengobatan hipertensi. Untuk pemilihan obat anti hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
16
yaitu: faktor sosio ekonomi, profil faktor kardiovaskular, ada tidaknya kerusakan organ target,
ada tidaknya penyakit penyerta, variasi individu dari respon pasien terhadap obat anti
hipertensi, kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit
lain, bukti ilmiah kemampuan obat anti hipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan
risiko kardiovaskular.34
Efek samping pengobatan anti hipertensi bisa dihindari dengan menggunakan dosis
rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Hampir sebagian penderita memerlukan kombinasi
anti hipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi pengobatan kombinasi dapat
meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang
harus diminum bertambah.34
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi penderita adalah: diuretika
dengan Angiotensin Converting Enzyme (ACEI) atau Angiotensin II Receptor Blocker (ARB),
Calcium Channel Blocker (CCB) dengan Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), Calcium
Channel Blocker (CCB) dengan diuretika, Alfa Blocker (AB) dengan Beta Blocker (BB), dan
kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.34
2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dibahas di atas sebagai penyebab hipertrofi jantung dan infark miokard.
Hipertensi dapat pula menyebabkan kerusakan ginjal (nefropati), retinopati, stroke,
perdarahan intrakranial, aneurisme dan diseksi aorta.35

2.2 Kerangka teori

Faktor Risiko Hipertensi

Dapat dikontrol Tidak dapat dikontrol:


Gaya hidup: 17 1. Umur
1. Kebiasaan makan 2. Jenis Kelamin
2. Aktivitas fisik 3. Riwayat Keluarga
3. Stress
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif. Pengertian dari

deskriptif menurut (Sugiono: 2009;29) adalah suatu metode yang berfungsi untuk
18
mendeskripsikan atau memberi gambaran berupa tingkatan terhadap objek yang diteliti

melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan

intervensi dan analisis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif biasanya

meliputi angka kejadian pada suatu populasi, penyebaran, frekuensi, morbiditas dan

mortalitas dalam suatu populasi.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Lansia Panorama Puskesmas Lapadde

2. Waktu Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April 2022

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang nyata dan memiliki karakteristik tertentu yang

mewakili populasi. (Martono,2012). Dalam hal ini sampel yang ditargetkan pada penelitian ini

adalah lansia yang masuk dalam program lansia di Posyandu Lansia dalam wilayah kerja

Puskesmas Lapadde, khususnya di Posyandu Lansia Panorama. Populasi terjangkau pada

penelitian ini adalah penderita hipertensi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian.

3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara Purposive Sampling,

yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan yang memenuhi syarat kriteria

inklusi dan eksklusi di Puskesmas.

Kriteria Inklusi:

a. Pasien yang datang di poyandu dan bersedia menjadi responden Puskesmas.

b. Pasien penderita hipertensi.

Kriteria Eksklusi :

19
a. Penderita hipertensi mengalami komplikasi yang menyebabkan proses penelitian

terganggu.

b. Responden tidak ada ditempat selama penelitian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini dilakukan langsung oleh peneliti diperoleh dari

pemeriksaan tekanan darah pada pasien yang termasuk dalam program lansia yang datang

berkunjung ke Posyandu Lansia Puskesmas Lapadde.

3.3.1 Besar sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini semua penderita hipertensi yang masuk dalam

program lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Lapadde yang memenuhi kriteria inklusi yang

jumlahnya 40 responden.

3.3.2 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah pada pasien yang

sedang berkunjung di Posyandu Lansia Puskesmas Lapadde

3.4 Kerangka Konsep , Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau

diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep ini dikembangkan atau

diacukan kepada tujuan penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori

yang telah disajikan dalam tinjauan kepustakaan. (Notoatmodjo,2012).

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki

atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu.

(Notoatmodjo, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010), hubungan antara satu variable dengan variable

yang lain maka dalam penelitian ini dibedakan menjadi:

Variabel Bebas (Independen)


20
Variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat (dependen) (Notoatmodjo,

2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pasien Hipertensi di Puskesmas.

Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variable bebas. (Notoatmodjo, 2010). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah Gambaran Pengetahuan dan Implementasinya pada Pasien

Hipertensi di Puskesmas.

Definisi operasional variabel merupakan pedoman bagi peneliti untuk

mengukur/memanipulasi variabel penelitian sehingga memudahkan pengumpulan

data dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup

variabel. (Notoatmodjo,2010).

3.4.1 Alur Penelitian

Observasi lapangan

Populasi

21
Sampel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang hasil penelitian meliputi, gambaran
karakteristik responden penelitian, analisa data serta pembahasan yang di
sesuaikan dengan teori yang ada. Penelitian dilakukan pada bulan April 2022 di Posyandu
Lansia Panorama Puskesmas Lapadde.

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data responden dengan melakukan
pemeriksaan tekanan darah di Posyandu Lansia Panorama Puskesmas Lapadde. Terdapat total
40 responden.
4.1.1 Data Umum
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1. Laki- laki 9 22,5%
2. Perempuan 31 77,5%
TOTAL 40 100

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan 31 responden (77,5%) dan laki-laki sebanyak 9 responden (22,5%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


No. Umur Jumlah Prosentase (%)
1. 41-50 Tahun 11 27,5%
2. 51-60 Tahun 17 42,5%
3. >61 Tahun 12 30%
TOTAL 40 100

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Berdasarkan table 5.2 terdapat 40 subjek yang memenuhi kriteria penelitian
dengan berbagai usia dimana yang terbanyak berada pada rentang usia 41-50 tahun
sebanyak 11 orang (27,5%), lalu rentang usia 51-60 tahun sebanyak 17 orang (42,5%%)
dan sebanyak 12 orang pada rentang usia >61 tahun (30%).

22
4.1.2 Data Khusus
Data khusus merupakan karakteristik responden yang diamati seperti tabel berikut:

a. Penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas


No. Kriteria Frekuensi Prosentase (%)
1. Pre- Hipertensi 22 55%
2. Grade I 14 35%
3. Grade II 4 10%
TOTAL 100 100

Tabel 5.3 Klasifikasi Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tarawean

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan sebagian besar responden mengalami hipertensi grade I
22 orang (55%). Sebagian mengalami pre-hipertensi 14 responden (35%) dan sebagian
mengalami hipertensi grade II 4 responden (10%).

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Karakteristik Penderita Hipertensi di Puskesmas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami pre-


hipertensi, sebagian kecil mengalami hipertensi grade I dan hipertensi grade II. Dari
data tersebut di ketahui bahwa Hipertensi yang dialami oleh responden adalah pre-
hipertensi. Hal ini dapat di pahami karena penanganan hipertensi diawali dengan
hipertensi ringan terlebih dahulu agar tidak terjadinya hipertensi berat. Pengobatan
hipertensi merupakan salah satu aspek penting ke arah pencegahan terjadinya
hipertensi. Apabila masyarakat tidak melakukan pencegahan hipertensi maka akan
berpengaruh terhadap kesehatannya. Untuk itu pengobatan hipertensi merupakan
aspek penting yang berpengaruh terhadap antisipasi hipertensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan, sedangakan sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki. Dari data tersebut
semakin bertambahnya usia, hormon estrogen yang dimililki perempuan tidak
mampu menghasilkan High-Density Lipoprotein (HDL) dalam jumlah banyak,
sehingga beresiko terkena arteriskerosis akibat meningkatnya Low-Density

23
Lipoprotein (LDL). Perempuan yang sudah memasuki menopause hormon estrogen
yang berperan dalam melindungi pembuluh darah sudah rusak.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Smantummkul (2014) yang
menyatakan bahwa perempuan mengalami perubahan hormonal (menopause) yaitu
terjadinya penurunan perbandingan estrogen dan anderogen yang menyebabkan
peningkatan pelepasan rennin, sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden >60 tahun.
Umur 51-60 tahun merupakan umur yang rentan untuk terkena penyakit, salah
satunya hipertensi. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar
ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan
proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf
berpikir semakin matang dan dewasa (Nurrahmani, 2014).

24
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan minum obat hipertensi pada penderita hipertensi di puskesmas


Lapadde masih tergolong cukup baik. Namun, masih ada yang tergolong Hipertensi
Berat, sehingga pengetahuan masyarakat harus lebih ditingkatkan agar dapat dijadikan
preventif terhadap komplikasi dari penyakit Hipertensi terutama pada golongan
individu hipertensi sedang –berat.
b. Penderita Hipertensi di Posyandu Panorama Puskesmas Lapadde sebagian besar
dalam kategori pre-hipertensi dan umumnya ialah penderita berjenis kelamin
perempuan dengan usia 51-60 tahun.

6.2 Saran
6.2.1 Untuk Masyarakat
Masyarakat dalam hal ini terutama tokoh masyarakat dan kader diharapkan untuk tetap
berperan aktif dalam memberikan motivasi dan dorongan untuk mematuhi perintah tim
medis khususnya dalam pemberian obat agar terhindar terjadinya hipertensi berat dan
memberikan informasi pentingnya mencegah terjadinya hipertensi.
6.2.2 Untuk Puskesmas
Terkhusus untuk penyelenggara program dari Puskesmas Lapadde agar sekiranya
lebih sering dalam menggalakkan penyuluhan guna memberikan informasi dan motivasi
secara kontinu kepada responden tentang pentingnya patuh atau taat dalam
mengkonsumsi obat hipertensi dan juga lebih sering menggalakkan skrining hipertensi
baik dalam kegiatan posyandu lansia maupun kegiatan promotive dan kuratif lainnya.
.

25
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Sustrani L. Hipertensi. Jakarta: GramediaPustakaUtama; 2004.


2. Saunders C. Pemilihan uji laboratorium yang efektif. Jakarta: Kedokteran EGC; 1994.
3. Baradero M. Klien gangguan kardiovaskular :seri asuhan keperawatan. Jakarta:
Kedokteran EGC; 2005.
4. A T. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Gaya Baru; 2001.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013 [Internet]. 2013 [cited 2015 May 20].
6. Kemenkes. Riskesdas dalam angka provinsi Jawa Tengah 2013. 2013.
7. Anies. Waspada ancaman penyakit tidak menular :Solusi pencegahan dari aspek perilaku
& lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2006.
8. Sugiharto A. Faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada masyarakat (studi kasus di
kabupaten Karanganyar). Univ Diponegoro. 2007;1(2):60–4.
9. Julianti E. Bebas hipertensi dengan terapi jus. Jakarta: Niaga Swadaya; 2011.
10. Puspitorini M. Hipertensi cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi. 3rd ed. Yogyakarta:
Image Press; 2009.
11. Nuryati S. Gaya hidupdan status gizi serta hubungannya dengan hipertensi dan diabetes
melitus pada pria dan wanita dewasa di DKI Jakarta. 2009.
12. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset kesehatan dasar (RISKESDAS)
2007. Lap Nas 2007. 2008;1–384.
13. Hembing W. Ramuan tradisional untuk pengobatan darah tinggi. Jakarta: PT Agro Media.
14. A. Syahri Ainun, MS, Dian Sidik Arsyad R. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian
Hipertensi pada Mahasiswa di Lingkup Kesehatan Universitas Hasanuddin. Bagian
Epidemiol Fak Kesehat Masy Univ Hasanuddin. 2012;1–10.
15. N A. Faktor risiko hipertensi pada masyarakat di desa kabongan kidul, kabupaten rembang
laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah. 2012.
16. Lili M. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2007.
17. Setiawan D. Care your self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus; 2008.
18. Hu B, Liu X, Yin S, Fan H, Feng F, Yuan J. Effects of Psychological Stress on
Hypertension in Middle-Aged Chinese: A Cross-Sectional Study. PLoS One.
2015;10(6):e0129163.

26
19. Corwin, EJ,. 2009. Dalam: Buku Saku Patofisiologi. EdisiRevisi 3, Jakarta: EGC :484-
489.
20. ArifMansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.
21. Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta:
Intisari Mediatama.
22. Rilantono LI. 2012. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: FK UI.
23. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure. 2010. Available from:
http://www.mayoclinic.com/health/
24. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku
Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.2011. P: 10 – 13.
25. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di
Kabupaten Karanganyar). 2007. P:29-50, 90-126.
26. Kartikasari AN. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul,
Kabupaten Rembang. 2012. Available from: http://eprints.undip.ac.id/37291/
27. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension:
Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition. Baltimore, Maryland USA:
William & Wilkins; 1998. P:28-46
28. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure ( Hypertension ). 2012. Available from:
http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure/risk-factors/
29. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan Faktor
Risiko di RSU dr.Pirngadi Kota Medan. 2004. Available from: http://repository.usu.ac.id/
30. S.A. Nugraheni, Mellina Suryandari, Ronny Aruben. Pengendalian Faktor Determinan
sebagai Upaya Penatalaksanaan Hipertensi di Tingkat Puskesmas. 2008. Available from:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
31. Williams, G. H., 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Penerbit
buku Kedokteran EGC: 1256-1272.
32. Panggabean MM. Penyakit Jantung Hipertensi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Eds: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing,2009;p 1777-1778.
33. Mohani, CI,.Hipertensi Primer. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Eds: Setiati S,
Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF. Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing, 2014;p2284-2293.

27
34. Berkowitz Aaron. Lecture Notes Patofisiologi Klinik. Tangerang: BINARUPA AKSARA,
2013;p69-70.

28

Anda mungkin juga menyukai