Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN KARAKTER PENDIDIKAN TINGGI

Disusun untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah
Pendidikan Karakter

Dosen Pengampu:
Aat Agustin, SKM., MKM

Disusun Oleh:
Wiwi Winiarsih
NIM. 23142012034

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL
MAJALENGKA
2023
KATA PENGANTAR

Pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam membentuk individu


menjadi insan yang berkarakter. Namun, dalam perjalanannya, perguruan tinggi
seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan dan problematika dalam
menjalankan misi pendidikan karakter. Sejalan dengan perkembangan zaman dan
dinamika masyarakat, makalah ini menggali lebih dalam mengenai permasalahan
yang dihadapi oleh perguruan tinggi dalam mendidik karakter mahasiswanya.

Problematika pendidikan karakter di perguruan tinggi bukan hanya


sekadar masalah internal institusi, melainkan juga mencerminkan kondisi sosial
yang memerlukan perhatian serius. Dalam makalah ini, kita akan menelusuri akar
masalah, mencermati dampaknya terhadap mahasiswa, dan mengeksplorasi
berbagai solusi yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan efektivitas
pendidikan karakter di lingkungan perguruan tinggi.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi pemikiran yang bernilai


dalam upaya menjawab tantangan pendidikan karakter di tingkat pendidikan
tinggi. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
inspirasi dalam penyusunan makalah ini.

14 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………. 2

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………... 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Problematika Pendidikan Karakter …………………… 3

2.2 Pengertian Pendidikan Tinggi ……………………………………. 3

2.3 Problematika Pendidikan Karakter Pengertian Pendidikan Tinggi.. 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………................... 12

3.2 Saran ……………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 15
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tinggi memiliki peran yang strategis dalam membentuk


karakter mahasiswa, yang diharapkan menjadi pilar moral dan etika di
masyarakat. Namun, dalam perkembangannya, pendidikan karakter di
perguruan tinggi seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan yang
memengaruhi efektivitas dan keberlanjutannya. Latar belakang
masalah ini mencerminkan pergeseran dinamika sosial, teknologi, dan
ekonomi yang memberikan dampak signifikan terhadap proses
pendidikan karakter di lingkungan perguruan tinggi.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi, perguruan


tinggi dihadapkan pada tekanan untuk menyelaraskan kurikulum
dengan tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks. Hal ini seringkali
menyebabkan pergeseran fokus dari pembentukan karakter menuju
pemberian pengetahuan teknis dan keterampilan praktis. Dalam
konteks ini, permasalahan muncul ketika mahasiswa kurang
mendapatkan pendidikan karakter yang memadai, sehingga
mempengaruhi integritas, moralitas, dan tanggung jawab sosial
mereka.

Selain itu, faktor internal perguruan tinggi seperti kurangnya


integrasi nilai-nilai karakter dalam kurikulum formal, kultur organisasi
yang mungkin tidak mendukung, dan terbatasnya sarana prasarana
untuk mendukung pendidikan karakter menjadi hambatan nyata.
Semua hal ini memberikan gambaran tentang kompleksitas dan urgensi
permasalahan pendidikan karakter di perguruan tinggi.

Latar belakang inilah yang menjadi dasar penting untuk menggali


lebidalam problematika ini, memahami dampaknya terhadap
5

mahasiswa, dan merumuskan solusi yang dapat diterapkan guna


meningkatkan efektivitas pendidikan karakter di institusi pendidikan
tinggi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan


masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa problematika pendidikan karakter pada pendidikan tinggi ?


b. Apakah perlu pendidikan karakter pada pendidikan tinggi?
c. Bagaimana implementasi pendidikan karakter di pergurun tinggi?
1.3. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan
penulisanmasalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui apa itu problematika pendidikan karakter pada
pendidikan tinggi.
b. Pentingnya Pendidikan karakter pada Pendidikan tinggi.
c. Mengetahui implementasi pendidikan karakter di pergurun
tinggi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2. 1. Pengertian Problematika Pendidikan Karakter

Problematika pendidikan karakter merujuk pada serangkaian masalah atau


tantangan yang timbul dalam proses pendidikan karakter di berbagai tingkatan
pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan tinggi. Ini mencakup berbagai
aspek yang berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai moral, etika, dan
kepribadian pada individu dalam konteks pendidikan formal.

Problematika pendidikan karakter dapat melibatkan beberapa aspek,


seperti kurangnya integrasi nilai-nilai karakter dalam kurikulum formal, tantangan
dalam implementasi nilai-nilai karakter di dalam dan di luar kelas, dampak
perubahan sosial dan teknologi terhadap pengembangan karakter, peran dosen
dalam membentuk karakter mahasiswa, kultur organisasi perguruan tinggi yang
mungkin tidak mendukung, dan keterbatasan sarana prasarana untuk mendukung
pendidikan karakter.

Dengan memahami problematika pendidikan karakter, kita dapat


mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin menghambat pencapaian
tujuan pendidikan karakter di perguruan tinggi dan merancang strategi yang lebih
efektif untuk mengatasi tantangan tersebut. Pendekatan ini penting dalam
menciptakan lingkungan pendidikan yang dapat memberikan kontribusi nyata
dalam membentuk individu yang tidak hanya memiliki keahlian akademis, tetapi
juga karakter yang kuat dan bernilai positif.

2.2. Pengertian Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merujuk pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi


setelah menyelesaikan pendidikan menengah. Ini melibatkan program-program
akademis dan pengembangan keterampilan di institusi-institusi pendidikan yang
disebut perguruan tinggi atau universitas. Pendidikan tinggi bertujuan
memberikan pemahaman yang lebih mendalam dalam bidang studi tertentu,
7

memperluas wawasan, dan mengembangkan keterampilan kritis yang diperlukan


untuk berkontribusi dalam masyarakat dan dunia kerja.

Institusi pendidikan tinggi menyelenggarakan berbagai program studi,


seperti sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3), serta program-program non-
gelar yang mencakup pelatihan profesional dan pengembangan keterampilan
tertentu. Pendidikan tinggi juga seringkali memfasilitasi penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Sistem pendidikan tinggi berbeda-beda di berbagai negara, namun pada


umumnya, tujuan utamanya adalah membekali individu dengan pengetahuan dan
keterampilan yang memungkinkan mereka untuk berkontribusi secara berarti
dalam masyarakat, baik dalam kapasitas profesional maupun pribadi

2.3. Problematika Pendidikan Karakter Pengertian Pendidikan Tinggi

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, pasal 3 menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,
cerdas, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang baik serta bertanggung
jawab . Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka setiap jenjang
pendidikan harus diselenggarakan pendidikan budaya dan karakter secara
terprogram dan sistematis, dengan mengintegrasikan muatan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa, untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif.

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat


Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan
kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan
nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan
8

bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman


disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa. Untuk mendukung
perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan
saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu
program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025,
di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.”

Terkait dengan upaya mewujudkan pembangunan nasional, pendidikan


karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotic,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan
keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Menurut Sutarjo Adisusilo, karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi


sifat yang tetap. Jadi karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi
kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya
kerja keras, pantang menyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain. Dengan karakter
itulah kualitas seorang pribadi diukur. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa ada
empat ciri dasar pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana
setiap tindakan diukur berdasarkan seperangkat nilai. Nilai menjadi pedoman
normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, yang
membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada
situasi. Koherensi ini merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama
lain, tanpa koherensi maka kredibilitas seseorang akan runtuh. Ketiga, otonomi
9

maksudnya seseorang menginternalisasi nilai-nilai dari luar sehingga menjadi


nilai-nilai pribadi, menjadi sifat yang melekat melalui keputusan bebas tanpa
paksaan dari orang lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan
kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Atas dasar apa yang telah diungkapkan di atas, pendidikan karakter


bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih
dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Nilai-nilai tersebut
harus ditumbuhkembangkan pada setiap peserta didik hingga berkembang
menjadi budaya sekolah (school culture).

Pendidikan karakter bersumber dari Agama, Pancasila, budaya, dan


tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Pendidikan karakter di perguruan tinggi memunculkan sejumlah problematika


yang memerlukan pemahaman mendalam dan penanganan serius. Analisis dan
pembahasan aspek-aspek kunci dari problematika ini dapat memberikan
pandangan yang lebih terinci.

1. Kurangnya Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum


Problematika ini mencakup kurangnya penekanan pada nilai-nilai karakter
dalam kurikulum formal perguruan tinggi. Kurikulum yang terlalu terfokus pada
aspek akademis dapat mengabaikan pengembangan karakter mahasiswa.
Analisis:
 Tidak adanya keseimbangan antara materi akademis dan nilai-nilai karakter
dapat menghasilkan lulusan yang mahir secara akademis namun kurang
memiliki etika dan moral yang kuat.
10

 Diperlukan pendekatan holistik dalam kurikulum yang memasukkan elemen-


elemen karakter dalam setiap mata kuliah untuk mencapai hasil yang optimal.
2. Tantangan Implementasi Nilai-nilai Karakter
Pendekatan implementasi nilai-nilai karakter dalam pengajaran dan
pembelajaran juga menjadi tantangan. Model pembelajaran yang kurang inovatif
dan interaktif dapat menghambat transfer nilai-nilai karakter.
Analisis:
 Perlunya pengembangan model pembelajaran yang kreatif dan melibatkan
mahasiswa secara aktif dalam proses pembentukan karakter.
 Pelatihan dosen dalam strategi pengajaran yang mendukung pembentukan
karakter juga menjadi krusial.
3. Dampak Globalisasi dan Teknologi terhadap Pendidikan Karakter
Pengaruh budaya global yang lebih menekankan prestasi materi daripada
nilai-nilai etika dapat mempengaruhi mahasiswa. Penggunaan teknologi dalam
pembelajaran juga dapat mengesampingkan aspek interpersonal dan moral
dalam pengembangan karakter.
Analisis:
 Perlunya kesadaran budaya dan penekanan pada nilai-nilai lokal yang
sejalan dengan pembentukan karakter.
 Integrasi teknologi yang bijaksana untuk memperkaya pembelajaran
karakter tanpa menggantikan interaksi sosial.
4. Faktor Internal Perguruan Tinggi yang Mempengaruhi Pendidikan Karakter
Peran dosen dalam membentuk karakter mahasiswa dan kultur organisasi
perguruan tinggi yang tidak selalu mendukung pendidikan karakter menjadi
faktor internal yang memengaruhi.
Analisis:
 Perlunya pelibatan dosen dalam peran pembentukan karakter mahasiswa melalui
pembinaan dan dukungan aktif.
 Membangun budaya organisasi yang memberikan nilai tinggi pada pendidikan
karakter melalui insentif dan pengakuan.
5. Sarana dan Prasarana Pendidikan Karakter
11

Keterbatasan sumber daya, baik finansial maupun infrastruktur, dapat


menjadi hambatan serius dalam implementasi pendidikan karakter.
Analisis:
 Perguruan tinggi perlu berupaya meningkatkan alokasi sumber daya untuk
mendukung program-program pendidikan karakter.
 Kerjasama dengan pihak eksternal dan penggalangan dana bisa menjadi
solusi untuk mengatasi keterbatasan sumber daya.
Pemahaman mendalam tentang problematika pendidikan karakter di perguruan
tinggi menjadi dasar bagi penyusunan strategi perbaikan dan perubahan.
Diperlukan upaya kolektif dari pihak akademis, dosen, mahasiswa, dan pihak
terkait untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung
pengembangan karakter mahasiswa secara holistik.
12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam mengeksplorasi problematika pendidikan karakter di perguruan


tinggi, dapat disimpulkan bahwa tantangan tersebut menghadirkan dinamika
kompleks dalam pembentukan karakter mahasiswa. Kurangnya integrasi nilai-
nilai karakter dalam kurikulum, tantangan implementasi, dampak globalisasi dan
teknologi, faktor internal perguruan tinggi, serta keterbatasan sarana dan prasarana
menjadi faktor-faktor kritis yang memerlukan perhatian serius.

Pentingnya pendidikan karakter di perguruan tinggi tidak hanya dalam


konteks pembentukan individu yang berkualitas, tetapi juga sebagai persiapan
mahasiswa menghadapi dunia yang terus berubah. Penanganan problematika ini
memerlukan pendekatan holistik, melibatkan semua pihak terkait seperti dosen,
mahasiswa, dan pihak pengambil kebijakan.

Diperlukan integrasi nilai-nilai karakter dalam setiap aspek kurikulum,


pengembangan model pembelajaran inovatif, serta keterlibatan aktif dosen dalam
membimbing dan membentuk karakter mahasiswa. Mengatasi dampak globalisasi
dan teknologi membutuhkan kesadaran akan nilai-nilai lokal dan penggunaan
teknologi yang bijaksana dalam pendidikan karakter.

Faktor internal perguruan tinggi, termasuk peran dosen dan budaya


organisasi, harus dipahami sebagai elemen-elemen kunci yang memengaruhi
keberhasilan pendidikan karakter. Upaya kolektif dari semua pihak, dukungan
finansial, serta pengelolaan sumber daya yang efektif menjadi langkah krusial
untuk mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana.

Dengan memahami dan mengatasi problematika tersebut, perguruan tinggi


dapat menjadi agen perubahan yang berdampak positif dalam membentuk karakter
mahasiswa. Kesimpulan ini menjadi panggilan untuk kolaborasi dan komitmen
13

bersama dalam meningkatkan kualitas pendidikan karakter di perguruan tinggi


demi menciptakan generasi yang tidak hanya kompeten secara akademis tetapi
juga memiliki integritas dan nilai-nilai moral yang kokoh.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan diatas, berikut Saran-saran untuk Meningkatkan


Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi menurut penulis:

1. Integrasi Nilai-nilai Karakter dalam Kurikulum:


o Mendorong pengembangan kurikulum yang secara eksplisit
mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap mata kuliah.
o Memastikan keberlanjutan program pembinaan karakter sepanjang
kurikulum untuk memastikan konsistensi pendidikan karakter.
2. Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif:
o Mendorong pendekatan pembelajaran yang kreatif dan interaktif
untuk mendukung pengembangan karakter mahasiswa.
o Menyediakan pelatihan dan dukungan untuk dosen agar dapat
mengimplementasikan model pembelajaran yang lebih efektif
dalam pembentukan karakter.
3. Kesadaran akan Nilai-nilai Lokal:
o Memotivasi perguruan tinggi untuk meningkatkan kesadaran
mahasiswa akan nilai-nilai lokal dan budaya yang mendukung
pembentukan karakter.
o Mendorong pengembangan program-program yang menekankan
nilai-nilai lokal dalam konteks globalisasi.
4. Peran Dosen dan Budaya Organisasi:
o Mengaktifkan peran dosen sebagai agen pembentukan karakter
melalui program pelatihan dan insentif yang mendukung.
o Mendorong perguruan tinggi untuk membangun budaya organisasi
yang memberikan nilai tinggi pada pendidikan karakter, mengakui
prestasi di bidang tersebut, dan memotivasi partisipasi aktif.
5. Optimalisasi Sarana dan Prasarana:
14

o Mendorong alokasi sumber daya yang memadai untuk mendukung


program pendidikan karakter.
o Membangun kemitraan dengan pihak eksternal, termasuk dunia
industri dan lembaga-lembaga terkait, untuk pengelolaan sumber
daya yang lebih efektif.
6. Keterlibatan Aktif Mahasiswa:
o Mendorong keterlibatan aktif mahasiswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan karakter.
o Menyediakan ruang bagi mahasiswa untuk memberikan masukan
dan ide dalam perencanaan dan implementasi program pendidikan
karakter.
7. Evaluasi dan Pembaruan Kontinu:
o Menetapkan mekanisme evaluasi rutin untuk mengukur efektivitas
program pendidikan karakter.
o Mendorong perguruan tinggi untuk melakukan pembaruan kontinu
berdasarkan hasil evaluasi, tren perkembangan masyarakat, dan
perubahan dalam lingkungan pendidikan.

Implementasi saran-saran ini memerlukan kerjasama dan komitmen dari


semua pihak terkait. Perguruan tinggi, dosen, mahasiswa, dan pihak pengambil
kebijakan perlu bersama-sama berkontribusi untuk menciptakan lingkungan
pendidikan tinggi yang mendukung perkembangan karakter yang kokoh pada
mahasiswa.
15

DAFTAR PUSTAKA
Sartono, Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, Makalah Disertasi, 2011, hal.9
Kompasiana.com.mas 10 Januari 2019
Moch, Shohib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan
Disiplin Diri, Jakarta, Rineka Cipta, 2014, hal. 207
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi,
Jakarta, Prenadamedia Group, 2014, hal. 131
Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung, Remaja Rosdakarya, 2016, hal. 144

Anda mungkin juga menyukai