Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PENGEMBANGAN DAN TELAAH KURIKULUM”

Peran Pengembangan Kurikulum Sekolah

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan dan Telaah Kurikulum

Dosen pengampu :

Dwi Herlindawati, S.Pd., M.Pd.

Dr. Sri Kantun, M.Ed

Disusun oleh :

Dwi Arisatul Amalia (200210301101)


Sofiana Nurhidayah (200210301051)
Muhammad Yani Fathurrohman (200210301062)
Firliana Rachmaputri (200210301118)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peran Pengembangan
Kurikulum Sekolah”.

Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah tentang “Peran Pengembangan Kurikulum Sekolah” ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jember, 11 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1.2 Rumusuan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan Makalah .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................
2.1 Peran Kurikulum dan Peran Siapa Saja Di Dalamnya ............................
2.2 Peran Pengembangan Kurikulum ...........................................................
2.3 Gambaran dan Ciri Kurikulum Yang Digunakan ...................................
BAB III PENUTUP ................................................................................................
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................
3.2 Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan sebab berkaitan dengan penentuan
arah, isi, dan proses pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman tuntutan dari masyarakat,
maka dunia pendidikan harus melakukan inovasi dalam pendidikan. Inovasi akan berjalan dan
mencapai sasarannya jika program pendidikan tersebut dirancang dan diimplementasikan sesuai
dengan kondisi dan tuntutan zaman.

Persoalan kurikulum tidak semata hanya urusan sekolah saja (kepala sekolah dan guru),
melainkan pula menjadi urusan banyak pihak lainnya seperti orang tua murid dan masyarakat.
Artinya pengembangan sebuah kurikulum sekolah melibatkan berbagai pihak dengan peranannya
masing-masing. Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan
dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Seiring dengan perkembangan jaman dan tuntutan
dari masyarakat, maka dunia pendidikan harus melakukan inovasi dalam pendidikan. Sebagai
salah satu komponen dalam sistem pendidikan, pengembangan kurikulum memiliki peranan-
peranan penting.

Dengan kondisi pemerintah sekarang yang masih harus menanggung beban


krisis yang begitu berat, rasanya tidaklah tepat apabila kita menunggu kebijakan dari pemerintah
pusat untuk membenahi kondisi pendidikan kita. Sehingga semua pihak yang bertanggung jawab
atas kondisi dan sistem pendidikan yang ada di negara kita hendaknya ikut memikirkan
bagaimana caranya agar pendidikan di Indonesia dapat mengalami kemajuan seperti negara-
negara lain. Berdasarkan uaraian diatas alangkah berdosanya kalau kita sebagai generasi bangsa
tidak ikut bertanggung jawab atas sistem pendidikan di negara kita tercinta ini. Di samping itu
kita akan melihat kurikulum pendidikan di Indonesia yang sudah beberapa tahun ini mengalami
reformasi kurikulum yaitu dari kurikulum tahun 1947,1968,1975, 1984, 1994, 2004 dan KTSP
2006 hingga sekarang. Dalam pembahasan nanti kita akan melihat gambaran dan karakteristik
dari masing-masing kurikulum tersebut, sehingga kita akan mengetahui kelemahan ataupun
kelebihan dari masing-masing kurikulum tersebut. Bila kurikulumnya di desain dengan
sistematis dan komprehensif serta integral dengan segala kebutuhan pengembangan dan
pembelajaran anak didik, tentu out put pendidikan akan mampu mewujudkan harapan. Tetapi
bila tidak, kegagalan demi kegagalan akan terus menghantui dunia pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis mengangkat tiga pemasalahan, yaitu:

1. Siapa saja yang berperan dalam pengembangan kurikulum dan apa peranannya?
2. Bagaimana peran pengembangan kurikulum dalam menunjang keberhasilan dunia
pendidikan?
3. Apa saja gambaran dan ciri kurikulum yang pernah digunakan di Sekolah?

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui siapa saja yang berperan dalam pengembangan kurikulum sehingga mencapai
tujuan pendidikan.
2. Mengetahui sejauh mana peranan kurikulum dalam menunjang keberhasilan dalam dunia
pendidikan.
3. Dapat mengetahui gambaran dan ciri kurikulum yang pernah digunakan di Sekolah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran Kurikulum dan Siapa Saja Yang Berperan Di Dalamnya


Peranan Kurikulum Kurikulum sebagai rencana pendidikan yang telah disusun secara
sistematis tentunya mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan. Dimana peranan-
peranan tersebut memiliki tanggung jawab masing-masing. Kurikulum sebagai komponen
pendidikan setidaknya memuat tiga peranan, yaitu:

a. Peranan konservatif

Peranan ini lebih menekankan bahwa kurikulum menjadi sarana untuk mentransmisikan dan
menafsirkan nilai-nilai budaya kepada peserta didik. Nilai nilai budaya dapat menjadi gambaran
bagi peserta didik untuk mengetahui tindakan-tindakan yang diterima atau diperbolehkan dan
tindakan-tindakan yang ditolak atau dilarang di masyarakat. Transmisi nilai-nilai budaya tersebut
dapat dilakukan dengan cara menginput nilai-nilai budaya ke dalam kurikulum pendidikan.
Mengingat pentingnya pendidikan dalam mencetak generasi penerus yang berkompeten,
mencapai tujuan pendidikan dan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga
sosial harus mampu membina dan mempengaruhi tingkah laku peserta didik sesuai dengan nilai-
nilai sosial. Melalui pendidikan yang menjembatani didik dengan orang dewasa diharapkaan
pembudayaan semakin berkembang.
Dengan berkembangnya pembudayaan ini maka peserta didik sebagai penerus bangsa akan
mampu meneruskan ke generasi seterusnya mengenai budaya-budaya yang ada sehingga tidak
akan terputus budaya-budaya tersebut sebagai identitas suku maupun bangsanya. Peserta didik
perlu memahami dan menjalankan norma-norma atau pandangan hidup masyarakat sebagai bekal
terjun ke masyarakat agar dapat berperilaku sesuai norma-norma tersebut dan semakin mudah
berinteraksi. Kurikulum berperan dalam melestarikan nilai-nilai budaya sebagai warisan nenek
moyang agar tidak tergerus oleh arus globalisasi dan budaya-budaya asing. Dimana saat ini arus
globalisasi dan budaya-budaya asing dapat masuk lebih mudah ke dalam masyarakat dan
semakin menggerogoti budaya-budaya lokal. Dalam hal ini kurikulum memiliki peran untuk
menangkal berbagai pengaruh dari luar yang dapat merusak nilai-nilai budaya dan sosial
sehingga keajegan dan identitas budaya, suku, bangsa, negara akan tetap terjaga dan terpelihara
dengan baik.

b. Peranan kreatif

Peranan kreatif lebih menekankan bahwa kurikulum dapat mengembangkan sesuatu yang
terkini sesuai perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat untuk saat ini maupun di masa
depan. Pendidikan yang hakikatnya tidak hanya digunakan untuk saat ini tetapi juga untuk masa
depan. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa kurikulum dalam pendidikan harus
senantiasa kreatif dan inovatif agar peserta didik mampu menghadapi perkembangan zaman baik
untuk saat ini maupun di masa depan. Kurikulum berperan dalam menciptakan dan menyusun
program-program atau kegiatan yang kreatif, inovatif dan konstruktif sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan peserta didik. Program atau kegiatan tersebut harus mampu
mendorong mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam peserta didik baik melalui program
pembelajaran atau program diluar pembelajaran berupa pengalaman-pengalaman yang
membangun pola pikir dan pola bertindak peserta didik dalam mengembangkan kreativitasnya
untuk menciptakan sesuatu yang baru yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri, keluarga,
lembaga pendidikan terkait maupun bangsa dan negara.

Melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif, inovatif dan konstruktif dengan mencipta,


mengembangkan dan menyusun sesuatu yang baru dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk
saat ini maupun di masa depan ketika terjun ke masyarakat. Sehingga kurikulum bukan hanya
memuat mengenai pelajaran, pola pikir, pola bertindak, pengalaman tetapi juga kemampuan dan
keterampilan yang sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan di masa depan. Dengan
memiliki kemampuan dan keterampilan peserta didik akan siap dalam kondisi apapun dan dapat
digunakan dalam kehidupan bermasyarakat di masa depan.

c. Peranan kritis dan evaluatif

Peranan ini dilatarbelakangi oleh perubahaan dalam nilai-nilai budaya dalam kehidupan
bermasyarakat. Sehingga dalam transmisi nilai-nilai budaya perlu memperhatikan perubahan-
perubahan yang ada. Pewarisan nilai-nilai budaya mengalami perubahan untuk menyesuaikan
dengan kondisi saat ini yang juga kian berkembang. Kondisi saat ini dan yang akan datang
tentunya memiliki kondisi yang berbeda sesuai kebutuhan pada masanya. Dengan demikian
peran kurikulum bukan hanya mentransmisi segala jenis nilai-nilai budaya yang ada tetapi juga
memilah dan memilih yang akan diwariskan sesuai kondisi yang sedang terjadi. Kurikulum turut
aktif dalam berpartisipasi, kontrol atau sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Nilai-
nilai budaya yang tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini maupun masa yang akan datang dapat
dihilangkan, dimodifikasi maupun dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan sesuai dengan
kondisi yang sedang terjadi.

Meskipun nilai-nilai budaya berasal dari nenek moyang tetapi memiliki kondisi yang berbeda
dengan kondisi saat ini. Nilai-nilai budaya tersebut dinilai kurang mampu menghadapi kondisi
saat ini yang sedang terjadi kecuali dimodifikasi maupun dilakukan penyempurnaan terlebih
dahulu. Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan berdampingan dan harmonis untuk
dapat mempertahankan perannya dalam menjawab berbagai tuntutan-tuntutan. Selain itu agar
tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan antar peran yang menyebabkan peran tersebut kurang
berfungsi secara optimal. Dalam menyelaraskan peranan-peranan tersebut diperlukan kerjasama
oleh berbagai pihak dalam pendidikan seperti peserta didik, pendidik, kepala sekolah, orang tua
bahkan masyarakat. Dengan demikian pihak terkait tersebut akan saling memahami dan
kerjasama untuk menerapkan tujuan maupun isi kurikulum sesuai dengan tugas masing-masing.

Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi,


yaitu administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan,
guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang
secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah: administrator, guru,
dan orang tua.
1. Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri dari atas: direktur bidang pendidikan, pusat
pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta
kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun dasar serta
program inti kurikulum.Kerangka dasar dan progam inti akan menentukan minimum course yang
dituntut.
Administrator tingkat pusat bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan ahli bidang
studi di Perguruan Tinggi serta meminta persetujuannya terutama dalam penyusunan kurikulum
sekolah. Atas dasar kerangka dasar dan program inti tersebut para administrator daerah (kepala
kantor wilayah) dan administrator lokal (kabupaten, kecamatan, dan kepala sekolah)
mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
Para kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi sistem pada
masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini sesungguhnya yang secara terus menerus terlibat
dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan
kepada guru-guru. Administrator lokal harus bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru
dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
mengkomunikasikan sistem pendidikan kepada masyarakat, serta mendorong pelaksanaan
kurikulum oleh guru-guru dikelas. Peranan kepala sekolah lebih banyak berkenaan dengan
implementasi kurikulum disekolahnya. Kepala sekolah juga mempunyai peranan penting dalam
menciptakan kondisi untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya.
2. Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi/ bidang
ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta perkembangan tuntutan
masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi bidang ilmu, yang mutakhir dan sesuai
dengan perkembangan kebutuhan masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan
partisipasinya dalam menyusun materi ajaran yang sesuai dengan struktur keilmuan akan tetapi
sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.
3. Peranan guru
Guru memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan maupun
pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengemban kurikulum bagi
kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam
kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang luas. Hasil-hasil penilaian
demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-
hambatan dalam implementasi kurikulum dan juga membantu mencari cara untuk
mengoptimalkan kegiatan guru.
Guru tidak hanya berperan sebagai guru didalam kelas, ia juga seorang komunikator,
pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, pencoba penyusunan
organisasi, manager system pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun masyarakat dalam
hubungannya dengan pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Sebagai pelaksana kurikulum maka
guru pula yang harus menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Berkat
keahlian, keterampilan, dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu menciptakan
situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong
kreativitas anak.
4. Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka
dapat berkenaan 2 hal yaitu dalam penyusunan kurikulum dan dalam pelaksanaan kurikulum.
Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas
kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.
Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan
kurikulum diperlukan kerja sama yang erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua
murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah, dan orang tua
sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya dirumah. Orang tua juga secara
berkala menerima laporan kemajuan anak-anaknya dari sekolah berupa rapor dan sebagainya.
Orang tua juga dapat turut serta berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai
kegiatan seperti diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan orang tua-guru. Pameran sekolah, dan
sebagainya. Melalui pengamatan dalam kegiatan belajar di rumah, laporan sekolah, partisipasi
dalam kegiatan sekolah orang tua dapat ikut serta dalam pengembangan kurikulum terutama
dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, minat yang penuh, usaha yang
sungguh-sungguh, penyelesaian tugas-tugas serta partisipasi dalam setiap kegiatan di sekolah.
Kegiatan-kegiatan tersebut akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.
5. Peranan Komite Sekolah
Komite sekolah adalah sebuah badan mandiri yang mewadahi masyarakat dalam
meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan baik pada pendidikan pra
sekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Komite berperan mewadahi dan memaksimalkan masyrakat dalam penyelenggaraan
pendidikan (supporting agense), mengawasi penyelenggaran program pendidikan yang meliputi
apakah pengembangan yang ditempuh sudah memenuhi norma/ ketentuan sebagaimanya
harusnya serta memastikan apakah pengembangan kurikulum telah memperhatikan dan
melibatkan pihak pihak yang terkait, dan yang terakhir mengawasi apakah sudah terukur untuk
kemajuan peserta didik setelah penerapan kurikulum ini.
Komite berperan sebagai mediator antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum menjadi terbuka. Dengan adanya sinergi antara kepala sekolah, guru
dan komite sekolah program kurikulum akan menjadi dinamis dan berpeluang mencapai tujuan
pendidikan.

2.2 Peran Pengembangan Kurikulum Dalam Menunjang Keberhasilan Pendidikan.

Kurikulum dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu mempersiapkan


peserta didik agar mereka hidup dimasyrakat dan dapat berperan aktif di dalamnya.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadi pertimbangan dalam
pengembangan kurikulum. Oleh karena itu departemen pendidikan nasional harus mampu
dengan cepat menjawab tantangan tersebut untuk direalisasikan dalam program pendidikan.
Itu artinya pengembangan kurikulum harus dinamis mengikuti perkembangan jaman.

Selain bersifat dinamis karena mengikuti perkembangan jaman, kurikulum juga bersifat
strategis karena memiliki pengaruh langsung terhadap keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan. Kurikulum di Indonesia berlaku secara nasional untuk semua pada jenjang yang
sama bertujuan untuk mewujudkan cita cita nasional bagsa Indonesia.

Dalam penerepan kurikulum prosesbelajar mengajar merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Tanpa adanya program program yang ada di dalam kurikulum serta kerjasama
pihak yang terkait seperti guru, kepala sekolah, komite sekolah dan orang tua murid maka
keberhasilan pendidikan disuatu Negara tidak akan tercapai

2.3 Kurikulum Yang Pernah Berlaku Di Indonesia

1. Kurikulum 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu mulai
ditetapkan Pancasila sebagai asas pendidikan. Kurikulum ini juga disebut dengan Rencana
Pelajaran 1947, namun baru dilaksanakan pada tahun 1950.

Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang
diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947
tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat.

2. Kurikulum 1952
Kehadiran kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, dengan
merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia, seperti setiap
pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan
secara jelas bahwa seorang guru hanya mengajar satu mata pelajaran.

3. Kurikulum 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, yang
dinamakan Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama pada era orde baru. Bersifat politis dan dimaksudkan untuk
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni.

Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa
di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975. Kurikulum ini
menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan
TK dan SD Departemen Pendidikan kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep
di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal
dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.

6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
dengan Kurikulum 1975 Disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar,
yaitu dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.
Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

7. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun, perpaduan
antara tujuan dan proses nampaknya belum berhasil. Akibatnya banyak kritik berdatangan,
disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai
muatan lokal, seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.

8. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi yang harus mengandung
tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi, indikator-indikator
evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
pembelajaran.

KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

9. Kurikulum 2006
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus
dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata
pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat. Kurikulum ini juga dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

10. Kurikulum 2013


Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek
penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di
dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di
materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah
materi Matematika.

11. Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam


di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk
memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan
kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan


tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk
mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata
pelajaran.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang Peran Pengembangan Kurikulum dapat disimpulkan


bahwa sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, kurikulum memiliki tiga peran,
yaitu peran konservatif, peranan kreatif, serta peran kritis dan evaluatif. Dalam mengembangkan
suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu administrator pendidikan, ahli
pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta
tokoh-tokoh masyarakat. Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan dan
keberhasilan pendidikan.

Perjalanan pendidikan dan kurikulumnya sepanjang sejarah bangsa Indonesia merdeka,


menunjukkan praktek pendidikan tidak pernah lepas dari metode uji coba kebijaksanaan di
bidang pendidikan. Begitu mudah berubah. Kurikulum pendidikan yang seharusnya tidak
gampang diubah, sebelum ada pengkajian dan riset yang mendalam, telah menyebabkan sekor
pendidikan di tanah air belum mampu mengatasi ketertinggalan bangsa ini dalam mengikuti
kompetisi regional dan global.

3.2 Saran

Pemerintah harus lebih memusatkan perhatian pada peningkatan kesejahteraan tenaga guru
dan dosen, pemberian akses kesempatan belajar yang seluas-luasnya bagi anak-anak didik
sebagai garda terdepan bangsa dalam memajukan pendidikan nasional.

Jika tidak, akan terjadiketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum


persekolahan menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi
tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, baik administrator
pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang
tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait tersebut
idealnya dapat memahami betul apa yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum yang diterapkan
sesuai dengan bidang tugas masing-masing untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan.
Catatan sejarah tentang pelapukan terhadap praktik pendidikan dan kurikulumnya, harus
segera diperbaiki kembali dengan memfokuskan perhatian pada isi, visi, misi dan orientasi
pendidikan yang berlandaskan pada pendidikan untuk semua rakyat Indonesia tanpa
terkecuali. Sudah saatnya pemerintah menjadikan pilar pendidikan sebagai prioritas utama
pembangunan nasional bangsa ke depan.
DAFTAR PUSTAKA

Dakir.2010. Perencanan dan pengembangan Kurikulum Jakarta : PT Rineka Cipta

https://aseharry7.blogspot.com/2013/08/latar-belakang-dan-tujuan-berbagai.html

https://sekardwijaya.blogspot.com/2012/12/makalah-peran-pengembangan-kurikulum-di.html

https://binus.ac.id/character-building/2020/12/sejarah-perjalanan-kurikulum-pendidikan-
indonesia/

https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka

Anda mungkin juga menyukai