Dosen pengampu :
Disusun oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peran Pengembangan
Kurikulum Sekolah”.
Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah tentang “Peran Pengembangan Kurikulum Sekolah” ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan sebab berkaitan dengan penentuan
arah, isi, dan proses pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman tuntutan dari masyarakat,
maka dunia pendidikan harus melakukan inovasi dalam pendidikan. Inovasi akan berjalan dan
mencapai sasarannya jika program pendidikan tersebut dirancang dan diimplementasikan sesuai
dengan kondisi dan tuntutan zaman.
Persoalan kurikulum tidak semata hanya urusan sekolah saja (kepala sekolah dan guru),
melainkan pula menjadi urusan banyak pihak lainnya seperti orang tua murid dan masyarakat.
Artinya pengembangan sebuah kurikulum sekolah melibatkan berbagai pihak dengan peranannya
masing-masing. Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan
dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Seiring dengan perkembangan jaman dan tuntutan
dari masyarakat, maka dunia pendidikan harus melakukan inovasi dalam pendidikan. Sebagai
salah satu komponen dalam sistem pendidikan, pengembangan kurikulum memiliki peranan-
peranan penting.
1. Siapa saja yang berperan dalam pengembangan kurikulum dan apa peranannya?
2. Bagaimana peran pengembangan kurikulum dalam menunjang keberhasilan dunia
pendidikan?
3. Apa saja gambaran dan ciri kurikulum yang pernah digunakan di Sekolah?
1. Mengetahui siapa saja yang berperan dalam pengembangan kurikulum sehingga mencapai
tujuan pendidikan.
2. Mengetahui sejauh mana peranan kurikulum dalam menunjang keberhasilan dalam dunia
pendidikan.
3. Dapat mengetahui gambaran dan ciri kurikulum yang pernah digunakan di Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Peranan konservatif
Peranan ini lebih menekankan bahwa kurikulum menjadi sarana untuk mentransmisikan dan
menafsirkan nilai-nilai budaya kepada peserta didik. Nilai nilai budaya dapat menjadi gambaran
bagi peserta didik untuk mengetahui tindakan-tindakan yang diterima atau diperbolehkan dan
tindakan-tindakan yang ditolak atau dilarang di masyarakat. Transmisi nilai-nilai budaya tersebut
dapat dilakukan dengan cara menginput nilai-nilai budaya ke dalam kurikulum pendidikan.
Mengingat pentingnya pendidikan dalam mencetak generasi penerus yang berkompeten,
mencapai tujuan pendidikan dan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga
sosial harus mampu membina dan mempengaruhi tingkah laku peserta didik sesuai dengan nilai-
nilai sosial. Melalui pendidikan yang menjembatani didik dengan orang dewasa diharapkaan
pembudayaan semakin berkembang.
Dengan berkembangnya pembudayaan ini maka peserta didik sebagai penerus bangsa akan
mampu meneruskan ke generasi seterusnya mengenai budaya-budaya yang ada sehingga tidak
akan terputus budaya-budaya tersebut sebagai identitas suku maupun bangsanya. Peserta didik
perlu memahami dan menjalankan norma-norma atau pandangan hidup masyarakat sebagai bekal
terjun ke masyarakat agar dapat berperilaku sesuai norma-norma tersebut dan semakin mudah
berinteraksi. Kurikulum berperan dalam melestarikan nilai-nilai budaya sebagai warisan nenek
moyang agar tidak tergerus oleh arus globalisasi dan budaya-budaya asing. Dimana saat ini arus
globalisasi dan budaya-budaya asing dapat masuk lebih mudah ke dalam masyarakat dan
semakin menggerogoti budaya-budaya lokal. Dalam hal ini kurikulum memiliki peran untuk
menangkal berbagai pengaruh dari luar yang dapat merusak nilai-nilai budaya dan sosial
sehingga keajegan dan identitas budaya, suku, bangsa, negara akan tetap terjaga dan terpelihara
dengan baik.
b. Peranan kreatif
Peranan kreatif lebih menekankan bahwa kurikulum dapat mengembangkan sesuatu yang
terkini sesuai perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat untuk saat ini maupun di masa
depan. Pendidikan yang hakikatnya tidak hanya digunakan untuk saat ini tetapi juga untuk masa
depan. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa kurikulum dalam pendidikan harus
senantiasa kreatif dan inovatif agar peserta didik mampu menghadapi perkembangan zaman baik
untuk saat ini maupun di masa depan. Kurikulum berperan dalam menciptakan dan menyusun
program-program atau kegiatan yang kreatif, inovatif dan konstruktif sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan peserta didik. Program atau kegiatan tersebut harus mampu
mendorong mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam peserta didik baik melalui program
pembelajaran atau program diluar pembelajaran berupa pengalaman-pengalaman yang
membangun pola pikir dan pola bertindak peserta didik dalam mengembangkan kreativitasnya
untuk menciptakan sesuatu yang baru yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri, keluarga,
lembaga pendidikan terkait maupun bangsa dan negara.
Peranan ini dilatarbelakangi oleh perubahaan dalam nilai-nilai budaya dalam kehidupan
bermasyarakat. Sehingga dalam transmisi nilai-nilai budaya perlu memperhatikan perubahan-
perubahan yang ada. Pewarisan nilai-nilai budaya mengalami perubahan untuk menyesuaikan
dengan kondisi saat ini yang juga kian berkembang. Kondisi saat ini dan yang akan datang
tentunya memiliki kondisi yang berbeda sesuai kebutuhan pada masanya. Dengan demikian
peran kurikulum bukan hanya mentransmisi segala jenis nilai-nilai budaya yang ada tetapi juga
memilah dan memilih yang akan diwariskan sesuai kondisi yang sedang terjadi. Kurikulum turut
aktif dalam berpartisipasi, kontrol atau sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Nilai-
nilai budaya yang tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini maupun masa yang akan datang dapat
dihilangkan, dimodifikasi maupun dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan sesuai dengan
kondisi yang sedang terjadi.
Meskipun nilai-nilai budaya berasal dari nenek moyang tetapi memiliki kondisi yang berbeda
dengan kondisi saat ini. Nilai-nilai budaya tersebut dinilai kurang mampu menghadapi kondisi
saat ini yang sedang terjadi kecuali dimodifikasi maupun dilakukan penyempurnaan terlebih
dahulu. Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan berdampingan dan harmonis untuk
dapat mempertahankan perannya dalam menjawab berbagai tuntutan-tuntutan. Selain itu agar
tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan antar peran yang menyebabkan peran tersebut kurang
berfungsi secara optimal. Dalam menyelaraskan peranan-peranan tersebut diperlukan kerjasama
oleh berbagai pihak dalam pendidikan seperti peserta didik, pendidik, kepala sekolah, orang tua
bahkan masyarakat. Dengan demikian pihak terkait tersebut akan saling memahami dan
kerjasama untuk menerapkan tujuan maupun isi kurikulum sesuai dengan tugas masing-masing.
Selain bersifat dinamis karena mengikuti perkembangan jaman, kurikulum juga bersifat
strategis karena memiliki pengaruh langsung terhadap keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan. Kurikulum di Indonesia berlaku secara nasional untuk semua pada jenjang yang
sama bertujuan untuk mewujudkan cita cita nasional bagsa Indonesia.
Dalam penerepan kurikulum prosesbelajar mengajar merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Tanpa adanya program program yang ada di dalam kurikulum serta kerjasama
pihak yang terkait seperti guru, kepala sekolah, komite sekolah dan orang tua murid maka
keberhasilan pendidikan disuatu Negara tidak akan tercapai
1. Kurikulum 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu mulai
ditetapkan Pancasila sebagai asas pendidikan. Kurikulum ini juga disebut dengan Rencana
Pelajaran 1947, namun baru dilaksanakan pada tahun 1950.
Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang
diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947
tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat.
2. Kurikulum 1952
Kehadiran kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, dengan
merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia, seperti setiap
pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan
secara jelas bahwa seorang guru hanya mengajar satu mata pelajaran.
3. Kurikulum 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, yang
dinamakan Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama pada era orde baru. Bersifat politis dan dimaksudkan untuk
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa
di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975. Kurikulum ini
menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan
TK dan SD Departemen Pendidikan kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep
di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal
dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
dengan Kurikulum 1975 Disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar,
yaitu dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.
Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun, perpaduan
antara tujuan dan proses nampaknya belum berhasil. Akibatnya banyak kritik berdatangan,
disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai
muatan lokal, seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
8. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi yang harus mengandung
tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi, indikator-indikator
evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
9. Kurikulum 2006
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus
dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata
pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat. Kurikulum ini juga dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pemerintah harus lebih memusatkan perhatian pada peningkatan kesejahteraan tenaga guru
dan dosen, pemberian akses kesempatan belajar yang seluas-luasnya bagi anak-anak didik
sebagai garda terdepan bangsa dalam memajukan pendidikan nasional.
https://aseharry7.blogspot.com/2013/08/latar-belakang-dan-tujuan-berbagai.html
https://sekardwijaya.blogspot.com/2012/12/makalah-peran-pengembangan-kurikulum-di.html
https://binus.ac.id/character-building/2020/12/sejarah-perjalanan-kurikulum-pendidikan-
indonesia/
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka