Anda di halaman 1dari 4

PENANGANAN TUBERKULOSIS

PADA PENDERITA DEWASA


No.
:
Dokumen
No. Revisi :
SOP Tanggal
:
Terbit
Halaman :
PUSKESMAS
KABAT Dadang Tripitoko,
S.Kep
1. Pengertian Tuberkulosis (TB) penderita dewasa adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosisyang
menyerang orang dewasa. Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas puskesmas dalam menangani penderita TB paru


penderita dewasa

3. Kebijakan Keputusan kepala puskesmas tentang layanan klinis

4. Referensi  PMK No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Di Fasilitas Kesehatan Pelayanan Primer
 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberculosis
Kemenkes RI 2013

5. Alat dan Bahan  Rekam medis


 Alat tulis
 Formulir permintaan laborat
 Formulir Rujukan
 Obat Anti TB
6. Prosedur / 1. Petugas menyiapkan rekam medis
langkah 2. Petugas memberitahu pasien apa yang akan dikerjakan
langkah 3. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang datang dengan
batuk berdahak ≥ 2 minggu. Batuk disertai dahak, dapat bercampur
darah atau batuk darah. Keluhan dapat disertai sesak napas, nyeri dada
atau pleuritic chest pain (bila disertai peradangan pleura), badan
lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih
dari 1 bulan.
4. Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik dandidapatkan : demam (pada
umumnya subfebris, walaupun bisa juga tinggi sekali), respirasi
meningkat, berat badan menurun (BMI pada umumnya <18,5)
sedangkan pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/ amforik/
ronkhi basah/ suara napas melemah di apex paru, tergantung luas lesi
dan kondisi pasien.
5. Petugas melakukan pemeriksan penunjang BTA sputum SPS
6. Dokter menegakkan diagnosis TB Paru BTA Positif bila dari hasil
pemeriksaan BTA sputum SPS positif
7. Dokter melakukan pemeriksaan foto thorax apabila hasil pemeriksaan
BTA sputum SPS Negatif
8. Dokter memberikan pengobatan antibiotik selama 2 minggu bila hasil
pemeriksaan klinis dan foto thorax tidak mendukung TB
9. Dokter menegakkan diagnosa TB paru BTA Negatif bila setelah
diobati antibiotik 2 minggu tidak ada perbaikan klinis/ klinis sesuai
TB
10. Dokter menegakkan diagnosa TB paru BTA Negatif Rhontgen
positif bila hasil foto thorax mendukung TB
11. Dokter berkolaborasi dengan pemegang program TB menentukan
terapi pada penderita TB paru tersebut:
a. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
b. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan
Rifampisin
c. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi
rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk
penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose
combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan RIF), 3
tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA,
EMB).
12. Petugas memberikan konseling kepada pasien dan keluarga
mengenai penyakit, kontrol teratur, dan pola hidup sehat.
13. Dokter mencatat semua hasil pemeriksaan dan pengobatan yang
diberikan di dalam rekam medis pasien
14. Pemegang program TB mencatat pengobatan di buku register TB
15. Pemegang program TB melakukan evaluasi terhadap respon
pengobatan ( setelah fase intensif, dilakukan BTA lagi ), kondisi fisik
pasien, efek samping obat, kepatuhan pasien terhadap pengobatan
16. Pemegang program TB mencatat semua hasil evaluasi di rekam
medis dan buku laporan TB
17. Dokter melakukan rujukan ke Rumah Sakit bila :
a. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan penyakit
metabolik, TB anak
b. Suspek TB – MDR
7. Diagram alir

Suspek TB

Pemeriksaan BTA
Sputum SPS

BTA positif BTA Negatif

Kasus Definitif TB Lihat Klinis dan Foto


paru BTA (+) Thorax

Tidak sesuai TB Sesuai TB

Antibiotik 2 minggu KasusTB BTA (-)

Perbaikan Tidak Obati sesuai


Perbaikan, kasus TB BTA (-)
klinis serta
sesuai TB melakukan
Bukan TB pemeriksaan
sputum M.TB

8. Hal – hal yang  Pengobatan dengan pengawasan membantu pasien untuk minum obat
perlu secara teratur menggunakan strategi DOTS ( Directly Observed
diperhatikan Treatment Short-Course)
 Di daerah prevalensi infeksi HIV tinggi, infeksi Tuberkulosis – HIV
sering bersamaan, konsultasi dan tes HIV diindikasikan sebagai
bagian dari tatalaksana rutin
9. Unit Terkait  Poli Umum
 UGD

10. Dokumen  PMK No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Terkait Di Fasilitas Kesehatan Pelayanan Primer
 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberculosis
Kemenkes RI 2013

11. Distribusi  Dokter, Pemegang Program TB

12 .Rekaman Historis

No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan


Tgl.

Petugas menyiapkan
rekam medis

Anda mungkin juga menyukai