Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

SISTEM KARDIOVASKULER PADA PASIEN TN. S DENGAN


JANTUNG KORONER DI IGD RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:

NURUL SAFIRA LAHATI (G3A020186)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020/2021
I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana
ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang
sebagai akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan
penyebab tersering adalah aterosklerosis (Wijaya dkk, 2013).
Penyakit Jantung Koroner (PJK)merupakan gangguan fungsi jantung
akibat otot jantung kekurangan darah dari penyempitan pembuluh darah
koroner. Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah
(membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat
berfungsi dengan baik).Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada terasa
tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki
juga pada kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan
datar atau berjalan jauh (RISKESDAS,2013).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang
disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang
mengalirkan darah ke otot jantung dan merupakan kelainan
mikroardium yang disebabkan oleh insufisiensi aliran darah koroner.
Penyebab paling utama PJK adalah dislipidemia. Dislipidemia merupakan
faktor resiko yang utama penyakit jantung. Perubahan gaya hidup
masyarakat erat hubungannya dengan peningkatan kadar lipid (Irmalita,
2015).
Dapat disimpulkan, PJK merupakan suatu penyakit pada organ
jantung akibat penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang
menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga
menimbulkan kelelahan otot bahkan kerusakan yang biasanya
diproyeksikan sebagai rasa tidak enak oleh klien secara subyektif
seperti rasa ditekan benda berat, ditindih, dan ditusuk.
B. ETIOLOGI
Penyakit Jantung Koroner disebabkan oleh penumpukan lemak
pada dinding dalam pembuluh darah jantung,hal ini dimana lama
kelamaan diikuti berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat,
perkapuran, pembekuan darah yang semuanya akan mempersempit
atau menyumbat pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan otot
jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan
dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius dari Angina
Pectoris (nyeri dada) sampai Infarkantung, yang dalam masyarakat
di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan
kematian mendadak. Pembuluh arteriini akan menyempitdan bila parah
terjadi penghentian darah. Setelah itu terjadi proses penggumpalan
dari berbagai substansi dalam darah sehingga menghalangi aliran darah
dan terjadi atherosclerosis dan thrombosis (kharisma al’an
sarwin.2016),selain faktor diatas ada banyak faktor lain, seperti
hipertensi, kadar lipid, rokok, dan kadar gula darah yang abnormal (Naga,
2012).

C. TANDA GEJALA
1. Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala.
Kadang-kadang, jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan
membentuk suatu penumpukan lemak yang disebut xantoma di dalam
tendo (urat daging) dan di dalam kulit.
2. Nyeri dada, Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam.
Nyeri dada yang dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti
ditusuk-tusuk, terbakar,tertimpa benda berat, disayat, panas. Nyeri
dada dirasakan di dada kiri disertai penjalaran ke lengan kiri, nyeri
di ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang menembus hingga
punggung, bahkan ke rahang dan leher.
3. Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak
bertenaga, dada tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung
berdenyut keras, napas tersengal-sengal(sesak nafas), kadang-kadang
disertai mual, muntah dan tubuh mengeluarkan banyak keringat.(Irmalita,
2015)

D. PATOFISIOLOGI
Ateroklerosis pada arteri koroner jantung merupkan awal mula
terjadinya penyakit jantung koroner.Proses pembentukan aterosklerosis
tersebut dimulai dengan terjadinya endotel pembuluh darah yang
disebabkan oleh hiprtensi,zat nikotin pada pembuluh darah dan diabetes
mellitus (LS, 2011).
Plak yang tebentuk pada arteri koroner membuat lumen pembuluh
darah menyempit sehingga asupan oksigen otot jantung untuk
berkontraksi menururn dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang
sering disebut sebagai nyeri dada dan biasanya muncul saat beraktivitas
dan stress emosional. Keadaan tersebut sering disebut juga stable
angina pectoris sebagai manifestasi dari penyakit iskemik(LS, 2011).
Plak fibrosa yang bisa terbentuk adalah plak yang stabil dan yang
rentan. Plak fibrosa yang stabil mengandung lipid yang sedikit dan kapsul
fibrosa yang tebal,sedangkan plak yang rentan mengandung lipid yang
banyak dan kapsul fibrosa yang tipis sehingga lebih rentan pula untuk
mengalami ruptur. Ruptur plak yang aterom akan mengaktifkan
agregasi platelet yang nantinya aktivasi faktor pembekuan darah
dan membentuk thrimbus di dalam lumen pembuluh darah (LS, 2011).
Sumbatan thrimbus yang terdapat dalam pembuluh darah akan
menyebabkan ketidak seimbangan suplai oksigen dan kebutuhannya.
Bentuk dari sindrom koroner akut bergantung derajat obstruksi
koroner. Sindrom koroner akut adalah sekumpulan gejala klinis
yangsesuai dengan iskemia miokard akut dan yang termasuk ke dalam
SKA adalah unstale angina non ST-segment elevation myocardinal
infarction dan ST-segment elevation myocardinal infarction (LS, 2011).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG (Elektrokardiografi)
Pemeriksaan terhadap gambaran listrik yang ditimbulkan oleh jantung
pada waktu berkontraksi. EKG menunjukkan adanya S-T elevasi yang
merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang
merupakan tanda dari injuri dan gelombang Q yang mencerminkan
adanya nikrosis. Enzim dan isoenzim pada jantung: CPR-MB meningkat
dalam 4-12 jam dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT
dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit:
ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya konduksi jantung dan
kontraktilitas jantung. (Notoatmodjo, 2011).
2. Arterigrafi coroner (Kateterisasi)
Kateterisas jantung merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk
memeriksa struktur serta fungsi jantung, termasuk ruang jantung, katup
jantung, otot jantung, sertapembuluh darah jantungtermasuk pembuluh
darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya pembuluh darah
jantung yang tersumbat (Kurniadi, 2013).
3. Ekokardiografi
Pemeriksaan yang tidak menimbulkan rasa sakit dan berdasarkan
pemantulan gelombang suara (ultrasound)dari berbagai bagian jantung.
Pada tes ini dapat dilihat gambaran fungsi pompa jantung dan
kontraksi yang terganggu bila suplai darah terganggu (Notoatmodjo,
2011).
4. Radioaktif isotope
Menggunakan zat kimia atau isotop yang disuntikkan pada penderita,
kemudian zat tersebut dideteksi melalui kamera khusus.Zat yang biasa
digunakan adalah thalium dan technetium.Pada bagian otot jantung yang
infark, zat radioaktif lebih sedikit dibandingkan dengan bagian otot
jantung yang normal (Notoatmodjo, 2011).
5. Angiografi
Cara yang langsung dapat mendeteksi kelainan jantung dari pembuluh
arteri jantung, seperti gambaran radiologis, yaitu dengan menggunakan
alat angiogram.Namun pemeriksaan ini termasuk tindakan invasive yaitu
dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh arteri atau vena lalu
didorong sampai ke berbagai tempat di jantung. Gambaran arteri jantung
yang mengalirkan darah ke jantung akan terlihat dengan pemeriksaan ini
(Notoatmodjo, 2011).
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data,
pengelompokan data dan perumusan diagnosa keperawatan.
1. Pengumpulan dataa.
Identitas klien: Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin,
suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS dan
diagnosa medis.
2. Keluhan utama: Pada klien dengan penyakit jantung koroner
biasanya klien mengeluh nyeri khas angina yaitu dada retrostenal
kurang lebih 5-15 menit, terasa berat, tertekan seperti di cengkram dan
panas.
3. Riwayat kesehatan:
a. Riwayat kesehatan lalu: Dalam hal ini yang perlu dikajiatau di
tanyakan pada klien antara lain apakah klien pernah menderita
hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard atau penyakit
jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah
pernah MRS sebelumnya.
b. Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji pada keluarga, apakah
didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang diderita oleh
klien atau tidak, atau apakah didalam keluarga mempunyai
riwayat penyakit menular atau menurun.
c. Riwayat kesehatan sekarang: Dalam mengkaji hal ini menggunakan
analisa systom PQRST. Untuk membantu klien dalam
mengutamakan masalah keluannya secara lengkap. Pada klien PJK
umumnya mengalami nyeri dada dan sesak nafas.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme. Pada klien dengan Penyakit Jantung
Koroner biasanya kehilangan nafsu makan,mual dan muntah
sehingga mengalami penurunan berat badan.
b. Pola istirahat dan tidur. Biasanya pada klien PJK mengalami
gangguan sulit tidur karena nyeri dada yang timbul dengan tiba-tiba.
c. Pola aktifitas dan latihan. Pada klien PJK biasanya mengalami
gangguan dalam melaksanakan aktivitas karena nyeri,dyspnea dan
takikardi.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali
bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital.
Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis,
samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga
diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Kulit, rambut, kuku: Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kulit,
rambut tipis dan kuku tipis serta rapuh.
c. Kepala dan leher: Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kepala, muka
kadang-kadang pucat dan tidak adanya pembesaran pada kelenjar
tiroid.
d. Mata: Pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur.
e. Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan : Pada klien PJK telinga,
hidung dan tenggorokan tidak mengalami gangguan sedangkan
pada mulut ditemukan adanya mukosa pada mulut dan bibir.
f. Thoraks dan abdomen: Pada klien dengan PJK pada pemeriksaan
abdomen dan thoraksditemukan nyeri pada dada. Pada abdomen
ditemukan nyeri juga mual muntah sehingga menurunkan nafsu
makan pada klien.
g. Sistem respirasi: Pada klien PJK ditemukan dispneadengan atau
tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin didapatkan
peningkatanrespirasi, pucat atau cianosis, suara nafas wheezing
cracekes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/
pink tinged.
h. Sistem kardio vaskuler :Mempunyai riwayat IMA, Penyakit Jantung
Koroner, CHF, tekanan darah tinggi dan diabetes militus. Tekanan
darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung tambahan
S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan
jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada
merupakan insufisiensi katup atau muskulus papilaris yang tidak
berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami
penurunan. Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal, edema
pada jubular vena distension, odema anarsarka, crackles mungkin
juga timbul dengan gagal jantung.
i. Sistem genito urinaria: Pada klien ini mengalami penurunan jumlah
produksi urine dan frekuensi urine.
j. Sistem gastrointestinal :Pada saluran pencernaan terjadi gangguan.
Gejalanya nafsu makan menurun, mual dan munta, nyeri perut,
serta turgor kulit menurun, penurunan atau tidak adanya bising
usus.k.
k. Sistem muskulusskeletal: Pada klien PJK adanya kelemahan dan
kelelahan otot sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan
aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang biasanya dilakukan.
l. Sistem endokrin: Biasanya terdapat peningkatan kadar gula
darah.m.Sistem persyarafanBiasanya timbul gejala rasa berdenyut,
vertigo disertaitanda-tanda dengan perubahan orientasi atau respon
terhadap rangsang, gelisa, respon emosi meningkat dan apatis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
frekuensi/irama jantung dan konduksi elektrikal.
C. INTERVENSI
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasanManajemen Jalan Napas
a. Observasi
1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2) Monitor bunyi napas tambahan
3) Monitor sputum
b. Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan napas
2) Posisikan semifowler atau fowler
3) Berikan minum hangat
4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5) Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2) Ajarkan tekhnik natuk efektif
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologisManajemen
nyeri
a. Observasi:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7) Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik:
1) Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi:
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
frekuensi/irama jantung dan konduksi elektrikal.
Manajemen syok: jantung
1) Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera melaporkan bila
merasakan nyeri.
2) Evaluasi eposide nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi dan
faktor yang memicu serta meringankan nyeri dada).
3) Monitor EKG, adakah perubahan segmen ST, sebagaimana
mestinya.
4) Lakukan penilaian komprehensif pada sirklasi perifer (misalnya, cek
nasi perifer, edema, pengisian ulang kapiler, warna dan suhu
ekstremitas) secara rutin .
5) Monitor tanda – tanda vital secara rutin.
6) Auskultasi suara napas terhadap bunyi crackles atau suara tambahan
lainnya.
7) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
8) Monitor disritmia jantung, termasuk gangguan ritme dan konduksi
jantung.
9) Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung.
10) Monitor status pernapasan terkait dengan gejala gagal jantung.
11) Monitor keseimbangan cairan (masukan dan keluaran serta berat
badan harian).
12) Monitor nilai laboratorium yang tepat (enzim jantung dan nilai
elektrolit).
13) Evaluasi perubahan tekanan darah.
14) Susun waktu latihan dan istirahat untuk mencegah kelelahan.
15) Monitor sesak napas, kelelahan, takipnea dan orthopnea.
16) Tingkatkan perfusi jaringan yang adekuat (dengan resusitasi cairan
danatau vasopresor untuk mempertahankan, tekanan rata – rata arteri
(MAP) ≥ 60 mmHg), sesuai kebutuha
FORMAT PENGKAJIAN RESUME

1. PENGKAJIAN

a. Identitas Klien
Nama : Tn. H. S
Umur : 77 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Diagnose Medis : Stemi
Tanggal Masuk :10 November 2021
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo pada tanggal 10 November 2021
pukul 09:18 dengan keluhan sesak nafas, nyeri dada skala 5, nyeri
menjalar sampai belakang dan juga tanggan bagian kanan, jantung
berdebar debar, dada terasa panas,keringat dingin, pasien nampak gelisah.
Pasien mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi Tekanan Darah
160/87 mmHg, SPO2 :90%, RR:27x/menit, HR: 112x/mnt, SB: 36,1 C
c. Pengkajian Fokus
1) Airway : Tidak terdapat sumbatan pada jalan napas, benda asing (-),
darah (-), bronkospasme (-), sputum (-), lendir (-).
2) Breathing : Sesak, dengan: tanpa aktifitas, Frekuensi: 27x/menit,
Irama tidak teratur, Kedalaman: dangkal,
Batuk: Non produktif, Sputum: -
3) Circulation : Nadi: 167x/menit, Irama: tidak teratur, Denyut:
lemah,
TD: 109/74 mmHg, Ektremitas: dingin, Pasien
diaphoresis, Warna kulit: pucat, Pengisian kapiler: < 3
dtk, Edema: tidak ada, Eliminasi dan Cairan BAK: 5x/hari
Jumlah: sedang Warna: kuning jernih BAB: 1 x/hari,
suhu: 36,1 C.
4) Dissability : Tingkat kesadaran: CM, Pupil: isokor, Reaksi terhadap
cahaya: Ka: positif , Ki : positif, GCS: E=4 M=6 V=5,
Nilai kekuatan otot: 5/5
5) P : pasien mengatakan sakit di bagian dada sudah 4 hari
Q : nyeri seperti tertekan beban berat
R : nyeri bagian dada sebelah kiri menjalar sampai belakang dan
tanggan kanan
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul

d. Analisa Data

No Hari/Tgl Data Problem Etiologi


1 Rabu, 10 Subyektif : Pola Hambatan
November Pasien mengatakan sesak Nafas upaya
2021 Obyektif : tidak napas
Pasien tampak sesak, pasien Efektif
tampak gelisah, RR:
27x/menit, SPO2 : 90%

2 Rabu, 10  Subyektif : Nyeri Agen


November P : pasien mengatakan akut pencedera
2021 sakit di bagian dada fisiologis
sudah 4 hari
Q : nyeri seperti tertekan
beban berat
R : nyeri bagian dada
sebelah kiri Menjalar
sampai bagian
belakang dan tanggan
bagian kanan
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul
 Obyektif :
Pasien tampak kesakitan,
Nadi: 112x/menit, Irama:
tidak teratur, Denyut:
lemah, TD: 160/87
mmHg,RR:27x/menit,
Ektremitas:dingin,
diaphoresis, Warna kulit:
pucat. Pasien memiliki
riwayat penyekit jantung
dan Hipertensi
3 Rabu, 10 Subyektif : Penuruna Perubahan
November Pasien mengatakan nyeri n curah irama/
2021 dada dan dada sering jantung frekuensi
berebar-debar sudah 4 hari jantung

Obyektif :
Pasien tampak kesakitan,
Nadi: 112x/menit, Irama:
tidak teratur, Denyut:
lemah, TD: 160/87 mmHg,
Ektremitas: dingin, Warna
kulit: pucat. Pasien memiliki
riwayat penyekit jantung

2. DIAGNOSA
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
c. Penurunan curah jantung perubahan irama/ frekuensi jantung

3. INTERVENSI

No Tujuan dan Kriteria Intervensi Paraf


Dx Hasil
1 Pola Napas L.01004 Pemantauan Respirasi I.01014 Fira
Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 1) Monitor frekuensi, irama,
selama 1x5 jam kedalaman dan upaya napas
masalah pola napas 2) Monitor pola napas
tidak efektif dapat 3) Monitor adanya sumbatan jalan
teratasi dengan kriteria napas
hasil : Pola Napas 4) Auskultasi bunyi napas
1) Dyspnea menurun 5) Monitor saturasi O2
2) Kedalaman napas 6) Monitor hasil X-ray thorax
membaik Terapeutik :
7) Atur interval pemantau respirasi
Edukasi :
8) Jelaskan tujuan pemantauan
2 Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238
Setelah dilakukan Observasi : Fira
tindakan keperawatan 1) lokasi, karakteristik, durasi,
selama 1x5 jam frekuensi, kualitas, intensitas
masalah nyeri akut nyeri
dapat teratasi dengan 2) Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : Tingkat 3) Monitor efek samping
Nyeri penggunaan analgetik
1) Keluhan nyeri Terapeutik
menurun 4) Berikan teknik nonfarmakologis
2) Gelisah menurun untuk mengurangi rasa nyeri
3) Frekuensi nadi (mis. TENS, hypnosis,
membaik akupresur, terapi musik,
4) Tekanan darah biofeedback, terapi pijat, aroma Fira
membaik terapi, teknik imajinasi
5) Diaforesis terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
5) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
6) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
7) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
8) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
9) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
3 Curah Jantung Perawatan Jantung Akut I.02076
L.02008 Fira
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1) Identifikasi karakteristik nyeri
selama 1x5 jam dada (meliputi faktor pemicu
masalah penurunan dan dan pereda, kualitas, lokasi,
curah jantung dapat radiasi, skala, durasi dan
teratasi dengan kriteria frekuensi)
hasil : Curah Jantung 2) Monitor EKG 12 sadapan untuk
1) Takikardi menurun perubahan ST dan T
2) Gambaran EKG 3) Monitor Aritmia( kelainan irama
aritmia menurun dan frekuensi)
3) 4) Monitor enzim jantung (mis.
4) Pucat menurun CK, CK-MB, Troponin T,
5) Tekanan darah Troponin I)
membaik 5) Monitor saturasi oksigen
6) Dispnea menurun Terapiutik
6) Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan stress
Edukasi
7) Anjurkan segera melaporkan
nyeri dada
8) Jelaskan tindakan yang dijalani
pasien
9) Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan
Kolabaorasi
10) Kolaborasi pemberian
antiplatelat, jika perlu
11) Kolaborasi pemberian
antiangina(mis. Nitrogliserin,
beta blocker, calcium channel
bloker)
12) Kolaborasi pemberian morfin,
jika perlu
13) Kolaborasi pemberian
inotropik, jika perlu
14) Kolaborasi pemeriksaan x-ray
dada , jika perlu
4. IMPLEMENTASI

No Hari /Tgl Jam Implementasi Respon Paraf


Dx
1 Rabu, 10 09.20 1) Melakukan triase dan skrining S : Pasien mengatakan sesak
November WIB pasien O : Pasien tampak sesak, Nadi: Fira
2021 2) Memonitor frekuensi, irama, 112x/menit, Irama: tdk teratur, SPO2:
kedalaman napas 90%, RR: 27x/menit. Pasien sudah
3) Monitor saturasi O2 diberikan O2 Nasal Kanul 4 lpm.
4) Melakukan kolaborasi
pemberian O2
2 Rabu, 10 09.20 1) Mengkaji lokasi, karakteristik, S:
November WIB durasi, frekuensi, kualitas, P : pasien mengatakan sakit di bagian Fira
2021 intensitas nyeri dan skala nyeri dada sudah 4 hari
2) Menjelaskan strategi meredakan Q : nyeri seperti tertekan beban berat
nyeri R : nyeri bagian dada sebelah kiri
3) Melakukan kolaborasi S : skala nyeri 5
pemasagan inf RL 20 tpm T : nyeri hilang timbul
danobat digoxin 5 amp Syringe
pamp O: Pasien tampak gelisah, Diaforesis
telah terpasang inf RL 20 tpm dan
diberikan obat digoxin 5 amp Syringe
pamp
3 Kamis, 19.20 1) Mengidentifikasi karakteristik S:
14-10- WIB nyeri dada (meliputi faktor P : Fira
2021 pemicu dan dan pereda, P : pasien mengatakan sakit di bagian
kualitas, lokasi, radiasi, skala, dada sudah 4 hari
durasi dan frekuensi) Q : nyeri seperti tertekan beban berat
2) Memonitor EKG R : nyeri bagian dada sebelah kiri
3) Melakukan pemasan BSM S : skala nyeri 5
4) Pemasangan Infus dan T : nyeri hilang timbul
pengambilan darah Fira
5) Melakukan pengambilan darah O: Pasien telah terpasang BSM dengan
enzim jantung hasil : SPO2: 92%, TD:160/87
6) Monitor saturasi oksigen mmHg, HR: 112 x/menit, S: 36,1 C,
7) Anjurkan segera melaporkan RR:27x/menit.
nyeri dada
8) Kolaborasi pemeriksaan x-ray
dada , jika perlu
9) Kolaborasi pemberian obat
furosemide 2 amp
10) Kolaborasi pemeriksaan antigen
5. EVALUASI

No Hari/ Tgl Jam Evaluasi Paraf


Dx
1 Rabu, 10 10.15 S: Pasien mengatakan sesak nafas
November WIB agak berkurang. Fira
2021 O: Pasien lebih tenang, SPO2: 97%,
RR: 19x/menit, Nadi : 97x/menit
Irama: tdk teratur, Pasien sudah
diberikan O2 Nasal Kanul 4 lpm.
A : Pola nafas tidak efektif
P : Lanjutkan Intervensi
2 Rabu, 10 10.15 S:
November WIB P : pasien mengatakan nyeri dada Fira
2021 berkurang
Q : nyeri seperti tertekan beban berat
R : nyeri bagian dada sebelah kiri
S : skala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul

O: Pasien tampak lebih tenang,


diaphoresis agak berkurang, Nadi
97x/menit, Tekanan darah 140/80
telah terpasang inf RL 20 tpm dan
diberikan obat digoxin 5 amp
Syringe pam,
A : Nyeri akut
P : Lanjutkan Intervensi

3 Rabu, 10 10.15 S : pasien mengatakan sesak nafas


November WIB berkurang, Fira
2021 P : pasien mengatakan nyeri dada
berkurang
Q : nyeri seperti tertekan beban berat
R : nyeri bagian dada sebelah kiri
S : skala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul

O: Pasien telah terpasang BSM dengan


hasil : SPO2: 97%, TD:140/80
mmHg, HR: 97 x/menit, S: 36,1 C,
RR: 19x/menit, pasien masih
nampak pucat, hasil EKG Normal
sinus rhythm, anteroseptal infarct,
possibly acute.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. G., Butcher, K. H., Dochterman, M. J., & Wagner, M. C.


(2016).Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi Keenam.
Singapore: Elsevier.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2012). Rencana Asuhan
Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA Internasional Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Indonesia, K. K. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Lembaga
Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Moprhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016).Nursing
Outcomes Classification (NIC), Edisi Keenam. Singapore: Elsevier.
Morton, G. P., D, F., C, H. M., & B, G. M. (2013). Keperawatan Kritis,
Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta: EGC.
Ns. Reny Yuli Aspiani, S. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Kardiovaskuler, Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.
Rosdahl, B. C., & Kowalski, T. M. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar,
Gangguan Kardiovaskuler, Darah & Limfe, Kanker, Gangguan
Muskuloskletal, Alergi, Imun & Gangguan Autoimun, Terapi Oksigen,
Edisi 10. Jakarta: EGC.
PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNIKurniadi, Helmanu. 2013. Stop!
Gejala Penyakit Jantung Koroner. Yogyakarta: Familia

Anda mungkin juga menyukai