Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Praktek Keperawatan Gerontik

Oleh:

Alda Hayati Fitri


Cita Mulia
Ezi Saputra
Frilly Vannisa Putri
Indah Putri Ramadhani
Mega Restu Dasrina
Novita Sari
Utari Dwi Sahja Fetri
Yolla Rezki Maharani
Rizka Ayu Dya

Dosen Pembimbing Dosen pembimbing

( ) ( )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami penurunan
kemampuan fisik, mental dan sosial secara bertahap sampai tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari lagi. Bagi kebayakan orang masa tua itu masa yang kurang
menyenangkan. Anggapan terhadap lansia adalah bingung dan tidak peduli
terhadap lingkungan, kesepian dan tidak bahagia, pikun, tidak berminat seksual dan
tidak berguna bagi masyarakat. Namun kenyataannya tidak semua usia lanjut yang
mencapai kematangan dan produktifitas mental dan materi pada usia lanjut. Oleh
karna itu perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia
dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa
keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya.
Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawat tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dan proses penyembuhan dan
ketenangan para klien lanjut usia.
Banyak Jenis terapi yang dapat diberikan untuk lansia seperti terapi okupasi. Terapi
okupasi dapat dilakukan dengan menjahit, merajut, merangkai bunga, membuat
gantungan penangkap mimpi “ dream catcher “, gelang dan lain sebagainya yang
mampu meningkatkan kemampuan fisik lansia. Salah satu terapi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik lansia adalah terapi okupasi
membuat gelang. Terapi ini mampu membuat lansia lebih aktif dan berkreasi sesuai
keinginannya sendiri.
Wisma cinta kasih adalah panti jompo yang terdiri dari 43 orang opa dan oma yang
memiliki gangguan okupasi yang perlu diberikan terapi okupasi pembuatan
gantungan penangkap mimpi “ dream catcher “.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Lansia dapat membuat gantungan penangkap mimpi “ dream catcher “
dengan kreasinya sendiri.

2. Tujuan khusus
a. Mampu membangkitkan diri untuk melakukan aktivitas
b. Mampu meningkatkan kemampuan fisik lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Terapi Okupasi
1. Pengertian
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini
berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri,
tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang
merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak
hanya sekedar membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang
mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang
langsung diaplikasikan dalam kehidupan.. Penekanan terapi ini adalah pada
sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan
menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan
pemeliharaan kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebagai terapi
serta mempunyai tujuan yang jelas.
Okupasi pada lansia memiliki manfaat:
1. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Membentuk sosialisasi
3. Meningkatkan fungsi psikologis,yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku devensive (bertahan
terhadap stress) dan adaptasi.
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif.

2. Fokus Terapi Okupasi


Secara garis besar intervensi difokuskan pada hal-hal berikut :
a. Kemampuan (abilities)
1) Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions).
2) Peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle strength)
3) Kesadaran anggota tubuh (body awareness)
4) Kemampuan ketrampilan motorik halus (fine motor skill) seperti
memegang/melepas, ketrampilan manipulasi gerak jari, misal penggunaan pensil,
gunting, ketrampilan, dan lain-lain.
5) Kemampuan ketrampilan motorik kasar (gross motor skill) seperti lari,
lompat, naik turun tangga, jongkok, jalan, dan lain-lain.
6) Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception)
7) Merespon stimuli, membedakan input sensori (sensory integration)
8) Perilaku termsuk level kesadaran, atensi, problem solving skill, dan lain-
lain.

b. Ketrampilan (skill)
1) Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum,
berpakaian, mandi, dan lain-lain
2) Pre-academic skill
3) Ketrampilan sosial
4) Ketrampilan bermain
5) Faktor lingkungan
6) Lingkungan fisik
7) Situasi keluarga
8) Dukungan dari komunitas
9) Okupasi Terapis sebagai konsultan

3. Tujuan Terapi Okupasi


Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.
1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat
sekitarnya.
2) Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
4) Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan
terapi.

b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak,


sendi, otot dan koordinasi gerakan.
c. Mengajarkan ADL seperti makan, berpakaian, BAK, BAB dan sebagainya.
d. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah.
e. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan
yang dimiliki.
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk mengetahui
kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan bersosialisasi, bakat, minat
dan potensinya.
g. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah klien kembali
di lingkungan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam terapi okupasi memiliki dua prinsip kerja,
yaitu sebagai berikut :
a. Supportive Occupational Therapy, yaitu menolong penderita untuk
menghilangkan dari perasaan cemas, takut, dan memotivasi penderita untuk lebih
giat didalam melakukan latihan
b. Fungsional Occupational Therapy, antara lain untuk pengaturan posisi (bagi
anak Cerebral Palsy), meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan kerja,
meningkatkan motorik kasar (gross motor) maupun motorik halus, (fine motor)
serta meningkatkan konsentrasi dan koordinasi gerak maupun sikap

4. Peranan Terapi Okupasi Dalam Pengobatan


Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui aktifitas
manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemudian mempelajarinya, mencoba
ketrampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan
fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang di gunakan sebagai dasar dalam
pelaksanaan terapi okupasi, baik bagi penderita fisik maupun mental
Aktifitas dalam terapi okupasi di gunakan sebagai media baik untuk evaluasi,
diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien
saat mengerjakan suatu aktifitas dan menilai hasil pekerjaan dapat di tentukan arah
terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut. Penting untuk di ingat bahwa
aktifitas dalam terapi okupasi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai
media. Diskiusi yang teraarah setelah penyelesaian suatu aktifitas adalah sangat
penting karena dalam kesempatan tersebut terapis dapat mengarahkan pasien dan
pasien dapat belajar mengenal dan mengatasi persoalannya. Aktifitas yang di
lakukan pasien di harapkan dapat menjadi tempat untuk berkomunikasi lebih baik
dalam mengekspresikan dirinya. Kemampuan pasien akan dapat diketahui baik
oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri melalui aktifitas yang dilakukan oleh
pasien. Alat – alat atau bahan – bahan yang digunakan dalam melakukan suatu
aktifitas, pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalam hal kemampuan
dan kelemahannya. Aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya
interaksi diantara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi dan
menilai kemampuan diri masing-masing dalam hal keefisiensianya untuk
berhubungan dengan orang lain. Aktivitas yang dilakukan meliputi aktivitas yang
digunakan dalam terapi okupasi dimana sangat dipengaruhi oleh konteks-konteks
terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh
kemampuan si terapis sendiri (pengetahuan, ketrampilan, minat, dan
kreatifitasnya). Adapun hal-hal yang mempengaruhi aktivitas dalam terapi okupasi
antara lain sebagai berikut
a. Latihan gerak badan
b. Olahraga
c. Permainan
d. Kerajinan tangan
e. Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi
f. Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari)
g. Praktik pre- vokasional
h. Seni (tari, musik, lukis, drama, dll)
i. Rekreasi (tamsya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun, dll)
j. Diskusi dengan topik tertentu (berita, surat kabar, majalah, televisi, radio,
atau keadaan lingkungan)

B. Terapi Aktivitas Kelompok


1. Pengertian TAK
a. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
(Yosep, 2007).
b. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep,
2008).

2. Manfaat TAK
Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat:
a. Umum
1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Membentuk sosialisasi
3) Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan
terhadap stress) dan adaptasi.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif.
b. Khusus
1) Meningkatkan identitas diri.
2) Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan
tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya (Yosep, 2007).

3. Tahapan Dalam TAK


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan
berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase
prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok.
a. Fase Pra kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria
anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Jumlah anggota
kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan
jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat
untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu
gelisah, tidak agresif, (Yosep, 2007).

b. Fase Awal Kelompok


Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru.
Fase ini terbagi menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.
1) Tahap orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader
menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
2) Tahap konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok
mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak
produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
3) Tahap kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim
satu sama lain (Keliat, 2006).

c. Fase Kerja Kelompok


Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis.
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan
yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian.
d. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan
digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat
sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2006).

C. Terapi Aktivitas Kelompok Wisma Cinta Kasih


1. Persiapan Lingkungan
a. Ventilasi baik
b. Penerangan cukup
c. Suasana tenang
d. Pengaturan posisi tempat (Melingkar)

2. Aktivitas Dan Indikasi


Aktivitas TAK dilakukan untuk melatih kemampuan pengenalan diri lansia. Lansia
yang mempunyai indikasi TAK adalah klien dengan gangguan sebagai berikut :
a. Lansia yang cukup kooperatif
b. Lansia yang telah dapat berinteraksi dengan orang lain.
c. Lansia dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang
mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid, dan lain-lain)

3. Setting
a. Lansia dan konselor bersama dalam satu lingkaran.
b. Ruangan yang nyaman dan tenang.
L : Leader
Co : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Peserta
DP : Dosen Pembimbing

P P P P D P P
F F F
P

P P

P P P P P
F F F

4. Peran dan Fungsi Terapis


a. Leader
Tugas :
1) Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
2) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
3) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
4) Menyampaikan Tata tertib TAK
5) Memimpin diskusi kelompok.
6) Menutup acara diskusi.
b. Co Leader
Tugas :
1) Membuka acara
2) Mendampingi Leader
3) Mengambil alih posisi Leader jika Leader blocking
4) Menyerahkan kembali posisi kepada leader
c. Fasilitator
Tugas :
1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
2) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya terapi.
d. Observer
Tugas :
1) Mencatat serta mengamati respon lansia
2) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Jum’at / 13 Desember 2019
Waktu : 10.00 – 11.00 WIB
Tempat : Wisma Cinta Kasih

6. Media dan Alat


a) Musik
b) Ring
c) Tali Kulit
d) Benang Nilon
e) Pernak Pernik ( Bulu Burung )

7. Susunan Pelaksana
Susunan TAK sebagai berikut :
a. Leader : Indah Putri Ramadhani
b. Co. Leader : Utari Dwi Sahja Fetri
c. Fasilitator :
1. Citra Mulia
2. Frilly Vannisa Putri
3. Alda Hayari Fitri
4. Mega Restu Dasrina
5. Yolla Rezki Maharani
6. Rizka Ayu Dya
7. Novita Sari

d. Observer : Ezi Saputra

8. Langka kerja
a. Persiapan
1. Memilih lansia sesuai dengan indikasi,yaitu:
1). Oma Rosni
2).Oma Herlita
3).Oma Verooma Q
4).Oma Poniem
5).Oma Kris
6).Oma Lusi
7).Oma yuliana
8).Oma Kim
9).Oma flora
10).Oma Anggraini
11).Oma Kori
12).Oma Yanti

2. Membuat kontrak dengan lansia sesuai dengan tempat dan waktu


pelaksanaan
3. Mempersiapkan alat yaitu:
1) Musik
2) Ring
3) Tali Kulit
4) Benang Nilon
5) Pernak Pernik ( Bulu Burung )

b. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
1) Memberikan salam terapeutik: salam dari terapis
2) Evaluasi / validasi: menanyakan perasaan lansia saat ini
3) Kontrak:
a) Menjelaskan tujuan kegiatan
b) Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
1. Lansia wajib datang 10 menit sebelum acara dimulai
2. Jika ada lansia yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin
kepada terapi
3. Tidak boleh makan atau minum saat TAK
4. Jika ada yang membuat gaduh akan dikeluarkan dari TAK
5. Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
6. Jika ingin bicara angkat tangan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh
leader
7. Jika peserta ingin ketoilet beri kesempatan sebelum acara dimulai

c. Tahap kerja
1. Konselor memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan
2. Konselor membagikan benang senar dan manik manik
3. Konselor menjelaskan cara membuat dan memberi contoh pada lansia
dengan cara :
a. membuat ring dari ranting pohon atau kawat, maka pertama-
tama Anda harus membentuknya terlebih dahulu menjadi
sebuah lingkaran penuh
b. Selanjutnya bungkuslah ring tersebut dengan menggunakan tali
kulit atau pita. Anda dapat melapisi bagian bawahnya dengan
menggunakan lem ataupun double tape.
c. Untuk permulaan, Anda dapat membuatnya dengan 8 titik
terlebih dahulu. Jangan menganyamnya terlalu kencang karena
benang tersebut akan ditarik oleh lapisan yang selanjutnya.
d. Dalam anyaman ini Anda juga dapat menyisipkan manik-manik
kecil berbentuk butiran atau bulu burung.

4. Lansia mulai membuat sambil diiringi musik


5. Konselor memberi pujian pada setiap peran serta Lansia

d. Tahap terminasi.
1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti TAK.
2) Memberi pujian atas keberhasilan lansia

e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut;
1. Lansia yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif
dari awal sampai selesai.
2. Lansia dapat meningkatkan kemampuan diri untuk membuat sesuatu dan
kreasi yang berharga

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tahapan TAK yaitu: fase prakelompok, fase awal kelompok, fase kerja kelompok,
dan fase terminasi. Manfaat dari TAK itu :
Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
Kegiatan terapi aktifitas kelompok ini diharapkan mampu mencapai tujuan. Hasil
kegiatan diharapkan terus di pertahankan oleh klien, meningkatkan kemampuan diri
dengan memberikan kesempatan untuk berkreasi
Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang
tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuk membuka diri dan
tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri.

B. Saran
Diharapkan para peserta dapat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan dan lebih
dapat menumbuhkan kreasi kreasi yang berharga untuk diri klien sehingga rasa
kemampuan diri dapat meningkat dan merasa diri lebih berharga

DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. (2007). Lansiang dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Muhaj, K. 2009. Terapi Okupasi dan Rehabilitasi. Available:
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/terapi-okupasi-dan-rehabilitasi.html.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai