Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Diapers
1. Pengertian Diapers
Diapers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya
serap tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk
menampung sisa-sisa metabolisme seperti air seni dan feses (Diena, 2009).
Jenis popok bayi ada dua macam, yaitu :
a) Popok sekali pakai-buang atau yang lebih dikenal dengan diapers
Bahan yang digunakan bukan bahan tenunan tetapi bahan yang
dilapisi dengan lembaran yang tahan air dan lapisan dengan bahan
penyerap, berbentuk kertas maupun plastik.

Gambar 2.1 Popok yang sekali pakai-buang (Diapers)


Sumber : (Parija Kavilanz, 2017)

b) Popok yang dapat digunakan secara berulang (seperti popok yang


terbuat dari katun).

6
7

Gambar 2.2 popok yang terbuat dari katun


Sumber : (Kurniawansyah, 2016)

2. Faktor-faktor dalam Penggunaan Diapers


a. Faktor predisposisi (predisposing factors)
1) Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang penggunaan diapers sangat berhubungan
erat dengan kejadian ruam popok. Pengetahuan ibu yang rendah
mengenai dampak dari penggunaan diapers akan berpengaruh pada
masalah kulit.
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu serta pengalaman sangat
berpengaruh dalam hal penggunaan diapers. Pendidikan akan
memberikan dampak bagi pola pikir dan pandangan ibu dalam
penggunaan diapers.
3) Pekerjaan
Status pekerjaan ibu mempunyai pengaruh besar dalam
penggunaan diapers. Pekerjaan ibu yang menyita waktu menjadi
8

alasan penggunaan diapers agar meringankan dan mempermudah ibu


dalam mengerjakan sesuatu hal.

4) Tingkat sosial ekonomi


Tingkat sosial ekonomi akan mempengaruhi penggunaan diapers.
Rata-rata masyarakat atau keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
yang cukup baik akan lebih memilih menggunakan diapers karena
kelebihan dari diapers seperti kenyamanan, kepraktisan dan lain-lain.

b. Faktor pendukung (factor enabling)


Ketersediaan sarana dan fasilitas dalam hal ini meliputi :
1) Banyaknya toko yang menjual diapers
Diapers bukan lagi suatu hal yang sulit didapat karena sudah
banyak dijual misalnya toko, pasar swalayan, atau supermarket yang
menjual diapers jadi diapers bisa didapat dimana saja dan kapan saja
terutama di kota-kota besar sehingga ini menjadi alasan ibu
menggunakan diapers untuk bayinya.
2) Iklan diapers
Banyak iklan yang manawarkan kelebihan dari diapers dengan
harga yang relatif murah. Ini menjadi salah satu alasan ibu
menggunakan diapers untuk bayinya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factors)


1) Sikap dan kebiasaan ibu
Sikap adalah cara seseorang menerima atau menolak sesuatu yang
didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek tertentu
yang berguna ataupun tidak bagi dirinya (Nuryani, 2008). Sikap dan
9

kebisaan ibu hidup penuh dengan serba praktis dan tidak mau repot ini
akan berpengaruh dengan penggunaan diapers.

3. Intensitas Pemakaian Diapers


BAB dan BAK pada bayi tidak seperti pada masa infant, selain dari
feses yang lebih kental, frekuensi BAK tidak sesering infant. Penggantian
diapers sebaiknya dilakukan setiap 3-4 jam atau setiap bayi BAB harus
langsung diganti dan dibersihkan untuk mencegah terjadinya ruam popok.
Untuk bayi usia yang kurang dari enam bulan biasanya lebih dari 20 kali.
Karena itu perlu ganti diapers sekurang-kurangnya 5-8 kali dalam sehari.
Berbeda dengan bayi usia enam bulan lebih. Karena frekuensi buang air
kecilnya lebih sedikit, cukup mengganti diapers 3-5 kali sehari. (Dewar,
2010).

4. Lamanya Pemakaian Diapers


Mengganti diapers paling lama 3-4 jam sekali, hal tersebut sesuai
dengan jam minum bayi. Bayi minum maksimal tiap 3 jam sekali. Untuk
itu, sebelum memberikan minum, ibu cek diapers yang dipakai oleh sibayi
basah atau tidak. Jika tidak basah, ibu memberikan minum kepada sibayi
kurang sehingga bayi tidak BAK. Pemakaian diapers harus 3-4 jam sekali
diganti karena urine mengandung asam laktat yang dapat menyebabkan
iritasi. Mengganti diapers juga memberi rasa nyaman buat bayi, jadi untuk
minum berikutnya bayi merasa senang dan akan minum banyak (Rekawati
Susilaningrum, 2013)

5. Kelebihan Pemakaian Diapers


a. Penggunaan diapers membuat ibu tidak repot mencari toilet untuk
sibayi ketika melakukan perjalanan jauh.
10

b. Dalam perjalanan menggunakan angkutan umum seperti kereta,


pesawat terbang, bus yang mempunyai sedikit waktu pemberhentian dan
kesempatan untuk ke toilet, diapers sangat cocok digunakan sibayi yang
belum mampu untuk menahan buang airnya.
c. Diapers sangat nyaman dalam perjalanan jauh karena tidak ribet untuk
membersihkannya, karena cukup dibuang saja.
d. Harganya cukup terjangkau dan tidak perlu membersihkan.

6. Kekurangan atau Dampak Pemakaian Diapers


Kekurangan atau Dampak dari pemakaian diapers mengakibatkan :
a. Kulit kemerahan
Kulit berubah menjadi kemerahan adalah gejala utama yang
diakibatkan oleh bayi terlalu sering menggunakan diapers. Kemudian kulit
yang kemerahan ini bisa berubah menjadi gatal, lecet, dan bahkan infeksi.
b. Infeksi kulit
Kulit bayi sangatlah halus, jika pemakaian diapers yang terlalu
sering bisa menyebabkan infeksi. Apalagi jika diapers tersebut dibiarkan
lembap dalam waktu yang lama.
c. Infeksi saluran kemih
Diapers berfungsi untuk menampung urine sementara, maka ada
penyebaran kuman dari urine di dalamnya. Jika tidak sering mengganti
diapers, maka kuman tersebut berpotensi menimbulkan infeksi saluran
kemih.
d. Alergi
Saat bayi terkena infeksi karena pemakaian diapers, maka hal ini
bisa berubah menjadi alergi yang berkepanjangan.
11

e. Menurunkan sistem kekebalan tubuh


Tidak hanya dapat merusak kesehatan kulit, ternyata pemakaian
diapers juga bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini terjadi
karena infeksi dan radang yang sering terjadi bisa mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh sehingga bayi mudah sakit.
f. Trauma
Karena tidak nyaman menggunakan bayi akan mengalami trauma
pada pemakaian diapers. Bayi cenderung berontak dan menolak diwaktu
yang benar-benar memerlukan pemakaian diapers. Perasaan trauma karena
tidak nyaman dengan penggunaan diapers ini bisa sangat merugikan orang
tua dan bayi itu sendiri di waktu-waktu tertentu.
g. Infeksi jamur
Salah satu dampak negatif dari pemakaian diapers adalah
munculnya jamur penyebab infeksi. Hal ini biasanya disebabkan oleh
pemakaian diapers yang lembap dan terlalu lama sehingga menyebabkan
peningkatan mikroorganisme.
h. Ruam popok
Selain kulit yang kemerahan, pemakaian diapers yang terlalu sering
juga bisa menyebabkan ruam. Terkadang ruam ini disertai pula dengan
kulit yang leceh dan perih saat disentuh.

B. Ruam Popok
1. Pengertian Ruam Popok
Ruam popok adalah kelainan kulit yang timbul akibat terjadinya
radang dibagian tubuh yang tertutup diapers. Umumnya, penyakit ini timbul
pada lipatan – lipatan kulit paha, diantara kedua pantat, dan dapat timbul
dibagian kulit lainnya. Bagian yang tertutup diapers mudah mengalami
peradangan karena kulit menjadi hangat dan lembab serta peka terhadap
12

bakteri dan senyawa yang dapat mengiritasinya (Vivian Nanny Lia Dewi,
2010).

Gambar 2.3 Ruam Popok


Sumber : (Arielle Burnette, 2015)

Ruam popok dapat berupa ruam yang terjadi didalam area diapers.
Pada kasus ringan kulit menjadi merah, dan pada kasus-kasus yang lebih berat
mungkin terdapat rasa sakit. Biasanya ruam terlihat pada sekitar perut,
kemaluan, dan didalam lipatan kulit pada paha dan pantat. Kasus ringan dapat
menghilang dalam 3 sampai 4 hari tanpa pengobatan (Rukiyah dan Yulianti,
2010).
a. Anatomi kulit

Gambar 2.4 Anatomi Kulit


Sumber : (Andik Subagiyo, 2015)
13

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu
(Andik Subagiyo, 2015 ) :
1) Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas :
a) Lapisan basal atau stratum germinativum. Lapisan basal merupakan
lapisan epidermis paling bawah dan berbatas dengan dermis. Dalam lapisan
basal terdapat melanosit. Melanosit adalah sel dendritik yang membentuk
melanin. Melanin berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.
b) Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Lapisan malpighi atau
disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) merupakan lapisan
epidermis yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa lapis sel yang
berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda akibat adanya mitosis
serta sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Pada
lapisan ini banyak mengandung glikogen.
c) Lapisan granular atau stratum granulosum (Lapisan Keratohialin).
Lapisan granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi butir-butir
(granul) keratohialin yang basofilik. Stratum granulosum juga tampak jelas
di telapak tangan dan kaki.
d) Lapisan lusidum atau stratum lusidum. Lapisan lusidum terletak tepat
di bawah lapisan korneum. Terdiri dari sel-sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
e) Lapisan tanduk atau stratum korneum. Lapisan tanduk merupakan
lapisan terluar yang terdiri dari beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati,
tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. Pada
permukaan lapisan ini sel-sel mati terus menerus mengelupas tanpa terlihat.
14

2) Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi
dua bagian yakni:
a) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b) Pars retikulaare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah
subkutan. Bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut
kolagen, elastin, dan retikulin. Lapisan ini mengandung pembuluh darah,
saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.

3) Lapisan subkutis
Lapisan ini merupakan lanjutan dermis, tidak ada garis tegas yang
memisahkan dermis dan subkutis. Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-
sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Jaringan subkutan
mengandung syaraf, pembuluh darah dan limfe, kantung rambut, dan di
lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan
subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat
penumpukan energi.

4) Adneksa kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelanjar kulit, rambut, dan kuku.
a) Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri dari:
i Kelenjar keringat
Ada dua macam yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak
dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang
15

lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental. Fungsi dari
kelenjar keringat meliputi mengatur suhu. Kelenjar ekrin terdapat di
semua daerah di kulit, tetapi tidak terdapat di selaput lendir.
Sedangkan kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang
bermuara ke folikel rambut.
ii Kelenjar palit (Glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak
tangan dan kaki. Kelenjar ini disebut juga kelenjar holokrin karena
tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel
kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan
muaranya terdapat di lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum
mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan
kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak
jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan
banyak serta mulai berfungsi secara aktif.
b) Kuku
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum)
yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar
kuku (nail root), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit
pada ujung jari disebut badan kuku (nail plate) dan yang paling ujung
adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar
dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu.
c) Rambut
Terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan
bagian yang berada di luar kulit (batang rambut).
16

2. Penyebab Ruam Popok


Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2010) ruam popok disebabkan oleh :
a. Tidak terjaganya kebersihan kulit bayi.
b. Penggunaan diapers secara terus-menerus dan jarangnya mengganti
diapers setelah bayi BAK dan BAB.
c. Terlalu panas atau lembapnya udara atau suhu lingkungan.
d. Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastik, dan deterjen.

3. Faktor – faktor yang berperan dalam Timbulnya Ruam Popok


Menurut Boediardja, S.A. (2000) beberapa faktor yang berperan
dalam timbulnya ruam popok yaitu :
a. Kelembapan kulit
Diapers bersifat menutup kulit sehingga menghambat penguapan dan
menyebabkan kulit menjadi lembab. Kulit yang lembab akan lebih mudah
dilalui oleh bahan- bahan yang dapat menyebabkan iritasi dan lebih mudah
terinfeksi jamur maupun kuman. Selain itu, kulit yang lembab juga lebih
rentan terhadap gesekan sehingga kulit mudah lecet yang akan
mempermudah iritasi. Kelembapan kulit dapat meningkat oleh pemakaian
diapers yang ketat atau pemakaian diapers yang secara terus-menerus.
b. Urin dan feses
Urin akan menambah kelembapan kulit yang tertutup popok sehingga
meningkatkan kerentanan kulit. Seperti telah disebutkan diatas, amonia
yang terbentuk dari urin dan enzim yang berasal dari feses akan
meningkatkan pH kulit sehingga kulit menjadi lebih rentan terhadap bahan
iritan. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh si bayi juga
berpengaruh terhadap pH feses sehingga bayi yang minum air susu ibu
lebih sedikit yang menderita ruam popok dibandingkan dengan yang
minum susu formula.
17

c. Jamur dan kuman


Jamur candida albicans adalah jamur yang normal terdapat di kulit
dalam jumlah sedikit. Pada keadaan kulit yang hangat dan lembab antara
lain karena pemakaian diapers, jamur tersebut akan tubuh lebih cepat
menjadi lebih banyak sehingga dapat menyebabkan ruam popok. Keadaan
kulit yang hangat dan lembab juga memudahkan tumbuhnya kuman, yang
paling sering adalah staphylococcus aureus.

4. Gejala Ruam Popok


Menurut Maryunani, A. (2010) gejala ruam popok bervariasi mulai dari
yang ringan sampai dengan yang berat. Secara klinis dapat telihat sebagai
berikut:
a. Gejala-gejala yang biasa ditemukan pada ruam popok oleh kontak
dengan iritan yaitu kemerahan yang meluas, berkilat, kadang mirip luka
bakar, timbul bintil-bintil merah, lecet atau luka bersisik, kadang basah dan
bengkak pada daerah yang paling lama kontak dengan diapers, seperti pada
paha bagian dalam dan lipatan paha.
b. Gejala yang terjadi akibat gesekan yang berulang pada tepi diapers ,
yaitu bercak kemerahan yang membentuk garis di tepi batas diapers pada
paha dan perut.
c. Gejala ruam popok oleh karena jamur candida albicans ditandai
dengan bercak atau bintil kemerahan berwarna merah terang, basah dengan
lecet-lecet pada selaput lendir anus dan kulit sekitar anus, lesi berbatas
tegas dan terdapat lesi lainnya di sekitarnya.
18

5. Pencegahan Ruam Popok


Tindakan pencegahan ruam popok dapat dilakukan dengan mengetahui
penyebab dan faktor-faktor yang berperan dalam menimbulkan ruam
popok yaitu :
a. Mengurangi kelembapan dan gesekan pada kulit
1) Segera mengganti diapers setelah bayi atau anak buang air kecil
dan buang air besar. Dengan sering mengganti diapers dapat
mencegah terjadinya ruam popok.
2) Pada saat mengganti diapeers, bersihkan kulit secara lembut
dengan air hangat. Dapat digunakan sabun khususnya setelah buang air
besar, kemudian dibilas bersih, kemudian keringkan dengan
menggunakan handuk atau kain yang lembut dan anginkan sebentar
sebelum dipakaikan diapers baru.
3) Pakaikan diapers sesuai dengan daya tampung dan segera ganti
bila tidak dapat lagi menampung urin.
4) Hindari pemakaian diapers secara terus-menerus dan terlalu
ketat.

b. Memilih popok yang baik


Kebanyakan ibu lebih memilih diapers dari pada memilih popok
kain, dengan alasan diapers bayi lebih praktis karena tidak perlu sering
mengganti popok yang basah akibat buang air, selain itu membuat rumah
lebih bersih tidak terkena air kencing bayi. Diapers juga membuat
pekerjaaan ibu menjadi lebih ringan karena tidak perlu mencuci, menjemur,
menyetrika setumpuk popok. Pada sisi buruknya penggunaan diapers
dapat menyebabkan terjadinya ruam popok. Dampak terburuk dari
pemakaian diapers yang salah selain mengganggu kesehatan kulit juga
dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan bayi. Bayi yang
19

mengalami ruam popok akan mengalami gangguan seperti rewel dan sulit
tidur, selain itu proses menyusui menjadi terganggu karena bayi merasa
tidak nyaman sehingga berat badan tidak meningkat (Handy, 2011).

6. Cara Mengatasi Ruam Popok


Pada prinsipnya pengobatan ruam popok bergantung pada
penyebabnya.Ruam popok yang disebabkan iritasi dan miliaria tidak
memerlukan obat khusus cukup dengan menjaga popok tetap kering dan
menjaga hyigene. Pada ruam popok yang disebabkan oleh infeksi mikro-
organisme atau iritasi dan miliaria yang luas obat-abatan yang lazim
digunakan antara lain :
a. Bedak salisil dan bedak yang mengandung Antihastamin, hanya
digunakan pada iritasi (intertigo) dan miliaria atas anjuran dokter. Pastikan
bedak tidak berhamburan agar tidak menggangu si kecil. Anti Jamur
digunakan pada ruam popok karena terinfeksi jamur (Candical Diaper
Dermatitis) pilih anti jamur yang berbentuk bedak (merek dagang misalnya :
Dektrian powder dan mycorine powder), diberikan selama 3-4 minggu.
b. Anti infeksi topikal ( salep atau krim) digunakan pada ruam popok yang
disebabkan oleeh infeksi bakteri ringan misalnya : bacitracin salep. Adapun
untuk infeksi yang lebih berat dapat digunakan anti infeksi oral. Misalnya :
kombinasi amoksisilin dengan asam kalvulanat dan diberikan pada anti infeksi
topical.
c. Steroid digunakan pada ruam popok yang disebabkan infeksi alergi,
dioleskan 2x sehari hingga sembuh atau selama 2 minggu. Walaupun ruam
popok bukanlah penyakit yang serius jika dalam 2-3 hari tidak kunjung
sembuh, maka langkah terbaik adalah konsultasi ke dokter. Penggunaan anti
jamur anti infeksi dan steroid hendaknya atas rekomendasi dokter (Cakmoki,
2010).
20

C. Hubungan Intensitas dan Lamanya Pemakaian Diapers dengan Kejadian


Ruam Popok
Pemakaian diapers pada bayi, harus lebih hati–hati, jika setiap saat bayi
tidak lepas dari diapers akan berdampak negatif pada kondisi kulit bayi,
pemakaian diapers secara terus-menerus akan mengurangi sensitifitas kulit
bayi karena adanya gesekan yang terjadi antara diapers dan kulit bayi. Kulit
pada bayi strukturnya lebih tipis, ikatan antar selnya lebih lemah dan lebih
halus. Kulit bayi juga memiliki pigmen yang lebih sedikit, bayi memiliki pH
yang lebih tinggi antara 6,5-7 dibandingkan orang dewasa yang mempunyai
pH antara 4-5, dan lapisan bagian dalamnya mempunyai kelembaban yang
lebih tinggi. Oleh karena itu lebih mudah menyebabkan terjadinya ruam
popok. Keadaan lain yang dapat memperburuk terjadinya ruam popok adalah
ketika ammonia yang terdapat pada urine bergabung dengan plastik diapers
maka suasana dipermukaan kulit bayi yang anaerobik akan mendukung
pertumbuhan mikroorganisme (Dewar, 2010).
Pemakaian diapers harus 3-4 jam sekali diganti karena urine mengandung
asam laktat yang dapat menyebabkan peradangan berupa ruam popok. Untuk
bayi usia lebih dari 6 bulan frekuensi lamanya pergantian diapers adalah 3-5
kali dalam sehari. Jika bayi BAB atau BAK dan tidak segera diganti maka
akan menyebabkan kulit menjadi hangat dan lembab serta peka terhadap
bakteri dan Jamur. Contoh jamur yang dapat mengakibatkan ruam popok
akibat pemakaian diapers adalah candida albicans, jamur ini normalnya
terdapat di kulit dalam jumlah sedikit. Pada keadaan kulit yang hangat dan
lembab karena pemakaian diapers, jamur tersebut akan tubuh lebih cepat
menjadi lebih banyak sehingga dapat menyebabkan ruam popok (Rekawati
Susilaningrum, 2013).

Anda mungkin juga menyukai