Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH II

PERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN

DI RUANG OK (OPERATING KAMARE)

Disusun Oleh:

De fira Pebrianti (P17320317012)

Azelia Aswina (P17320317008)

M. Rizki Hadi Pratama (P17320317045)

Ade Rahma Apriliani (P17320317047)

TK II A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Keperawatan Medikal Bedah II tentang perawatan
perioperatif pada pasien di ruang OK (Operating Kamare).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah Keperawatan Komunitas ini


dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bogor, Juli 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II KONSEP DASAR TEORI .................................................................... 3

A. Landasan Teoritis Keperawatan Perioperatif ..................................... 3


B. Landasan Teoritis AsuhanKeprawatan Perioperatif .......................... 10

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 21

A. Pengkajian .......................................................................................... 21
B. Analisa Data ....................................................................................... 29
C. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 32
D. Intervensi Keperawatan ...................................................................... 33
E. Implemenasi Keperawatan ................................................................. 43
F. Evaluasi .............................................................................................. 46

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 47

A. Kesimpulan ........................................................................................... 47
B. Saran ..................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan
adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah
dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang
lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik
bedah dan unit bedah ambulatori.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur
tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana
perkembangan teknologi mutakhir telah mengarahkan kita pada penggunaan
prosedur bedah yang lebih kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah
mikro (micro surgery techniques) atau penggunaan laser, peralatan by Pass
yang lebih canggih dan peralatan monitoring yang kebih sensitif.
Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait
dengan penggunaan obat-obatan anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan
pasien akan berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan
dan teknik anastesi tentunya harus diikuti oleh peningkatan kemampuan
masing-masing personel (terkait dengan teknik dan juga komunikasi
psikologis) sehingga outcome yang diharapkan dari pasien bisa tercapai.
Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun juga
diikuti oleh perubahan pada pelayanan.
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu
preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase. Masing-
masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu
pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan
masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang

1
luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan
dan standar praktik keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari keperawatan perioperatif?
2. Apa etiologi dari keperawatan perioperatif?
3. Bagaimana tahap dalam keperawatan perioperatif?
4. Bagaimana klasifikasi keperawatan perioperatif?
5. Bagaimana penatalaksanaan saat terjadinya komplikasi post operatif?
Bagaimana landasan teoritis asuahan keperawatan di ruang OK (operating
kamare).
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana perawatan perioperatif pada pasien di ruang OK
(operating kamare).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi dari keperawatan perioperatif.
b. Mengetahui etiologi dari keperawatan perioperatif.
c. Mengetahui dan memahami tahap dalam keperawatan perioperatif.
d. Mengetahui klasifikasi keperawatan perioperatif.
e. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan saat terjadinya
komplikasi post operatif.
f. Mengetahui dan memahami landasan teoritis asuhan keperawatan di
ruang OK (operating kamare).

2
BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Landasan Teoritis Keperawatan Perioperatif


1. Defenisi
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien . Kata perioperatif adalah gabungan dari
tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra operatif dan
post operatif.
2. Etiologi
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasi
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan
3. Tahap dalam Keperawatan Perioperatif
a. Fase Pre operatif
Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai ketika pasien diterima masuk di ruang
terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja
operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut
dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik
ataupun rumah, wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien
untuk anestesi yang diberikan pada saat pembedahan.

3
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi
persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan
fisiologi (khusus pasien).
1) Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi
emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan
perasaan sakit, narcosa atau hasilnya dan keeadaan sosial
ekonomi dari keluarga. Maka hal ini dapat diatasi dengan
memberikan penyuluhan untuk mengurangi kecemasan pasien.
Meliputi penjelasan tentang peristiwa operasi, pemeriksaan
sebelum operasi (alasan persiapan), alat khusus yang diperlukan,
pengiriman ke ruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan
pengobatan-pengobatan setelah operasi, bernafas dalam dan
latihan batuk, latihan kaki, mobilitas dan membantu kenyamanan.
2) Persiapan Fisiologi
a) Diet (puasa)  pada operasi dengan anaesthesi umum, 8 jam
menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam
sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum. Pada
operasai dengan anaesthesi lokal /spinal anaesthesi makanan
ringan diperbolehkan. Tujuannya supaya tidak aspirasi pada
saat pembedahan, mengotori meja operasi dan mengganggu
jalannya operasi.
b) Persiapan Perut  Pemberian leuknol/lavement sebelum
operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis
daerah periferal. Tujuannya mencegah cidera kolon,
mencegah konstipasi dan mencegah infeksi.
c) Persiapan Kulit  Daerah yang akan dioperasi harus bebas
dari rambuy
d) Hasil Pemeriksaan  hasil laboratorium, foto roentgen,
ECG, USG dan lain-lain.
e) Persetujuan Operasi / Informed Consent  Izin tertulis dari
pasien / keluarga harus tersedia.

4
b. Fase Intra operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke
instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan
pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh : memberikan
dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak sebagai
perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja
operasi dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan
tubuh. Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi
yaitu pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akan
mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi
pasien adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
1) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman dan sedapat
mungkin jaga privasi pasien
2) buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk.
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua
bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan
tidak steril :
1) Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten
ahli bedah, Scrub Nurse / Perawat Instrumen
2) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana
anaesthesi, perawat sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang
mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).

5
c. Fase Post operatif
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre
operatif dan intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di
ruang pemulihan (recovery room)/ pasca anaestesi dan berakhir
sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Pada
fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas
yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi
efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada
peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke rumah.
Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
1) Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca
anastesi (recovery room).
Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus
diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan
pemajanan. Pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada
posisi yang menyumbat drain dan selang drainase. Selama
perjalanan transportasi dari kamar operasi ke ruang pemulihan
pasien diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan pasien
dengan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail
harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Proses
transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan
perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang
bertanggung jawab.
2) Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan
pasca anastesi.
Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) atau unit
perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit)

6
sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi
operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang
perawatan (bangsal perawatan). PACU atau RR biasanya
terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan
untuk mempermudah akses bagi pasien untuk :
a) perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif
(perawat anastesi)
b) ahli anastesi dan ahli bedah
c) alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

4. Klasifikasi Perawatan Perioperatif


Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
a. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin
mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda.
Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus,
fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar
sanagat luas.
b. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat
dilakukan dalam 24-30 jam.
Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada
uretra.
c. Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan.
Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih.
Gangguan tyroid, katarak.

7
d. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan,
bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu
membahayakan.
Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
e. Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya
pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan
biasanya terkait dengan estetika.
Contoh : bedah kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi
menjadi :
a. Minor
Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko
kerusakan yang minim.
Contoh : incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi
b. Mayor
Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat
serius.
Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-
lain.

5. Komplikasi Post Operatif dan Penatalaksanaanya


a. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok
hipovolemik. Tanda-tanda syok adalah : Pucat , Kulit dingin, basah,
Pernafasan cepat, Sianosis pada bibir, gusi dan lidah, Nadi cepat,
lemah dan bergetar , Penurunan tekanan darah, Urine pekat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi
dengan dokter terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti
terapi obat, terapi pernafasan, memberikan dukungan psikologis,

8
pembatasan penggunaan energi, memantau reaksi pasien terhadap
pengobatan, dan peningkatan periode istirahat.
b. Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi
tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur
sementara lutut harus dijag tetap lurus. Kaji penyebab perdarahan,
Luka bedah harus selalu diinspeksi terhadap perdarahan.
c. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada
pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa
ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca flebitis.
d. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan
rektum, anus dan vagina. Penyebabnya adalah adanya spasme
spinkter kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membatu mengeluarkan
urine dari kandung kemih.
e. Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya kontaminasi
luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang
perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian
antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip
steril.
f. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman
berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian karena dapat
menyebabkan kegagalan multi organ.
g. Embolisme Pulmonal Embolsime dapat terjadi karena benda asing
(bekuan darah, udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya
terbawa di sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat
arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi

9
keperawatan seperti ambulatori pasca operatif dini dapat mengurangi
resiko embolus pulmonal.
h. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien yang
mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya
meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan distensi abdomen.

B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Perioperatif


1. Pre Operasi
a. Pengkajian fase Pre Operasi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah
pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa
lalu, kesiapan psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja
obat dan anestesi, seperti anti biotika yang berpontensi dalam
istirahat otot, antikoagulan yang dapat meningkatkan perdarahan,
antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang dapat
menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak
seimbanganpotasium, dan lain-lain. Selain itu terdapat juga
pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi,
ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.

Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah


adalah radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis
gas darah pada pemautan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan
elektroradiogram, darah, leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit,
pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen (BUN),
kreatin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem renal dan
pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi
gangguan metabolisme.

1) Pengkajian Psikologis, meliputi perasaan takut/cemas dan


keadaan emosi pasien

10
2) Pengkajian Fisik, pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah,
nadi, pernafasan dan suhu.
3) Sistem integument, apakah pasien pucat, sianosis dan adakah
penyakit kulit di area badan.
4) Sistem Kardiovaskuler, apakah ada gangguan pada sisitem
cardio, validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?,
kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi., Kebiasaan
merokok, minum alcohol, Oedema, Irama dan frekuensi
jantung.
5) Sistem pernafasan, Apakah pasien bernafas teratur dan batuk
secara tiba-tiba di kamar operasi.
6) Sistem gastrointestinal, apakah pasien diare ?
7) Sistem reproduksi, apakah pasien wanita mengalami
menstruasi ?
8) Sistem saraf, bagaimana kesadaran ?
9) Validasi persiapan fisik pasien, apakah pasien puasa, lavement,
kapter, perhiasan, Make up, Scheren, pakaian
pasien/perlengkapan operasi dan validasi apakah pasien alaergi
terhadap obat ?
b. Diagnosa Keperawatan
1) Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
2) Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan
atau anestesi.
3) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan atau menurunnya nutrisi.
4) Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit
pengindraan.
c. Intervensi Keperawatan
Tujuan :

1) Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.


2) Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
3) Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.

11
Rencana Tindakan :

1) Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat


dilakukan persiapan psikologis pada pasien melalui
pendidikan kesehatanm penjelasan tentang peristiwa yang
mungkin akan terjadi, dan seterusnya.
2) Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera lainnya
dapat dilakukan dengan persiapan prabedah seperti diet,
persiapan perut, kulit, persiapan bernafas dan latihan batuk,
persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.
d. Implementasi Keperawatan
1) Pemberian Pendidikan Kesehatan Prabedah
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah
berbagai informasi mengenai tindakan pembedahan,
diantaranya jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah,
alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman kekamar bedah,
ruang pemulihan, dan kemungkinan pengonatan setelah
operasi.
2) Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal
pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari
sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak
diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4
jam sebelum bedah, sebab makanan atau cairan dalam
lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.
3) Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah
yang akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara
menyiram kulit menggunakan sabun heksaklorofin
(hexacholophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis

12
pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus
dicukur.
4) Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi
kontraindikasi pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung,
dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan, merusak
jaringan, dan melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan
adalah pernafasan diagfragma, dengan cara seperti dibawah
ini:
a) Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b) Tempatkan tangan di atas perut.
c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
d) Tahan napas selama 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang
sama hingga 3 kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk
mengeluarkan lendir.
g) Istirahat.
5) Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan
dampak tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara
lain latihan memompa otot , latihan quadrisep, dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan
mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan
otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat
dilakukan dengan cara membengkokkan lutut kaki rata pada
tempat tidur, kemudian luruskan kaki pada tempat tidur, dan
ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba

13
gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi
sebanyak 5 kali.
6) Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi
sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta
mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas,
pasien harus mampu menggunakan alat ditempat tidur, seperti
menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih
duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien
ke sisi tempat tiduratau dengan cara menggeser pasien ke sisi
tempat tidur, melatih duduk diawali tidur fowler, kemudian
duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
7) Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah :
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat
mengganggu, misalnya cincin, gelang dan lain-lain.
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian
sirkulasi
d) Lepaskan lensa kontak
e) Lepaskan protesa
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien
tidak dapat mendengar
g) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h) Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko
mengalami tromboplebitis
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam memahami masalah atau
kemungkinan yang terjadi pada intrah dan pasca bedah. Tidak ada

14
kecemasan, ketakutan, serta, tidak ditemukannya risiko komplikasi
pad infeksi atau cedera lainnya.

2. Intra Operasi
a. Pengkajian Fase Intra Operasi
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien
yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja,
sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah
dengan pengkajian psikososial. Secara garis besar yang perlu
dikaji adalah :
1) Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih
sadar/terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur
yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan
agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
2) Pengkajian fisik
Tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka perawat
harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli
bedah).
3) Transfusi dan infuse
Monitor flabot sudah habis apa belum.
4) Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg
BB/jam.
b. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan
intrabedah adalah: resiko terjadinya cedera berhubungan dengan
prosedur pembedahan.
c. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak
dari tindakan pembedahan.

15
Rencana Tindakan:
1) Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan
pembedahan seperti pemakaian baju bedah, tutup kepala,
masker, penutup sepatu , celemek, dan sarung tangan, serta
pencucian tangan.
2) Lakukan persiapan pelaksanaan anestesisebelum tindakan
pembedahan.
3) Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.
d. Implementasi Keperawatan
1) Pengunaan Baju Seragam Bedah
Penggunaan seragam bedah desain secara khusus dengan
harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar, berprinsip
bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju bedah
yang steril,atau baju harus dimasukkan ke dalam celana, atau
harus di tutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya
bakteri, dan gunakan penutup kepala, masker, sarung tangan
serta celemek steril.
2) Mencuci tangan Sebelum Pembedahan
Lihat bagian mencuci tangan steril
3) Menerima Pasien di Daerah Bedah
Sebelum memasuki wilayah bedah , pasien harus melakukan
pemeriksaan ulang diruang penerimaan untuk mengecek
kembali nama, bedah yang akan dilakukan, nomer status
registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan x-ray,
persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan
golongan darah, alat protesa, dan lain-lain.
4) Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke kamar Bedah
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang,
telungkup, trendelenburg, lithotomi, lateral, dan lain-lain.

16
5) Pembersihan dan Persiapan kulit
Pelaksanaan ini bertujuan untuk membuatdaerah yang akan
dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit serta mengurangi
adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam pembersihan
kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, memiliki kecepatan
khasiat, atau memiliki potensi yang baik serta tidak menurun
bila adanya terdapat kadar alkohol, sabun detergen, atau bahan
organik lainnya.
6) Penutupan Daerah Steril
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan doek
steril agar daerah seputar bedah tetap steril dan mencegah
berpindahnya mikroorganisme antara daerah yang steril dan
tidak.
7) Pelaksanaan Anestesi
Pelaksanaan anestesi dapat dilakukan dengan berbagai macam,
antara lain anestesi umum, inhalasi atau intravena, anestesi
regional dengan cara memblok saraf, dan anestesi lokal.
8) Pelaksanaan Pembedahan
Setelah dilakukan anestesi, tim bedah akan melaksanakan
pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.
e. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan,
seperti normalnya perubahan tanda vital, kardiovaskular,
pernapasan, ginjal, dan lain-lain.
3. Post Operasi
a. Pengkajian fase Post Operasi
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan
(pascabedah) di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan
napas, sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah

17
pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan dalam
pembedahan.
1) Status respirasi
2) Meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman pernafasaan,
kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas
3) Status sirkulatori
4) Meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
5) Status neurologis
6) Meliputi tingkat kesadaran.
7) Balutan
8) Meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
9) Kenyamanan
10) Meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
11) Keselamatan
12) Meliputi : diperlukan penghalang samping tempat tidur, kabel
panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang
dan dapat berfungsi.
13) Perawatan
14) Meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran
cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan
dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
15) Nyeri
16) Meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat / memperingan.
b. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan
pascabedah adalah :
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
akibat luka pembedahan.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekresi sebagai dampak anestesi.

18
3) Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak
anestesi.
4) Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
5) Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi.
6) Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
7) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketahanan yang menurun.
8) Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status
kesehatan.
c. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna.
3) Mempertahankan sirkulasi.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5) Mempertahankan eliminasi.
6) Mempertahankan aktivitas.
7) Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi
rasa nyeri yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka
dan memperbaiki asupan makanan yang tinggi protein dan
vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen, dan mempertahankan integritas
dinding kapiler.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara
latihan napas, yakni tarik napas yang dalam dengan mulut
terbuka, tahan selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau,
dapat pula dilakukan dengan cara menarik napas melalui
hidung dengan menggunakan diafragma, kemudian

19
keluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut yang
dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan
stocking pada pasien yang berisiko tromboplebitis atau
pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus
meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar
vena balik.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan cara memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan
pasien dan monitor asupan dan output serta
mempertahankan nutrisi yang cukup.
5) Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan
asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine.
6) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat
otot sebelum ambulatori.
7) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi
secara terapeutik.
d. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan,
seperti adanya peningkatan proses penyembuhan luka, sistem
respirasi yang sempurna, sistem sirkulasi, keseimbangan cairan
dan elektrolit, sistem eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan
tanda kecemasan lanjutan.

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PRE, INTRA DAN POST OPERASI

PADA TN. M DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS

DI RUANG OK (OPERATING KAMARE) RSUD WATES

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Klien

Nama : Tn. M

Umur : 43 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Tayuban, Panjatan, Kulon Progo

No. RM. : 360230

Diagnosa Medis : Hernia Inguinal Lateralis

Tanggal masuk RS : 12 Januari 2010

Tanggal Pengkajian : Rabu, 12 Januari 2010 pukul 08.30 WIB

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. H

Umur : 40 tahun

21
Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Tayuban, Panjatan, Kulon Progo

Hubungan dengan Klien : Istri

2. Keluhan Utama

Klien mengatakan perut terasa sebah dan selangkangan terasa kemeng


pada bagian benjolannya. Klien mengatakan agak pusing, tidak merasa
mual, dan tidak muntah.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien datang ke poliklinik bedah pada hari Senin 11 Januari 2010 dan
direncanakan operasi pada hari Rabu 13 Januari 2010. Untuk
mempersiapkan operasi klien dirawat di Rumah Sakit ruang penyakit
bedah bangsal Anggrek RSUD Wates tanggal 12 Januari 2010. Saat di
ruang persiapan operasi, klien menyatakan sedikit takut dan klien nampak
tegang. Klien juga mengajukan beberapa pertanyaan tentang bagaimana
proses operasi yang akan dijalaninya. Saat dilaksanakan operasi, klien
dibius dengan bius spinal yang merupakan anastesi lokal sehingga klien
dalam keadaan sadar yang mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan
ekstremitas bawah. Saat selesai dilakukan operasi, klien keluar dalam
keadaan sadar dan tidak nampak takut. Namun ada sedikit rasa tidak
nyaman pada bagian bekas luka operasi.

4. Riwayat Kesehatan yang Lalu

Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM, klien tidak menderita


hipertensi dan asma.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

22
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit serupa dan
tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, asma dll.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Tingkat Kesadaran

1) Kualitas : Compos mentis

2) Kuantitas : 15

Respon motorik :6

Respon verbal :5

Reson membuka mata : 4

3) Status Gizi : Baik

TB : 153 cm

BB : 46 kg

IMT : 19,65

4) Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36,7°C

b. Pemeriksaan Sistematis

1) Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala bulat, tidak ada luka atau cedera


kepala,kulit kepala kotor dan berminyak.

Palpasi : tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan

a) Mata

Inspeksi : Kedua mata terlihat sayu, konjungtiva pucat.

Palpasi : tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan

23
b) Hidung

Inspeksi : tampak simetris, tampak bersih, tidak ada luka dan


kemerahan

Palpasi : tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan

c) Telinga

Inspeksi : Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal:


simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan.

Palpasi : tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan

d) Mulut

Inspeksi : Bentuk bibir normal tidak ada perdarahan dan


peradangan pada mulut. Gigi masih lengkap, tidak
ada karang gigi dan karies, tidak ada benda asing
atau gigi palsu. Fungsi pengecapan baik, bentuk
dan ukuran tonsil normal serta tidak ada
peradangan pada faring.

Palpasi : tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan

e) Leher

Inspeksi : tampak bersih, tidak ada luka dan kemerahan

Palpasi : Kelenjar getah bening dan tekanan vena jugularis


tak ada kelainan (tidak mengalami pembesaran)
tidak ada kaku kuduk

2) Thorak dan Fungsi Pernafasan

Inspeksi : pengembangan dada optimal, ekspansi paru pada


inspirasi dan ekspirasi maksimal.

Palpasi : pengembangan dada simetris

Perkusi : bunyi sonor

24
Auskultasi : bunyi vesikuler

3) Pemeriksaan jantung

Inspeksi : tidak tampak perbesaran pada ICS V linea medio


clavicularis sinistra

Palpasi : tidak teraba getaran pada bagian apeks jantung

Perkusi : bunyi pekak, batas jantung normal (kanan atas: ICS II


linea para sternalis dextra; kanan bawah: ICS IV linea
para sternalis dextra; kiri atas: ICS II linea para
sternalis sinistra; kiri bawah : ICS V linea medio
clavicularis sinistra)

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal

4) Abdomen

Inspeksi : abdomen simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi


vena ataupun kemerahan

Auskultasi : bising usus 12x/menit

Perkusi : bunyi timpani

Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan

5) Kulit dan Ekstremitas

a) Atas

Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan.Tidak


ada luka pada tangan kanan dan kiri,

Palpasi : kekuatan cukup, dimana dapat membolak- balikan


tangan

b) Bawah

Inspeksi : anggota gerak lengkap, bagian selangkangan


terdapat benjolan sehingga saat digerakkan terasa
sakit dan kemeng

25
Palpasi : ada massa dan nyeri tekan pada bagian
selangkangan.

7. Kebiasaan Sehari-hari

a. Pola makan

1) Sebelum Sakit

Pasien makan tiga kali sehari, dengan nasi, sayur dan lauk. Pasien
minum air putih 5 – 6 gelas setiap hari.

2) Selama Sakit

Klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk. Klien
minum 4 – 5 kali setiap hari. Selama di rawat di bangsal bedah
sejak tanggal 12 Januari 2010 klien belum makan atau minum,
klien puasa untuk menghadapi operasi yang akan dilakukan.

b. Pola Eliminasi

1) Sebelum Sakit

Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan konsistensi


lunak, warna kuning kecoklatan dan berbau khas feces. Klien
BAK 6 – 10 kali sekitar 1200 cc setiap hari, warna kuning jernih,
dan tidak ada keluhan.

2) Selama Sakit

Selama dirawat di rumah sakit klien belum BAB. Klien BAK di


tempat tidur melalui selang kateter sebanyak 1000 cc per 24 jam,
warna kuning jernih, klien merasa kurang nyaman karena
menggunakan selang kateter.

c. Pola Aktivitas, Istirahat dan Tidur

1) Sebelum Sakit

Klien setiap hari bekerja sebagai wiraswasta untuk memenuhi


kebutuhan keluarga. Klien mengatakan biasa tidur selama 7 – 8
jam. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang dan biasa memulai

26
tidurnya mulai pukul 22.00 WIB – 05.00 WIB. Klien mengatakan
biasa beristirahat di sela-sela pekerjaannya.

2) Selama Sakit

Klien mengatakan tidak dapat bekerja sebagai wiraswasta


semenjak sakit karena harus dirawat di Rumah Sakit dan akan
dilakukan operasi. Pola aktivitas klien terganggu dan klien harus
beristirahat di tempat tidur selama dirawat dan BAK di tempat
tidur karena telah terpasang kateter. Klien mengatakan biasa tidur
selama 4 – 5 jam saat dirawat karena tidak familier dengan
keadaan sekitarnya.

d. Pola Kebersihan Diri

1) Sebelum Sakit

Pasien mandi dan mengosok gigi 2x setiap hari,pasien keramas 2


hari sekali.

2) Selama Sakit

Pasien mandi dan menggosok gigi 2x setiap hari, selama dirawat


(sehari) pasien belum pernah keramas.

8. Data Psikologi

a. Gambaran Diri

Pasien memandang dirinya sebagai orang yang sakit dan selalu


didampingi keluarganya

b. Identitas Diri

Pasien menyadari dirinya sebagai laki – laki dan bertingkah laku


layaknya laki – laki.

c. Harga Diri

Klien tidak malu dan menerima keadaannya saat ini karena sudah
merupakan kehendak Tuhan.

d. Peran Diri

27
Selama dirawat di rumah sakit klien tidak dapat menjalankan perannya
sebagai pekerja wiraswasta dan kepala keluarga bagi anak dan istri.

e. Ideal diri

Klien ingin cepat pulang dan klien ingin segera sembuh sehingga bisa
bekerja kembali seperti biasa.

9. Intelektual

Klien dan keluarga mengatakan tidak mengerti tentang penyebab penyakit


yang diderita dan bagaimana proses penyembuhannya dan cara perawatan
di rumah.

10. Data Sosial

Hubungan klien dengan keluarga baik, harmonis, dimana istri dan saudara-
saudaranya secara bergantian menunggui klien dan membantu klien dalam
memenuhi kebutuhannya. Saat berinteraksi dengan perawat, klien kontak
mata terus dan sangat memperhatikan apa yang dijelaskan.

11. Support System

Klien mendapat dukungan dari keluarganya

12. Data Spiritual

Klien beragama islam. Klien taat dalam menjalankan agamanya dan klien
selalu berdoa kepada Tuhan agar segera diberi kesembuhan.

13. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil pemeriksaan laboratorium

GDS : 62 (70 – 125 mg/dL)

Ureun : 31 (20 – 40 mg%)

Creat : 1,23 (0,6 – 1,1 mg%)

14. Terapi

Injeksi cefotaxim 1 gr/12 jam

Ciprofloksasin 2 x 500 mg

28
Injeksi ketorolak 30 gr/8 jam

Asam mefenamat 3 x 500 gr

B. Analisa Data

Pre operasi

No Data Senjang Penyebab Masalah


1 Ds : Hernia inguinalis Nyeri akut
a. Klien mengatakan ↓
perut terasa sebah Anulus anternus
b. Klien mengatakan ↓
selangkangan terasa Saluran limfe
kemeng pada bagian terbendung
benjolannya ↓
c. Klien mengatakan Iskemik jaringan
agak pusing ↓
d. Klien mengatakan Nyeri akut
takut untuk miring ke
kiri
Do :
a. Klien nampak
melindungi bagian
inguinal
b. Klien nampak
kesulitan mengangkat
kaki kirinya
c. Klien nampak
menyeringai menahan
sakit dan pusing
2 Ds : Pre Operasi Cemas
a. Klien mengatakan ↓

29
sedikit takut akan Prosedur tindakan
dilakukan operasi pembedahan
b. Klien menanyakan ↓
kapan dilakukan Cemas
operasi dan bagaimana
prosesnya
Do :
a. Klien nampak tegang
b. Klien nampak cemas
3 Ds : Pre Operasi Kurang pengetahuan
Klien menanyakan kapan ↓
dilakukan operasi dan Kurang informasi
bagaimana prosedurnya pembedahan
Do : ↓
Klien nampak tegang dan Kurang pengetahuan
takut

Intra operasi

No Data Penyebab Masalah


1 Ds : - Intra Operasi Resiko jatuh
Do : ↓
a. Klien di bius dengan Anastesi narkotik
anastesi spinal ↓
b. Klien mengalami Sebagian tubuh
penurunan kekuatan lumpuh
ekstremitas bagian bawah ↓
c. Mobilitas terbatas Resiko jatuh

2 Ds : - Proses Resiko
Do : pembedahan perdarahan

30
a. Klien menjalani ↓
pembedahan pada Prosedur invasive
inguinalis lateralis ↓
b. Klien dalam keadaan tidak Resiko
sadar karena pengaruh perdarahan
anastesi

Pasca operasi

No Data Penyebab Masalah


1 Ds : Tindakan Nyeri akut
Klien mengatakan sedikit nyeri pada pembedahan
bekas operasi Do : ↓
Klien tampak menyerinagi menahan Diskontinuitas
sakit pada bekas operasi jaringan

Agen injuri
fisik

Pelepasan
media ator
nyeri

Nyeri akut
2 Ds : Prosedur Resiko
Do : invasive infeksi
a. Klien terpasang infuse RL ↓
b. Terdapat luka insisi bedah Insisi pada
daerah
pembedahan

Resiko ifeksi

31
C. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan benjolan di inguinal
b. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
2. Intra Operasi
a. Resiko jatuh berhubungan dengan anastesi narkotik
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
3. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

32
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien . Kata perioperatif adalah gabungan dari tiga
fase pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra operatif dan post
operatif.
Masing-masing fase dalam keperawatan perioperatif memiliki asuhan
keperawatan yang berhubungan secara sistematis, dimana pada fase pre
operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan
diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi, pada fase inta operatif dimulai
ketika pasien masuk atau pindah ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan, dan pada fase post operatif dimulai dengan
masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room).
B. Saran
Hendaknya mahasiswa keperawata dapat benar-benar mengetahui dan
memahami kegiatan perawatan perioperatif di ruang OK agar dapat
berkolaborasi baik dengan tim kesehatan lain yang berkopenten dalam
perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai bentuk
pelayanan prima.

47
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC: Jakarta.


Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi
Operasi. Sahabat Setia: Yogyakarta.
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi.
EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK. Airlangga
University Press : Surabaya.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai