1
2. Impetigo Impetigo jenis ini ditandai dengan keropeng, sebagian besar terdapat
Krustosa pada anak usia 2-5 tahun, karena sistem imun anak yang belum
berkembang sempurna. Impetigo krustosa merupakan infeksi kulit
bakteri yang paling sering dijumpai pada anak, terutama anak yang
tinggal di iklim panas dan lembab. Penyebab impetigo krustosa adalah
bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus beta hemolytic grup A,
atau kombinasi keduanya.
Daerah yang terpajan, terutama wajah (lubang hidung dan mulut karena
dianggap sebagai sumber infeksi dari daerah tersebut), leher, dapat juga
ditemui di lengan atau tungkai, namun jarang mengenai telapak tangan
dan telapak kaki. Pada kulit ditemukan macula eritematosa miliar
sampai lentikular, difus, anular, sirsinar; vesikel dan bula lentikular
difus; pustule miliar sampai lentikular; krusta kuning kecoklatan,
berlapis-lapis, mudah diangkat.
Jika krusta banyak, dilepas dengan mencuci dengan H2O2 dalam air,
lalu diberi salep antibiotic seperti kloramfenikol 2% dan teramisin 3%.
Jika lesi banyak dan disertai gejala konstitusi (demam, dll), berikan
antibiotic sistemik, misalnya penisilin, kloksasilin, atau sefalosporin.
3. Staphylococcal Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) merupakan kelainan
Scalded Skin kulit ditandai dengan eksantem generalisata, lepuh luas disertai erosi
Syndrome dan deskuamasi superfisial. Kelainan ini disebabkan oleh toksin
eksfoliatif (ETs) yaitu toksin eksfoliatif A (ETA) dan B (ETB) yang
dihasilkan strain Staphylococcus aureus (biasanya faga grup 2).
Staphylococcal scalded skin syndrome umumnya terjadi pada bayi dan
2
anak- anak usia di bawah lima tahun tetapi jarang ditemukan pada
dewasa.Pasien SSSS memiliki gejala klinis berupa demam dan malaise
yang timbul beberapa hari setelah infeksi staphylococcal. Pada
umumnya terdapat demam yang tinggi, malaise, gelisah, dan nyeri
disertai infeksi di saluran napas bagian atas. Kelainan kulit yang
pertama timbul ialah eritema yang timbul mendadak pada muka,
leher, ketiak, dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam waktu
24 jam. Dalam waktu 24-48 jam akan timbul bula-bula besar
berdinding kendur. Jika kulit yang tampaknya normal ditekan dan
digeser kulit tersebut akan terkelupas sehingga memberi tanda
Nikolskiy positif. Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan
disertai pengelupasan lembaran-lembaran kulit sehingga tampak
daerah-daerah erosif. Akibat epidermolisis tersebut,
gambarannya meninggalkan mirip kombustio yang lembab, merah
dan nyeri. Daerah-daerah tersebut akan mengering dalam beberapa
hari dan terjadi deskuamasi. Deskuamasi pada daerah yang tidak
eritematosa yang tidak mengelupas terjadi dalam waktu 10 hari.
Meskipun bibir sering dikenai, tetapi mukosa jarang diserang.
Penyembuhan penyakit akan terjadi setelah 10-14 hari tanpa disertai
sikatriks.
3
dapat diberikan seperti eritromisin 40-50 mg/kgbb selama 14-15 hari
atau dapat diberikan sefalosporin 1gr/hari selama 10-14 hari.
4. Steven Sindrom Stevens Johnson (S.S.J) adalah penyakit akut dan berat, terdiri
Johnson dari erupsi kulit, kelainan mukosa dan lesi pada mata. Penyebab belum
Syndrome jelas. Biasanya pada usia dewasa, namun bisa terkena pada anak-anak.
Pasien didahului dengan panas tinggi dan nyeri kontinu. Erupsi timbul
mendadak. Gejala bermula di mukosa mulut berupa lesi bulosa atau
erosi, eritema, disusul mukosa mata, genetalia sehingga terbentuk trias
: stomatitis, konjungtivitis dan uretritis. Lokasi biasanya bisanya
generalisata, kecuali pada kepala yang berambut. Lesi pada kulit
ditmukan eritema berbentuk cincin (pinggir eritema, tengah relatif
hiperpigmentasi), yang berkembang menjadi urtikaria atau lesi papular
berbentuk target dengan pusat ungu, atau lesi sejenis dengan vesikel
kecil, purpura, vesikel dan bula, numular sampai dengan plakat. Erosi,
eksoriasi, perdarahan dan krusta berwarna merah hitam.
4
5. Varicella Cacar air atau varicella merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Human Herpes Virus tipe 3 (Varicella Zoster Virus). 1 Virus ini sangat
menular, ditularkan melalui saluran pernapasan penderita varicella atau
herpes zoster.3 Masa inkubasinya 14-16 hari, dimulai dengan demam
ringan, malaise, ruam vesikel distribusi sentral, gatal, terbanyak di
tubuh dan wajah. Vesikel varicella berdinding tipis, berukuran 2-3cm
dengan kulit sekitar kemerahan, kemudian isi menjadi keruh, menjadi
pustul, puncaknya runtuh membentuk ulkus yang akhirnya mengering
dan menjadi krusta hitam. Yang khas adalah adanya semua bentuk
tahapan vesikel pada satu daerah kulit. Demam tidak selalu ada, jika
terjadi saat vesikel keluar dan normal kembali saat krusta mengelupas.
5
6. Epidermolysis Epidermolisis bulosa (EB) merupakan kelainan genetik berupa
Bullosa gangguan/ ketidakmampuan kulit dan epitel lain melekat pada jaringan
konektif di bawahnya dengan manifestasi terbentuknya bula dan
vesikel setelah terkena trauma atau gesekan ringan. Berdasarkan atas
letak bula, terjadi jaringan parut atau tidak, serta diturunkan secara
genetik, maka EB dibagi menjadi 3 kelompok mayor yaitu EB
simpleks, EB junctional dan EB distrofik. EB distrofik dibagi lagi
menjadi EB distrofik dominan dan EB distrofik resesif.
6
7. Pemfigus Pemfigus merupakan kelainan autoimun berupa bulla atau vesikel di
Vulgaris kulit ataupun mukosa, berasal dari lapisan suprabasal epidermis dan
disebabkan oleh proses akantolisis, secara imunopatologi terdapat
imunglobulin yang menyerang sel keratinosit. Penyebab pemfigus
vulgaris adalah antibodi yang menyerang desmoglein 1 dan desmoglein
3. Jika yang diserang hanya desmoglein 3, maka lesi mukosa yang
dominan terkena. Pemfigus vulgaris dapat muncul bersamaan dengan
penyakit autoimun lain seperti miastenia gravis dan SLE.
Manifestasi klinis ditandai oleh erosi lapisan mukosa dan bulla di kulit
dan mukosa dengan dasar dapat berupa kulit normal atau eritema, dapat
mengenai kulit seluruh tubuh. Bulla berdinding tipis dan mudah pecah.
Awalnya dapat berisi cairan jernih, jika bertambah berat dapat berisi
cairan mukopurulen atau darah. Bulla yang pecah akan membentuk
erosi kemudian krusta, merupakan jalan untuk infeksi sekunder yang
dapat meningkatkan mortalitas. Krusta sulit sembuh; jika sembuh akan
membentuk lesi hiperpigmentasi tanpa scar, karena lapisan dermis
tidak terlibat. Padaumumnya pemfigus vulgaris mengenai mukosa
terlebih dahulu sebelum lesi kulit.
7
8. Pemfigoid Penyakit kulit bergelembung yang kronik (warna kulit terang) yang
Bulosa ditandai dengan vesikel dan bula tegang diatas kulit
perjalananpenyakitnya ringan merupakan self-limiting disease. Etiologi
penyakit disebabkan oleh mekanisme penyakit autoimun.
8
Tatalaksana yang diberikan biasanya memberi respons yang cepat
dengan sulfonamida, yakni dengan sulfapiridin, dosisnya 150
mg/kgbb/hari.
10. Dermatitis Dermatitis herpetiformis (D.H.) ialah penyakit yang menahun dan
Herpetiformis residif, ruam bersifat polimorfik terutama berupa vesikel, tersusun ber-
kelompok dan simetrik serta disertai rasa sangat gatal. Dermatitis
herpetiformis (DH) adalah manifestasi pada kulit yang disebabkan oleh
sensitivitas terhadap gluten. Dermatitis herpetiformis biasanya terjadi
pada penduduk Eropa Utara. Jarang terjadi pada penduduk Afrika-
Amerika dan Asia. Pada anak-anak lebih sering terjadi pada anak
perempuan dibandingkan laki-laki.
9
Terapi yang utama pada pasien DH adalah dengan diet bebas gluten.
Ini melibatkan penghapusan gandum dan makanan yang terbuat dari
biji-bijian dari diet pasien DH. Obat pilihan untuk DH ialah preparat
sulfon, yakni DDS (diaminodifenilsulfon). Pilihan kedua yakni
sulfapiridin. Dosis DDS 200-300 mg/hari. Dicoba dulu 200 mg/hari.
Jika ada perbaikan akan tampak dalam 3-4 hari. Sulfapiridin sukar
didapat karena jarang diproduksi sebab efek toksiknya lebih banyak
dibandingkan dengan preparat sulfa yang lain. Dosisnya antara 1-4
gram sehari.
10