Disusun oleh:
3.
Bakteri
2.
4. Jamur
bakteri
Penyebab
1. penyakit 5. lain-
Parasit kulit pada lain
anak
1. Parasit
Skabies
• Etiologi : kutu Sarcoptes
scabiei var hominis
• Epidemiologi : semua
ras dan golongan, lebih
banyak menyerang anak
dan wanita ,lebih
banyak di temukan
pada musim dingin
dibandingkan musim
panas .
Skabies
• Patogenesi : kutu skabies betina menggali trowongan pada stratum corneum
dengan kecepatan 2 mm per hari, dan meletakan 2 atau 3 telur-telurnya
setiap harinya. Telut ini akan menetas setelah 3 hari dan menjadi larva,
bertranformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. Diperlukan 4-6
mingu untuk timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini. 4
Skabies
• Cara Penularan : Jalur
utama dari transmisi
penularan yaitu kontak
langsung antara kulit-ke-
kulit.
• Gambaran Klinis:
a) - Pruritus nocturna
b) - Menyerang manusia secara
berkelompok
c) - Adanya
terowonganKelangsungan
hidup
Skabies
• Diagnosis banding : • Penatalaksanaan
1. Secara umum : Edukasi dan
1. Insect bite
perbaiakn higien
2. Secara khusus:
- Permethrin
- Presipitat Sulfur 2-10%
- Benzyl benzoate
- Lindane (Gamma benzene
heksaklorida)
2. Prurigo nodularis - Crotamiton krim (Crotonyl-
N-Ethyl-O-Toluidine)
- Ivermectin
Skabies
• Prognosis • Pencegahan
Jika di obati dengan cepat Untuk melakukan
dan tepat maka pencegahan terhadap
prognosisnya baik.
penularan skabies,
orang-orang yang
kontak langsung atau
dekat dengan penderita
harus diterapi dengan
topikal skabisid.
Creeping Eruption
• Etiologi:
- cacing tambang binatang
anjing dan kucing,
Ancylostomabrazilienes
(spesies yang paling
sering ditemukan pada
manusia) dan
Ancylostoma caninum.
Paotogenesis
• Creeping eruption disebabkan
oleh berbagai spesies cacing
tambang binatang yang didapat
dari kontak kulit langsung dengan
tanah yang terkontaminasi feses
anjing atau kucing
• Telur cacing diekskresikan
kedalam feses, kemudian menetas
pada tanah berpasir yang hangat
danlembab
• Manusia yang berjalan tanpa alas
kaki terinfeksi secara tidak sengaja
oleh larva
Gambaran klinis
• Masuknya larva ke kulit • Perkembangan
biasanya disertai rasa selanjutnya papul
gatal dan panas.Mula- merah ini menjalar
mula akan timbul papul seperti benang
• kemudian diikuti bentuk berkelok-
yang khas, yaknilesi kelok, polisiklik,
berbentuk linear atau
berkelok-kelok
( snakelike appearance),
diameter 2-3 mm,
berwarna merah segar
Diagnosis
2. Pemeriksan 3. Pemeriksaan
1.Anamnesis
fisik penunjang
Diagnosis banding
• Skabies
• Dermatitis insect bite
• herpes zooster
Penatalaksanaan
• Non medikamentosa • Medikamentosa
- menghindari - Thiabendazole
kontak kulit langsung - Ivermectin
dengan tanah yang - Albendazole
tercemar dengan Topikal : Thiabendazole,
kotoran binatang Albendazole
binatangdengan Agen pembeku topikal:sprai
ethylene cloride, solid
memakai alas kaki yang
carnbon dioxide, atau
memadai setiap saat. nitrogencair terkadang
berhasil
2. Bakteri
Staphylococcal Scalded Skin Syndrom
• Etiologi : Staphylococcal • Epidemiologi :
scalded skin syndrome Penyakit ini terutama
disebabkan oleh toksin terdapat pada anak di
eksfoliatif(ETs) yaitu bawah 5 tahun, pria
toksin eksfoliatif A (ETA) lebih banyakdari wanita
dan B (ETB) yang
dihasilkan dari
straintoksigenik bakteri
staphylococcus aureus
(faga grup 2)
Patofisiologi
• Pada SSSS toksin berdifusi dari fokus infeksi, dan tidak
adanya antibodi antitoksin spesifik dapat menyebabkan
penyebaran toksin secara hematogen
• Salah satu fungsi fisiologi utama kulit adalah barier
terhadap infeksi, yang terletak pada stratum korneum.
Adanya toksin eksfoliatif yang dimiliki S.aureus
memungkinkan proliferasi dan penyebarannya di bawah
barier tersebut
• kulit dapat mengenali toksin eksfoliatif tersebut, S. Aureus
dapat menyebar sehingga menimbulkan celah di bawah
stratum korneum.7
• Toksin staphylococcus terdiri atas toksin
eksfoliatif A dan B (ETA dan ETB) yang
menyebabkan lepuhnya kulit pada SSSS
• Toksin ini dihasilkan pada fase pertumbuhan
bakteri dan diekskresikan dari kolonisasi
staphylococcus sebelum diabsorpsi melalui
sirkulasi sistemik. Toksin mencapai stratum
granulosum epidermis melalui difusi pada
kapiler dermal.6
Gambaran Klinis
• lokasi-lokasi tertentu seperti • demam,malaise, gelisah, dan
kulit,tenggorokan, hidung, nyeri. Selanjutnya diikuti
mulut, atau saluran pencernaan. kemerahan meluas pada
SSSS timbul berupa bercak kulityang biasa terjadi pada
kemerahan yang diikuti daerah lipatan, seperti leher,
pengelupasan epidermis
axilla, selangkangan danmuka.
menyeluruh
• Dalam waktu 24-48 jam
terbentuk benjolan-benjolan
berisi cairan, benjolan -
benjolan ini mudah pecah, da
n meninggalkan kesan yang ta
mpak seperti terbakar
Penatalaksanaan
• Rawat inap • Prognosis
• Antibiotik anti Komplikasi paling berat
staphylococcal yang dapat terjadi pada
intravena pasien SSSS adalah
• Pemantauan cairan gangguan
• Meminimalkan gesekan keseimbangan cairan
dan elektrolit
• Kompres daerah lesi
(dehidrasi) dan sepsis
Impetigo bulosa
• Etiologi : Impetigo • Epidemiologi:
vesikobulosa disebabkan Insiden impetigo ini terjadi
oleh toksin epidermolitik hampir di seluruh dunia.
yang dihasilkan pada titik Paling sering mengenai
infeksi, dimana peling usia 2-5 tahun, umumnya
sering oleh Staphylococcus mengenai anak yang
faga grup II (Staphylococcus
belum sekolah, namun
aureus). Toksin
tidak menutup
menyebabkan pembelahan
kemungkinan untuk semua
intraepidermal dibawah
umur dimana frekuensi
atau didaerah stratum
granulosum.1 laki-laki dan wanita sama.5
Impetigo bulosa
Cara Penularan Gambaran Kinis
• Impetigo vesikobulosa • Tempat predileksi tersering
menyebar melalui kontak pada impetigo bulosa adalah
langsung dengan lesi di ketiak, dada, punggung
(daerah kulit yang • Kelainan kulit berupa vesikel,
terinfeksi). Pada awalnya vesikel berisi
cairan yang jernih yang
• Pasien dapat lebih jauh
berubah menjadi berwarna
menginfeksi dirinya sendiri keruh
atau orang lain setelah • Atap dari bulla pecah dan
menggaruk lesi meninggalkan gambaran
“collarette” pada pinggirnya
Patogenesis
• Impetigo vesikobulosa (impetigo staphylococcal) disebabkan oleh
Staphylococcus aureus yang menghasilkan racun eksfoliatif serta
mengandung protease serin yang berkerja pada desmoglein 1,
yaitu suatu ikan peptide penting yang terikat pada molekul yang
menahan sel epidermal secara bersamaan.
• Proses ini memungkinkan bakteri Staphylococcus aureus untuk
menyebar dibawah stratum korneum dan kemudian
mengeluarkan toksin yang akan menyebabkan epidermis terpisah
dari stratum granulosum.
• Lesi yang besar kemudian terbentuk pada bagian epidermis
dengan sebukan neutrofil dan sering terjadi migrasi bakteri pada
rongga bulosa.
Diagnosis banding
• Erythema multifome • Varisela
• Lupus erythematous • Sindrom Steven-
• Herpes simpleks virus Johnson
• Luka bakar termal
Antibiotik Dosis dan Durasi Terapi
Topikal
Oleskan pada lesi 3 kali sehari selama 3 -5 hari
Mupirocin 2%
ointment
Oral
Dewasa: 250-500 mg 2 kali sehari selama 10 hari
Amoxicilin/clavula
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2 dosis
nate
Dewasa: 250-500 mg 2 kali sehari selama 10 hari
Cefuroxime
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2 dosis
Cephalexin
Dewasa: 250-500 mg 4 kali sehari selama 10 hari
Dicloxacillin
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2-4 dosis
Erythromicin
Dewasa: 250-500 mg 4 kali sehari selama 10 hari
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2-4 dosis
Dewasa: 250-500 mg 4 kali sehari selama 10 hari
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2-4 dosis
Terapi non-medikamentosa
• Mencegah untuk menggaruk daerah lesi. Dapat
dengan menutup daerah yang lecet dengan
perban dan memotong kuku penderita.
• Lanjutkan pengobatan sampai semua lesi
sembuh
• Lakukan drainase pada bula dan pustule secara
aseptic dengan jarum suntik untuk mencegah
penyebaran lokal.
• Dapat dilakukan kompres dengan
menggunakan larutan NaCl 0,9% pada lesi yang
basah.
• Menjaga hyegenitas dengan mandi
Ektima
• Etiologi : Streptococcus dan atau
Staphylococcus
• Epidemiologi : Ektima biasanya
terjadi karena impetigo yang tidak
diobati. Secara epidemiologi
ektima sering ditemukan pada
orang-orang dengan higiene
kurang seperti pengemis, para
prajurit perang, dan pada daerah
dengan kelembapan tinggi.(3)
Ektima terdapat baik pada anak
maupun dewasa, tempat
predileksi di tungkai bawah, dan
dasarnya ialah ulkus
Patogenesis
• Seperti halnya Staphylococcus aureus, Streptococcus sp.
Juga terkenal sebagai bakteri patogen untuk kulit.
Streptococcus Grup A, B, C, D, dan G merupakan bakteri
patogen yang paling sering ditemukan pada manusia
• Kandungan M-protein pada bakteri ini menyebabkan
bakteri ini resisten terhadap fagositosis. Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus pyogenes menghasilkan
beberapa toksin yang dapat menyebabkan kerusakan
lokal atau gejala sistemik
• Lesi ektima bisa mengikuti lesi awal pioderma, bisa juga
tanpa didahului lesi dermatosis.1
Gejala klinis Ektima
• Tempat predileksi ektima pada
-Tampak sebagai krusta ekstremitas bawah, sering
tebal berwarna kuning, menyerang anak-anak, orang-
biasanya berlokasi di orang tua yang kurang
memperhatikan kebersihan,
tungkai bawah, yaitu serta bisa juga pada pasien-
tempat yang relatif pasien diabetes
• Penyakit ini dimulai dengan
banyak mendapat suatu vesikel atau pustul di atas
trauma. Jika krusta kulit yang eritematosa,
membesar dan pecah (diameter
diangkat ternyata lekat 0,5 – 3 cm) dan beberapa hari
dan tampak ulkus yang kemudian terbentuk krusta tebal
dan kering yang sukar dilepas
dangkal. dari dasarnya
Diagnosa Banding
• Folikulitis, didiagnosis • Impetigo krustosa,
banding dengan ektima didiagnosa banding
sebab predileksi dengan ektima karena
biasanya di tungkai memberikan gambaran
bawah dengan kelainan Effloresensi yang
berupa papul atau hampir sama berupa
pustul yang eritematosa lesi yang ditutupi krusta
Topikal
Penatalaksanaan
• 1. Pengobatan lini pertama • Pengobatan lini kedua
a. Dewasa: Dikloksasilin 4 x a. Azitromisin 1 x 500 mg,
250 - 500 mg selama 5 - 7 hari. kemudian 1 x 250 mg selama 4
Anak: 5 - 15 mg/kgBB/dosis, 3 hari
- 4 kali/hari. b. Klindamisin 15 mg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis selama 10 hari
b. Amoksisilin + Asam
klavulanat 3 x 25 mg/kgBB c. Dewasa: Eritomisin 4 x 250 -
500 mg selama 5 - 7 hari.
c. Penicillin V 4 x 250 - 500 mg
Anak: 12,5 - 50 mg/kgBB/dosis,
selama 5 - 7 hari
4 kali/hari.
Penatalaksanaan 2 . Antivirus
Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit,
1. simtomatis
keparahan dan waktu penyembuhan akan lebih
Lesi masih berbentuk vesikel, dapat singkat.
diberikan bedak agar tidak mudah pecah Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu
Vesikel yang sudah pecah atau sudah kurang dari 48-72 jam setelah eruosi dikulit muncul.
Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir,
terbentuk krusta, dapat diberikan salep
valasiklovir dan famasiklovir.
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan
sekunder. herpes zoster :
Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, Neonatus : asiklovir 500 mg/m2 IV setiap 8 jam selama
tetapi tidak boleh golongan salisilat (aspirin) 10 hari
untuk menghindari terjadinya sindroma Anak (2-12 tahun ): asiklovir 4x 20 mg/kg bb/hari/ oral
selama 5 hari
Reye.
Pubertas dan dewasa:
Kuku jari tangan harus di potong untuk – -Asiklovir 5x 800 mg/ hari/ oral selama 7 hari
mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat – -valasiklovir 3x 1gram/ hari/ oral selama 7 hari
garukan – -famasiklovir 3x 500 mg/ hari/ oral selama 7 hari.1-3,6,8
Varicella
• Prognosis • Pencegahan
Varicella dan herpes 1. Imunisasi Pasif : VZIG
zoster pada anak (Varicella Zoster
imunokompeten tanpa Immunoglobulin)
disertai komplikasi 2. Imunisasi aktif:
prognosis biasanya vaksin varicella virus (OKA
sangat baik strain)
4. Jamur
Pytiriasis Versicolor
• Etiologi: Malasezia furfur
Pytiriasis Versicolor
• Epidemiologi: Pityriasis - Di Amerika Serikat, penyakit
versikolor lebih sering ini banyak ditemukan pada
usia 15-24 tahun, dimana
terjadi di daerah tropis
kelenjar sebasea (kelenjar
dan mempunyai minyak ) lebih aktif bekerja
kelembaban tinggi - Di daerah tropis insiden
-Walaupun kelainan kulit lebih dilaporkan sebanyak 40%,
terlihar pada orang berkulit sedangkan pada daerah
gelap, namun angka yang lebih dingin angka
kejadian pityriasis versikolor insiden lebih rendah,
sama di semua ras sekitar 3% pasien
-Perbandingan perempuan mengunjungi dermatologis.
dan pria 1:1
Patogenesis Pytiriasis versicolor
• Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya
ptyriasis versicolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk
bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Malasseziafurfur
merupakan fase spora dan miselium. Malassezia berubah
dari bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor predisposisi Malassezia memiliki enzim oksidasi yang dapat
merubah asam lemak pada lipid yang terdapat pada permukaan kulit
menajdi asam dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini menghambat
tyrosinase pada melanosit epidermis dan dapat mengakibatkan
hipomelanosit (Jhonson andSuurmond, 2007). Tirosinase adalah enzim
yang memiliki peranan pentingdalam pembentukan melanin. Malassezia
Furfur dapat menginfeksi padaindividu yang sehat sebagaimana ia dapat
menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya pada pasien
kanker atau AIDS.2
Pytiriasis versicolor
• Cara Penularan : seseorang Gambaran Klinis : Pityriasis versikolor
adalah infeksi jamur supervisial yang
terkena penyakit ditandai dengan adanya makula dikulit,
tersebut olehkarena kontak skuama halus disertai rasa gatal. 3
langsung dengan benda-benda • Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis),
yang sudah terkontaminasi tetapi dapat dijumpai gatal pada keluhan
oleh jamur atau kontak langsung pasien. Pasien yang menderita Pityriasis
Versikolor biasanya mengeluhkan bercak
dengan penderita pigmentasi dengan alasan kosmetik.
• Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas
sampai difus dengan ukuran lesi dapat
milier, lentikuler, numuler sampai plakat.
Ada dua bentuk yangsering dijumpai4:
• Bentuk makuler: berupa bercak yang agak
lebar, dengan squama
• halusdiatasnya, dan tepi tidak meninggi.
• Bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering
timbul disekitar rambut
Pytiriasis versicolor diagnosis
3.
4.
Pemeriksa
2. Pemeriksa
1.Anamne an
Pemeriksa an dengan
sis langsung
n fisik sinar
dengan
wood
KOH 10%
Pengobatan Pytiriasis Versicolor
1. Pengobatan topikal 2 pengobatan sistemik 3. Terapi hipopigmentasi
• Selenium sulfide 1,8% • KetokonazolDosis : 200 • Liquor carbonas detergent
dalam bentuk shampoo 2- mg perhari selama 10 5%, salep pagi/malam
3 kali seminggu.Obat hari • Krim kortikosteroid
digosokan pada lesi dan • FlukonazolDosis : menengah pagi dan
didiamkan selama 15-30 dosis tunggal 150-300 mg malam
menitsebelum mandi. setiap minggu • Jemur matahari kurang
• Salisil spiritus 10 % • ItraconazolDosis : 100 mg lebih 10 menit antara jam
• Turunan azol, misalnya : perhari selama 2 minggu.6 10.00 – 15.00
mikonazol, klotrimazol,
isokanazol danekonazol
dalam bentuk topical
• Sulfur presipitatum dalam
bedak kocok 4-20%
• Larutan natrium tiosulfas
25%, dioleskan 2 kali
sehari sehabismandi
selama 2 minggu
Pengobatan Pytiriasis
• Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan
bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun
dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2
minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaanlampu wood dan sediaan
langsung negatif .
5. Lain –Lain
Miliaria
• Etiologi :
Tiga bentuk miliaria
- miliaria kristalina/sudamina,
- miliaria rubra/prickly heat
- miliaria profunda)
terjadi akibat dari baik oleh
adanya obliterasi ataupun
oleh adanya gangguan pada
saluran kelenjar keringat
Miliaria
• Epidemiologi
- Miliaria umum terjadi
pada bayi pada minggu
pertama kehidupannya
- Miliaria terjadi pada
individu dari semua ras
- Miliaria rubra dan
miliaria kristalina dapat
terjadi pada segala usia
Patogenesis