Anda di halaman 1dari 47

Infeksi Parasit

Pedikulosis
Klasifikasi:
• Pediculus humanus var. capitis  menyebabkan pedikulosis kapitis
• Pediculus humanus var. corporis  menyebabkan pedikulosis
korporis
• Phthirus pubis  menyebabkan pedikulosis pubis
Pedikulosis Kapitis
• Definisi  infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
pediculus humanus var capitis
• Epidemiologi  terutama menyerang anak-anak usia muda, cepat
meluas dalam lingkungan hidup yang padat (asrama, panti asuhan),
sering pada kondisi hygine yang kurang baik
• Cara penularan  melalui biasanya melalui perantara (sisir, bantal,
kasur topi) dan kontak langsung
Patogenesis
Kutu menghisap darah  terpapar air liur dan ekskreta kutu  timbul
rasa gatal  garukan untuk menghilangkan rasa gatal  kelalinan kulit

Manifestasi klnis:
• Gatal-gatal
• Garukan  erosi, ekskoriasi dan infeksi sekunder (pus, krusta)
• Bila infeksi sekunder berat  rambut akan bergumpal akibat
banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran
KGB regional.  keadaan tersebut menyebabkan kepala berbau
busuk
Pemeriksaan penunjang dan Tatalaksana
Pemeriksaan Penunjang: menemukan kutu atau telur kutu (berwarna abu-abu
dan berkilat)

Tatalaksana:
• Malathion 0,5% - 1% dalam bentuk solution atau spray (digunakan malam
sebelum tidur, rambut dicuci dengan sampo, kemudian oleskan losio malathion,
lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya rambut dicuci dengan sampo
kemudian disisir dengan serit.)  dapat diulang 1 minggu kemudian (bila masi
terdapat telur atau kutu)
• Krim Gama benzene heksaklorida (gameksan) 1% (dioleskan dan didiamkan
selama 12 jam, kemudian dicuci dan disisir dengan serit)  dapat diulang 1
minggu kemudian (bila masi terdapat telur atau kutu)
• Benzyl benzoate 25%  cara penggunaan seperti gameksan
• Bila terjadi infeksi sekunder berat  rambut dicukur dan diobati dahulu
dengan antibiotic sistemik dan topikal, kemudian diobati dengan obat diatas
dalam bentuk shampoo
Pedikulosis Korporis
• Definisi  infeksi kulit yang disebabkan oleh pediculus humanus var.
corporis
• Epidemiologi: Sering pada pengembara (jarang mandi, mengganti
dan mencuci pakaian)
• Kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas disela-sela
lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah
• Cara penularan: melalui pakaian, kontak langsung (pada orang yang
memiliki rambut dada terminal)
• Manifestasi Klinis gatal, erosi, ekskoriasi dan infeksi sekunder (pus,
krusta)
Diagnosis dan Tatalaksana
Diagnosis  menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian
Tatalaksana:
• Krim Gameksan 1% (dioleskan tipis pada seluruh tubuh dan diamkan
selam 24 jam, kemudian penderita mandi). Dapat diulangi 4 hari
kemudian jika belum sembuh
• Emulsi Benzil benzoate 25% dan bubuk malathion 2%
• Cuci pakaian dengan air panas atau disetrika untuk membunuh kutu
dan telur
Pedikulosis Pubis
• Definisi  infeksi rambut didaerah pubis dan sekitarnya oleh Phthirus pubis
• Epidemiologi  pada orang dewasa digolongkan sebagai IMS, serta dapat
menyerang jenggot dan kumis
• Cara penularan  kontak langsung
• Gejala klinis:
• Gatal pada daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas sampai kedaerah abdomen dan
dada.
• Dapat dijumpai bercak berwarna abu-abu sampai kebiruan yang disebut macula serule.
• Terdapat bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celanan dalam berwarna putih
(black dots  merupakan krusta)
• Dapat terjadi Infeksi sekunder dan pembesaran KGB regional
Pemeriksaan Penunjang dan Tatalaksana
Pemeriksaan penunjang  mencari telur atau kutu bentuk dewasa
Tatalaksana:
• Krim gameksan 1%
• Emulsi benzyl benzoate 25%
• Cara penggunaan  dioleskan dan didiamkan selama 24 jam, bila
belum sembuh ulangi 4 hari kemudian
• Disarankan untuk cukur rambut genital, cuci pakaian dengan air panas
atau disetrika, bila perlu periksan dan obati mitra seksual
Skabies
Etiologi  sarcoptes scabiei
Cara penularan:
• Kontak langsung (mis. Berjabat tangan, tidur bersama, hubungan
seksual)
• Kontak tak langsung (melalui benda, seperti pakaian, handuk, sprei,
bantal dll)
Gejala Klinis dan Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal
• Pruritus nocturnal  aktivitas tunggau lebih tinggi pada suhu yang lebih
lembab dan panas
• Menyerang sekelompok manusia (seluruh keluarga, asrama, pondokan,
perkampungan yang padat penduduk)
• Ditemukan kanalikulus berwarna putih/keabuan, lurus/berkelok, panjang 1
cm, di ujung terowongan terdapat papul/vesikel. Predileksi: sela jaritangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku luar, lipat ketiak depan, areola
mammae, umbilikus, bokong, genitalia eksterna, perut bawah
• Ditemukan tungau pada kerokan kulit
Varian skabies
Skabies norwegia (scabies berkrusta)
• Ditandai dengan dermatosis berkrusta pada
tangan dan kaki, kuku yang distrofik serta
skuama generalisata.
• Bentuk ini sangan menular, namun gatal hanya
sangat sedikit
• Tunggau dapat ditemukan dalam jumlah yang
sangat banyak
• Biasanya terdapat pada pasien retardasi
mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik
dan psikosis
Skabies Nodular
Skabies dapat berbentuk nodular bila tidak
mendapat terapim sering terjadi pada baya dan
anak atau pasien imunokompromais
Pemeriksaan penunjang diagnosis
• Mencari tungau dengan cara:
1. Cari terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau
vesikel dicongkel dengan jarung dan diletakan diatas kaca objek,
kemudian ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan
mikroskop cahaya
2. Menyikan dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar
3. Membuat biopsy irisan  lesi dijepit dengan 2 jari kemudian di iris
tipis
4. Biopsi eksisional dengan pewarnaan HE
Tatalaksana
• Sulfur presipitat 4-20% (dalam bentuk salep atau krim), tidak efektif pada
stadium telur, penggunaan selama 3 hari berturut-turut
• Permetrin 5% krim  aplikasi hanya sekali dan dibersihkan dengan mandi
setelah 8-10 jam, kemudian di ulang setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada
bayi usia dibawah 2 bulan
• Emulsi benzyl-benzoas (20-25%). Diberikan selama 3 hari. Sulit diperoleh, dan
sering menyebabkan iritasi serta kadang-kadang makin gatal dan panas
setelah pakai
• Gameksan 1% krim. Pemberian cukup sekali, diulang 1 minggu kemudian jika
masih terdapat gejala. Tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan ibu
hamil karena toksik pada SSP
• Krotamiton 10% krim/solusio  memiliki efek antiskabies dan antigatal,
penggunaan harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.
• Pengobatan juga diberikan kepada semua yang berkontak erat dengan pasien
Creeping Eruption (Cutaneous larva migran)
Definisi  kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linier
atau berkelok-kelok, menimbul, progresif, disebabkan oleh invasi larva
cacing tambang yang berasal dari feses anjing dan kucing
Epidemiologi  sering ditemukan hampir pada semua Negara beriklim
tropis
Etiologi  penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing
tambang yang hidup di usus anjing dan kucing  Ancylostoma
braziliense dan Ancylostoma caninum
Patogenesis
Gejala Klinis
• Gatal (terutama pada malam hari) dan panas
• Mula-mula akan timbul papul kemudian diikut lesi yang berbentuk
linier atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3mm, dan
berwarna kemerahan
• Perkembangan selanjutnya papul merah tersebut menjalar,
menyerupai benang berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul,
dan membentuk terowongan, dapat mencapat panjang beberapa
sentimeter
Diagnosis
• Dapat ditegakan secara klinis, yakni terdapat kelainan seperti benang
yang lurus atau berkelok-kelok, menimbul, dan terdapat papul atau
vesikel diatasnya
Tatalaksana
Albendazol 400mg/hari selama 3 hari  jika tidak berhasil dapat
diulang pada minggu berikutnya
Antraks
Definisi  penyakit menular akut terutama pada
biantang rumahan atau piaraan dan binatang liar,
tetapi manusia secara kebetulan dapat terkena
melalui konta terhadap binatang yang terinfeksi
Transmisi antar manusai belum pernah dilaporkan
Etiologi  Bacilus anthracis:
Bakteri aerobic gram positif, berkapsul, tidak
bergerak, memiliki kemampuan membentuk spora
dan toksin (toksin edema dan toksin letal)
Sifat Bakteri
• Dapat hidup di tanah, jaringan, darah
• Kuman dalam bentuk vegetative hanya bertahan dialam kurang dari
24 jam
• Jika menghadapi keadaan alam yang kurang menguntungkan bagi
pertumbuhan  bakteri akan beruba menjadi spora
• Spora tidak berkembang biak, namun dapat bertahan hidup ditanah
hingga puluhan tahun dan tahan terhadap kekeringan, panas, radiasi
dengan UV atau sinar gamma, serta berbagai jenis desinfektan
• Karna sifatnya tersebut, bakteri antraks dan sporanya yang
dikeringkan dapat disalahgunakan sebagai bioterrorism
Patogenesis
• Bakteri atau spora masuk
kedalam tubuh manusia
melalui luka/fly bite
dipermukaan kulit,
inhalasi, atau saluran
pencernaan 
berkembang biak didalam
sistem limfatik  beredar
dalam sirkulasi darah
Gejala Klinis
• Antraks kulit (95%)
• Antraks saluran napas (5%)
• Antraks gastrointestinal (1%)
Gejala Klinis
• Antraks kulit (95%)
• Lesi sering ditemukan pada daerah kulit yang terbuka (tersering pada
wajah, tangan dan leher)
• 1-12 hari setelah spora bacillus anthracis pada kulit yang luka papul
merah kecil, tidak nyeri, dapat diseratai rasa gatal dan terbakar
• Minggu berikutnya (dalam 1-2 hari)  lesi berkembang menjadi stadium
vesicular dengan diameter 1-2cm berisi cairan jernih atau serosanguinosa
yang mengandung sedikit leukosit dan banyak bakteri basilus gram positif
• Kemudian vesikel membesar, menjadi hemoragik, membentuk ulkus
dengan eskhar nekrotik kehitaman, dikelilingi zona edema non-pitting
kecokelatan (seperti gelatin)
Gejala Klinis
• Bisa terdapat lesi satelit
• Dapat terjadi bula multiple (tidak disarankan untuk insisi dan nekrotomi luka,
untuk mencegah bakterimia)
• Eskhar akan mengering dan rontok dalam 1 atau 2 minggu dengan meninggalkan
jaringan parut minimal
• Pada kasus yang berat dapat terjadi edema masif terutama bila lesi pada wajah
atau leher  dapat menyebabkan syok
• Dapat terjadi pembesaran KGB regional
• 80-90% kasus  terjadi penyembuhan luka tanpa terapi, namun edema dapat
menetap dalam beberapa minggu
• 10-20% kasus pasien yang tidak diobati  infeksi menjadi makin berat dan terjadi
bakterimia yang sering berhubungan dengan demam tinggi dan kematian yang
cepat
Diagnosis
• Berdasarkan gambaran lesi kulit yang karakteristik, riwayat paparan atau
riwayat pekerjaan dengan binatang atau produk binatang yang terinfeksi
• Ditemukan batang besar gram positif dalam cairan vesikel atau cairan
asoirasi dibawah krusta lesi kulit
Pemeriksaan penunjang lain:
• Mikrobiologis  Mc fadyean atau tinta cina
• Histopatolgis
• Kultur
• Direct fluorescent antibody dari lesi antraks kulit
• PCR?
Tatalaksana
Non-medika mentosa:
• Jika dicurigai terjadi paparan  melepaskan semua pakaian dan
dimasukan kedalam kantong plastic dan diikat rapat-rapat
• Kemudian mandi dengan sabun

Medikamentosa:
Penicilin G 2 juta unit setiap 6 jam selama 7-14 hati
Kemdian dilanjutkan dengan siprofloksasin dosis 20-30mg/kgbb dalam
2 dosis (dosis maks pada orang dewas 500mg bid) atau doksisiklin
(100mg bid) per oral selama 60 hari.
Stadium 1
• Timbul papul  tunggal (mother yaws) atau multipel
• Papul berwarna kemerahan,gatal, dan tumbuh menjadi besar seperti
papilloma (permukaan dapat menyerupai kembang kol)
• Papul berkonfluens menjadi ulkus basah, dasar ulkus berbenjol-benjol
seperti buah stroberi
• Kadang dapat disertai demam, nyeri sendi, pembesaran KGB regional
• Setelah 2-6 bulan  dapat sembuh sendiri dengna bekas seperti
atrofi kulit, hipopigmentasi, jaringan parut  disebut stadium laten
• Bilas stadium 1 tidak diobati  laten  dapat muncul kembali
menjadi stadium 2
Stadium 1
Stadium 2
• Kelainan kulit tersebar luas dan hampir simetris
• Kelainan kulit sama seperti stadium 1, namun lebih banyak dan
tersebar
• Dapat terjadi kelainan pada tangan dan kaki berupa hiperkeratotik,
fisura, ulserasi disertai rasa nyeri
• Dapat juga timbul osteoperiostitis dan kelainan pada kuku
• Kelainan kulit dapat hilang spontan tanpa gejala sisa  masuk ke
masa laten 2 yang berlangsung 5-10 tahun
• Frambusia stadium 1 dan 2 sangat menular
• Sekitar 10% akan masuk ke stadium 3
Stadium 3 (late stadium)
• Kelainan yang khas  gumma (benjolan menahun yang mengalami
perlunakan, ulserasi dan derstruktif jaringan dibawahnya)  umumnya
terdapat dikulit, tapi bisa terdapat pada organ dalam, mata, saraf,
sistem kardiovaskular
• Selain itu dapat timbul:
• Gangosa  hidung keropos
• Gondow  benjolan di tulang
• juxtaartikular nodes  benjolan pada sendi (bisa menjadi bengkok)
• hyperkeratosis telapak tangan dan kaki
• Ketika sembuh  menjadi skar deformitas dan kontraktur  menim
bulkan kecacatan
Manifestasi Klinis
Klasifikasi
Diagnosis
• Pemeriksaan klinis sesuai dengan bentuk dan sifat kelainan yang ada
• Pemeriksaan lab
• Pemeirksaan mikroskop lapangan gelap
• Pewarnaan giemsa atau wright  untuk menyingkirkan kemungkinan parasite
lain
• Serologi RPR/VDRL dan konfirmasi dengan TPHA
• Histopatologi  pewarnaan silver, imunohistokimia
Tatalaksana
• DOC  benzatin penicillin,
• Alternatif  tetrasiklin, doksisiklin, dan eritromisin
• Secara epidemiologi, pengobatan yang dianjurkan untuk frambusia
adalah:
• Seropositif >50% atau prevalensi frambusia disuatu desa/dusun >5%  obati semua
penduduk
• Seropositif 10-50% atau prevalensi frambusia disuatu desa/dusun 2-5%  obati pasien,
kontak dan seluruh anak usia <15 tahun harus diobati
• Seropositif <10% atau prevalensi frambusia disuatu desa/dusun <2%  obati pasien,
kontak seruma dan kontak erat
Sediaan obat yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai