Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Pembimbing

dr. Dan Hidayat, Sp. KJ

Oleh :

Gladys Juane Patulak

11-2016-295

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Periode 05 Juni 2017 – 8 Juli 2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan afektif bipolar sebenarnya sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno, dan
biasanya gangguan afek ini juga di kenal sebagai gangguan manik-depresif. Gangguan afektif
bipolar merupakan suatu jenis gangguan jiwa yang identik dengan perubahan suasana hati
atau mood swing yang drastis. Bipolaritas memiliki pengertian yaitu pergantian antara
episode manik atau hipomanik dengan depresi. Kondisi episodik seorang penderita biasanya
terjadi antara 2-3 bulan dan setelah itu kembali “normal” dalam jangka waktu relatif lama,
namun dapat kambuh kembali.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, terdapat
sekitar 60 juta orang yang terkena gangguan bipolar.1 Di Indoneisa, tercatat sebanyak 11,6 %
yang menderita gangguan mental emosional, dengan presentase sebanyak 17 % dari total
keseluruhan yang merupakan penderita gangguan afektif bipolar yang berobat, dan sebanyak
20-25% penderita gangguan afektif bipolar pernah melakukan percobaan bunuh diri.

Gangguan afektif bipolar kenyataannya sering tidak diketahui dan salah di diagnosa
dan bahkan bila terdiagnosa sering tidak diobati secara adekuat. Diagnosis gangguan bipolar
sulit dibuat karena gejala gangguan bipolar yang kerap kali bertumpang tindih dengan
gangguan psikiatrik yang lainnya, yaitu skizofrenia dan skizoafektif. Hal ini lah yang
mengakibatkan prevalensi gangguan skizoafektif, skizofrenia, dan gangguan afketif bipolar
berbeda-beda pada setiap penelitian yang dilakukan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Gangguan afektif bipolar juga dikenal sebagi gangguan manik depresi, yaitu suatu
gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada pada suasana
perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi
adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairahtinggi yang tidak
terkendali) dan depresi.2 Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
III (PPDGJ-III), menyebutkan bahwa gangguan afektif bipolar besrsifat episode berluang
(sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan aktivitas atau fungsi sosialjelas
terlihat terganggu, dan pada suatu waktu terjadi peningkatan afek disertai peningkatan energi
serta aktivitas (manik, hipomanik) dan pada suatu waktu dapat berupa penurunan afek
disertai penggurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas pada gangguan afektif bipolar yaitu biasanya terjadi penyembuhan
sempurna antar satu episode. Suatu episodik manik biasanya mulai secara tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan suatu episodik depresi cenderung
berlangsung lebih lama biasanya berkisar 6 bulan hingga 1 tahun meskipun hal ini jarang
terjadi. 3

Epidemiologi
Gangguan afektif bipolar yang terdeteksi berkisar antara 0,3-1,5% saja, namun
kenyataannya gangguan afektif bipolar merupakan suatu peristiwa gunung es yaitu masih
banyak kasus yang tidak terdiagnosis atau misdiagnosis. Pada penderita bipolar kerap kali
berusaha untuk mengambil jalan pintas dengan bunuh diri, terutama pada penderita bipolar
yang tidak diterapi yaitu berkisar 5,5 % per 1000 pasien dan hasil yang cukup terlihat pada
penderita yang di terapi yaitu berkisar 1,3% per 1000 pasien.
Gangguan bipolar biasanya mengalami kekeliruan dala penegakan diagnosis terutama
saat seorang penderita masih dibawah 20 tahun dengan episodik kini manik. Hal ini
dikarenakan hampir menyerupai gangguan atensi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity

3
Disorder), sehingga gangguan bipolar biasanya lebih mudah untuk terdiagnosis saat seorang
penderira menginjak usia 20 tahun atau remaja hingga dewasa.

Etiologi
Gangguan afektif bipolar merupkakan suatu penyakit biologis yang diyakini
disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor (multifaktorial), seperti riwayat keluarga, tekanan
emosi dan fisik serta penggunaan minuman keras dan zat atau narkoba. Namun terkadang
penyebab gangguan afektif bipolar tidak diketahui. Secara biologis, gangguan afektif bipolar
dihubungkan dengan faktor genetik serta gangguan neurotransmitter di otak. Sedangkan jika
secara psikososial, gangguan afektif bipolar dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak,
stress yang menyakitkan, stress bekepanjangan dan banyak faktor lainnya.
1. Faktor biologi
Faktor biologi berkaitan dengan ketidakseimbangan monoamine neurotrasnmitter
di otak seperti norepinefrin, dopamine, dan serotonin. Teori neurotransmitter
norepinefrin berkaitan dengan penurunan regulasi dan sensitivitas dari reseptor β
adrenergik sehingga meyebabkan penderita mengalami episodik kini depresi. Fungsi
utama norepifrin yaitu pengatur kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi serta mengatur
‘flight or fight.” Jika terjadi defisit maka seseorang akan cenderung mengalami
ketumpulan, kurang energi serta depresi. Sedangkan jika berlebihan, maka akan
mengalami kesiagaan berlebihan, kurang napsu makan, anxietas. Selain itu, reseptor β2
juga ikut terlibat, yaitu jika terjadi aktivasi pada reseptor ini maka akan terjadi penurunan
dari pelepasan norepinefrin. Reseptor β2 juga terletak pada neuron serotoninergic dan
berperan dalam regulasi pelepasan serotonin, sehingga pada penderita gangguan bipolar
episode kini depresif akan mengalami penurun neurotransmitter norepinefrin dan
serotonin.4
Teori serotonin, merupakan suatu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pengatur
tidur, selera makan dan libido. Fungsi utama dari serotonin (5HT) adalah untuk
pengaturan tidur, persepsi nyeri, pengatur mood dan temperatur tubuh dan perilaku agresi
atau marah serta libido. Jika terjadi defisit pada serotonin 5HT, maka penderita cenderung
mengalam depresi sedangkan jika berlebihan maka cenderung episode manik. Selain itu
jika triptofan yang merupakan prekursor serotonin mengalami penurunan maka hal
tersebut dapat menurunkan mood pasien. Selain itu triptofan juga mempengaruhi fungsi
memori dan atensi.4

4
Teori dopamin, merupakan suatu neurotransmitter yang diproduksi pada inti-inti
sel yang terletak dekat dengan sistem aktivasi retikuler.Dopamin di bentuk dari asam
amino tirosin, yang berfungsi membantu otak mengatasi depresi, meningkatkan ingatan
dan meningkatkan kewaspadaan mental. Sehingga pada penurunan kadar dopamin akan
menyebakan seseorang mengalami episode kini depresif dan sebaliknya. Selain itu
terdapatempat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal,
mesolimbik,mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini berfungsi untuk mengatur motivasi,
konsentrasi,memulai aktivitas yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas
fungsi eksekutif.Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan
kognitif, motorik,dan anhedonia yang merupakan manifestasi simptom depresi.4
2. Teori Genetik
Berdasarkan hasil studi pada keluarga, didapatkan data yang menyatakan bahwa 1
orang tua dengan gangguan mood, anaknya akan memiliki risiko antara 10-25% untuk
menderita gangguan mood. Sedangkan jika kedua orang tuanya menderita gangguan
mood, maka kemungkinannya menjadi 2 kali lipat. Risiko ini meningkat jika ada anggota
keluarga dari 1 generasi sebelumnya daripada kerabat jauh. Satu riwayat keluarga
gangguan bipolar dapat meningkatkan risiko untuk gangguan mood secara umum, dan
lebih spesifik pada kemungkianan munculnya bipolar.
Selain itu, berdasarkan hasil studi yang dilakukan pada anak kembar menunjukan
bahwa gen hanya menjelaskan 50-70% etiologi dari gangguan mood. Studi ini
menunjukan rentang gangguan mood pada monozigot sekitar 70-90% dibandingkan
dengan kembar dizigot sekitar 16-35%.5
3. Faktor Psikososial
Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang. Penelitian telah
membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam Gangguan
perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan
psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan.
Stress yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan
perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat
menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem
pemberian signal intraneuronal. Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan
penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir perubahan tersebut adalah
menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita Gangguan
mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor eksternal.4
5
Klasifikasi
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-IV),
gangguan afektif bipolar terklasifikasikan menjadi gangguan bipolar I, gangguan bipolar II,
gangguan siklotimia dan gangguan bipolar yang tak dispesifikan. Sedangkan dalam DSM –V,
gangguan bipolar terklasifikasikan menjadi gangguan bipolar I, gangguan bipolar II,
gangguan siklotimia, gangguan bipolar terinduksi obat-obatan atau zat, ganggan bipolar
berhubungan dengan kondisi medik lainnya, gangguan bipolar spesifik lainnya dan gangguan
bipolar tidak spesifik lainnya.3
1. Gangguan bipolar I, dengan memenuhi minmal satu kali terdapat episode manik
(dengan memenuhi kritea A-D pada episode manik). Dan berlangsungnya episode
manik dan depresif berat bukan berhubungan dengan skizoafektif, skizofrenia,
gangguan delusi atau gangguan psikotik lainnya.
Gangguan bipolar I episode manik3
A. Sebuah episode yang abnormal dan terus-menerus meningkat, ekspansif atau irritable
mood ( lekas marah) dan peningkatkan signifikan dari aktifitas atau energi yang
berlangsung setidaknya satu minggu dan terjadi hampir setiap hari ( atau kapan saja jika
rawat inap diperlukan).
B. Selama gangguan mood dan peningkatan aktivitas serta energi, setidaknya tiga atau
lebih gejala dibawah ini tampak sebagai peruabahan tingkah laku :
 Harga diri yang meningkat atau “ide” kebesaran
 Kebutuhan tidur yang menurun (contoh merasa puas setelah hanya tidur selama 3
jam)
 Lebih banyak bicara dari biasanya atau terdapat dorongan untuk selalu berbicara
 Flight of ideas
 Distraktibilitas
 Aktivitas yang meningkat (bisa dalam bidang sosial seperti pekerjaan atau sekolah
serta aktivitas seksual), atau agitasi psikomotor.
 Keterlibatan berlebihan pada aktivitas yang beresiko tinggi menyakiti atau
membahayakan penderita (misalnya membeli barang secara berlebihan, tidak
berhati-hati dalam hubungan sexual, bisnis investasi yang tidak berfaedah).
C. Gangguan mood jika sangat berat dapat menyebabkan lemahnya fungsi sosial atau
pekerjaan sehingga penderita biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk

6
mencegah resiko melukai atau membahayakan diri sendiri atau orang lain, terutama jika
disertai dengan gangguan psikotik.
D. Episode ini tidak berhubungan dengan efek dari substansi atau zat tertentu (seperti
penyalahgunaan, obat-obatan atau pengobatan lainnya) atau kondisi medis lainnya.
Gangguan Bipolar I episode depresi berat
A. Lima atau lebih dari gejala berikut (dibawah) sudah dialami selama 2 minggu dan
menunjukan perubahan dari fungsi sebelumnya, paling sedikit salah satu dari (1) mood
terdepresi (2) hilangnya keinginan atau kesenangan.
 Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, berdasarkan laporan subjek atau
penderita. (misalnya merasa sedih, hampa atau tidak ada harapan) atau berdasarkan
hasil pengamatan orang lain (misalnya menangis).
 Berkurangnya keinginan atau kesenangan pada semua atau hampir semua aktivitas
yang berlangsung sepanjang hari, hampir setiap hari (berdasarkan laporan subjektif
atau pengamatan orang lain).
 Penurunan berat badan yang signifikan saat penderita sedang tidak berdiet atau
peningkatan berat badan (perubahan lebih dari 5% berat badan selama satu bulan),
atau berkurangnya atau meningkatnya napsu makan yang berlangsung hampir
setiap hari.
 Insomnia atau hiperinsomnia yang terjadi hampir setiap hari.
 Agitasi psikomotor (diamati oleh orang lain, bukan berdasarkan laporan subjek
atau penderita)
 Kelelahan atau berkurangnya energi yang dirakan hampir setiap hari.
 Perasaan tidak berguna yang berlebihan serta perasaan bersalah (mungkin saja
delusional) yang terjadi hampir setiap hari.
 Berkurangnya kemampuan dalam berpikir atau berkurangnya konsentrasi hampir
setiap hari (baik dari keluhan penderita maupun laporan orang lain)
 Memiliki pikiran untuk bunuh diri atau meninggal yang terjadi secara berulang-
ulang (tidak takut mati)
B. Gejala yang disebutkan menyebabkan distress klinis yang signifikan atau
memperburuk fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
C. Episode ini tidak berhubungan dengan efek psikologi yang ditimbulkan dari zat atau
kondisi medis lainnya.

7
2. Gangguan Bipolar II, dengan memenuhi minimal satu kali episode hipomanik (sesuai
krietaria A-F pada episode hipomanik) dan minimal satu kali episode depresi berat
(dengan kriteria A-C pada episode depresi berat). Sebelumnya tidak ada episode manik,
berlangsungnya episode manik dan depresif berat bukan berhubungan dengan
skizoafektif, skizofrenia, gangguan delusi atau gangguan psikotik lainnya, dan gejala
depresi atau penyebab lainnya yang tidak terduga antara episode depresi dan
hipmomani mebyebabkan timbulnya masalah klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan dan
fungsi penting lainnya.
Gangguan Bipolar II episode hipomanik
A. Sebuah episode yang abnormal dan terus-menerus meningkat, ekspansif atau irritable
mood ( lekas marah) dan peningkatkan signifikan dari aktifitas atau energi yang
berlangsung setidaknya 4 hari berturut-berturut dan berlangsung seharian penuh atau
hampir sepanjang hari.
B. Selama gangguan mood dan peningkatan aktivitas serta energi, setidaknya tiga atau
lebih gejala dibawah ini tampak sebagai peruabahan tingkah laku :
 Harga diri yang meningkat atau “ide” kebesaran
 Kebutuhan tidur yang menurun (contoh merasa puas setelah hanya tidur selama 3
jam)
 Lebih banyak bicara dari biasanya atau terdapat dorongan untuk selalu berbicara
 Flight of ideas
 Distraktibilitas
 Aktivitas yang meningkat (bisa dalam bidang sosial seperti pekerjaan atau
sekolah serta aktivitas seksual), atau agitasi psikomotor.
 Keterlibatan berlebihan pada aktivitas yang beresiko tinggi menyakiti atau
membahayakan penderita (misalnya membeli barang secara berlebihan, tidak
berhati-hati dalam hubungan sexual, bisnis investasi yang tidak berfaedah).
C. Episode ini berkaitan erat dengan perubahan dalam fungsi seseorang yang terlihat
sangat jelas saat asimtompatik.
D. Gangguan mood dan perubahan fungsi dapat diamati atau terlihat oleh orang lain.
E. Episode ini tidak cukup berat dalam menyebabkan penurunan fungsi sosial atau
pekeraan namun perlu dirawat di rumah sakit jika terdapat gejala psikotik.
F. Episode ini bukan karen di sebabkan oleh efek psikologi zat (penggunaan zat, obat-
obatan atau terapi medis lainnya.

8
Gangguan bipolar II episode depresi berat

A. Lima atau lebih dari gejala berikut (dibawah) sudah dialami selama 2 minggu dan
menunjukan perubahan dari fungsi sebelumnya, paling sedikit salah satu dari (1)
mood terdepresi (2) hilangnya keinginan atau kesenangan.
 Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, berdasarkan laporan subjek atau
penderita. (misalnya merasa sedih, hampa atau tidak ada harapan) atau berdasarkan
hasil pengamatan orang lain (misalnya menangis).
 Berkurangnya keinginan atau kesenangan pada semua atau hampir semua aktivitas
yang berlangsung sepanjang hari, hampir setiap hari (berdasarkan laporan subjektif
atau pengamatan orang lain).
 Penurunan berat badan yang signifikan saat penderita sedang tidak berdiet atau
peningkatan berat badan (perubahan lebih dari 5% berat badan selama satu bulan),
atau berkurangnya atau meningkatnya napsu makan yang berlangsung hampir
setiap hari.
 Insomnia atau hiperinsomnia yang terjadi hampir setiap hari.
 Agitasi psikomotor (diamati oleh orang lain, bukan berdasarkan laporan subjek
atau penderita)
 Kelelahan atau berkurangnya energi yang dirakan hampir setiap hari.
 Perasaan tidak berguna yang berlebihan serta perasaan bersalah (mungkin saja
delusional) yang terjadi hampir setiap hari.
 Berkurangnya kemampuan dalam berpikir atau berkurangnya konsentrasi hampir
setiap hari (baik dari keluhan penderita maupun laporan orang lain)
 Memiliki pikiran untuk bunuh diri atau meninggal yang terjadi secara berulang-
ulang (tidak takut mati)
B. Gejala yang disebutkan menyebabkan distress klinis yang signifikan atau
memperburuk fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
C. Episode ini tidak berhubungan dengan efek psikologi yang ditimbulkan dari zat atau
kondisi medis lainnya.

3. Gangguan Siklotima, dengan kriteria diagnostik :


a. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-gejala
hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi

9
criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling
sedikit satu tahun.
b. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-gejala pada
kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
c. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua
tahun Gangguan tersebut
d. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan.
e. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medic
umum
f. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya.

Pembagian menurut PPDGJ III:


F31 Gangguan Afek bipolar
a. Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana
afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan
pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas
(depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai
4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan)
meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode
itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental
lainnya (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
b. Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30). 1,2,5,8
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30.0); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik , depresif,
atau campuran) di masa lampau. 1,2,5,8
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

10
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik
(F30.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif,
atau campuran) di masa lampau. 1,2,5,8
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik
(F30.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran) di masa lampau. 1,2,5,8
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0)
atau pun sedang (F32.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di
masa lampau. 1,2,5,8
c
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa
gejala psikotik (F32.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di
masa lampau. 1,2,5,8
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik (F32.3);dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran
dimasa lampau. 1,2,5,8
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang
tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang
sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan
telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di
masa lampau. 1,2,5,8
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini,
tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
11
campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depres if atau campuran). 1,2,5,8
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT. 1,2,5,8

Manifestasi Klinik

Pada penderita gangguan afektif bipolar, perasaan penderita sering berayun dari
tingkatrendah, yaitu depresi kemudian berubah ke atas, menjadi mania. Ketika berada pada
tingkat depresi, si penderita akan merasa sedih tak berdaya, serta merasa berputus asa. Ketika
pada tingkat mania, si penderita akan terlihat riang gembira dan penuh energi. Perubahan
perasaan tersebut bisa terjadi beberapa kali dalam setahun, namun bisa juga terjadi beberapa
kali dalam sehari. Pada beberapa kasus, gejala mania tercampur dengan gejala depresi yang
muncul dalam waktu bersamaan.

Gejala Gangguan Jiwa Bipolar bervariasi antara satu orang dengan lainnya. Pada
sebagian orang, masalah timbul ketika dalam kondisi mania, pada orang lain masalah timbul
pada kondisi depresi. Kadang kadang gejala mania dan depresi muncul bersamaan
(campuran).

Pada kondisi manik, beberapa gejala yang muncul antara lain:

• Euphoria (gembira)

• Inflated self-esteem (percaya diri berlebihan)

• Poor judgment (kemampuan menilai menjadi jelek)

• Bicara cepat

• Racing thoughts (pikiran saling berkejar-kejaran)

• Aggressive behavior (perilaku agresif)

• Agitation or irritation (agitasi atau iritasi)

• Kegiatan fisik meningkat

• Risky behavior (perilaku yang berbahaya)

• Spending sprees or unwise financial choices (tidak mampu mengelola uang, mengeluarkan
uang tanpa perhitungan)

12
• Meningkatnya dorongan untuk berprestasi atau mencapai tujuan

• Meningkatnya dorongan seksual

• Berkurangnya dorongan untuk tidur, tidak merasa mengantuk.

• Gampang terganggu konsentrasi

• Berlebihan dalam mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan

• Sering bolos sekolah atau kerja

• Mempunyai waham atau keluar dari realitas

• Prestasi kerja atau sekolah menurun

Pada kondisi depresi, gejala yang muncul antara lain:

• Kesedihan

• Merasa tanpa harapan

• Keinginan atau tindakan bunuh diri

• Anxiety (kecemasan)

• Perasaan bersalah

• Gangguan tidur

• Nafsu makan menurun atau bahkan naik.

• Merasa lelah berlebihan

• Hilangnya minat pada kegiatan yang dulu dinilainya menarik/ menyenangkan

Jika berdasarkan pada PPDGJ III yang telah diuraikan di atas, maka untuk kritea
hipomania (F30.0) adalah merupakan suatu gejala yang lebih ringan dari manik. Afek
meninggi atau berubah disertai dengan peningkatan aktivitas dan menetap selama sekurang-
kurangnya beberapa hari berturut-turut dan tanpa disertai halusinasi dan waham. Pengaruh
nyata terhadap kelancaran pekerjaan adn aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis
hipomanik, akan tetapi bila kekacauan tersebut berat dan menyeluruh maka diagnosis
menjadi manik (F30.1 dan F30.2).
Kriteria diagnosis manik tanpa gejala psikotik (F30.1) yaitu harus berlangsung
sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat hingga mengacaukan aktivias atau hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sisal yang biasa dilakukan. Selain itu perubahan afek harus
disertai dengan energi yang brtambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan

13
kebanyakan biacara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran dan terlalu
optimistik.
Kriteria diagnosis manik dengan gejala psikotik (F30.2) yaitu suatu bentuk yang lebih
berat disertai dengan harga diri yang melambung dan gagasan kebesaran berkembang
menjadi waham kebesaran, irritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar. Waham dan
halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut.
Pada episode depresif, gejala utama yang muncul adalah afek depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelahdan menurunnya aktivitas. Dengan gejala lainnya yaitu; konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan napsu makan berkurang. Pada
penderita gangguan afektif bipolar epsiode depresi berat baik dengan atau tanpa gejala
psikotik sangatlah tidak mungkin pasien dapat atau mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga.

Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling sering yaitu:4
a. Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
b. Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham
nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak serasi
dengan mood. Pasien dengan Gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai
skizofrenia. Ciri psikotik biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien
dengan Gangguan bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis
yang buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara Gangguan
mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social pramorbid yang buruk.
Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki penerapan terapi yang penting, pasien dengan
symptom psikotik hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping anti
depresan atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk
mendapatkan perbaikan klinis.

14
Penatalaksaan
Farmakoterapi
Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak boleh putus. Bila putus, fase
normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin sering. Adanya fase normal pada
gangguan bipolar sering mengakibatkan buruknya compliance untuk berobat karena dikira
sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi sangat penting agar penderita dapat ditangani lebih
dini.2Pendekatan farmakoterapeutik terhadap gangguan bipolar telah menimbulkan perubahan
besar dalam pengobatannya dan secara dramatis telah mempengaruhi perjalanan gangguan
bipolar dan menurunkan biaya bagi penderita.
Episode mania atau hipomania
1. Mood Stabilizer
2. Antipsikotik atipikal
3. Mood stabilizer + antipsikotik atipikal.
Episode depresi
1. Antidepresan
2. Mood stabilizer
3. Antipsikotik atipikal
4. Antipsikotik atipikal + antidepresan

Lithium carbonate merupakan obat pilihan pertama dalam meredakan serangan akut
epsiode manik, karena lithium bekerja mengurangi “dopamine receptors supersensitivity”
namun lithium memiliki jarak yang sempit antara dosis atau kadar serum yang dibutuhkan
sebagai antimanik (0,8-1,2 mEg/L) dengan kadar lithium intoksikasi (>1,5 mEg/L) sehingga
perlu di perhatikan efek samping dari pemberian lithium. Efek samping yang mungkin
muncul sebagai efek samping dini yaitu gastrointestinal distress, kelemahan otot, poliuria,
tremor halus. Perlu diwaspadai jika gejala intoksikasi muncul yaitu muntah, diare, tremor
kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas,
dan gaya berjalan yang tidak stabil. Selain itu jika semakin berat gejala intoksikasi maka
dapat terjadi kesadaran menurun, oliguria dan kejang-kejang. Oleh sebab itu, sangat
dibutuhkan monitoring kadar lithium dalam darah . Efek anti manik dari pemberian lithium
baru mucul setelah penggunaan 7-10 hari.dan lama pemberian lithium untuk episodik akut
adalah 2-8 minggu atau hingga tercapai remisi.6
Pengaturan dosis lithium biasanya dimulai dengan dosis 250-500 mg/h, diberikan
sebanyak 1-2 kali perhari, kemudian dinaikan setiap 250 mg/h tiap minggunya. Biasanya

15
dosis efektif dan optimal yaitu berkisar 1200-1800 mg/h dan dipertahankan selama kurang
lebih 2-3 bulan, dan kemudian diturunkan menjadi dosis maintanance. Konsentrasi serum
lithium yang dianjurkan untuk mencegah terjadinya kekambuhan atau sebagai profilaksis
berkisar antara 0,5-0,8 mEq/L. Pada pasien usia lanjut mesti diberikan perhatian khusus
yaitu pada pemberian dosis awal harus lebih rendah karena lithium mempengaruhi fungsi
ginjal.
Bilapada pemberian lithium terjadi efek samping yang tidak dapat ditolerir oleh
pasien, maka pemberian obat lainnya seperti divalproex na dan valproic acid dapat
dipertimbangkan, karena sudah terbukti ampuh meredakan sindroma manik atau episodik
manik akut.

Dalam pemberian antidepresan pada episode depresif haruslah melihat efek samping
obat tesebut. Golongan trisiklik ( Amitriptilin, Imipramine) memiliki efek samping sedatif
yang tinggi, otonomik kardiologik yang cukup besar, serta efek antikolinergik, sehingga
perlu berhati-hati jika hendak memberikan obat golongan trisiklit kepada pasien usia lanjut.
Golongan obat tetrasiklik (Maprotiline, Mianserin) dan Atipikal ( Trazodone, Mirtazapine)
memiliki efek samping otonomik, kardiogenik yang relatif kecil, dengan efek sedasi yang
kuat, pemberian obat ini lebih diindikasikan pada penderita usia lanjut dan sindrom depresi
dengan gejala anxietas dan insomnia yang menonjol. Golongan obat SSRI (Selective
Serotonin Re-uptake Inibitors) didalamnya termasuk Fluoxetine dan Sertraline, memiliki
efek samping baik otonomik, kardiologik dan sedasi yang minimal sehingga aman untuk
pasien dewasa dan usia lanjut atau dengan gangguan jantung.
Pemilihan obat antidepresan biasanya dimulai dari golongan SSRI, yang kedua golongan
trisiklik dan selanjutnya golongan tetrasiklik, atipical dan MAOI-reversible.6
1) Derivat trisiklik
• Imipramin (dosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum 250-
300 mg sehari)
• Amitriptilin ( dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimum
150-300 mg sehari). 5,7
2) Derivat tetrasiklik
• Maproptilin, Mianserin ( dosis lazim : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/
hari). 5,7
3) Derivat MAOI (MonoAmine Oksidase-Inhibitor)

16
• Moclobemide (dosis lazim : 300 mg/ hari terbagi dalam 2-3 dosis dapat dinaikkan sampai
dengan 600 mg/ hari). 5,7
4) Derivat SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
• Sertralin (dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr)
• Fluoxetine ( dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis
tunggal atau terbagi)
• Fluvoxamine (dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari,
maksimum dosis 300 mg)
• Paroxetine, Citalopram (dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari). 5,7

Antipsikotika Atipik
Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai
terapi lini pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah olanzapin,
risperidon, quetiapin. 5,7

Risperidon
Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik
pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin. 5,7
Absorbsi
Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia dimetabolisme oleh
enzim hepar yaitu CYP 2D6. 5,7
Dosis
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet dan
cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan
hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari.
Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula digunakan untuk terapi rumatan GB.
Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua
minggu. Bila tidak berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50
mg per dua minggu. 5,7
Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan.
Efek Samping
Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan, berkurangnya
gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon bila dibandingkan

17
dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara bermakna dengan reseptor
kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan retensi urin, dapat terlihat pada
beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara. Peningkatan berat badan dan prolaktin
dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.

Olanzapin5,7
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap
dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2).
Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan
campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.
Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
Efek Samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa lama.
Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah dan tidak
menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe-2 relatif tinggi bila
dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini dapat diatasi dengan
melakukan psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan latihan fisik.

Quetiapin
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai
antagonis 5-HT1A dan 5 -HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor adrenergik
a1 dan a2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap
serotonin 5-HT2A.
Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia
dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan
300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-XR
dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus
cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
Efek Samping
18
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek samping
yan sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu. Perubahan
dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak menyebabkan penghentian
pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila dibandingkan dengan antipsikotika
tipikal.

Gambar 1. Algoritma terapi mania akut.7

19
Gambar 2 Alogaritma terapi GB I, episode depresi. 7

Psikoterapi
Psikoterapi merupakan salah satu komponen penting dari pengobatan gangguan jiwa bipolar.
Psikoterapi untuk gangguan jiwa bipolar meliputi:
 Cognitive behavior therapy (CBT) (terapi perilaku kognitif). CBT merupakan salah stau
model psikoterapi yang sering diterapkan pada penderita gangguan jiwa bipolar. Fokus
dari CBT adalah mengidentifikasi semua pola pikir dan perilaku negatif dan menata
ulang dengan pola pikir dan perilaku yang positif (sehat). CBT bisa mengidentifikasi
pemicu gangguan bipolar dan memperkuat kemampuan dalam mengatasi stress dan hal
hal yang tidak menyenangkan hati.

20
 Psychoeducation. Penyuluhan tentang gangguan bipolar sehingga si penderita dan
keluarganya bisa memahami gangguan bipolar secara lebih baik sehingga bisa bekerja
sama dalam pemulihan penyakit dengan lebih baik pula.
 Family therapy (terapi keluarga). Terapi keluarga diberikan kepada keluarga sebagai
keseluruhan utamanya untuk menciptakan suasana yang tidak menekan (stress). Dalam
terapi keluarga diajarkan bagaimana komunikasi yang baik, menyelesaikan konflik dan
memecahkan masalah.
 Group therapy (terapi kelompok). Terapi dalam kelompok sesama penderita depresi.
Dalam terapi ini sesama penderita bisa saling belajar.
 Terapi lainnya. Terapi lainnya antara lain terapi untuk mendeteksi gejala yang
memburuk (prodrome detection), interpersonal and social rhythm therapy, dll.

Electroconvulsive therapy (ECT).


ECT adalah terapi dengan menyalurkan arus listrik kedalam otak.Hingga sekarang, belum
diketahui secara jelas menkanisme kerjanya, namun ECT terbukti efektif pada gangguan
bipolar atau bila pemberian obat tidak bisa memberikan efek positif. Efek samping ECT
adalah kebingungan yang dialami beberapa menit hingga beberapa jam setelah mendapat CT.
Kadang ingatan atau memori juga bisa hilang, meskipun

Prognosis

Pasien dengan gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk. Di dalam 2


tahun pertama setelah peristiwa awal, 40-50% tentang pasien mengalami serangan manik
lain.9 Hanya 50-60% pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi gejalanya dengan
lithium. 7% pasien ini, gejala tidak terulang. 45% Persen pasien mengalami lebih dari sekali
kekambuhan dan lebih dari 40% mempunyai suatu gejala yang menetap.

· Faktor yang memperburuk prognosis :


- Riwayat pekerjaan yang buruk/kemiskinan
- Disertai dengan penyalahgunaan alkohol
- Disertai dengan gejala psikotik
- Gejala depresi lebih menonjol
- Jenis kelamin laki-laki

21
· Prognosis lebih baik bila :
- Masih dalam episode manik
- Usia lanjut
- Sedikit pemikiran bunuh diri
- Tanpa atau minimal gejala psikotik
- Sedikit masalah kesehatan medis

22
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan akeftif bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala gejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Yang khas dari gangguan afektif bipolar adalah adanya fase
penyembuhan sempurna antar satu fase. Gangguan afektif bipolar kerap sulit atau
misdiagnosis terutama pada onset di bawa 20 tahun. Gangguan mood ini disebabkan oleh
banyak faktor, di antaranya faktor genetik, biologik, dan psikososial Untuk penatalaksanaan
gangguan bipolar, tergantung pada jenis bipolarnya sendiri, apakah itu fase manik, fase
depresi, fase campuran.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes
2. Yayan AI. Gangguan afektif bipolar. http:/www.Files-of-DrsMed.tk. diakses pada
tanggal 23 juni 2017
3. Maslim R.Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan ringkas dari PPDGJ III dan
DSM 5. Jakarta: Penerbit bagian ilmu FK Atmajaya; 2013.h. 60-5.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan’s and sadock’s synopsis of psychiatry behavioral
sciences and clinical psychiatry. 10th edition.Philadelphia: Lippincott William and
Wilkins;2007.p.527-62.
5. Amir N. Gangguan mood bipolar: kriteria diagnostic dan tatalaksanadengan obat
antipsikotik atipik. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2010. h. 3-32.
6. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Ed. 2014. Jakarta;
Penerbit bagian Ilmu FK Atmajaya: 2014. H. 26-39.
7. Konsesus Nasional Terapi Gangguan Bipolar. Panduan tatalaksana gangguan bipolar.
Jakarta: Konsesus Nasional Terapi Gangguan Bipolar; 2010.hlm.2-21.

24

Anda mungkin juga menyukai