D E R M AT O V E N E R O L O G I
| DR. SEPRIANI | DR. YOLINA | DR. OKTRIAN | DR. REZA | DR. CEMARA |
| DR. AARON | DR. CLARISSA | DR. KAMILA | DR. EDWIN |
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132
WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
TO 1
1. Pioderma
Pioderma : infeksi kulit dan jaringan lunak yang
disebabkan oleh bakteri piogenik (tersering adalah S.
aureus dan Streptokokus β-hemolitik grup A)
• Terdapat 2 bentuk pioderma:
– Pioderma superfisialis, lesi terbatas pada epidermis:
Impetigo nonbulosa, Impetigo bulosa, Ektima, Folikulitis,
Furunkel, Karbunkel
– Pioderma profunda, mengenai epidermis dan dermis, ada
gejala konstitusi: Erisipelas, Selulitis, Flegmon, Abses
multiplel kelenjar keringat, Hidradenitis
• Komplikasi bisa muncul: Impetigo non-bulosa: glomerulonefritis akut, Ektima:
ulserasi dan skar. Komplikasi lainnya yang jarang: sepsis, osteomielitis, artritis,
endokarditis,pneumonia, selulitis, limfangitis, limfadenitis, toxic shock syndrome,
Staphylococcal scalded skin syndrome, necrotizing fasciitis.
• Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan dari apusan cairan sekret dari dasar lesi
dengan pewarnaan Gram, Pemeriksaan darah rutin kadang kadang ditemukan
leukositosis, Kultur dan resistensi spesimen lesi/aspirat bila tidak respon dengan
terapi empiris
PPK Perdoski 2017
Kriteria diagnosis pioderma
• Folikulitis (Staph. Aureus): pioderma pada folikel rambut, ada 2
bentuk yakni:
– Folikulitis superfisialis (impetigo Bockhart): predileksi pada scalp (anak), dagu,
aksila, ekstremitas bawah, bokong (dewasa), terasa gatal dan panas, tampak
pustule kecil dome-shaped, multiple, mudah pecah, pada folikel rambut atau
perifolikuler
– Folikulitis profunda (sycosis barbae): predileksi dagu dan atas bibir, nodus
eritemaosa perabaan hangat
Menaldi, Sri Linuwih. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh, 2015. Badan Penerbit FKUI.
PPK Perdoski 2017
• Impetigo non bulosa/krustosa/vulgaris/
kontagiosa/ Tillbury Fox (Strep. Beta
hemolyticus)
• Predileksi daerah wajah, sering pada sekitar
nares/mulut
• Peradangan vesikel yang dengan cepat berubah
menjadi pustul pecah krusta kering
kekuningan seperti madu (honey colour)
• Selulitis
• Infiltrat eritematosa difus
• Flegmon
• Selulitis dengan supurasi
• Hidradenitis
• Nodus, abses, fistel di daerah ketiak
atau perineum
Menaldi, Sri Linuwih. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh, 2015. Badan Penerbit FKUI.
PPK Perdoski 2017.
Tatalaksana pioderma
• Terapi:
• Prinsip: rawat jalan, kecuali erysipelas, selulitism dan flegmon derajat berat
dirawat inap
• Antibiotika topikal:
• Bila tidak tertutup pus/krusta DOC: mupirocin 2% (Bactroban), asam
fusidat 2% (Fucidin) 2-3x/hari selama 7-10 hari. Alternatif: salep/krim
klindamisin, gentamisin
• Banyak pus/krusta: kompres terbuka dengan permangana
skalikus 1/5000, atau asam salisilat 0.1%, atau rivanol 1%, atau
povidone iodine 1% masing-masing 3x/hari selama 30-60 menit
• Antibiotika oral sistemik selama minimal 7 hari:
• Lini pertama:
• Kloksasilin/dkloksasilin: dewasa 4x250-500 mg/hari, anak 25-50
mg/kgBB/hari bagi 4 dosis
• Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500 mg/hari, anak 25
mg/kgbb/hari bagi 3 dosis
• Sefaleksin 25-50 mg/kgBB/hari bagi 4 dosis
• Lini kedua: Azitromisin, Klindamisin, Eritromisin
• Penyebab MRSA: TMP-SMX, klindamisin
PPK Perdoski 2017
2. Dermatitis: Umum
• Kumpulan gejala inflamasi/peradangan pada kulit seperti
gatal, eritema, vesikel, mengelupas, dan plak krusta
• Dermatitis kontak (dermatitis akibat respon terhadap
pajanan bahan tertentu)
• Dermatitis Kontak Alergi (DKA): pajanan allergen luar tubuh,
diperantarai reaksi hipersensitivitas tipe 4 (allergen-specific T
lymphocytes) 20% dermatitis kontak
• Dermatitis Kontak Iritan (DKI): pajanan bahan iritan fisik atau
biologis yang kontak dengan kulit, TANPA dimediasi respon
imunologis, tidak perlu sensitisasi sebelumnya 80%
dermatitis kontak
• Terapi umum
– Pelembab, krim steroid, krim dengan inhibitor calcineurin
PPK Perdoski 2017
DKI vs DKA: Perbedaan
• Terapi Terapi
– Topikal • Sistemik: Kortikosteroid
• Prednison 5-10 mg/ dosis,
• Akut & eksudatif: kompres
NaCl 0.9% 2-3x/hari
• Deksametason 0.5-1 mg, 2-
• Kronik & kering: krim
hidrokortison 3x/hari
DKI vs DKA: Patch Test
• Untuk metode diagnostik delayed contact
hypersensitivity DKA
• DKI: diagnosis berdasarkan klinis saja dan
dengan menyingkirkan DKA (hasil Patch Test
negatif)
• Patch test:
– Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam
– Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama dilakukan 15-
30 menit setelah dilepas; kedua dilakukan 72-96
jam setelah dilepas
– Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua
pembacaan, cenderung ke respons alergi.
Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.
Contoh berbagai pajanan iritan dan
allergen pada dermatitis kontak
Terapi dermatitis kontak alergi dan iritan
• Non medikamentosa
– Identifikasi allergen tersangka dan hindari, anjurkan pakai APD
• Medikamentosa
– Sistemik: simtomatis, derajat berat dapat diberikan kortikosteroid
(KS) oral setara prednidon 20 mg/hari janka pendek (3 hari)
– Topikal:
• pelembab kaya kandungan lipid (vaslein/petrolatum)
• Klinis basah (madidans) kompres terbuka 2-3 lapis kain kassa dengan
NaCl 0.9%
• Klinis kering krim KS potensi sedang-tinggi misalnya mometason furoate,
flutikason propionate
• Kasus berat dan kronik tidak respon dengan steroid: immunosupresi
sistemik azatioprin atau siklosporin
Telur
• Dinding tipis & transparan,
berisi 4-8 sel embrio atau
embrio cacing
• Diameter 40 dan 55 mcm
• Gejala
– Gatal di sekitar dubur
(terutama pada malam hari
pada saat cacing betina
meletakkan telurnya), gelisah
dan sukar tidur
– Pemeriksaan: perianal swab
dengan Scotch adhesive tape
– Telur lonjong dan datar pada
satu sisi, bening
• Alternatif: Nitazoxanide
– Untuk fase kronik
– 2x500 mg/hari selama 7 hari
http://emedicine.medscape.com/article/997890-treatment
http://reference.medscape.com/drug/biltricide-praziquantel-342666
https://www.cdc.gov/parasites/
fasciolopsis/biology.html
Fasciolopsiasis
(Fasciolopsis
Buski)
https://www.uptodate.com/contents/intestinal-
https://emedicine.medscape.com/article/219662-treatment flukes?source=search_result&search=fasciolopsis%20buski&selecte
dTitle=1~5#H3
Nama cacing Gejala Klinis Morfologi Bentuk
Pirantel pamoat,
Enterobius ovale biconcave dengan dinding
mebendazole,
vermicularis asimetris berisi larva cacing
albendazole
Ancylostoma
ovale dengan sitoplasma jernih Mebendazole,
duodenale
berisi segmented ovum/ lobus 4- pirantel pamoat,
Necator
8 mengandung larva albendazole
americanus
• Cara kerja : membunuh cacing, menghancurkan telur & larva cacing dengan
jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing produksi ATP
sebagai sumber energi << kematian cacing
• Kontra Indikasi:
– Ibu hamil (teratogenik), menyusui
– Gangguan fungsi hati & ginjal, anak < 2 tahun
• Efek samping : perasaan kurang nyaman pada saluran cerna dan sakit
kepala, mulut terasa kering
Mebendazole
• Terapi cacing gelang, cacing cambuk, cacing kremi, cacing tambang
• Cara kerja : membunuh cacing, menghancurkan telur & larva cacing dengan
jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing produksi ATP
sebagai sumber energi << kematian cacing
• Kontra Indikasi:
– Ibu hamil (teratogenik), menyusui
– Gangguan fungsi hati & ginjal, anak < 2 tahun
• Efek samping : perasaan kurang nyaman pada saluran cerna dan sakit
kepala, mulut terasa kering
Prazikuantel
• Indikasi: Cacing pita, kista hidatid
Melasma
– Peningkatan produksi dan transfer melanosom ke
keratinosit sehingga tampak bercak hiperpigmentasi
lokal pada kulit.
Melasma: Klasifikasi
http://www.celibre.com/difference-between-melasma-and-sun-damage.aspx
Lentigo
• A lentigo is a small, sharply circumscribed, pigmented macule
surrounded by normal-appearing skin.
• Lentigines may evolve slowly over years, or they may be
eruptive and appear rather suddenly.
• Pigmentation may be homogeneous or variegated, with a color
ranging from brown to black.
• There are several types of lentigo, such as lentigo simplex, solar
lentigo, ink spot lentigo, PUVA lentigo, generalised lentigo
• Freckles will increase in number and darkness with sunlight
exposure, whereas lentigo will stay stable in their color
regardless of sunlight exposure
Histology
• Histologic findings may include hyperplasia of the
epidermis and increased pigmentation of the basal layer.
• A variable number of melanocytes are present; these
melanocytes may be increased in number, but they do not
form nests.
• Lentigo simplex is characterized by a slight-to-moderate
elongation of the rete ridges with melanocyte proliferation
in the basal layer, increased melanin in both the
melanocytes and the basal keratinocytes, and the presence
of melanophages in the upper dermis.
• Ephelides (freckles) have an increase in pigment content in
the basal cell layer, with neither elongated rete ridges nor
increased number of melanocytes.
Ephelides/ Freckles
• Ephelides (freckles) are tanned macules found on the skin.
• Ephelides are associated with fair skin and red or blonde hair.
• In contrast to solar lentigines, ephelides are not strongly associated with age.
• Commonly, ephelides first appear at age 2 years and increase in number into
young adulthood. In older ages, the number usually decreases.
• Simple ephelides are multiple, small, tanned macules, ranging from 1-5 mm in
diameter, with uniform pigmentation.
• They are most commonly found on sun-exposed areas, such as the nose, the
cheeks, the shoulders, and the upper part of the back.
• The macules may be discrete or confluent.
• Histopathologically in ephelides, the epidermis is unchanged. Specifically, the
number of melanocytes is not increased. However, the melanosomes are larger
than those in the surrounding skin. Cellular atypia of melanocytes have been
noticed in some freckles.
• In contrast, solar lentigines have an increased number of melanocytes in the
basal cell layer.
Keratosis seborrhoic
• Merupakan tumor jinak
• Disebabkan oleh peningkatan proliferasi epidermal keratosit
• Asimptomatik namun terkadang terasa gatal
• Keluhan utama lebih karena masalah kosmetik/penampilan
TO 2
6. Ulkus Tropikum
• Ulkus yang cepat berkembang dan nyeri, biasanya pada tungkai
bawah, lebih sering ditemukan pada anak-anak kurang gizi di
daerah tropik
• Etiologi
– Trauma, higiene dan gizi, serta infeksi oleh kuman Bacillus fusiformis
yang biasanya bersama-sama dengan Borrelia vincentii
• Klinis
– Dimulai dengan luka kecil papula
meluas menjadi vesikel pecah ulkus kecil
terinfeksi kuman meluas ke
samping dan dalam
Ulkus Tropikum/ Tropical Phagedenic Ulcer
• Predileksi terutama di tungkai bawah
• Efloresensi:
– Ulkus soliter, numular, kadang disertai lesi satelit akibat autoinokulasi,
nyeri, tanpa gejala konstitusi
– Pinggir ulkus meninggi, dinding menggaung, dasar kotor, cekung
berbenjol-benjol, tepi teratur, sekret produktif (kuning coklta kehijauan),
berbau
• Tatalaksana
– Perbaikan gizi dan higiene
– Pengobatan Topikal: kompres dengan larutan antiseptik ringan seperti
KMnO4 (kalium permanganas) 1:5.000/ solusio asam salisilat 1:1000
(0,1%); dilanjutkan dengan pemberian salep salisilat 2% (untuk
membantu keratoplasti)
– Pengobatan sistemik:
• Penisilin 600.000-1,2 juta IU/hari, IM selama 7-10 hari
• Tetrasiklin 3 x 500 mg/hari, PO, selama 7 hari
Asam salisilat topikal
• Cara kerja : menurunkan ikatan korneosit, melarutkan semen intraseluler,
dan melonggarkan serta mendisintegrasikan korneosit dengan memecah
struktur desmosome
• Efek asam salisilat:
– Efek bakteriostatik dan desinfektan solusio 1:1000 untuk kompres luka,
bakteriostatik lemah terhadap Streptococcus, Staphylococcus, E.coli
– Efek fungistatic konsentrasi <1% terhadap Trycophyton dan Candida
– Efek antipruritus konsentrasi 1-2%, anti pruritus ringan
– Efek keratoplastik 0.5-2%, bisa stabilisasi stratum korneum dengan
mekanisme belum diketahui pasti (diduga asam salisilat sebabkan rangsangan
keratolitik lemah sebabkan peningkatan keratinisasi)
– Efek antiinflamasi hambat biosintesis prostaglandin, konsentrasi 0.5-5%
– Konsentrasi 3-6% bersifat keratolitik
– Konsentrasi >6% bersifat destruktif (6-60% biasa digunakan untuk tatalaksana
corn atau warts dan pada kondisi psoriasis
Ulkus pada daerah kaki (diagnosis banding)
Penyakit Keterangan
Ectima
Ulkus tropikum
7. Pedikulosis
• Infeksi kulit/rambut pada manusia yang
disebabkan Pediculus
• 3 macam infeksi pada manusia
– Pedikulosis kapitis: disebabkan Pediculus humanus
var. capitis
– Pedikulosis korporis: disebabkan pediculus
humanus var. corporis
– Pedukulosis pubis: disebabkan Phthirus pubis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pedikulosis pubis
• Infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya
• Terutama menyerang dewasa dan dapat menyerang
jenggot/kumis
• Dapat menyerang anak-anak, seperti di alis/bulu mata
dan pada tepi batas rambut kepala
• Termasuk infeksi menular seksual
• Gejala
• Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas ke
abdomen/dada, makula serulae (sky blue spot), black dot
pada celana dalam
https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Pmalariae_benchaidV2.pdf
Malaria: Plasmodium knowlesi
• Endemis di Asia Tenggara, transmisi dari kera ekor
Panjang (Macaca fasicularis)
• Morfologi trofozoit band-shaped dan schizont
berpigmen dalam sel darah merah mirip P. malariae
(sering mis-identifikasi). Beberapa gambaran ring
mirip P. falciparum
• “Commercially available rapid diagnostic tests do
not distinguish P. knowlesi from other forms of
human malaria parasites. Lactate dehydrogenase
produced by the 4 other Plasmodium spp. (pLDH)
that cause human malaria is also present in P.
knowlesi. Antibodies specific for pLDH of P.
falciparum and P. vivax cross-react with pLDH of P.
knowlesi and therefore cannot be used to reliably
distinguish P. knowlesi from mixed infections”
• P. knowlesi bermultiplikasi setiap hari dan
menyebabkan high parasitemia dapat bersifat
fatal, komplikasi distress napas (paling sering)
• Konfirmasi: PCR
• Terapi: Rekomendasi sama dengan malaria akibat P.
falciparum
https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/15/9/pdfs/09-0358.pdf
https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/16/4/pdfs/09-1624.pdf
Malaria the disease
1 atau
14
hari*
* Jika infeksi malaria falciparum maka primakuin hanya diberikan sekali dosis
tunggal, sedangkan jika infeksi malaria vivaks atau campuran falsiparum dan vivaks,
maka primakuin diberikan selama 14 hari
Catatan
• Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
• Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
• Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
• Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
• Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah
minum obat primakuin, maka pengobatan diberikan secara mingguan
selama 8-12 minggu dengan dosis mingguan 0,75mg/kgBB. Pengobatan
malaria pada penderita dengan Defisiensi G6PD segera dirujuk ke rumah
sakit.
Malaria Berat pada P. falciparum
• Malaria berat adalah ditemukannya Plasmodium falciparum
stadium aseksual dengan minimal satu dari manifestasi klinis atau
didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO, 2015):
– Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
– Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
– Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
– Distres pernafasan
– Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan
sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg) 6. Jaundice
(bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
– Hemoglobinuria
– Perdarahan spontan abnormal
– Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
Cerebral Malaria
• Possible cause:
• Binding of
parasitized red cells
in cerebral capillaries
→ sekuestrasi →
severe malaria
• permeability of the
blood brain barrier
• Excessive induction
ofcytokines
http://www.microbiol.unimelb.edu.au
Malaria Berat
Kriteria laboratorium malaria berat:
• Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
• Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
• Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis
sedang-rendah), pada dewasa, Hb<7gr% atau hematokrit
<15%)
• Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di
daerah endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit
/μl di daerah endemis tinggi) 5
• Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
• Hemoglobinuria
• Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Tatalaksana malaria berat di faskes
primer nonperawatan
• Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat
inap langsung dirujuk
• Sebelum dirujuk berikan terapi awal artesunat
intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb).
Tatalaksana malaria berat di Faskes Rawat
• Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika
tidak tersedia dapat diberikan kina drip.
• Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60
mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam
ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%.
• Keduanya dicampur kemudian diencerkan dengan
Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga
didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat
diberikan secara bolus perlahan-lahan.
• Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb
intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya
diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari
sampai penderita mampu minum obat.
Alternatif Malaria Berat: Kina
• Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi
500 mg / 2 ml.
• Dosis dan cara pemberian Kina pada orang dewasa termasuk ibu hamil:
• Loading dose, Kina Hidrochloride 20 mg/kg BB diberikan per infus selama 4 jam,
diikuti selanjutnya dengan dosis rumatan10 mg/kg BB dengan interval 8 jam,
dihitung mulai dari pemberian pertama; diberikan selama 4 jam.
• Kecepatan infus tidak boleh melebihi 5 mg/kg BB/jam.
• Apabila dalam 48 jam tidak ada perbaikan, dosis diturunkan sepertiganya, misalnya
pemberiannya menjadi 10 mg/kg BB selama 4 jam dengan interval tiap 12 jam.
• Pemberian infus kina dengan tetesan lebih cepat berbahaya.
• Cairan infus yang dipakai dianjurkan 5% dekstrose untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia.
• Karena pada malaria berat ada kecenderungan terjadinya kelebihan cairan yang
menyebabkan terjadinya edema paru, maka pemberian infus kina sebaiknya
menggunakan pompa infus atau cairan kemasan kecil (50 ml) sehingga total cairan
per hari berkisar 1500-2000 ml.
• Pemberian kina pada anak :
• Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6 - 8 mg/kg bb)
diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10 cc/kgbb
diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
9. Paronikia
• Merupakan inflamasi mengenai lipatan kulit atau jaringan lunak
sekitar kuku yang dimulai dari selulitis dan dapat berkembang
menjadi abses
• Jenis
– Paronikia akut oleh Staphylococcus aureus, ditandai timbulnya
nyeri atau eritema diposterior atau lateral lipatan kuku, diikuti
oleh pembentukan abses superfisial
– Paronikia kronik oleh Candida albicans, sering oleh pemisahan
abnormal lipatan kuku proximal dari lempeng kuku yang
memungkinkan kolonisasi
• Gejala dan Tanda
– Eritema, bengkak, pus terbentuk di bawah kulit
– Eponikia dan kuku berubah warna
Paronikia
Akut
• Dapat disertai demam dan
nyeri kelenjar di bawah
tangan, biasanya ada nanah Kronik
berwarna kuning di bawah • Lempeng kuku kelihatan lebih
kutikula gelap, cembung, kadang – kadang
lebih tipis
• kutikula biasanya terlepas dari
lempeng kuku.
• Tidak ada pus atau nanah dan pada
perabaan kurang hangat dibanding
paronikia akut.
• Perlangsungannya 6 minggu atau
lebih.
PEMERIKSAAN PENCEGAHAN
PENUNJANG • Cegah trauma dengan
• Pewarnaan Gram untuk menjaga agar kulit yang
mengetahui adanya kena tetap kering
staphylococcus atau • Jika akan mencuci
streptococcus sebaiknya memakai
• Apusan potassium sarung tangan karet
hidroksida untuk
menemukan hifa yg
menunjukkan adanya jamur
• Tapi tidak menutup
kemungkinan ditemukan
jamur dan bakteri pada satu
kasus paronikia
TERAPI PARONIKIA
• Terapi sistemik pilihan paronikia • Terapi topikal
akut • Miconazole krim 2 kali sehari selama 2-
6 minggu.
– clindamycin 150-450 mg, 3-4 kali
• Losion atau krim Amfoterisin B tidak
sehari
dapat digunakan bersamaan dengan
– amoxicillin-asam klavulanat 250-500 imidazole, terdapat efek menetralkan
mg 3 kali sehari efektif untuk antara satu sama lain.
bakteri yang resisten terhadap beta
laktamase • Pembedahan dilakukan atas dasar
– Dicloxacillin maupun cephalexin juga indikasi, jika infeksi akut sudah
efektif teratasi
• Paronikia kronik biasanya • Irisan (Insisi) dapat dilakukan jika
diberikan antimikotik seperti ada abses.
ketokonazole 200 mg per hari • Jika upaya di atas tidak berhasil
dan kuku menancap ke dalam kulit
maka dapat dilakukan
pengangkatan kuku. (Roserplasty)
• Insisi paronikia dengan mata pisau langsung
pada kuku
Komplikasi dan Prognosis
• Komplikasi jarang terjadi, tapi jika terjadi dapat
menyebabkan :
– Abses
– Infeksi Menyebar ke tendo, tulang ( osteomyelitis ) atau
pembuluh darah. .
• Prognosis sangat baik dengan pengobatan yang tepat.
• Paronikia akut sembuh dalam 5 sampai 10 hari dengan
kerusakan kuku yang tidak permanen.
• Paronikia kronik butuh waktu berminggu – minggu untuk
sembuh, kulit & kuku akhirnya akan kembali normal.
• Harus diingat untuk mengobati jika berulang, dan tetap
menjaga agar daerah tersebut tetap kering
10. Skabies
• Penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei var. hominis
• Transmisi: langsung (skin to skin) dan tidak langsung
• Diagnosis perkiraan (presumtif)apabila ditemukan trias:
Lesi kulit pada daerah predileksi.
• Lesi kulit: terowongan (kunikulus) berbentuk garis lurus atau berkelok, warna
putih atau abu-abu dengan ujung papul atau vesikel. Apabila terjadi infeksi
sekunder timbul pustul atau nodul.
• Daerah predileksi pada tempat dengan stratum korneum tipis, yaitu: sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak, areola
mamae, umbilikus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada
bayi dapat mengenai wajah, skalp, telapak tangan dan telapak kaki.
Gatal terutama pada malam hari (pruritus nocturnal).
Terdapat riwayat sakit serupa dalam satu rumah/kontak.
• Diagnosis pasti apabila ditemukan: tungau, larva, telur atau
kotorannya melalui pemeriksaan penunjang (mikroskopis).
• Terdapat 2 tipe, yaitu Classic Scabies dan Crusted (Norwegian)
Scabies PERDOSKI 2017
Temuan klinis
• Kanalikuli
• Sarcoptes scabiei
Crusted (Norwegian) Scabies
• Merupakan salah satu bentuk berat dari scabies
• Banyak terjadi pada penderita
immunocompromised
• Tampilan klinis: ada krusta tebal dan tidak segatal
skabies yang biasa
• Tipe skabies yang ini sangat menular
Modalitas pemeriksaan
• Menemukan terowongan (kedua teknik sama
sensitifnya)
1. Burrow Ink Test
- Cara kerja: tinta dioleskan pada kulit dan tinta ini akan
melakukan penetrasi ke stratum korneumdibersihkan
dengan alkoholtinta mewarnai terowongan.
- Metode ini sangat efektif terutama juga pada anak-anak dan
penderita dengan jumlah terowongan yang kecil dan sedikit
2. Tetracycline:
- Cara kerja:Tetrasiklin topikal dioleskan di kulit kemudian
dibersihkan dengan alkohollampu wood: terowongan akan
berwarna kehijauan
- Metode ini lebih disukai karena colorless dan bisa
mendeteksi area kulit yang luas
PPK PERDOSKI 2017
Modalitas pemeriksaan
(lebih advanced dan butuh tenaga terlatih)
• Skin scraping
- Cara kerja: kulit yang ada terowongan dikerok dengan
scalpeldiperiksa di mikroskopditemukan 1-2 telur atau
tungau
- Hasil sering false negative
• Adhesive tape test
- Cara kerja: beberapa tape ditaruh di kanalikuli kemudian
dilepaskan tiba-tiba dan diperiksa di bawah mikroskop
- Yang dicari sama seperti skin scraping, namun sensitivitas tes
ini lebih bagus dari skin scraping
• Dermatoscopy
- Lebih akurat dibandingkan pemeriksaan adhesive tape test,
yaitu sensitivitasnya 83%
- Butuh tenaga terlatih
PPK PERDOSKI 2017
Prinsip Tatalaksana
• Classic Scabies
- DOC: Permethrine cream 5% (anak usia<2 bulan tidak boleh) dioleskan
pada kulit dan didiamkan selama 8 jam.
- Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Tidak
boleh digunakan pada bayi, anak kecil, dan ibu hamil.
- Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam, 3 malam berturut-turut.
- Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1,2,3, dan 8.
- Emulsi benzil benzoat 10% dioleskan selama 24 jam penuh
• Crusted scabies
- Ivermectin 200 µg/kgBB/pemberian, pembagian dosis berdasarkan derajat
keparahan dan perlu dikombinasi dengan topikal
- Permethrin cream 5%
- Benzyl benzoate 25%
- Keratolitic cream terapi adjuvan
PPK PERDOSKI 2017
Antiskabies
Drugs Possible adverse Effect Efektif
Benzyl benzoat 25% Irritation, anasthesia & hypoesthesia, ocular All stadium
irritation, rash, pregnancy category B
Gameksan 1% Toksis to SSP for pregnancy and children under 6 All stadium
years old, pregnancy category C
• Lokasi
– Leher: dari tonsil atau paru
– Ketiak: dari apeks pleura
– Lipat paha: dari ekstrimitas bawa KGB inguinal lateral
• Perjalanan Penyakit
– Awal: Limfadenitis TB (KGB membesar tanpa tanda radang akut)
– Periadenitis: Perlekatan kelenjar dengan jaringan sekitar
– Perlunakan tidak serentak cold abses pecah
– Fistel memanjang, tidak teartur, sekitarnya livide, menggaung tertutup pus
seropurulen sikatrik skin bridge
• Diagnosis Banding
– Limfosarkoma, limfoma malignum, hidradenitis supurativa, LGV
Gambaran klinis:
Skrofuloderma
• Akibat penjalaran langsung organ di
bawah kulit yang terkena TB (dar KGB,
tulang, sendi)
• Predileksi: tempat banyak KGB (leher,
ketiak, lipat paha)
• Awal limfadenitis yang makin banyak dan
berkonfluensi, disertai periadenitis
• Kelenjar bisa alami perlunakan tidak
serentak sehingga konsistensi beragam
(abses dingin), kemudian abses pecah
bentuk fistel membentuk ulkus khas
memanjang tidak teratur, livid, dinding
bergaung, terdapat jaringan granulasi
tertutup pus seropurulent atau kaseosa
• Ulkus sembuh spontan jadi sikatriks tidak
teratur (cord like cicatrices) dan terdapat
jembatan kulit diatas sikatriks
• DD: hidradenitis supurativa,
limfogranuloma venereum, limfadenitis
Skrofuloderma: Diagnosis Banding
KELAINAN KARAKTERISTIK
Hidradenitis Supurativa Infeksi piokokus pada kelenjar apokrin.
Tanda radang akut (+), terdapat gejala
konstitusi. Predileksi: Kelenjar apokrin
daerah ketiak
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Kandidiosis Kutis
• Bentuk klinis:
- Kandidiosis intertriginosa:
- Kandidiosis perianal
- Kandidiosis kutis generalisata
~70 x 45 m
~55 m
(up to 200 m)
Balantidiasis: Terapi
• Tetracycline
– Dewasa: 500 mg, PO, 4x/hari selama 10 hari
– Anak ≥ 8 tahun: 40 mg/kg/hari (max. 2 gram), PO, 4x/hari
selama 10 hari
– Note: kontraindikasi pada wanita hamil dan anak < 8 tahun
• Metronidazole
– Dewasa: 500-750 mg, PO, 3x/hari selama 5 hari
– Anak: 35-50 mg/kg/hari, PO, 3x/hari selama 5 hari
• Iodoquinol
– Dewasa: 650 mg, PO, 3x/hari selama 20 hari
– Anak: 30-40 mg/kg/hari (max 2 g), PO, 3x/hari selama 20 hari
http://www.cdc.gov/dpdx/balantidiasis/tx.html
14. Psoriasis vulgaris
• Bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar berlapis-
lapis dan transparan
• Predileksi
• Skalp, perbatasan skalp-muka, ekstremitas ekstensor (siku &
lutut), lumbosakral
• Khas: fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Kobner sign
• Patofisiologi
– Genetik: berkaitan dengan HLA
– Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen
dermal, dan keratinosit
– Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan
metabolisme, obat, alkohol, dan merokok
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2010.
Psoriasis Vulgaris
Tanda dan Gejala
• Perburukan lesi skuama kronik
• Onset cepat pada banyak area kecil
dengan skuama dan kemerahan
• Baru terinfeksi radang tenggorokan
(streps), virus, imunisasi, obat
antimalaria, trauma
• Nyeri (terutama pada kasus psoriasis
eritrodermis atau pada sendi yang
terkena arthritis psoriasis)
• Pruritus
• Afebril
• Kuku distrofik
• Ruam yang responsif terhadap steroid
• Konjungtivitis atau blepharitis
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview
Psoriasis Vulgaris: Tanda Khas
Tanda Penjelasan
• Pemeriksaan fisik:
- Sensibilitas kulit: hypoesthesia
- Pemeriksaan saraf tepi: penebalan N.
fascialis, N. auricularis magnus, N.
radialis, N. medianus, N. peroneus
communis, N. ulnaris, N. tibialis
posterior
- Foot drop atau clawed hands
- Wasting dan kelemahan otot
- Ulserasi yang tidak nyeri pada tungkai
atas atau bawah
- Lagophtalmus, iridocyclitis, ulserasi
kornea, dan/atau katarak sekunder
akibat kerusakan saraf atau invasi bakteri
secara langsung, bahkan hingga Claw hands
amputasi
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi
• Histiosit: makrofag di kulit, sel virchow/sel lepra/foamy cell
• Granuloma: akumulasi makrofag dan derivatnya
Bakteriologi
Imunologi
• Immunoglobulin: IgM dan IgG
• Lepromin skin test
Klasifikasi Kusta tipe MB berdasarkan Jopling
Sifat Lepromatosa (LL) Borderline Lepromatosa (BL) Mid Borderline (BB)
Lesi
BTA
• Rifampisin
– Pemberian seminggu sekali dengan jumlah besar flu like
syndrome
– Hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal, dan erupsi
kulit (Soebono, 1997)
• Klofazimin (Lamprene)
– Terjadi dalam dosis tinggi
– Gangguan GI (Nyeri Abdomen, Nausea, Diare, Anoreksi, dan
Vomitus), penurunan BB, hiperpigmentasi pada kulit
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31135/4/Chapter%20II.pdf
16. Limfogranuloma Venerum
• Etiologi: Chlamydia trachomatis serovar L1,L2,L3
intraselular obligat
• Papul & ulkus genital self-limited, yang diikuti oleh
limfadenopati inguinal dan/ femoral yang nyeri
– Tahap pertama: papul/pustul genital yang tidak nyeri dan
cepat sembuh, sulit dibedakan dengan sifilis periksa
secara serologis
– Tahap kedua: limfadenopati inguinal yang nyeri muncul
setelah 2-6 minggu dari tahap pertama bubo (dapat
pecah), groove sign (pada pria)
– Tahap ketiga: proktokolitis, sindrom genitoanorektal
(sering pada wanita atau gay)
Limfogranuloma Venerum
Diagnosis
• Klinis
• Tes serologis sulit untuk mengkultur organisme
– Tes Frei
Currently, the Frei intradermal test is only of historical interest.
The Frei test would become positive 2-8 weeks after infection.
Unfortunately, the Frei antigen is common to all chlamydial
species and is not specific to LGV. Commercial manufacturing
of Frei antigen was discontinued in 1974.
– Complement fixation (CF)
– The microimmunofluorescence test
• Gambaran badan inklusi
• Definitive diagnosis may be made by aspiration of
the bubo and growth of the aspirated material in
cell culture. C trachomatis can be cultured in as
many as 30% of cases.
• Tatalaksana
– DOC CDC 2015: Doksisiklin 100 mg PO 2x/hari
selama 21 hari atau
– Eritromisin 500 mg PO 4x/hari selama 21 hari
http://emedicine.medscape.com/article/220869-treatment
17. Cutaneus larva Etiologi: Ancylostoma braziliense dan
Ancylostoma caninum
migrans
Berkembangbiaknya di hewan
Telur di tanah
Gejala:
1. Peradangan berbentuk Lesi serpiginosa
- linear
- berkelok-kelok
- menimbul
- Progresif
2. Gatal di malam hari
• Terapi
• DOC: Tiabendazole sediaan oral sudah ditarik dari peredaran dipilih sediaan
krim atau lotion 15% 2-3x/hari selama 5 hari
• Alernatif: Albendazole 1x400 mg selama 3 hari, Cryotherapy, Kloretil
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 125-126
18. Hidradenitis suppurativa
• Infeksi kelenjar apokrin
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 61-62
Hidradenitis supurativa : grading severity
PPKPERDOSKI2017
Herpes Simpleks
DIAGNOSIS TATALAKSANA
1. Dilakukan pemeriksaan Tzanck tes 1. Lesi episode pertama primer
untuk mencari sel datia berinti banyak • Asiklovir: 5x200 mg/hari selama 7-10 hari
dan badan inklusi intranuklea • asiklovir: 3x400 mg/hari selama 7-10 hari
• Valasiklovir: 2x500-1000 mg/hari selama 7-
2. Kultur virus. Sensitivitas kultur sebesar 10 hari
67-70% bila sediaan diambil dari • Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari
vesikel, 32% bila sediaan pustul, dan 2. Lesi rekuren :
hanya positif sebesar 17% bila sediaan Lesi ringan: terapi simtomatik
diambil dari krusta Lesi berat:
– asiklovir 5x200 mg/hari, per oral selama 5 hari
3. Deteksi antigen (dengan enzyme – asiklovir: 3x400 mg/hari selama 5 hari
immunoassay atau fluorescent – asiklovir 3x800 mg/hari selama 2 hari
antibody), atau PCR DNA HSV – Valasiklovir 2x500 mg selama 5 hari
– Famsiklovir 2x125 mg/hari selama 5 hari
4. Serologi IgM da nIgG anti-HSV 1
Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi
terapi supresif
– Asiklovir 2x400 mg/hari
PPKPERDOSKI2017 – Valasiklovir 1x500 mg/hari
https://www.thelancet.com/pdfs/journals/lanc – Famsiklovir 2x250 mg/hari
et/PIIS0140673600046389.pdf
TO 3
20. Miliaria
• Miliaria adalah kelainan
umum pada kelenjar
keringat ekrin yang
muncul saat peningkatan
suhu dan kelembaban
• Miliaria disebabkan dari
obstruksi kelenjar keringat
dan menyebabkan
ekstravasasi keringat dari
kelenjar ekrin ke
epidermis atau dermis
• Pada miliaria yang
mengalami sumbatan
adalah kelenjar Ekrin
(Eccrine)
Perdoski 2017
Tatalaksana
• Terapi bersifat suportif dan menghindari pencetus
• Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan
indikasi sebagai berikut:
– Bedak kocok mengandung kalamin, dapat ditambahkan
antipruritus (mentol)
– Miliaria rubra dengan inflamasi berat dapat diberikan
kortikosteroid topikal, bila terdapat infeksi sekunder: antibiotik
topikal.
– Miliria profunda diberikan lanolin anhidrous, bila luas dapat
diberikan isotretinoin.
• Edukasi:
– Menghindari banyak berkeringat, pilih lingkungan yang lebih
sejuk dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup. Mandi memakai
sabun. Pakai pakaian tipis dan menyerap keringat.
Perdoski 2017
21. Trikuriasis (Cacing Cambuk)
Gejala
• nyeri ulu hati, kehilangan
nafsu makan, diare,
anemia, prolaps rektum
Telur
• Seperti tempayan/ lemon,
memiliki dua kutub
• Ukuran 20-25 mcm dan 50-
55 mcm
Menald, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
ISTILAH LESI
• Pada tipe MB (BL,LL)
Eritema nodosum • Nodus eritema dan nyeri
leprosum (reaksi • Predileksi : lengan dan tungkai
kusta tipe 2) • Tidak terjadi perubahan tipe
• Hipersensitivitas tipe 3
• Pada tipe borderline (Li,BL,BB,BT,Ti)
Reaksi • Terjadi perubahan tipe
reversal/borderline/ • Lesi menjadi lebih aktif/timbul lesi baru
upgrading (reaksi • Peradangan pada saraf dan kulit
kusta tipe 1) • Pada pengobatan 6 bulan pertama
• Hipersensitivitas tipe 4
• Reaksi kusta yang sangat berat
• Pada tipe lepromatosa non-nodular difus
Fenomena lucio • Plak/infiltrat difus, merah muda, bentuk tidak teratur, nyeri
(+). Jika lebih berat dapat disertai purpura dan bula
• Dimulai dari ekstremitas lalu menyebar ke seluruh tubuh
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI hal 82-83
Morbus Hansen: Istilah
Reaksi Deskripsi
Pure neuritis leprosy Jenis lepra yang gejalanya berupa neuritis saja
• Patofisiologi
– Terjadi peningkatan respon kekebalan seluler secara cepat terhadap kuman
kusta dikulit dan syaraf berkaitan dengan terurainya M.leprae yang mati
akibat pengobatan yang diberikan
Reaksi Kusta: Tipe 2
• Diperkirakan 50% pasien kusta tipe LL Dan 25% pasien kusta tipe BL mengalami
episode ENL
• Umumnya terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan tetapi dapat juga timbul
pada pasien kusta yang belum mendapat pengobatan Multi Drug Therapy
(MDT)
http://www.dermnetnz.org/topics/ichthyosis-vulgaris/
Iktiosis Vulgaris: Tanda dan Gejala
• Gejala yang timbul
• Kulit kering
• Kulit bersisik
• Gatal
• Perubahan warna kulit
• Kulit retak yang terasa nyeri pada telapak
tangan dan kaki
• Terapi oklusif
– Menggunakan pelembab pada kulit lembab (< 3
menit setelah mandi)
– Oklusi menggunakan cling wrap selama 1-2 jam
http://www.dermnetnz.org/topics/ichthyosis-vulgaris/
24. Pitiriasis Rosea
• Etiologi: tidak jelas, diduga virus karena self limiting
• Gejala klinis:
1. Gatal ringan
2. Pitiriasis (skuama halus)
3. Lesi khas
Lesi yang pertama muncul:
Herald Patch
• Lokasi di badan
• Soliter
• Oval dan annular
• Diameter ± 3 cm
• Lesi eritema dan skuama halus di pinggirnya
Trofozoit
Kista
Trofozoit:
- Pear shaped
Flagel Inti - Sepasang
nukleusseperti mata
- Pada bagian ventral
Posterior tajam terdapat alat
isapuntuk menempel
di mukosa usus
Giardiasis
• Etiologi: protozoa Giardia lamblia
• Gejala klinis
– Dapat asimtomatik
– Diare dengan gambaran ekskresi lemak meningkat (steatorrhea)
• Akut berbau, mual, distensi abdomen, demam, tidak ada darah
dalam tinja
• Kronis nyeri dan distensi abdomen, tinja berlendir, penurunan
berat badan
• Diagnosis:
– Pemeriksaan feses untuk memeriksa stadium kista atau trofozoit
apabila sampel segar
– Bila sulit dilakukan, dapat menggunakan pemeriksaan imuno-
enzim feses untuk mendeteksi Antigen Giardia
• Terapi:
– DOC: Metronidazole 3x250 mg atau 2x500 selama 5-7 hari (anak
3x15 mg/kgBB selama 5 hari)
– Alternatif: Tinidazole 2 g PO SD (anak 50 mg/kgBB PO SD)
26. Erupsi Obat Alergi: Klasifikasi
• EOA ringan • EOAberat
– Urtikaria dengan atau – Pustular eksantema
tanpa angioedema generalisata akut (PEGA)
– Erupsi eksantematosa – Eritroderma
– Dermatitis medikamentosa – Sindrom Stevens-Johnson
– Erupsi purpurik (SSJ)
– Eksantema fikstum (fixed – Nekrolisis epidermal
drug eruption/FDE) toksik (NET) atau sindrom
– Eritema nodosum Lyell
– Eritema multiforme – Drug Reaction with
Eosinophilia and Systemic
– Lupus eritematosus Symptoms (DRESS)
– Erupsi likenoid
PPK PERDOSKI 2017
SSJ dan NET
• Sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium, dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat
• Penyebab: alergi obat (>50%), infeksi, vaksinasi, graft vs host
disease, neoplasma, radiasi
• Reaksi hipersensitivitas tipe 4
• Trias kelainan
– Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula
– Kelainan mukosa orifisium: vesikel/bula/pseudomembran pada mukosa
mulut (100%), genitalia (50%). Berkembang menjadi krusta kehitaman
– Kelainan mata: konjungtivitis
• Komplikasi: bronkopneumonia, gangguan elektrolit, syok
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2010.
SSJ dan NET
Definition Physical Findings & Clinical Presentation
• Stevens-Johnson syndrome (SJS) is a • The cutaneous eruption generally occurs
rare, severe vesiculobullous form of within 8 wk of drug initiation and is
erythema multiforme (EM) affecting generally preceded by vague, nonspecific
the skin, mouth, eyes, and genitalia. symptoms of low-grade fever and fatigue
• SJS <10% of body surface area (influenza-like symptoms).
(BSA). • Enlarging red-purple macules or papules
• SJS–toxic epidermal necrolysis (TEN) and bullae generally occur on the
overlap syndrome 10% to 30% of conjunctiva, mucous membranes of the
BSA, it is known as. mouth nares, and genital regions.
• TEN affects >30% of BSA. • Corneal ulcerations may result in
blindness.
Etiology • Ulcerative stomatitis results in
hemorrhagic crusting.
• Drugs
• Upper respiratory tract infections
(e.g., Mycoplasma pneumoniae) and
HSV infections have also been Ferri’s best test: a practical guide to clinical laboratory medicine and diagnostic
implicated imaging, ed 3, Philadelphia, 2014, Elsevier
Manifestasi Klinis
D. Full-blown epidermal
necrolysis characterized by large
erosive areas reminiscent of
scalding.
Medications and the Risk of Epidermal Necrolysis
High Risk Lower Risk Doubtful Risk No Evidence of Risk
• Allopurinol • Acetic acid NSAIDs • Paracetamol • Paracetamol
• Sulfamethoxazole (e.g., diclofenac) (acetaminophen) (acetaminophen)
• Sulfadiazine • Aminopenicillins • Pyrazolone • Pyrazolone
• Sulfapyridine • Cephalosporins analgesics analgesics
• Sulfadoxine • Quinolones • Corticosteroids • Corticosteroids
• Sulfasalazine • Cyclins • Other NSAIDs • Other NSAIDs
• Carbamazepine • Macrolide (except aspirin) (except aspirin)
• Lamotrigine • Sertraline • Sertralin
• Phenobarbital
• Phenytoin
• Phenylbutazone
• Nevirapine
• Oxicam NSAIDs
• Thiacetazone
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
SSJ vs TEN
Clinical Features that Distinguish SJS, SJS-TEN Overlap, and TEN
• Topikal
– mencegah kulit terlepas lebih banyak, infeksi
mikroorganisme, dan mempercepat reepitelialisasi:
• Dapat diberikan pelembab berminyak seperti 50% gel
petroleum dengan 50% cairan parafin.
• Bentuk klinis:
– Grey patch ringworm (biasanya disebabkan Microsporum)
• Papul merah yang melebar, membentuk bercak, pucat, bersisik.
Rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat, mudah patah dan tercabut.
Lampu Wood: hijau kekuningan.
– Kerion (Microsporum atau Tricophyton)
• Reaksi peradangan berat pada tinea kapitis, pembengkakan
menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang. Dapat
menimbulkan jaringan parut dan alopesia menetap. Fluoresensi (+/-)
– Black dot ringworm (biasanya disebabkan Tricophyton tonsurans
dan Trycophyton violaceum)
• Rambut yang terkena infeksi patah pada muara folikel, dan yang
tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora (black dot).
Fluoresensi (-)
– Favus (Trichophyton Schoenleinii)
• Bentuk yang berat dan kronis berupa plak eritematosa perifolikular
dengan skuama. Awalnya berbentuk papul kuning kemerahan yang
kemudian membentuk krusta tebal berwarna kekuningan (skutula).
Skutula dapat berkonfluens membentuk plak besar dengan mousy
odor. Plak dapat meluas dan meninggalkan area sentral yang atrofi dan
alopesia
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
3 Pola Invasi Rambut pada Tinea Kapitis
ECTOTHRIX ENDOTHRIX
• Outside of hair • Tanpa fluoresen • Inside of hair • Tanpa fluoresen
• Kerion – M. fulvum • Black dot, bald patch
• Grey patch – T. gourvillii
– M. Gypseum • Fluoresen abu
• Fluoresen kuningkehijauan – T. Soudanense
– T. Megninii kehijauan kusam
terang – T. tonsurans
– Microsporum – T. Mentagrophytes – Trichophyton
– T. Violaceum
audouinii – T. Rubrum schoenleinii
– T. Yaoundei
– M. canis – T. verrucosum
– M. Ferrugineum Anthropophilic
Pemeriksaan Penunjang
• Pengambilan spesimen pada tinea kapitis dapat dilakukan dengan:
- Mencabut rambut.
- Menggunakan skalpel untuk mengambil rambut dan skuama.
- Menggunakan swab (untuk kerion) atau menggunakan cytobrush.
- Pengambilan sampel terbaik di bagian tepi lesi.
• Lampu Wood hanya berfluoresensi kuning kehijauan pada tinea kapitis
yang disebabkan oleh Microsposrum spp. (kecuali M.gypsium).
Organisme endotriks tidak menunjukkan fluoresensi.
• Pemeriksaan KOH: rambut dicabut, ditambahkan larutan KOH 10-20%
dan dievaluasi dengan mikroskop:
– Ektotriks:arthroconidiakecil/besar membentuk lapisan di sekitar batang
rambut, atau
– Endotriks: arthroconidia di dalam batang rambut.
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
Gambaran klinis
• Lesi likenifikasi umumnya tunggal tetapi dapat lebih dari satu dengan ukuran
lentikular hingga plakat.
• Stadium awal berupa eritema dan edema atau papul berkelompok.
• Akibat garukan terus menerus timbul plak likenifikasi dengan skuama dan
eskoriasi, serta hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
• Bagian tengah lesi menebal, kering dan berskuama, sedangkan bagian tepi
hiperpigmentasi.
• Komplikasi
– Meningkatkan
morbiditas/mortalitas pada
janin dengan ibu herpes
genitalis
Multinucleate giant cells
Regimen terapi (PPK Perdoski)
Untuk yang baru pertama kali menderita
• Acyclovir 3x400 mg/hari selama 7-10 hari, ATAU
• Acyclovir 5x200 mg/hari selama 7-10 hari, ATAU
• Valacyclovir 2x1 gram/hari selama 7-10 hari, ATAU
• Famcyclovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari
• Kasus berat perlu rawat inap: asiklovir intravena 5 mg/kgBB tiap 8 jam
selama 7-10 hari
• Pengobatan
• Elevasi tungkai
• Antibiotik sistemik
• Diuretik (bila edema)
Manifestasi Klinis
Infeksi tersebar cepat
sampai ke sistem
limfatik
Pioderma: Selulitis
• Etiologi
• Staphylococcus, streptococcus, atau infeksi
jamur (jarang)
• Gejala dan Tanda
– Infiltrat difus kemerahan dengan batas tidak
tegas
• Cellulitis and erysipelas are nearly always
unilateral, and the lower extremities are
the most common site of involvement.
• Cellulitis involves the deeper dermis and
subcutaneous fat
• Cellulitis may present with or without
purulence
• Pasien dengan selulitis cenderung
memiliki perjalanan yang lebih lamban
dengan perkembangan gejala lokal
selama beberapa hari..
Erisipelas vs Selulitis
ERISIPELAS SELULITIS
• Infeksi akut oleh Streptococcus • Infeksi akut terutama oleh
• Menyerang lapisan kulit atas (superfisial): Staphylococcus
dermis atas dan limfatik superfisial
• Tanpa purulensi
• Menyerang lapisan kulit yang lebih
dalam deeper dermis dan lapisan
• cenderung memiliki onset akut gejala dengan
manifestasi sistemik termasuk demam dan subkutan
menggigil • Bisa dengan atau tanpa purulensi
• Eritema merah cerah, batas tegas, pinggirnya • cenderung memiliki perjalanan yang
meninggi, tanda inflamasi (+) lebih lamban dengan perkembangan
• Predileksi: tungkai bawah gejala lokal selama beberapa hari.
• Lab: leukositosis • Infiltrat difus (batas tidak tegas) di
• Jika sering residif dapat terjadi elefantiasis subkutan, tanda inflamasi (+)
• Predileksi: tungkai bawah
• Lab: leukositosis
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 58-61
https://www.icgp.ie/assets/75/73F75322-D310-AFE8-B27BF2BFD39E293F_document/derma.pdf
Selulitis
Erisipelas
Erysipelas
Tatalaksana erysipelas (uptodate)
• Terapi empiris untuk infeksi akibat Streptokokus beta hemolitikus
• Bila ada manifestasi sistemik terapi parenteral
– Cefazoline (melawan streptococcus dan MSSA, sehingga berguna bila
sulit bedakan erysipelas dengan selulitis) : dosis 1-2 gram IV tiap 8 jam
– Ceftriaxone : dosis 1-2 gram IV tiap 24 jam
– Flucloxacilin : dosis 2 gram IV tiap 6 jam
– Clindamycin 600 to 900 mg IV every 8 hours.
• Bila infeksi ringan atau merespon dengan baik menggunakan terapi
parenteral per oral
– Penisilin V 4x500 mg, atau amoksisilin 2x875 mg
– Alergi beta lactam cephalexin 4x500 mg, Cefadroxil 1 g orally daily,
atau clindamycin 4x300-450 mg, atau TMP-SMX 2x960 mg
31. Dermatitis stasis
• Kondisi inflamasi kulit pada ekstermitas bawah,
biasanya merupakan sekuel dari kondisi Chronic
Venous Insufficiency, berhubungan dengan varicose
veins, dependent chronic edema, hiperpigmentasi,
lipodermatosklerosis, dan ulserasi
• Etiologi: adanya venous hypertension karena aliran
retrograde akibat katup vena yang tidak berfungsi
dengan baik/rusak/ada obstruksi vena backflow
darah dari system vena dalam ke superfisial disertai
venous hypertension ekstravasasi sel darah merah
proses inflamasi dimediasi metalloproteinase
• Predileksi: ekstremitas bawah
• Komplikasi: selulitis, ulkus, lipodermatosklerosis
medscape
Dermatitis stasis
Dermatitis stasis
Tanda dan gejala Pemeriksaan penunjang
• Eritematosa, skuama, plak
eksematosa di ekstremitas bawah • Pemeriksaan hematologic
(sering di medial ankle) kondisi
• Pruritus bisa jadi likenifikasi hiperkoagulabilitas
karena garukan berulang • Pemeriksaan doppler
• Discoloration sebabkan merah evaluasi DVT
kecoklatan pada kulit akibat deposit
hemosiderin akibat ekstravasasi
eritrosit bercak hiperpigmentasi
• Dapat timbul ulkus
• Edema
• Tanda CVI:
– Varises, lymphedema sekunder,
atrophie blanche, selulitis sekunder,
ulserasi
Medscape, uptodate
Lipodermatosklerosis
• Bentuk kronik panniculitis
karena inflamasi kronik,
degenerasi lemak, dan fibrosis
• Pada fase akut: eritema, nyeri,
mirip selulitis (bedanya
lipodermatosklerosis
berkembang lambat dalam
minggu-bulan, melibatkan
kedua tungkai)
• Pada fase kronik:
hiperpigmentasi dan indurasi
kulit gambaran inverted
champagne bottle
Tatalaksana dermatitis stasis
• Elevasi tungkai
• Kompresi bisa pakai stocking dengan
controlled pressure gradient
• Lesi eksudatif kompres lembab
• Lesi kering untuk kurangi inflamasi akut dan
gatal bisa gunakan kortikosteroid seperti
triamsinolon oint 0.1%
• Infeksi sekunder antibiotic
– Superfisial mupirocin topical atau antibiotic
sistemik ntuk infeksi staphylococcus atau
streptococcus dicloxacillin, cephalexin, penicilli
medscape
32. Taenia Saginata
• Etiologi:
– Taenia saginata
• Morfologi
– Cacing dewasa4-12 m
• Skoleks
• Leher
• Strobilaproglotid
– Proglotid gravid15-30
cabang
– TelurTelur bulat
berdinding tebal, memiliki
stria radial
Proglotid Keluar sendiri scr aktif Keluar bersama tinja 2-3 progl.
satu-satu
Matang Ovarium 2 lobus Ovarium trilobus
Gravid 15-30 cabang lateral 7-12 cabang lateral
∑ telur/proglotid 100.000 30.000-50.000
Larva Cystisercus bovis Cystisercus cellulose
Hospes perantara Sapi Babi dan manusia
Cara infeksi Makan daging sapi yg Makan daging babi yg mengandung
mengandung cystisercus cystisercus cellulose (mjd taeniasis)
bovis dan tertelan telur (mjd sistiserkosis)
KEY POINTS
33. Tuberkulosis Kutis
2. Tuberkulid
• Pada kelainan kulit tidak ditemukan kuman
penyebab, kuman terdapat di tempat lain
dalam tubuh (paru)
• Bentuk papul
– TB papulonekrotika
– Liken sklofulosorum
• Betuk granuloma dan ulseronodulus
– Eritema nodusum
– Eritema induratum bazin
Tuberkulosis Kutis: Patogenesis
Kriteria Penyembuhan:
• Semua fistel dan ulkus sudah menutup
• Seluruh KGB mengecil (<1 cm dan konsistensi keras)
• Sikatriks tdk eritematous
• LED menurun
Skrofuloderma
• Penjalaran perkontinuitatum dari organ dibawah kulit yang diserang
penyakit TB (KGB, sendi, tulang)
• Lokasi
– Leher: dari tonsil atau paru
– Ketiak: dari apeks pleura
– Lipat paha: dari ekstrimitas bawa KGB inguinal lateral
• Perjalanan Penyakit
– Awal: Limfadenitis TB (KGB membesar tanpa tanda radang akut)
– Periadenitis: Perlekatan kelenjar dengan jaringan sekitar
– Perlunakan tidak serentak cold abses pecah
– Fistel memanjang, tidak teartur, sekitarnya livide, menggaung tertutup pus
seropurulen sikatrik skin bridge
• Diagnosis Banding
– Limfosarkoma, limfoma malignum, hidradenitis supurativa, LGV
Skrofuloderma
Histopatologi
Skrofuloderma
Perjalanan Penyakit
Gambaran klinis:
Lupus vulgaris
• Infeksi M tuberculosis
• Penyebaran secara hematogen,
limfogen, atau langsung dari focus
tuberculosis ekstrakutan
• Predileksi: wajah, badan,
ekstremitas, bokong
• Papul/nodus berkelompok yang
berubah warna jadi kuning pada
penekanan (apple jelly colour)
• Nodus berkonfluensi bentuk plak,
destruktif, bisa bentuk ulkus
• Involusi bentuk sikatriks
• DD: MH, granuloma fasiale,
sarcoidosis, kromomikosis
http://www.dermnetnz.org/colour/leukoderma.html
Vitiligo
• Definisi: Hipomelanosis idiopatik ditandai dengan makula putih yang dapat
meluasmengenai bagian tubuh yang memiliki melanosit (kulit, rambut,
mata)
• Etiologi
– Belum diketahui, diduga karena autoimun, neurohumoral, autositotoksik, atau
karena bahan kimiawi
• Gejala
– Makula berwarna putih (apigmentasi) berukuran mm-cm, bulat, lonjong, berbatas
tegas
– Bisa juga makula hipomelanotik (tidak putih sekali)
– Tepi lesi bisa meninggi, eritema dan gataldisebut inflamatoar
– Bisa terdapat fenomena koebner trauma mekanis lesi vitiligo
• Predileksi
– Area ekstensor tulang (jari, periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung, tibialis
anterior, dan pergelangan tangan bagian fleksor)
– Lesi bilateral bisa simetris atau asimetris
– Area traumatik
Klasifikasi Vitiligo
• Vitiligo nonsegmental (VNS)/generalisata/vulgaris
– bentuk paling umum.
– makula berwarna putih susu yang berbatas jelas, asimtomatik,
melibatkan beberapa regio tubuh, biasanya simetris.
– VNS terdiri dari vitiligo akrofasial, vitiligo mukosal, vitiligo universalis,
dan vitiligo tipe campuran yang berhubungan dengan vitiligo segmental.
• Vitiligo segmental (VS)
– biasanya muncul pada anak-anak, berkembang dengan cepat (dalam
minggu atau bulan), kemudian menjadi stabil dan biasanya lebih resisten
terhadap terapi.
• Undetermined/unclassified
– Vitiligo fokal:
• patch yang tidak memenuhi kriteria ditribusi segmental, dan tidak
meluas/berkembang dalam waktu 2 tahun.
• dapat berkembang menjadi tipe VS maupun VNS.
– Mukosal: hanya lesi di mukosa tanpa lesi di kulit.
Vitiligo: Gambaran Klinis
http://www.dermnetnz.org/colour/vitiligo.html
Diagnosis
• Gejala dan temuan klinis: makula depigmentasi
berbatas tegas dengan distribusi VNS/VS/undetermined
• Lampu wood: area yg mengalami depigmentasi
berpendar bright blue-white fluorescence dan berbatas
tegas
• Pemeriksaan histopatologi
- Pemeriksaan Hematoksilin Eosin (HE) tidak ditemukan sel
melanosit
- Reaksi DOPAmelanosit negatif pada daerah apigmentasi, tapi
positif pada daerah hiperpigmentasi
• Pemeriksaan biokimia
- Histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan dopa tidak ada
tirosinase, namun tirosin plasma dan kulit normal
35 dan 36. KEGANASAN PADA KULIT
KARSINOMA SEL BASAL KARSINOMA SEL SKUAMOSA
• Jenis kanker kulit tersering (80%) • Jenis kanker tersering kedua
• Berasal dari sel epidermal pluripoten • Berasal dari sel epidermis
• Faktor predisposisi: lingkungan (radiasi, • Etiologi: sinar matahari, genetik,
arsen, paparan sinar matahari, trauma, herediter, arsen, radiasi, hidrokarbon,
ulkus sikatriks), genetik ulkus sikatrik
• Usia di atas 40 tahun • Usia tersering 40-50 tahun
• Biasanya di daerah berambut, invasif • Morfologi:
• Bentuk paling sering adalah nodulus: • Dapat berbentuk intraepidermal
• Adanya pinggiran seperti mutiara atau luka • Dapat berbentuk invasif: mula-mula
tidak menyembuh berbentuk nodus keras, licin, kemudian
• Menyerupai kutil, tidak berambut, berwarna berkembang menjadi verukosa/papiloma.
coklat/hitam, berkilat (pearly), bila melebar Fase lanjut tumor menjadi keras, bertambah
pinggirannya meninggi di tengah menjadi besar, invasif, dapat terjadi ulserasi.
ulkus (ulcus rodent) kadang disertai Metastasis biasanya melalui KGB
talangiektasis, teraba keras • Berkembang agresif dan cepat,
• Berkembang lambat, jarang bermetastasis ke organ jauh
bermetastasis, hanya merusak jaringan
sekitar
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
http://www.livestrong.com/article/153891-differences-in-squamous-cell-carcinoma-vs-basal-cell-carcinoma/
MELANOMA MALIGNA SCC
• Etiologi
• Belum pasti. Mungkin faktor
herediter atau iritasi berulang
pada tahi lalat
• Usia 30-60 tahun
• Bentuk: BCC
• Superfisial: Bercak dengan
warna bervariasi, tidak teratur,
berbatas tegas, sedikit
penonjolan
• Nodular: nodus berwarna biru
kehitaman dengan batas tegas
• Lentigo melanoma maligna:
plakat berbatas tegas, coklat
kehitaman, meliputi muka
• Prognosis buruk MM
Hystology Basal Cell Carcinoma
Palisade = “pagar”
Dermoscopy basal Spoke wheels
cell carnicoma
• Gambaran blue-black globules, leaf
like structures, spoke wheels,
ulcers, dan arborizing vessel
Blue Gray Ovoid
nests/ Blue black Shiny white blotches
globules
Arborizing vessels
https://dermoscopedia.org/Basal_cell_carcinoma
Squamous Cell Carcinoma
• Proliferation of anastomosing
nests, sheets and strands of
atypical keratinocytes
• originating in the epidermis
and infiltrating into the
dermis
• pleomorphism of the tumour
cells
• at high power view:
– intercellular bridges are
commonly seen (black arrow)
Shave biopsy reveals…
Scanning
magnification:
Normal epidermis
Dermal extension of
well-differentiated
(“keratinizing”)
keratinocytes
245
Shave biopsy reveals…
246
Dermoscopy Squamous Cell Carcinoma
• Struktur vaskular polimorfik
berupa linear
ireguler/serpentine,
hairpin/looped,
glomerular/coiled dan dotted. The hallmark of SCC is keratinisation, so white
Sedangkan struktur keratin structureless areas are prevalent. Irregular
berupa white circle, white groups of white perifollicular circles are typical
pearl/clod central keratin, dan of SCC.
central keratin with blood spot
Malignant melanoma
• Predominance of single cell
melanocytes over nests of
• melanocytes along the
dermoepidermal junction
• Pagetoid (upward)
migration of single cell
melanocytes
• Confluent spread of
melanocytes
• Cellular dyscohesion
• Lack of uniform melanin
distribution
Dermoscopy Malignant
Melanoma
Pola asimetris dengan warna yang bermacam-
macam. Dicurigai melanoma bila didapatkan paling
sedikit satu gambaran sebagai berikut: blue white
veil, broadened network, irregular streaks/radial
streaming, pseudopods, scar like
depigmentation/regression structures, peripheral asymmetry, multicomponent structure, atypical
black, dots and globules, multiple brown dots, pigment network, atypical dots and globules,
multiple blue gray dots dan atypical vessels. blue-gray veil, blotch, regression structures
Blue nevi
• Benign proliferations of dendritic dermal
melanocytes that actively produce melanin.
• The blue color (ceruloderma) is due to the
preferential scattering of shorter wavelengths of
light by the dermal melanin, a phenomenon
known as the Tyndall effect.
• Predileksi: head and neck, dorsal aspect of the
distal extremities, and sacral area
• Several variants of blue nevi have been described
– The common blue nevus typically presents as a
solitary, uniformly blue to blue-black, dome-shaped
papule with preserved skin markings that measures
<1 cm in diameter. These nevi often arise in
adolescence, and are most often found on the
dorsal surface of the hands and feet
– The cellular blue nevus tends to be a larger and
more elevated nodule or plaque, measuring at
least 1 cm in diameter, with a smooth or slightly
irregular surface. Cellular blue nevi may be
congenital or acquired, and are most often located
on the scalp, buttocks, sacrum, or face.
37. Psoriasis Vulgaris
Tanda Penjelasan
Telur
• Dinding tipis & transparan,
berisi 4-8 sel embrio atau
embrio cacing
• Diameter 40 dan 55 mcm
• Gejala
– Gatal di sekitar dubur
(terutama pada malam hari
pada saat cacing betina
meletakkan telurnya), gelisah
dan sukar tidur
– Pemeriksaan: perianal swab
dengan Scotch adhesive tape
– Telur lonjong dan datar pada
satu sisi, bening
SERKARIA
Schistosoma sp
EKOR BERCABANG
Gejala Klinis & Pemeriksaan Penunjang
– Efek patologis tergantung jumlah telur yang dikeluarkan
dan jumlah cacing
– Keluhan
• S. mansoni & japonicum: demam Katamaya (fever, an urticarial
rash, enlarged liver and spleen, and bronchospasm), fibrosis
periportal, hipertensi portal, granuloma pada otak & spinal
• S. haematobium: hematuria, skar, kalsifikasi, karsinoma sel
skuamosa, granuloma pada otak dan spinal
– Pada infeksi berat → Sindroma disentri
– Hepatomegali timbul lebih dini disusul splenomegali;
terjadi 6-8 bulan setelah infeksi
– Pemeriksaan Penunjang
• Mikroskopik feses: semua spesies
• Mikroskopik urin: spesies haematobium
Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/dx.html
KEY POINTS
40. Seabather’s Eruption
• Ruam yang muncul saat berenang di laut akibat tersengat larva makhluk
laut
• Reported in Florida, the Caribbean, Bermuda, and Long Island, New York
• Etiologi
– Linuche unguiculata, Edwardsiella lineata, and probably other larvae of the phylum
Cnidaria, which are found in oceans (salt water)
– tiny jellyfish larvae release nematocysts and inject toxin
Uptodate
Seabather’s Eruption
• Terapi Non medikamentosa:
– Hindari menggosok kulit larva yang tertinggal di kulit dapat
menyengat
– Segera ganti pakaian larva dapat tinggal di pakaian renang
– Mandi dengan air bersih gosok dengan sabun kuat-kuat
• Medical Treatment of seabather's eruption is symptomatic
and typically consists of oral antihistamines (eg,
diphenhydramine, hydroxyzine, or loratadine), topical
antipruritic agents (eg, calamine lotion), and low (genital)
or medium potency (trunk or limbs) topical corticosteroid
preparations
– Oral corticosteroids (eg, prednisone, prednisolone) may be
necessary in severe cases.
– The skin lesions typically resolve spontaneously in one to two
weeks.
Seabather’s
Eruption
41. Chancroid
Ulkus Durum Ulkus Mole (Chancroid)
• Treponema pallidum (spiral) • Haemophilus ducreyi
• Dasar bersih (kokobasil, gram negatif)
• Tidak nyeri (indolen) • Dasar kotor, mudah berdarah
• Sekitar ulkus keras (indurasi) • Nyeri tekan
• Soliter • Lunak
• Multipel
• Tepi ulkus menggaung
Ulkus Mole (Chancroid)
Ulkus Mole: Penyakit infeksi pada alat kelamin yang
akut, setempat disebabkan oleh Haemophillus ducreyi.
Ulkus: kecil, lunak, tidak ada indurasi, bergaung, kotor
(tertutup jaringan nekrotik dan granulasi)
PATOGENESIS :
• Masa inkubasi : 1-3 hari
• Port d’entrée merah papul pustula pecah ulkus
• Ulkus :
Multiple
Tidak teratur
Dinding bergaung
Indurasi +
Nyeri (dolen)
Kotor
2015 STD Treatment Guideline CDC
Prinsip diagnosis
• Diagnosis definitif adalah menemukan H. ducrei
dengan medium kultur spesifikTidak tersedia di
semua negara, sensitivitas <80%kurang efisien
• Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini:
1. Adanya 1 atau lebih ulkus genital yang nyeri
2. Limfadenopati regional tidak wajib ada
3. Terbukti tidak ada syphilis melalui
pemeriksaan lapang pandang gelap
4. HSV negatif
PERDOSKI 2017
Temuan klinis
• Kanalikuli
• Sarcoptes scabiei
Crusted (Norwegian) Scabies
• Merupakan salah satu bentuk berat dari scabies
• Banyak terjadi pada penderita
immunocompromised
• Tampilan klinis: ada krusta tebal dan tidak segatal
skabies yang biasa
• Tipe skabies yang ini sangat menular
Modalitas pemeriksaan
• Menemukan terowongan (kedua teknik sama
sensitifnya)
1. Burrow Ink Test
- Cara kerja: tinta dioleskan pada kulit dan tinta ini akan
melakukan penetrasi ke stratum korneumdibersihkan
dengan alkoholtinta mewarnai terowongan.
- Metode ini sangat efektif terutama juga pada anak-anak dan
penderita dengan jumlah terowongan yang kecil dan sedikit
2. Tetracycline:
- Cara kerja:Tetrasiklin topikal dioleskan di kulit kemudian
dibersihkan dengan alkohollampu wood: terowongan akan
berwarna kehijauan
- Metode ini lebih disukai karena colorless dan bisa
mendeteksi area kulit yang luas
PPK PERDOSKI 2017
Modalitas pemeriksaan
(lebih advanced dan butuh tenaga terlatih)
• Skin scraping
- Cara kerja: kulit yang ada terowongan dikerok dengan
scalpeldiperiksa di mikroskopditemukan 1-2 telur atau
tungau
- Hasil sering false negative
• Adhesive tape test
- Cara kerja: beberapa tape ditaruh di kanalikuli kemudian
dilepaskan tiba-tiba dan diperiksa di bawah mikroskop
- Yang dicari sama seperti skin scraping, namun sensitivitas tes
ini lebih bagus dari skin scraping
• Dermatoscopy
- Lebih akurat dibandingkan pemeriksaan adhesive tape test,
yaitu sensitivitasnya 83%
- Butuh tenaga terlatih
PPK PERDOSKI 2017
Prinsip Tatalaksana
• Classic Scabies
- DOC: Permethrine cream 5% (anak usia<2 bulan tidak boleh) dioleskan
pada kulit dan didiamkan selama 8 jam.
- Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Tidak
boleh digunakan pada bayi, anak kecil, dan ibu hamil.
- Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam, 3 malam berturut-turut.
- Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1,2,3, dan 8.
- Emulsi benzil benzoat 10% dioleskan selama 24 jam penuh
• Crusted scabies
- Ivermectin 200 µg/kgBB/pemberian, pembagian dosis berdasarkan derajat
keparahan dan perlu dikombinasi dengan topikal
- Permethrin cream 5%
- Benzyl benzoate 25%
- Keratolitic cream terapi adjuvan
PPK PERDOSKI 2017
Antiskabies
Drugs Possible adverse Effect Efektif
Benzyl benzoat 25% Irritation, anasthesia & hypoesthesia, ocular All stadium
irritation, rash, pregnancy category B
Gameksan 1% Toksis to SSP for pregnancy and children under 6 All stadium
years old, pregnancy category C
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Dermatitis Seboroik
Fakto Risiko
• Genetik.
• Faktor kelelahan.
• Stres emosional.
• Infeksi.
• Defisiensi imun.
• Pria > wanita
• Usia bayi bulan 1 dan usia 18-40 tahun.
• Kurang tidur.
Gejala klinis
• Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan.
– Sering disebut cradle cap.
– Keluhan utama biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak dan
umumnya tidak gatal.
• Pada anak dan dewasa, biasanya yang menjadi keluhan utama
adalah kemerahan dan sisik di kulit kepala, lipatan nasolabial, alis
mata, area post aurikula, dahi dan dada.
– Lesi lebih jarang ditemukan di area umbilikus, interskapula, perineum
dan anogenital.
– Area kulit yang kemerahan biasanya gatal.
– Pasien juga dapat mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika).
– Keluhan dapat memburuk jika terdapat stressor atau cuaca dingin.
• Pada bayi umumnya bersifat swasirna sementara cenderung
menjadi kronis pada dewasa.
Perdoski 2017
Dermatitis
Seboroik:
Terapi
Perdoski 2017
*AIAFp: non steroid anti-inflammatory
agent with antifungal properties
Contoh krim piroctone
olamine/alglycera/bisabolol
Dermatitis
Seboroik: Terapi
Perdoski 2017
Bakteriologi
• Rifampisin
– Pemberian seminggu sekali dengan jumlah besar flu like
syndrome
– Hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal, dan erupsi
kulit (Soebono, 1997)
• Klofazimin (Lamprene)
– Terjadi dalam dosis tinggi
– Gangguan GI (Nyeri Abdomen, Nausea, Diare, Anoreksi, dan
Vomitus), penurunan BB, hiperpigmentasi pada kulit
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31135/4/Chapter%20II.pdf
Reaksi Kusta
• Interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit
yang sebenarnya sangat kronik
Lucio’s phenomenone
Reversal reaction of leprosy
Reaksi Kusta: Klasifikasi
ERITEMA NODOSUM REAKSI REVERSAL/ REAKSI
LEPROSUM (ENL) (Reaksi UPGRADING (Reaksi Kusta
• ResponKusta Tipe 2)
Imun humoral tipe 1)
• Reaksi hipersensitivitas tipe
(kompleks imun) lambat
• Tidak terjadi perubahan tipe • Reaksi borderline (dapat
• Klinis berubah tipe)
– Nodus eritema (penanda)
• Klinis
– Nyeri (predileksi lengan &
tungkai) – Sebagian/seluruh lesi yang
– Gejala konstitusi ringan sd telah ada bertambah aktif dan/
berat timbul lesi baru dalam waktu
– Dapat mengenai organ lain relatif singkat
(iridosiklitis, neuritis akut, – Dapat disertai neuritis akut
artritis, limfadenitis dll)
• Pada pengobatan 6 bulan
• Pada pengobatan tahun kedua pertama
Menald, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Morbus Hansen: Istilah
Reaksi Deskripsi
Pure neuritis leprosy Jenis lepra yang gejalanya berupa neuritis saja
• Patofisiologi
– Terjadi peningkatan respon kekebalan seluler secara cepat terhadap
kuman kusta dikulit dan syaraf berkaitan dengan terurainya
M.leprae yang mati akibat pengobatan yang diberikan
Reaksi Kusta: Tipe 2
• Umumnya terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan tetapi dapat juga timbul
pada pasien kusta yang belum mendapat pengobatan Multi Drug Therapy
(MDT)
• Histopatologi Jaringan
– Hipergranulosis, dilatasi vaskular, dan infiltrat limfosit
perivaskular ringan
• Mikroskopik
– Bakteri batang dengan filamen (bersegmen) dan
bentuk coccoid
• Terapi
– Topikal
• Krim eritromisin, larutan klindamisin HCl, mikonazol, krim
asam fusidat, salep Whitfield
– Oral Antibiotik
• Eritromisin (DOC)
• Tetrasiklin
https://books.google.co.id/books?id=wrX8CAAAQBAJ&pg=PA376&lpg=PA376&dq=eritrasma+coccoid+filament&source=bl&ots=Z95YYYOG3y&sig=XXV_bB2zzXVXel4ikqQXBRYpbNA&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=eritrasma%20coccoid%20filament&f=false
https://www.dermnetnz.org/topics/erythromycin/
Pemeriksaan Lampu Wood
WARNA ETIOLOGI
Kuning Emas Tinea versicolor – M. furfur
Subdit Fiariasis dan Kecacingan, Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
• Panjang: lebar kepala
sama
WUCHERERIA
• Inti teratur
BANCROFTII
• Tidak terdapat inti di
ekor
• Perbandingan
BRUGIA panjang:lebar kepala
M A L AY I 2:1
• Inti tidak teratur
• Inti di ekor 2-5 buah
• Perbandingan
panjang:lebar kepala
BRUGIA
3:1
TIMORI
• Inti tidak teratur
• Inti di ekor 5-8 buah
Filaria Limfatik (B. Malayi)
Filariasis: Pemeriksaan dan Terapi
• Pemeriksaan penunjang:
– Deteksi mikrofilaria di darah
– Deteksi mikrofilaria di kiluria dan cairan hidrokel
– Antibodi filaria, eosinofilia
– Biopsi KGB
• Pengobatan:
– Tirah baring, elevasi tungkai, kompres
– Antihelmintik (ivermectin, DEC, albendazole)
– DEC: 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari (DOC)
– Ivermectin hanya membunuh mikrofilaria: 150 ug/kgBB SD/6 bln, atau /tahun bila dikombinasi
dengan DEC SD
– Suportif
– Bedah (untuk kasus hidrokel/elefantiasis skrotal)
– Diet rendah lemak dalam kasus kiluria
• Pengobatan massal :
- Di Indonesia: DEC (6 mg/kgBB) + Albendazole 400 mg 1x/tahun selama min. 5 tahun
berturut-turut
- Albendazole bertujuan untuk meningkatkan efek dari DEC
- Dipersiapkan juga obat-obatan untuk efek samping seperti parasetamol, antasida, CTM,
atau kortikosteroid
Parasitologi Kedokteran, FKUI
Pedoman tatalaksana filaria kemenkes
47. Bakterial Vaginosis
Definisi :
• Sindroma klinis akibat
tergantinya flora normal vagina
menjadi bakteri anaerob batang
gram negatif:
1. Gardnerella vaginalis
2. Mycoplasma horminis
3. Mobiluncus sp
• Gejala yang dirasakan terutama
duh tubuh vagina berbau amis
• PF duh tubuh putih homogen,
melekat, berbau amis, gatal
PPK PERDOSKI 2017
Bakterial Vaginosis
Pemeriksaan Penunjang :
Memenuhi kriteria Amsel (3 dari 4) yaitu :
1. Duh vagina sesuai klinis
2. Tes amin/Whiff test, hasil positif (tercium bau
amis seperti ikan pada duh tubuh vagina
yang ditetesi dengan larutan KOH 10%)
3. pH cairan vagina >4,5
4. Sediaan basah dengan larutan NaCI fisiologis
atau sediaan apus dengan pewarnaan Gram
ditemukan clue cells
PPK PERDOSKI 2017
Bakterial Vaginosis
Tatalaksana
• Obat pilihan:
o Metronidazol 2x500 mg/hari selama 7 hari atau
o Metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal atau
• Obat alternatif: Klindamisin 2x300 mg/hari
per oral selama 7 hari
• Edukasi hygiene, penggunaan antiseptik
vagina, celana dalam longga
Intradermal
nevus
Atypical Acquired Nevus Pigmentosus
• Benign acquired melanocytic nevi that share, usually to a lesser
degree, some of the clinical features of melanoma such as
asymmetry, border irregularities, color variability, and diameter
>6 mm
Additional Nevi Variants
Additional Nevi Variants
Additional Nevi Variants
Congenital Melanocytic Nevi
DIAGNOSIS
• Mikroskop lapangan gelap (dark field microscope) melihat
pergerakkan Treponema
• Pewarnaan Burri (tinta hitam) tidak adanya pergerakan Treponema (T.
pallidum telah mati) kuman berwarna jernih dikelilingi oleh lapangan
yang berwarna hitam.
• Serologi: VDRL, TPHA, fluorescent treponemal antibody-absorption (FTA-
ABS), Rapid plasma reagin (RPR) test, Treponemal enzyme immune assay
(EIA), T pallidum particle agglutination assay (TPPA)
• Bahan pemeriksaan diambil dari dasar ulkus atau pungsi kelenjar getah
bening
• Secara akademik : Bila hasil (-), pemeriksaan diulang 3 hari berturut-turut
Sifilis Stadium Dini II (SII)
• Umumnya Std II (+) sth 6 – 8 mgg
• S II srg disebut : the Greatest Imitator of all the skin
diseases. Penting – tanpa rasa gatal
• Kelainan – sistemik, didahului gejala prodromal :
– Nyeri otot, sendi, suhu subfebril, sukar menelan (angina
sifilitika), malaise, anoreksi & sefalgia
– Kelainan kulit, selaput lendir, kelenjar & organ tubuh
lain
Sifilis Stadium Dini II (SII)
Kelainan kulit
• Makula eritem, bulat lonjong (roseola sifilitika) t u dada,
perut, punggung, lengan, tangan ke seluruh tubuh
• Transien dan berakhir hipopigmentasi (leukoderma
sifilitika)
• Papel - batas kulit rambut kepala (korona veneris)
– Papula arsiner, sirsiner dan polisiklik
– Papula diskret - telapak tangan dan telapak kaki
– Papula korimbiformis
– Kondiloma lata - kulit lipatan-lipatan yang lembab & hangat
dapat alopesia sifilitika
– Papula + folikulitis yang
• Papuloskuamosa - mirip psoriasis (psoriasis sifilitika),
papulokrustosa - mirip frambusia (sifilis frambusiformis)
• Pustula, - bersifat destruktif pd KU buruk (rupia sifilitika =
lues maligna)
Roseola sifilitika
Papul
Roseola sifilitika
Pilihan lain Papul (sebaran)
Arsinar
Sinsiner
Linear
Herpetiformis
Polisiklik
Sifilis Stadium Dini II (SII)
• Kelainan selaput lendir
• Kelainan tubuh lain
– Mucous patch - banyak mengandung T
– Kuku : onikia, rapuh dan
pallidum, kabur
– Bentuk bulat, kemerahan ulkus – Mata : uveitis anterior,
– Kelainan mukosa bibir, pipi, laring, tonsil korioretinitis
dan genital. – Tulang : periostitis
• Kelainan kelenjar – Hepar : hepatomegali,
hepatitis
– Pembesaran kelenjar seluruh tubuh
– Ginjal, meningen
(limfadenopati generalisata) - sifat = S I
– Kelenjar - kelenjar getah bening superfisialis • Diagnosis : STS – selalu
t u suboksipital, sulkus bisipitalis & (+)
inguinal. Pada aspirasi kelenjar akan
ditemukan T. pallidum.
Sifilis Std II, makulopustula
MDL/S/Peb/2006
Sifilis std II, Mucous patch - tongue
MDL/S/Peb/2006
Sifilis II, Palmar
MDL/S/Peb/2006
Kondiloma lata, perianal
MDL/S/Peb/2006
Sifilis Stadium Laten Dini Sifilis Stadium Rekuren
STADIUM III
• Kelainan timbul 3 – 10 tahun sesudah stadium I
• Kelainan khas – guma : infiltrat berbatas tegas,
bersifat kronis, cenderung mengalami perkejuan
(perlunakan) & pecah ulkus
• Ulkus : dinding curam, dasar : jaringan nekrotik
berwarna kuning keputihan (ulkus gumosum) &
bersifat destruktif & serpiginosa.
Sifilis Stadium Lanjut (Tidak Menular)
STADIUM III
• Guma soliter - dapat multipel
• Ukuran: milier - beberapa cm.
• Guma di semua jaringan & merusak
semua jenis jaringan : tulang rawan hidung,
palatum atau organ dalam tubuh (lambung,
hepar, lien, paru-paru, testis, dll)
• Diagnosis pasti hasil STS.
Sifilis: Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
• Obat pilihan:
Benzil benzatin penisilin G (BBPG), dengan dosis:
– Stadium primer dan sekunder:
• 2,4 juta Unit, injeksi intramuskular, dosis tunggal
• Cara: satu injeksi 2,4 juta Unit IM pada 1 bokong, atau 1,2
juta Unit pada setiap bokong.
– Stadium laten:
• 2,4 juta Unit injeksi intramuskular, setiap minggu, pada
hari ke- 1, 8 dan 15
• Sesudah diinjeksi, pasien diminta menunggu selama 30
menit.
Sifilis: Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
• Obat alternatif:
– bila alergi terhadap penisilin atau pasien menolak injeksi atau tidak
tersedia BBPG:
– Doksisiklin 2x100 mg oral
• Stadium primer dan sekunderselama 14 hari (B recommendation, LOE 3)
• Stadium laten selama 28 hari (B recommendation, LOE 3)
– Eritromisin4x500mgoraluntuk ibu hamil
• Stadium primer dan sekunder selama 30 hari (D recommendation, LOE 5)
• Stadium laten lebih dari 30 hari (D recommendation, LOE 5)
• Evaluasi terapi:
– evaluasi secara klinis dan serologi dilakukan pada bulan ke-1, 3, 6, dan
12.
• Kriteria sembuh:
– titer VDRL atau RPR menurun 4 kali lipat dalam 6 bulan setelah
pengobatan.
50. Askariasis (Cacing Gelang)
Gejala
• Rasa tidak enak pada perut (gangguan
lambung); kejang perut, diselingi diare;
kehilangan berat badan; dan demam; ileus
obstruktif
• Telur
– Fertilized: bulat, bile stained (coklat),
dilapisi vitelin dan unstructured
albuminoid (tidak teratur), ukuran
diameter 50 dan 75 mcm
– Unfertilized: lonjong, permukaan bisa
tidak teratur atau teratur (dekortikated),
dinding lebih tipis, ukuran diameter 43
dan 95 mcm
Ancylostoma
ovale dengan sitoplasma jernih
duodenale
berisi segmented ovum/ lobus 4-
Necator
8 mengandung larva
americanus
Menaldi, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Faktor Predisposisi
Weller C, Hunter H, Mann M. Clinical Dermatology.5th edition. New York : Willey : 2015
Patogenesis
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
Manifestasi Klinis
Acne Vulgaris derajat ringan Acne Vulgaris derajat sedang Acne Vulgaris derajat berat
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
Derajat akne menurut Lehmann, 2002
Menaldi, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Acne Conglobata
The Main Features of Acne Conglobata
Sex Males affected more frequently than females
Pathogenesis Unclear
Griffihs CE, Beker J, Bleiker T. Rook's Textbook of Dermatology.9th edition.New York : Willey ; 2016
Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
Derajat ringan
• Hanya obat topikal tanpa obat oral.
– Lini 1: asam retinoat 0,01-0,1% atau benzoil peroksida atau
kombinasi.
• Ibu hamil atau menyusui: benzoil peroksida
– Lini 2: asam azelaik 20%
– Lini 3: asam retinoat + benzoil peroksida atau asam retinoat +
antibiotik topikal
• Evaluasi: setiap 6-8 minggu
Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
Derajat sedang
• Obat topikal dan oral.
– Lini 1:
Topikal: asam retinoat + benzoil peroksida atau bila perlu antibiotik.
Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida.
Oral: doksisiklin 50-100 mg
Ibu hamil atau menyusui eritromisin 500-1000 mg/hari
– Lini 2/3:
Topikal: asam azelaik, asam salisilat (AS) atau kortikosteroid intralesi (KIL),
dapson gel
Oral: antibiotik lainnya
Ibu hamil/menyusui eritromisin 500-1000 mg/hari
Kelainan Karakteristik
Erupsi papulopustula mendadak tanpa ada komedo
Erupsi
hampir di seluruh bagian tubuh. Disebabkan oleh induksi
Akneiformis
obat (cth kortikosteroid) .
Akne akibat rangsangan kimia/fisis. Lesi monomorfik,
Akne Venenata
predileksi di tempat kontak.
Penyakit radang kronik di daerah muka dengan gejala
Akne Rosasea eritema, pustula, talangiektasia dan hipertrofi kelenjar
sebasea. Tidak terdapat komedo.
52. Dermatofita
Superfisial
• Topikal
• Golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali sehari selama
1-2 minggu DOC
• Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2
kali sehari selama 4-6 minggu alternatif
Lesi luas/kronik
• Sistemik
• Terbinafin oral 1x250 mg/hari (hingga klinis membaik dan hasil
pemeriksaan laboratorium negatif) selama 2 minggu DOC
• Griseofulvin oral 500 mg/hari atau 10-25 mg/kgBB/hari selama 2-4
minggu.
• Ketokonazol 200 mg/hari
• Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2 minggu.
TO 6
53. Gambar di Soal
53. Schistosoma
• Penyakit : skistosomiasis= bilharziasis
SERKARIA
Schistosoma sp
EKOR BERCABANG
Gejala Klinis & Pemeriksaan Penunjang
– Efek patologis tergantung jumlah telur yang dikeluarkan
dan jumlah cacing
– Keluhan
• S. mansoni & japonicum: demam Katamaya, fibrosis periportal,
hipertensi portal, granuloma pada otak & spinal
• S. haematobium: hematuria, skar, kalsifikasi, karsinoma sel
skuamosa, granuloma pada otak dan spinal
– Pada infeksi berat → Sindroma disentri
– Hepatomegali timbul lebih dini disusul splenomegali;
terjadi 6-8 bulan setelah infeksi
– Pemeriksaan Penunjang
• Mikroskopik feses: semua spesies
• Mikroskopik urin: spesies haematobium
Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/dx.html
Terapi Schistosomiasis
Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/dx.html
DOC Antihelmintik
JENIS CACING DOC ANTIHELMINTIK Keterangan
Cysticercosis (T. Solium) Prazikuantel 50-100 mg/kg/d divided q8hr PO for 14 days
54. Gambar di Soal
54. Pedikulosis
• Infeksi kulit/rambut pada manusia yang
disebabkan Pediculus
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pedikulosis pubis
• Infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya
• Terutama menyerang dewasa dan dapat menyerang
jenggot/kumis
• Dapat menyerang anak-anak, seperti di alis/bulu mata
dan pada tepi batas rambut kepala
• Termasuk infeksi menular seksual
• Gejala
• Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas ke
abdomen/dada, makula serulae (sky blue spot), black dot
pada celana dalam
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Prinsip pemberian terapi pedikulosis kapitis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pengobatan Pedikulosis Korporis
• Improved hygiene and access to regular changes of clean clothes is the
only treatment needed for body lice infestations.
• A body lice infestation is treated by improving the personal hygiene of the
infested person, including assuring a regular (at least weekly) change of
clean clothes.
• Clothing, bedding, and towels used by the infested person should be
laundered using hot water (at least 54°C) and machine dried using the hot
cycle.
• Sometimes the infested person also is treated with a pediculicide;
however, a pediculicide generally is not necessary if hygiene is maintained
and items are laundered appropriately at least once a week.
• If you choose to treat, guidelines for the choice of the pediculicide are the
same as for head lice.
55. Pemeriksaan Penunjang Lesi Kulit
• Lampu Wood
– Sumber sinar UV yang difilter nikel oksida
– Untuk memperjelas 3 gambaran penyakit kulit
• Organisme tertentu penyebab jamur
• Organisme penyebab eritrasma (coral red)
• Beberapa kelainan pigmen
• Kerokan
– Bila dicurigai ada infeksi janur atau skabies
• Biopsi Kulit
– Biopsi insisi/eksisi
– Punch biopsy
• Tes Tempel: untuk dermatitis kontak
• Mikroskopik
– Pewarnaan gram untuk bakteri
– Pewarnaan Tzank (Giemsa) untuk lesi akibat virus: didapatkan sel
datia berinti banyak
Pemeriksaan Diagnosis
Biopsi Kulit Leprae, pathologic diagnostic; skin cancer
Kultur kerokan Jamur dan infeksi bakteri
KOH Infeksi Jamur Kulit
Giemsa Infeksi Chylamdial atau virus
Lampu Wood Jamur pada kulit dan rambut
Pemeriksaan Lampu Wood
Warna Etiologi
Kuning Emas Tinea versicolor – M. fufur
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
56. Pemfigoid Bullosa
• Penyakit autoimun berlepuh kronik dengan bula
subepidermal dan biasanya terjadi pada usia tua
• Pada kulit ditemukan bula tegang dengan dasar
kulit normal atau eritematosa. Tempat predileksi
pada perut bawah, paha bagian dalam dan
anterior, lengan bawah bagian fleksor. Tidak
terjadi jaringan parut, tanda nikolsky (-), lesi
urtika kadang ditemukan.
• Pemeriksaan histopatologi dari biopsi lesi yang
baru timbul memperlihatkan lepuh
subepidermal dengan infiltrate pada dermis
superficial, terdiri atas limfosit, histiosit dan
yang khas adalah disertai eosinofil.
KELAINAN PENJELASAN
• Suprabasal bullae
• Acantholysis
• Dermal papillae
project into cavity like
villi
• ‘Tombstone’ pattern –
layer of basal cells
remain attached to
dermis
Direct immunofluorescence microscopy in
Pemphigus vulgaris
• Alternatif: Nitazoxanide
– Untuk fase kronik
– 2x500 mg/hari selama 7 hari
http://emedicine.medscape.com/article/997890-treatment
http://reference.medscape.com/drug/biltricide-praziquantel-342666
Nama cacing Gejala Klinis Morfologi Bentuk
• Bereaksi terhadap
peningkatan estrogen selama
kehamilan
Perdoski 2017
61. Morbus Hansen
• Etiologi: Mycobacterium leprae
• Pemeriksaan fisik:
- Sensibilitas kulit: hypoesthesia
- Pemeriksaan saraf tepi: penebalan N.
fascialis, N. auricularis magnus, N.
radialis, N. medianus, N. peroneus
communis, N. ulnaris, N. tibialis
posterior
- Foot drop atau clawed hands
- Wasting dan kelemahan otot
- Ulserasi yang tidak nyeri pada tungkai
atas atau bawah
- Lagophtalmus, iridocyclitis, ulserasi
kornea, dan/atau katarak sekunder
akibat kerusakan saraf atau invasi bakteri
secara langsung, bahkan hingga Claw hands
amputasi
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi
• Histiosit: makrofag di kulit, sel virchow/sel lepra/foamy cell
• Granuloma: akumulasi makrofag dan derivatnya
Bakteriologi
Imunologi
• Immunoglobulin: IgM dan IgG
• Lepromin skin test
Klasifikasi Kusta tipe MB berdasarkan Jopling
Sifat Lepromatosa (LL) Borderline Lepromatosa (BL) Mid Borderline (BB)
Lesi
Bentuk Makula Makula Plakat
Infiltrat difus Plakat Dome shape (kubah)
Papul Papul Punched out
Nodul
Jumlah Tidak terhitung, tidak Sukar dihitung, masih ada Dapat dihitung, kulit sehat
ada kulit sehat kulit sehat jelas masih ada
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak berkilat
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesia Tidak jelas Tidak jelas Jelas
BTA
Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya negatif Negatif
Tes lepromin Negatif Negatif Negative
Klasifikasi Kusta tipe PB berdasarkan Jopling
Sifat Tuberculoid (TT) Borderline Tuberculoid (BT) Intermediate (I)
Lesi
Bentuk Makula dibatasi Makula dibatasi infiltrat atau Hanya infiltrat
infiltrat infiltrat saja
Jumlah Satu atau beberapa Beberapa atau satu dengan lesi Satu atau beberapa
satelit
Distribusi Terlokalisir dan Asimetris Bervariasi
asimetris
Permukaan Kering, berskuama Kering, skuama Fapat halus agak
berkilat
Batas Jelas Jelas Bisa jelas/tidak jelas
Anestesia Jelas Jelas Tidak ada sampai
tidak jelas
BTA
Lesi kulit Hampir selalu Negatif atau hanya 1+ Negatif
negatif
Tes lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah
atau negatif
Tipe Kusta Menurut WHO
Pengobatan Kusta
62. Dermatitis Numularis
• Dermatitis dengan lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas
tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, plak eritematosa
• Etiologi: berbagai faktor spt xerosis and decreased cutaneous lipid production,
Staphylococcus aureus colonization, contact allergy to metals, and sensitization to
environmental aeroallergens such as Candida albicans or house dust mites
• Nummular eczema is regarded as a distinctive form of endogenous (idiopathic)
eczema.
• Paling sering ditemukan pada lengan dan kaki
• Perjalanan:
• Nummular eczema typically presents with highly pruritic,
round, coin-shaped patches of eczematous dermatitis
ranging in diameter from 1 to 10 cm.
• In the acute phase, lesions are dull red, exudative, and
crusted.
• Over time, they become more dry and scaly, occasionally
A plaque of nummular eczema with
with central clearing leading to annular lesions. erythema, vesiculation, and crusting.
https://allergycliniconline.com/2012/05/06/penanganan-terkini-dermatitis-numularisis/
Tatalaksana Dermatitis
Numular
• Mengurai kekeringan pada kulit dan pajanan iritan:
– Batasi mandi 1x/ hari dengan air suam-suam kuku
– Pelembab 2x sehari dan stlh mandi
– Oral supplementation with L-histidine.
– Room humidifier for the bedroom.
• Steroid potensi kuat 2-4 x/hari (triamcinolone
acetonide, clobetasol propionate, betametason
valerat)
• For isolated recalcitrant lesions, intralesional Nummular eczema on the arm, characterized
triamcinolone may be a treatment option by the presence of multiple coin-shaped
lesions.
• Patients with extensive disease not responding to
topical corticosteroids may be treated with
narrowband ultraviolet B (NBUVB) therapy or a
short course of systemic corticosteroids if
phototherapy is not available
• Antibiotik topikal bila ada infeksi sekunder Erythematous, scaly, crusted, round-
shaped plaque in the ankle area.
• Antihistamin untuk pruritus
63. Limfogranuloma Venerum
• Etiologi: Chlamydia trachomatis serovar L1,L2,L3
intraselular obligat
• Tatalaksana
– DOC: Doksisiklin 100 mg PO 2x/hari selama 21 hari atau
– Eritromisin 500 mg PO 4x/hari selama 21 hari
http://emedicine.medscape.com/article/220869-treatment
64. Phemphigus vulgaris
DISEASES SIGN AND SYMPTOMS
Paraneoplastic
linked to an underlying lymphoproliferative disorder
pemphigus
• Suprabasal bullae
• Acantholysis
• Dermal papillae
project into cavity like
villi
• ‘Tombstone’ pattern –
layer of basal cells
remain attached to
dermis
65. Prurigo Hebra
• AvoidancePaling efektif
• Tatalaksana lain bersifat simptomatik
• Sulfur 5-10% dalam bentuk bedak kocok atau
salep
• Untuk mengurangi gatal bisa diberikan mentol
0,25%-1% atau kamper 2-3%
66. DKI vs DKA
www.worldallergy.org
Contoh berbagai pajanan iritan dan
allergen pada dermatitis kontak
Nickel, cobalt, gold, and chromium are the most prevalent metal allergens, since they are used
in a wide range of everyday items, medical devices, and industrial applications Nickel is the
leading cause of allergic contact dermatitis in the world.
DKI vs DKA: Patch Test
• Untuk metode diagnostik delayed contact hypersensitivity DKA
• DKI: diagnosis berdasarkan klinis saja dan dengan menyingkirkan
DKA (hasil Patch Test negatif)
• Patch test:
– Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam
– Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama dilakukan 15-30 menit setelah
dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas
– Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan,
cenderung ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.
The eczematous area at the wrist is due to sensitivity to nickel in the watch-strap buckle. (2) The suspected allergy may be
confirmed by applying potential allergens, in the relevant concentrations and vehicles, to the patient’s upper back (patch testing).
A positive reaction causes a localized area of eczema at the site of the offending allergen 2–4 days after application.
Terapi dermatitis kontak alergi dan iritan
• Non medikamentosa
– Identifikasi allergen tersangka dan hindari, anjurkan pakai APD
• Medikamentosa
– Sistemik: simtomatis, derajat berat dapat diberikan kortikosteroid
(KS) oral setara prednidon 20 mg/hari janka pendek (3 hari)
– Topikal:
• pelembab kaya kandungan lipid (vaslein/petrolatum)
• Klinis basah (madidans) kompres terbuka 2-3 lapis kain kassa dengan
NaCl 0.9%
• Klinis kering krim KS potensi sedang-tinggi misalnya mometason furoate,
flutikason propionate
• Kasus berat dan kronik tidak respon dengan steroid: immunosupresi
sistemik azatioprin atau siklosporin