pada
BAYI & ANAK
upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga dapat mencegah /
mengurangi pengaruh infeksi
organisme alami atau "liar"
Difteri
Tuberculosis
Pertusis Tetanus
Campak
Mengapa imunisasi?
upaya pencegahan
paling cost effective
Menggunakan vaksin
produksi dlm negeri
sesuai standar aman WHO
TARGET MDGs ( GOAL 4)
Menurunkan Angka Kematian Anak
Target 4:
Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga
dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015
Indikator:
Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran
hidup
Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup
Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi
campak
Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target MDGs 2015 Status Sumber
Target 4: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015
4.1 Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran 97 (1991) 44 (2007) 32 Akan BPS, SDKI 1991,
hidup tercapai 2007; Kemkes,
*Riskesdas 2010 (data
sementara)
4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 68 (1991) 34 (2007) 23 Akan
kelahiran hidup tercapai
4.3 Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran 32 (1991) 19 (2007) Menurun Akan
hidup tercapai
4.4 Persentase anak usia 1 tahun yang 44.5% (1991) 67% (2007) Meningkat Akan
diimunisasi campak tercapai
74.5 (2010)*
Sejarah Imunisasi di Indonesia
Th. 1956 Imunisasi Cacar
Th. 1973 Imunisasi BCG
Th. 1974 Imunisasi TT pada ibu hamil
Th. 1976 Imunisasi DPT untuk bayi
Th. 1977 WHO mulai pelaksana program imunisasi sebagai
upaya Global (EPI-Expanded Program on Immunization)
Th. 1980 Imunisasi Polio
Th. 1982 Campak
Tn. 1990 Indonesia mencapai UCI Nasional
Th. 1997 Imunisasi Hepatitis.B
Th. 2004 Introduksi DPT/HB di 4 propinsi (Tahap I)
Tn. 2007 DPT/HB di seluruh Indonesia
Tn. 2007 Pilot Project IPV (Inactive Polio Vaccine) di Provinsi DIY
Th. 2010 Imunisasi Td untuk penanggulangan KLB & BIAS Kelas II &
III
Tn. 2013 Introduksi Vaksin Pentavalent (DPT/HB/Hib) di 4 Provinsi
Tahap I yaitu Jawa Barat, DIY, Bali dan NTB
Maturasi Perjalanan Program Imunisasi
KIPI meningkat Kepercayaan
Pra Cakupan Kepercayaan masyarakat
vaksinasi meningkat masyarakat meningkat Eradikasi
menurun, kembali
terjadi KLB
Penyakit
Imunisasi
stop
KLB
INCIDENCE
11
Eradikasi
MATURITY penyakit
(Chen RT, 1999)
Universal Child Immunization (UCI)
12
INDIKATOR PROGRAM IMUNISASI
2015-2019
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR
RPJMN/RENSTRA 2015 2016 2017 2018 2019
% Kab/Kota yang mencapai
75 80 85 90 95
80% IDL pada bayi
% anak usia 0-11 bulan yang
mendapat imunisasi dasar 91 91,5 92 92,5 93
lengkap
Imunisasi aktif
tubuh membentuk antibodi
Imunisasi pasif
tubuh mendapat antibodi
Imunisasi dasar
sejumlah suntikan yang diperlukan untuk mencapai
kadar antibodi di atas kadar netralisasi
Imunisasi ulangan
setiap suntikan untuk meningkatkan kembali kadar
antibodi sampai di atas kadar netralisasi
Imunisasi wajib
Imunisasi yang diharuskan sesuai dengan PPI
(program pengembangan imunisasi- expanded
program on immunization)
Imunisasi anjuran
imunisasi diluar PPI
Jenis vaksin
Vaksin Bakteri Vaksin Virus
•Campak
• BCG • OPV
•Parotitis
Vaksin • Yellow
•Rubela
Hidup
•Varisela Fever
Per-oral
Lewat mulut, merangsang mukosa
Parenteral
Intrakutan, didalam kulit
Subkutan, dibawah kulit
Intramuskuler
Teknik Penyuntikan dan Penetesan
Subcutaneous
e.g. measles, mumps, Intramuscular
rubella, varicella e.g. hepatitis A and B,
DTP
BCG, intrakutan
Oral
e.g. polio
umur, interval dan frekuensi
pemberian vaksin
Umur pemberian vaksin, pertimbangan
Sedini mungkin,
untuk perlindungan dan pencegahan
Tidak membahayakan
Kematangan sistem imun
Terlalu muda belum bisa membentuk kekebalan
Belum mampu bereaksi secara seluler
Antibodi maternal
Disalurkan dari ibu ke janin, bertahan sampai 6 -9 bulan
Dapat mengganggu pembentukan antibodi
Interval antar suntikan
suntikan imunisasi dasar minimal 4 minggu
suntikan booster
setahun setelah suntikan terakhir
Tiga tahun setelah booster pertama
Frekuensi
Vaksin hidup, satu sampai dua kali seumur hidup
Vaksin partikel, berulang kali, dengan konjugasi
vaksin mati, terbatas penggunaannya
Booster Effect
DTP-2 DTP-4
0-7 hr
1 bln1111
1 blnBulan
2 bln
3 bln
4 bln
9 bln
Imunisasi BATITA
Anak < 1 Tahun booster pertama
Pendekatannya:
- Imunisasi lanjutan -Melalui Posyandu
DPT/HB/Hib -Melalui PAUD
CAMPAK
18 Bulan
24 Bulan
Imunisasi Dasar & Booster I
Imunisasi Dasar Lengkap Di Lanjutkan
& booster pertama
1 SD 2 SD 3 SD
BIAS
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
Imunisasi Lanjutan WUS
DPT 1
TT1 skrining
DPT 2
Status TT1 s.d TT5 :
Dihitung Sejak Imunisasi
TT2 3 th Dasar Pada Bayi
DT KLS 1 SD
TT3 5 th TAHUN
Td KLS 2 SD
TT4 10 th TAHUN
TT WUS
TT5
Td KLS 3 SD
25 th TAHUN
X
KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Semua kejadian yang mengikuti pemberian imunisasi,
baik oleh karena reaksi terhadap vaksin maupun
keadaan ikutan yang tak ada hubungannya dengan
vaksin
Pengamatan terutama pada vaksin hepatitis, toksoid
tetanus, campak, DPT
Kasus penolakan suntikan pertusis di Inggris dan
Jepang telah mengakibatkan KLB pertusis dengan
kematian yang tinggi pada bayi, sehingga cakupan
meningkat lagi
HEPATITIS B
• Hb 0 diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir –
umur 7 hari diberikan 1 jam setelah injeksi Vit K1.
Hb0 di paha kanan dan Vit K dipaha kiri .
• Terbaik sebelum 12 jam.
• Jadwal Pemberian Imunisasi Hb :
• KIPI ringan
www.themegallery.com
Vaksin Polio
• Polio 1 1 bulan
Polio 2 2 bulan program yang
Polio 3 3 bulan berjalan
Polio 4 4 bulan
tidak ada Booster
Timeline Strategi Eradikasi Polio di
Indonesia
POLIO
KIPI Vaksinasi polio
– abses subkutan
– regional limfadenopati
– supuratif limfadenitis
KIPI Vaksinasi BCG
• KIPI berat
– Osteitis epifisis tulang panjang, bisa terjadi
beberapa tahun setelah BCG
( 0,1 – 30 per 100 000 vaksinasi)
– Menyebar dan fatal
2 dari 1 juta penerima vaksin
(imuno-kompromais)
28 kasus BCG-itis generalisata
(24 imunokompromais, 9 AIDS)
HIV simtomatik (AIDS):
tidak diberi vaksin BCG
DPT
• diberikan setelah umur 2 bulan,
• JANGAN SEBELUMNYA ,
• interval 4-8 minggu,
• IMUNISASI dasar tdd 3 suntikan,
PERLU BOOSTER
Maka PERLU Vaksinasi ulangan .
www.themegallery.com
KIPI Vaksinasi Difteria & Tetanus
• KIPI ringan
–Reaksi lokal
• Ringan sp sedang kemerahan, rasa
sakit & pengerasan di tempat suntikan
(11 – 38 %)
• Abses steril 6 – 10 kasus per 1 juta
vaksinasi
–Reaksi sistemik
• umumnya pd vaksinasi booster (0.5 –
10%) demam, lesu, badan pegal, sakit
kepala
KIPI Vaksinasi Difteria & Tetanus
• KIPI berat
– Reaksi alergi
• urtikaria generalisata dan reaksi anafilaksis (1–6
kasus / 1juta)
• reaksi hipersensitif .
• reaksi lokal berat pd yang hiperimun titer
antibodi sudah amat tinggi saat vaksinasi
– Neuritis brakhial
• Disfungsi lengan bagian atas (N. plexus)
tanpa terkena struktur SSP dan perifer
lainnya (0.5 – 1 kasus per 100 000 vaksinasi).
Biasanya berkaitan dg dosis multipel
– Sindrom ‘Guillain-Barre’
• Timbul dl kurun waktu 6 minggu pasca
vaksinasi. Studi pd 306 kasus menyimpulkan
bahwa kalaupun berhubungan kausal hal itu
sangat langka
KIPI Vaksinasi Pertusis
• Kejang
– Kejang dlm 48 jam DPwT estimasi 1 per
1750 suntikan: kejang demam sederhana
– Faktor predisposisi : riwayat kejang baik
individu maupun di keluarga, berlatar
belakang penyakit dg kejang
• Temperatur 40.5 º C
– 0.3 % penerima vaksin dl 48 jam
– Pd DPaT jauh lebih kecil
KIPI Vaksinasi Pertusis
• Episod hiporesponsif-hipotonik
(HHE)
– Kolaps atau keadaan spt renjatan (shock-like
state) terjadi pd 1 per 1750 pemberian DPwT.
Rate 3.5 – 291 kasus per 100 000 vaksinasi
– Pada DPaT belum diketahui
Pada penelitian efikasi : secara signifikan kurang
daripada DPwT
– Pd studi follow up tidak terbukti ada kecacatan
nerologis atau gangguan intelektual pd episode
hipoitonik hiporesponsif
• Menangis berkepanjangan
– Menangis kuat atau berteriak terus menerus
selama 3 jam lebih dalam waktu 48 jam setelah
vaksinasi DPwT (1 dari 100 vaksinasi)
– Pd DPaT secara signifikan kurang dari itu
CAMPAK/MMR
Dosis 0,5 ml, subkutan, 9 bulan
Dosis kedua / booster diberikan : umur 2 thn
Booster ke 3 umur 6 thn / Kls 1 SD program
BIAS
*) Vaksin yang telah dilarutkan TIDAK
BOLEH DIGUNAKAN SETELAH 6 JAM .
KIPI vaksinasi campak
KIPI ringan-sedang
• Reaksi lokal : nyeri di tempat suntikan, sembuh dalam 2–3 hr
• Reaksi sistemik
– Demam hari ke 6–12 selama 1–2 hari (sp 5 hari),
temp < 39.4 ºC (pada 5-15 % kasus)
– Ruam kulit hari ke 7–10, 2 hari (± 5% kasus)
KIPI berat
• Reaksi alergi
– Reaksi hipersensitivitas: urtikaria di daerah suntikan
akibat komponen isi vaksin, jarang, ringan
– Anafilaksis jarang
KIPI Vaksinasi Campak
KIPI berat
Ensefalitis & ensefalopati < 1 per 1
juta dosis
– Ensefalomielitis infeksi campak alami: 1
dari 1000 pasien, 50% mengalami
kerusakan SSP permanen.
– Dipengaruhi reaksi imunologik,
ditakutkan reaksi yg sama terjadi pada
virus vaksin.
Imunisasi anjuran (IDAI) :
• Hib:
mencegah penyakit akibat infeksi kuman Haemophilus
influenzae type b, radang paru dan radang selaput otak,
dimulai umur 2 bulan, suntikan dasar minimal 2 kali
• MMR:
berisi imunogen campak, mumps dan rubella, diberikan
sebagai vaksin kedua campak atau sebagi vaksin
rubella/mumps. Ulangan pada usia 5 – 7 tahun .
Tidak terbukti menyebabkan autisme
• Demam tifoid:
TyphimVi diberikan setelah umur 2 tahun, dan diulang setiap
thn IM atau vaksin oral Ty21a (Vivotif) pada usia 6 tahun
,dikemas dalam dosis 3 kali dengan interval satu hari.