Anda di halaman 1dari 57

IMUNISASI

pada
BAYI & ANAK

RENNY BAGUS, dr, SpA


JAMES T, dr SpA
ANNET R, dr, SpA
Helena M, dr, SpA
IMUNISASI

upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga dapat mencegah /
mengurangi pengaruh infeksi
organisme alami atau "liar"

Vaksin adalah bahan antigenik


yg digunakan utk menghasilkan
kekebalan aktif
Tujuan Program Imunisasi

Menurunkan kesakitan &


kematian akibat Penyakit-
penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I)
Penyakit yg Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I)
Polio

Difteri

Tuberculosis

Pertusis Tetanus

Campak
Mengapa imunisasi?
upaya pencegahan
paling cost effective

selain dapat mencegah penyakit bagi


diri sendiri tetapi juga dapat
melindungi orang disekitarnya

Menggunakan vaksin
produksi dlm negeri
sesuai standar aman WHO
TARGET MDGs ( GOAL 4)
Menurunkan Angka Kematian Anak
Target 4:
Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga
dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015

Indikator:
Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran
hidup
Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup
Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi
campak
Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target MDGs 2015 Status Sumber

Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak

Target 4: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015

4.1 Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran 97 (1991) 44 (2007) 32 Akan BPS, SDKI 1991,
hidup tercapai 2007; Kemkes,
*Riskesdas 2010 (data
sementara)
4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 68 (1991) 34 (2007) 23 Akan
kelahiran hidup tercapai

4.3 Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran 32 (1991) 19 (2007) Menurun Akan
hidup tercapai

4.4 Persentase anak usia 1 tahun yang 44.5% (1991) 67% (2007) Meningkat Akan
diimunisasi campak tercapai
74.5 (2010)*
Sejarah Imunisasi di Indonesia
Th. 1956 Imunisasi Cacar
Th. 1973 Imunisasi BCG
Th. 1974 Imunisasi TT pada ibu hamil
Th. 1976 Imunisasi DPT untuk bayi
Th. 1977 WHO mulai pelaksana program imunisasi sebagai
upaya Global (EPI-Expanded Program on Immunization)
Th. 1980 Imunisasi Polio
Th. 1982 Campak
Tn. 1990 Indonesia mencapai UCI Nasional
Th. 1997 Imunisasi Hepatitis.B
Th. 2004 Introduksi DPT/HB di 4 propinsi (Tahap I)
Tn. 2007 DPT/HB di seluruh Indonesia
Tn. 2007 Pilot Project IPV (Inactive Polio Vaccine) di Provinsi DIY
Th. 2010 Imunisasi Td untuk penanggulangan KLB & BIAS Kelas II &
III
Tn. 2013 Introduksi Vaksin Pentavalent (DPT/HB/Hib) di 4 Provinsi
Tahap I yaitu Jawa Barat, DIY, Bali dan NTB
Maturasi Perjalanan Program Imunisasi
KIPI meningkat Kepercayaan
Pra Cakupan Kepercayaan masyarakat
vaksinasi meningkat masyarakat meningkat Eradikasi
menurun, kembali
terjadi KLB
Penyakit
Imunisasi
stop
KLB
INCIDENCE

11

Eradikasi
MATURITY penyakit
(Chen RT, 1999)
Universal Child Immunization (UCI)

• Suatu keadaan tercapainya imunisasi


dasar lengkap pada minimal 80 % dari
semua bayi (usia dibawah satu tahun)

• UCI: desa/kelurahan dimana <80% dari


jumlah bayi yang ada di desa tsb sudah
mendapat imunisasi dasar lengkap

12
INDIKATOR PROGRAM IMUNISASI
2015-2019

TARGET CAPAIAN
INDIKATOR
RPJMN/RENSTRA 2015 2016 2017 2018 2019
% Kab/Kota yang mencapai
75 80 85 90 95
80% IDL pada bayi
% anak usia 0-11 bulan yang
mendapat imunisasi dasar 91 91,5 92 92,5 93
lengkap

Indikator diatas dicapai dengan target UCI

Target UCI 2015 2016 2017 2018 2019


Desa/Keluraha
84 86 88 90 92
n
TARGET CAKUPAN IMUNISASI PER
ANTIGEN 2015-2019

ANTIGEN TARGET CAKUPAN


HB0 95%
BCG 95%
POLIO1 95%
DPT-HB-Hib1 95%
POLIO2 95%
DPT-HB-Hib2 95%
POLIO3 93%
DPT-HB-Hib3 93%
CAMPAK 93%
Jenis Imunisasi

Imunisasi aktif
tubuh membentuk antibodi
Imunisasi pasif
tubuh mendapat antibodi
 Imunisasi dasar
sejumlah suntikan yang diperlukan untuk mencapai
kadar antibodi di atas kadar netralisasi
 Imunisasi ulangan
setiap suntikan untuk meningkatkan kembali kadar
antibodi sampai di atas kadar netralisasi
 Imunisasi wajib
Imunisasi yang diharuskan sesuai dengan PPI
(program pengembangan imunisasi- expanded
program on immunization)
 Imunisasi anjuran
imunisasi diluar PPI
Jenis vaksin
Vaksin Bakteri Vaksin Virus

•Campak
• BCG • OPV
•Parotitis
Vaksin • Yellow
•Rubela
Hidup
•Varisela Fever

• Difteria • Meningo • Influenza


Vaksin •Tetanus •Pneumo •IPV
Inaktif •Pertusis •Hib • Rabies
• Kolera •Typhim Vi • Hepatitis B
•Typa •Hepatitis A
Cara memberikan vaksin

 Per-oral
Lewat mulut, merangsang mukosa

 Parenteral
Intrakutan, didalam kulit
Subkutan, dibawah kulit
Intramuskuler
Teknik Penyuntikan dan Penetesan

Subcutaneous
e.g. measles, mumps, Intramuscular
rubella, varicella e.g. hepatitis A and B,
DTP

BCG, intrakutan
Oral
e.g. polio
umur, interval dan frekuensi
pemberian vaksin
 Umur pemberian vaksin, pertimbangan
Sedini mungkin,
untuk perlindungan dan pencegahan
Tidak membahayakan
Kematangan sistem imun
Terlalu muda belum bisa membentuk kekebalan
Belum mampu bereaksi secara seluler
Antibodi maternal
Disalurkan dari ibu ke janin, bertahan sampai 6 -9 bulan
Dapat mengganggu pembentukan antibodi
 Interval antar suntikan
suntikan imunisasi dasar minimal 4 minggu
suntikan booster
setahun setelah suntikan terakhir
Tiga tahun setelah booster pertama

 Frekuensi
Vaksin hidup, satu sampai dua kali seumur hidup
Vaksin partikel, berulang kali, dengan konjugasi
vaksin mati, terbatas penggunaannya
Booster Effect

Ulangan Titer antibodi


DTP-3 DTP-5

DTP-2 DTP-4

DTP-1 Kadar antibodi


pencegahan

Titer antibodi pada imunisasi ulangan yang terlambat


PROGRAM IMUNISASI
Sasaran Imunisasi Berdasarkan Usia yang
Diimunisasi
a.Imunisasi Rutin :
 Bayi (0-11 bln)
 Anak Batita (15-36 bln)
 Anak usia sekolah dasar (BIAS).
 Wanita usia subur (WUS): wanita berusia 15 – 39
tahun, terrmasuk Ibu hamil (Bumil) dan Calon
Pengantin (Catin)
b. Imunisasi Tambahan
Bayi dan anak
- BLF, Kampanye,SubPIN, PIN
Imunisasi Dasar Lengkap
Anak < 1 Tahun
Heb B /
(HB) O
-BCG
-Polio 1
-DPT/HB/Hib 1
-Polio 2
-DPT/HB/Hib 2
-Polio 3
-DPT/HB/Hib 3 CAMPAK
-Polio 4

0-7 hr

1 bln1111
1 blnBulan
2 bln
3 bln
4 bln
9 bln
Imunisasi BATITA
Anak < 1 Tahun booster pertama

Pendekatannya:
- Imunisasi lanjutan -Melalui Posyandu
DPT/HB/Hib -Melalui PAUD
CAMPAK

18 Bulan

24 Bulan
Imunisasi Dasar & Booster I
Imunisasi Dasar Lengkap Di Lanjutkan
& booster pertama

-DT -Td -Td


-Campak

1 SD 2 SD 3 SD

BIAS
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
Imunisasi Lanjutan WUS
DPT 1

TT1 skrining
DPT 2
Status TT1 s.d TT5 :
Dihitung Sejak Imunisasi
TT2 3 th Dasar Pada Bayi

DT KLS 1 SD

TT3 5 th TAHUN

Td KLS 2 SD

TT4 10 th TAHUN
TT WUS

TT5
Td KLS 3 SD

25 th TAHUN
X
KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Semua kejadian yang mengikuti pemberian imunisasi,
baik oleh karena reaksi terhadap vaksin maupun
keadaan ikutan yang tak ada hubungannya dengan
vaksin
Pengamatan terutama pada vaksin hepatitis, toksoid
tetanus, campak, DPT
Kasus penolakan suntikan pertusis di Inggris dan
Jepang telah mengakibatkan KLB pertusis dengan
kematian yang tinggi pada bayi, sehingga cakupan
meningkat lagi
HEPATITIS B
• Hb 0 diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir –
umur 7 hari diberikan 1 jam setelah injeksi Vit K1.
Hb0 di paha kanan dan Vit K dipaha kiri .
• Terbaik sebelum 12 jam.
• Jadwal Pemberian Imunisasi Hb :

Hb 0 0-7 hari ( dengan Unijet )


Hb 1 2 bulan
Hb 2 3 bulan + HIB + DPT + Polio
Hb 3 4 bulan
diberikan IM, dosis 0,5cc (HIB + Hb + DPT Pentavalent )
Hepatitis B

• Bila ibu HbsAg positif, diberikan immune


globulin (ByHep) dalam rentang waktu 12 jam
setelah lahir, disusul imunisasi aktif (Hep-B)
KIPI Hepatitis B 

• KIPI ringan

• Temperatur < 37.7 ºC 1 – 6 %


• Rasa sakit 3 – 29 %
• Eritema 3 %
• Bengkak 3 %
• Nyeri kepala 3 %

Semua berakhir kurang dari 48 jam


KIPI Hepatitis B 
• KIPI berat
–Reaksi Anafilaksis
• Angka kejadian 1 per 600 000 vaksinasi
• Vaksinasi selanjutnya indikasi kontra bila riwayat
anafilaksis vaksinasi sebelumnya
–Sindrom Guillain-Barre
• GBS dilaporkan terjadi 0.5 per 100 000 penerima
vaksin, tanpa kematian & kasus semuanya dewasa

Adverse Events Reporting System 1991-1994 : tidak


ada KIPI pada neonatus & bayi yg mendapat
vaksin Hep B.
Setidaknya 12 juta vaksin telah diberikan untuk
kelompok umur tsb (1999)
Vaksin Polio
• Terdapat 2 kemasan yg berisi virus Polio 1 ,2 ,3.
• Oral Polio Vaccine (OPV)
virus yg dilemahkan, tetes oral.,dosis 2 tetes.
• Inactive Polio vaccine (IPV).
Inaktif , virus dimatikan,suntikan.
Sediaan dlm kemasan 0,5 ml ,intra muskular
Dpt diberikan sendiri atau dlm kombinasi DTaP.
• Polio 0 dpt diberikan saat seblm pulang RS lanjut Polio
Polio 1 diberikan umur 1 bulan bersama BCG. Dapat diberikan
1,2,3
saat sblmdgplgjarak 4-8polio
RS lanjut minggu.
2,3,4. Dgn jarak 4-8 mnggu. Bersama
pentavalent vaksin

www.themegallery.com
Vaksin Polio
• Polio 1 1 bulan
Polio 2 2 bulan program yang
Polio 3 3 bulan berjalan
Polio 4 4 bulan
tidak ada Booster
Timeline Strategi Eradikasi Polio di
Indonesia
POLIO
KIPI Vaksinasi polio 

• KIPI ringan & sedang : tidak ada


• KIPI berat
– Lumpuh layu akibat virus vaksin (VAPP)
• Lumpuh layu akut 4 – 30 hari setelah OPV
• Lumpuh layu akut 4 – 75 hari set kontak dg
penerima OPV
 defisit neurologik 60 hari setelah onset
meninggal
• Rate 1 kasus per 1.4 – 3.4 juta dosis vaksin kasus
lebih banyak setelah dosis pertama

WHO Collaborative study


Kasus pd penerima : 1/5.9 juta dosis vaksin
Kasus pd kontak : 1/6.7 juta dosis vaksin
BCG
 Meskipun tidak dapat mencegah infeksi tetapi dapat
mencegah penjalaran kuman, mencegah kejadian
penyakit.
 Pemberian 1 bulan, dosis 0,05 ml < 1 tahun, dan 0,1 ml
< 1 tahun,
 Diberikan intracutan lengan kanan atas.
 Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan
 Diberikan pada umur < 3 bulan :
 sebaiknya dilakukan uji tuberkulin
 tetap imunisasi BCG ( observasi dlm 7 hari)
 accelerated local reaction (diagnostik TB)
KIPI Vaksinasi BCG

• KIPI ringan (lokal)

– abses subkutan
– regional limfadenopati
– supuratif limfadenitis
KIPI Vaksinasi BCG
• KIPI berat
– Osteitis epifisis tulang panjang, bisa terjadi
beberapa tahun setelah BCG
( 0,1 – 30 per 100 000 vaksinasi)
– Menyebar dan fatal
2 dari 1 juta penerima vaksin
(imuno-kompromais)
28 kasus BCG-itis generalisata
(24 imunokompromais, 9 AIDS)
HIV simtomatik (AIDS):
tidak diberi vaksin BCG
DPT
• diberikan setelah umur 2 bulan,
• JANGAN SEBELUMNYA ,
• interval 4-8 minggu,
• IMUNISASI dasar tdd 3 suntikan,

• *) Diberikan bersama Hb + HIB + DPT dalam


vaksin Pentavalent
CAPAIAN PROTEKSI
• Pasca dosis I  71-94% BELUM
memiliki kadar nilai protektif.(< 0,01
IU/ml)
• Pasca dosis 3  68-81% TELAH
memiliki kadar nilai protektif

PERLU BOOSTER
Maka PERLU Vaksinasi ulangan .

Program imunisasi baru :


• Ulangan DPT-4 ( 18 bulan )
• Ulangan DT + campak : kelas 1 SD
Td : kelas 2 SD
Td : kelas 3 SD

www.themegallery.com
KIPI Vaksinasi Difteria & Tetanus 

• KIPI ringan
–Reaksi lokal
• Ringan sp sedang kemerahan, rasa
sakit & pengerasan di tempat suntikan
(11 – 38 %)
• Abses steril 6 – 10 kasus per 1 juta
vaksinasi
–Reaksi sistemik
• umumnya pd vaksinasi booster (0.5 –
10%) demam, lesu, badan pegal, sakit
kepala
KIPI Vaksinasi Difteria & Tetanus 

• KIPI berat
– Reaksi alergi
• urtikaria generalisata dan reaksi anafilaksis (1–6
kasus / 1juta)
• reaksi hipersensitif .
• reaksi lokal berat pd yang hiperimun titer
antibodi sudah amat tinggi saat vaksinasi

– Neuritis brakhial
• Disfungsi lengan bagian atas (N. plexus)
tanpa terkena struktur SSP dan perifer
lainnya (0.5 – 1 kasus per 100 000 vaksinasi).
Biasanya berkaitan dg dosis multipel

– Sindrom ‘Guillain-Barre’
• Timbul dl kurun waktu 6 minggu pasca
vaksinasi. Studi pd 306 kasus menyimpulkan
bahwa kalaupun berhubungan kausal hal itu
sangat langka
KIPI Vaksinasi Pertusis 

Reaksi lokal & sistemik


• Kemerahan, edema, indurasi, nyeri di tempat suntikan,
rewel, anoreksia, muntah, menangis, demam ringan sp
sedang. Terjadi beberapa jam setelah vaksinasi dan
sembuh spontan tanpa gejala sisa

• Pembengkakan seluruh paha atau lengan atas pernah


terjadi setelah booster vaksin pertusis aseluler. Paha
bengkak dapat disertai dg eritema, rasa sakit & demam
1 – 4 % setelah dosis ke-5 DPaT

• Keseluruhan rx lokal & sistemik pd DPaT secara


signifikan lebih sedikit dpd DPwT

• Abses steril / bakteriel pd tempat suntikan jarang.


Penyebab abses steril tidak diketahui.
KIPI Vaksinasi Pertusis
• Reaksi alergi
– Anafilaksis pd DPT 2 per 100 000 vaksinasi
– Rx alergi pd DPaT tidak diketahui angka
kejadiannya

• Kejang
– Kejang dlm 48 jam DPwT estimasi 1 per
1750 suntikan: kejang demam sederhana
– Faktor predisposisi : riwayat kejang baik
individu maupun di keluarga, berlatar
belakang penyakit dg kejang

• Temperatur 40.5 º C
– 0.3 % penerima vaksin dl 48 jam
– Pd DPaT jauh lebih kecil
KIPI Vaksinasi Pertusis
• Episod hiporesponsif-hipotonik
(HHE)
– Kolaps atau keadaan spt renjatan (shock-like
state) terjadi pd 1 per 1750 pemberian DPwT.
Rate 3.5 – 291 kasus per 100 000 vaksinasi
– Pada DPaT belum diketahui
Pada penelitian efikasi : secara signifikan kurang
daripada DPwT
– Pd studi follow up tidak terbukti ada kecacatan
nerologis atau gangguan intelektual pd episode
hipoitonik hiporesponsif

• Menangis berkepanjangan
– Menangis kuat atau berteriak terus menerus
selama 3 jam lebih dalam waktu 48 jam setelah
vaksinasi DPwT (1 dari 100 vaksinasi)
– Pd DPaT secara signifikan kurang dari itu
CAMPAK/MMR
 Dosis 0,5 ml, subkutan, 9 bulan
 Dosis kedua / booster diberikan : umur 2 thn
 Booster ke 3 umur 6 thn / Kls 1 SD program
BIAS
 *) Vaksin yang telah dilarutkan TIDAK
BOLEH DIGUNAKAN SETELAH 6 JAM .
KIPI vaksinasi campak 
KIPI ringan-sedang
• Reaksi lokal : nyeri di tempat suntikan, sembuh dalam 2–3 hr
• Reaksi sistemik
– Demam hari ke 6–12 selama 1–2 hari (sp 5 hari),
temp < 39.4 ºC (pada 5-15 % kasus)
– Ruam kulit hari ke 7–10, 2 hari (± 5% kasus)

KIPI berat
• Reaksi alergi
– Reaksi hipersensitivitas: urtikaria di daerah suntikan
akibat komponen isi vaksin, jarang, ringan
– Anafilaksis jarang
KIPI Vaksinasi Campak 

KIPI berat
Ensefalitis & ensefalopati < 1 per 1
juta dosis
– Ensefalomielitis infeksi campak alami: 1
dari 1000 pasien, 50% mengalami
kerusakan SSP permanen.
– Dipengaruhi reaksi imunologik,
ditakutkan reaksi yg sama terjadi pada
virus vaksin.
Imunisasi anjuran (IDAI) :

Hib, MMR, demam tifoid, varisela, hepatitis A,


pneumokok , meningokok, influenza, rotavirus,HPV

• Hib:
mencegah penyakit akibat infeksi kuman Haemophilus
influenzae type b, radang paru dan radang selaput otak,
dimulai umur 2 bulan, suntikan dasar minimal 2 kali
• MMR:
berisi imunogen campak, mumps dan rubella, diberikan
sebagai vaksin kedua campak atau sebagi vaksin
rubella/mumps. Ulangan pada usia 5 – 7 tahun .
Tidak terbukti menyebabkan autisme
• Demam tifoid:
TyphimVi diberikan setelah umur 2 tahun, dan diulang setiap
thn IM atau vaksin oral Ty21a (Vivotif) pada usia 6 tahun
,dikemas dalam dosis 3 kali dengan interval satu hari.

• Varisela: Dapat diberikan mulai umur 1 tahun , Terbaik pd um


sebelum masuk SD . Bila diatas umur 12 tahun, diberikan 2
kali dengan interval 4 minggu .

• Hepatitis A : diberikan setelah umur 2 tahun , diberikan 2 ka


suntikan dengan interval 6 bulan,

• Pneumoccus : diberikan pada umur 2,4, 6 bulan, , untuk


mencegah penumonia.
• Meningococcus : bila akan bepergian
kedaerah endemik di Afrika atau
kumpulan banyak manusia, misalnya
musim haji
• Influenza : pada anak mulai umur 6
bulan , dilakukan setiap tahun, Untuk
immunitas primer anak umur 6bln – 9
thn diberikan 2 kali dgn interval 4
minggu
• Rotavirus : diberikan sesudah umur 6
minggu, harus selesai sebelum umur
24 atau 32 minggu (tergantung jenis
vaksin)
• HPV : diberikan umur 10 tahun.
Pengendalian atau Pemberantasan
• keberhasilan imunisasi tergantung
– pada imunogenitas vaksin
– patogenesis penyakit
– kemampuan agen penyakit untuk bertahan di
lingkungan.
• Pada penyakit yang host-nya hanya manusia saja,
dapat dilakukan control , bahkan dapat menghentikan
transmisi virusnya  eradikasi

• Pada penyakit yang disebabkan oleh toksin, imunisasi


menimbulkan antibodi antitoksin , sehingga hanya
mencegah terjadinya kasus klinik, tanpa memutus
transmisicontrol & elimination

Anda mungkin juga menyukai