Apa Dampak
bagaimana
700
665
25
600
situasi
20 500
400
15
DIFTERI
304 300
10
200
di jawa timur
140
5
86 89 100
71 76
57 52 44
4
36 5
30 4 9 40
2 0 1 1 1 2
32 0 1 1 0 4 4 4 6 12 8 21 20 37 3
23 20 17 18 16 11 15
0 0 5 0
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
bwk keren
Tahun
PATOGENESIS DAN
PATOFISIOLOGI
Kuman masuk mukosa/ kulit
Merembes ke sekeliling
Bakteriophage
C.diphtheriae toksigenik
TOKSIN
Toksin difteri
Efek toksik pd jar tubuh: hambatan pembentukan
protein
Inaktivasi enzim translokase
Pembentukan protein dalam sel penggabungan 2
asam amino diikat 2 tRNA
Pembentukan polipeptida ditambahkan asam amino
lain memerlukan proses translokasi
Toksin difteri ( fragmen B) menempel
pd membran sel
Toksin difteri (fragmen A) masuk sel
inaktivasi enzim translokase
Figure 2a. The
Diphtheria
Toxin (DT)
Monomer
A (red) is the
catalytic
domain; B
(yellow) is the
binding domain
which displays
the receptor for
cell attachment;
T (blue) is the
hydrophobic
domain
responsible for
insertion into
the endosome
membrane to
secure the
release of A. The
protein is
illustrated in its
"closed"
configuration.
Figure 3. Uptake and
activity of the
diphtheria toxin in
Eukaryotic cells
The figure above was
redrawn from the
Diphtheria Toxin
Homepage at UCLA.
A represents the A/B
toxin's A (catalytic)
domain; B is the B
(receptor) domain: T is
the hydrophobic
domain that inserts into
the cell membrane.
MANIFESTASI KLINIK
•Variasi gejala: tanpa gejala hipertoksik & fatal
-Faktor-faktor: - primer: imunitas, virulensi/
toksinogenesitas C.diphth., lokasi anatomis
- lain-lain: umur, peny sistemik penyerta,
peny pada nasofaring
•Masa tunas: 2-6 hari
•Demam <38,90 C
•Gejala lain tgt lokalisasi penyakit
DIPHTHERIA HIDUNG
•Mula-mula mirip common cold
•Sekret hidung berangsur jadi serosanguinous
mukopurulen lecet pada nares & bibir atas
•Membran putih pada septum nasi
•Absorpsi toksin lambat; gejala sistemik sedikit
diagnosis lambat
DIPHTHERIA TONSIL-
FARING
•Anoreksia, malaise, demam ringan, nyeri telan
•Membran melekat, putih-kelabu dalam 1-2 hari menutup
tonsil & dinding faring, meluas ke uvula & palatum molle
atau ke laring & trakhea
•Dpt terjadi lymphadenitis cervicalis & submandibularis,
bila + edema jar lunak leher bullneck
•Kasus ringan: membran lepas dlm 7-10 hari
•Sedang: sembuh berangsur; dpt+miokardiopati/neuropati
•Berat: gagal nafas/sirkulasi, paralisis palat. molle, ke-†
Manifestasi klinis
DIPHTHERIA
LARING
•Perluasan difteri faring; bila primer gejala terutama
obstruksi sal nafas atas. Bila perluasan, disertai gejala
toksemia
•Gejala infectious croup: nafas bunyi, stridor progresif,
suara parau, batuk kering. Bila berat: retraksi
suprasternal, subcostal, supraclavicular
•Pelepasan membran menutup jalan nafas ke-†
•Berat: membran meluas ke percab, trakheo-bronkhial
Manifestasi klinis
DIFTERI
KULIT,VULVOVAG.,KONJUNG.,TELINGA
•Difteri kulit: tukak tepi jelas, membran pada
dasar
•Difteri mata: lesi konjungtiva berupa
kemerahan, edema & membran pada
konjungtiva palpebra
•Difteri telinga: otitis eksterna, sekret purulen
& bau
DIAGNOSIS
•Klinis
•Penentuan kuman: isolasi C.diphtheriae,
dilanjutkan tes toksinogenesitas vivo
(marmut) & vitro (tes Elek)
•PCR
Diagnosis banding
DIAGNOSIS BANDING
Difteri hidung:
•Rhinorrhea (common cold, sinusitis, adenoiditis)
•Benda asing
•Snuffles (lues congenita)
Difteri faring:
•Tonsilitis membranosa akuta ok Streptokokus
•Mononucleosis infectiosa
•Tonsilitis herpatica primer
•Blood dyscrasia
•Pasca tonsilektomi
Diagnosis banding
Difteri Laring
•Infectious croup yang lain
•Spasmodic croup
•Angioneurotic edema pada laring
•Benda asing
Difteri Kulit
•Impetigo
•Infeksi streptokokus/ stafilokokus
Komplikasi
Bagaimana “
membuat DIFTERI “
• Kerusakan sel akibat tidak mampu
protein (sampai di-peptida saja)
menyebabkan
Miokarditis : kerusakan sel miokard (akhir mgg 1)
Block : udema akibat kerusakan sel dan kematian sel saraf,
putusnya hubungan antara SA node dan AV node, total AV
blok, RBBBkematian
atau LBBB, (mgg ke 2) ...?
Acute Kidney Injury : gangguan faal ginjal, (mgg ke-2-3)
Paralisa saraf lokal : pallatum molle paralisis, (mgg ke 2)
Paralisa nervi cranialis : strabismus, diplopia, (mgg ke 3-
4)
Miokarditis
Paralisa itu: parese
nervus perifer ada tangan
dan &mematikan
kaki, (mgg ke 6-8)
sequelae minimal
KOMPLIKASI
myocar PARALISA
SYARAF
PARALISA PARALISA
ditis LOKAL
NERVE
PERIFER
NERVE
PERIFER
Mggu ke 12 3 4 5 6 7 8 9 10
BLOCK PARALISA
NERVE KOMPLIKASI YG LAIN :
CRANIALIS
Endocarditis
AKUT
KIDNEY
Arthritis
INJURI
osteomyelitis
Tata laksana
TATA LAKSANA
Pengobatan carrier
PENCEGAHAN
Secara Bedreska
Kasus Suspek
• adalah orang dengan gejala Laringitis,
Nasofaringitis atau Tonsilitis ditambah
pseudomembrane putih keabuan yang
tak mudah lepas dan mudah berdarah di
faring, laring, tonsil.
Kasus Probable
Adalah orang dengan suspek difteri ditambah salah
satu dari :
Pernah kontak dengan kasus (<2 minggu)
Ada didaerah endemis difteria
Stridor , Bullneck
Pendarahan Submucusa atau petechiae pada kulit
Gagal jantung toxic,
Gagal ginjal akut
Myocarditis and/or kelumpuhan motorik 1 s/d 6
minggu setelah onset
Mati
Kasus konfirmasi
• orang kasus probable yang hasil isolasi
ternyata positiv C difteriae yang toxigenic
(dari usap hidung, tenggorok, ulcus kulit,
jaringan, conjunctiva, telinga, vagina)
atau
• serum antitoxin meningkat 4 kali lipat atau lebih
(hanya bila kedua sampel serum diperoleh sebelum
pemberian toxoid difteri atau antitoxin)
Apa yg harus
dilakukan jika
terjadi kasus
difteri ...
PROFILAKSIS ERITROMISIN
Diberikan untuk Profilaksis secepat nya .
Balita : Sirup
DLL
EVALUASI :
- tetap dilakukan surveilans intensiv