Anda di halaman 1dari 23

KULITK

U LEARNING OBJECTIVE
MODUL KULIT DAN PENUNJANG
SGD 3
ANATOMI &
01 HISTOLOGI
KULIT
 Organ terluas dari tubuh
 Ada di seluruh tubuh, sistem pencernaan di
bibir dan anus, sistem pernapasan di hidung,
dan sistem urogenital di mana mereka muncul.
 Selain itu, kulit kelopak mata menjadi
bersambung dengan konjungtiva yang
melapisi bagian anterior bola mata.
 Kulit juga melapisi meatus auditori eksternal
dan menutupi permukaan luar membran
timpani.
KULIT TEBAL
KULIT TIPIS
Sel Pada Epidermis

1) Sel Epitel: Stratified squamous keratinized epithelium :


2) Sel penunjang:
• Keratinocytes
• Melanocytes
• Langerhans cells
• Merkel cells
FISIOLOGI
02 KULIT
Fungsi
1. Sebagai proteksi
2. Pengaturan suhu
3. Sensibilitas
4. Keseimbangan air
5. Produksi vitamin
Kulit Sehat VS Kulit Tidak Sehat
1) Kulit normal: bebas noda, kulit lembut, tidak pucat, tidak kasar,
kenyal, tidak ada masalah atau kelainan

2) Kulit berminyak : minyak didaerah T tampak berlebih , tekstur kulit


tebal dengan pori-pori besar hingga mudah menyerap kotoran,
mudah berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan wajah seringkali
tidak melekat dengan baik dan cepat luntur serta tidak mudah timbul
kerutan. Pemicu dapat berupa factor internal (genetik dan hormonal)
serta faktor ekaternal (udara dan makanan)
Kulit Sehat VS Kulit Tidak Sehat
Berbagai faktor yang menjadi penyebab kulit menjadi kering diantaranya:
• Genetik
• kondisi struktur kulit
• pola makanan
• faktor lingkungan
• penyakit kulit
• kulit yang sangat kering dapat menjadi kasar,pecah-pecah,dan
bersisik,terutama di bagian belakang tangan dan kaki
Identifikasi Kelainan Pada

03
Kulit Berdasarkan Bentuk,
Ukuran, dan Warna
Eflorsen Primer
 Bercak (macula), adalah perubahan warna kulit
 Urtica, adalah bentol-bentol pada kulit yang berwarna merah mudasampah putih
dan disebabkan oleh udem.
 Papula, bentuknya sebesar kepala jarum pentul sampai sebesar kecanghujau terja
karena penebalan epidermis secara lokal.
 Tuber (nodus), mirip dengan papula, akan tetapi tuber jauh lebih besar.
 Vesikel, memiliki ukuran sebesar kepala jarum pentul sampai sebesarbiji kapri
merupakan rongga beruang satu atau banyak yang berisicairan.
 Bulla, mirip dengan vesikel tetapi agak besar dan biasanya beruangsatu.
 Pustule, merupakan vesikel yang berisi nanah, biasanya terdapat padakulit yang
berubah karena radang.
 Urtika, penonjolan di atas kulit akibat edema setempat dan dapat hilang perlahan
lahan,
 Tumor, penonjolan di atas permukaan kulit berdasrakan pertumbuhan sel.
 Kista, penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi cairan sero
 Plak, peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata atau berisi zat pada
 Abses, kumpulan nanah dalam jaringan.
Eflorsen Skunder
 Ketombe (squama)
 Crusta, terbentuk akibat mengeringnya eksudar, nanah, darah.
 Erosion, kerusakan kulit permukaan yang ada dalam epidermis.
 Ulcus, disebabkan oleh hilangnya komponen kulit pada bagian yanglebih dalam,
epidermis, dan kelengkapannya juga rusak.
 Likenifikasi, penebalan kulit sehingga garis lipatan tampak lebih jelas.
 Ekskoriasi, kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris
 Keloid, hipertropi yang pertumbuhannya melampaui batas.
 Rhagade, kerusakan kulit dalam bentuk celah misalnya ada telapaktangan, ujung
bibir, atau diantara jari kaki.
 Hiperpigmentasi, penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulittampak lebih hit
dari sekitarnya.
 Hipopigmentasi, kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putihdari
sekitarnya.
 Atrofi, terjadinya pengecilan semua lapisan kulit, rambut tidak adakulit berkerut
dan mudah diangkat dari lapisan dibawahnya.
 Abses, kantong berisi nanah di dalam jaringan.
Pemeriksaan
04 Penunjang
1) Pemeriksaan KOH 10-20%
Untuk mengetahui spora, hifa atau pseudohifa
● Sampel: kerokan kulit, rambut (dicabut), kerokan kuku atau
apusan dari discar pada dinding vagina
● Cara pemeriksaan :
 Oleskan/Letakkan sampel di gelas obyek, tuutp dengan gelas
penutup (pada kasus dermatofitosis)
● Tambahkan KOH 10-20% 1 tetes, tutup dengan gelas penutup
(pada kasus kandidiasis vulvovagina)
● Tunggu 3-10 menit (kulit), 15-30 menit (rambut), 1-2 hari
(kuku)
● Lihat di bawah mikroskop, apakah tampak hifa, atau spora
dengan
2) Pemeriksaan dengan KOH 10-20% +(tinta) Parker
Agar pseudohifa terlihat lebih jelas.
• Sampel : kerokan
3) Pemeriksaan BTA dengan pengecatan Ziehl-Nelson
• Sampel : kerokan kulit dengan irisan, diambil dari daerah cuping telinga kanan dan kiri, lesi kulit yang
mengalmai anestesi.
4) Pemeriksaan dengan pengecatan Gram
untuk mengetahui bakteri atau jamur
• Sampel : cairan eksudat, vesikel, bula atau pustul, ulkus, uretra, vagina
5) Pemeriksaan Tzank (dengan pengecatan Giemsa)
• Sampel : cairan vesikel atau bula
6) Pemeriksaan dengan cairan fisiologis (NaCl)
• Sampel : apusan dari mukosa dinding forniks lateral (trikomoniasis), atau dasar vesikel (skabies)
7) Pemeriksaan Medan Gelap
• Sampel : ulkus/papul basah
8) Pemeriksaan dengan Lampu Wood
yaitu sinar dengan panjang gelombang 320-400 nm (365 nm) (berwarna ungu).
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui :
a. Zat/sinar fluoresensi yang dikeluarkan oleh berbagai kuman patogen,
b. Kedalaman pigmentasi pada kasus melasm
9) Pemeriksaan darah, urin, atau feces rutin, kimia darah (fungsi hati, fungsi ginjal, glukosa darah),
serologi (infeksi herpes simpleks, sifilis, HIV), biologi molekuler (PCR (polymerized chain reaction)
DNA tuberkulosis kulit).
10) Tes tusuk (Prick test)
Mengetahui alergen yang terlibat pada reaksi hipersensitivitas tipe I (reaksi alergi tipe cepat) udara atau
makanan pada kasus urtikaria.
11) Tes tempel (Patch test)
Mengetahui atau membuktikan alergen kontak pada pasien dermatitis kontak alergi, dermatitis fotokontak
alergi, atau alergen udara dan makanan pada pasien dermatitis atopik. Prinsip : untuk mengetahui alergen
yang terlibat pada reaksi hipersensitivitas tipe IV (reaksi alergi tipe lambat).
12) Biopsi Kulit
untuk mengetahui jenis atau proses patologi penyakit. Jenis pemeriksaan kasus penyakit kulit dan
kelamin yang sesuai dengan kompetensi dokter layanan primer adalah pemeriksaan KOH, Giemsa (metilen
blue), Gram dan lampu Wood.
04 Penatalaksanaan
1. Dermatitis Numularis
Penatalaksanaan Evidence base untuk tatalaksana dermatitis numularis sebagian besar berdasarkan
penelitian-penelitian dermatitis atopic.
Non Medikamentosa
• Hindari/atasi faktor pencetus.
• Berikan emolien apabila ditemukan kulit kering. Medikamentosa
Prinsip: Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan manifestasi klinis.Terdapat beberapa obat
yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1.Topikal
 Kompres pada lesi akut
 Antiinflamasi dan/atau antimitotik:
o Pilihan utama: kortikosteroid topikal potensi sedang hingga kuat
o Pilihan lainnya inhibitor kalsineurin seperti takrolimus dan pimekrolimus atau preparat tar
2. Sistemik
 Antihistamin oral
 Pada kasus dermatitis numularis berat dan refrakter dapat diberikan:
o kortikosteroid sistemik
o Pada anak dapat diberikan metotreksat dengan dosis 5-10 mg perminggu
 Pada kasus dermatitis numularis dengan lesi generalisata dapat ditambahkan fototerapi broad/narrow
band UVB.
2.Dermatitis Popok
Non medikamentosa
 Daerah popok dibersihkan dengan hati-hati dengan air dalam minyak, yang diulang setiap kali sesudah
buang air besar.
 Sesudah dibersihkan, gunakan krim untuk mencegah penetrasi bahan iritan.
 Dapat digunakan zinc oxide, dimetikon, lanolin, dan petrolatum.
 Dermatologi Non Infeksi
Medikamentosa
Prinsip: proteksi kulit dari feses dan urin, menekan inflamasi dan mengatasi terjadinya infeksi
sekunder.Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai
dengan indikasi sebagai berikut:
a) Topikal:
 Bila ringan: krim/salep yang bersifat protektif seperti seng oksida, pantenol, Lanolin dan petrolatum
jelly.
 Kortikosteroid potensi lemah hingga sedang (salep hidrokortison 1%/2,5%) waktu singkat.
 Bila terinfeksi kandida: antifungal kandida yaitu nistatin atau derivat azol mikonazol, flukonazol,
klotrimazol, atau kombinasi mikonazol nitrat dengan seng oksida dan petrolatum.
 Bila terinfeksi bakteri: diberikan mupirosin 2 kali sehari.
b) Sistemik:
 Bila terjadi infeksi bakteri yang berat pada bayi yang lebih tua, dapat diberikan amoksisilin klavulanat,
klindamisin, sefaleksin atau trimetoprimsulfametoksasol.
3. Dermatitis Seboroik

Penatalaksanaan
Dewasa
Pilihan pengobatan dapat berupa salah satu atau gabungan dari terapi sebagai
berikut (lihat bagan alur):
a. Daerah non skalp
 Ringan
o Antijamur topikal: krim ciclopirox 1%, krim ketokonazol 2% 2 kali sehari selama 4 minggu.
o AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol 2 kali sehari selama 4 minggu
o Kortikosteroid topikal kelas I: krim atau salep hidrokortison 1% 2 kali sehari selama 4 minggu
o Inhibitor kalsineurin topikal: krim pimekrolimus 1%, salep takrolimus 0,1% 2 kali sehari selama 4
minggu
 Sedang/berat
o Kortikosteroid topikal kelas II: krim desonide 0,05%, salep aclometasone 0,05% 2 kali sehari selama
4 minggu
o Antijamur sistemik
Bayi
1. Daerah skalp
o Antijamur topikal: sampo ketokonazol 2% 2 kali/minggu selama 4 minggu
o Emolien: white petrolatum ointment sebagai penggunaan sehari-hari5-6
Dermatologi Non Infeksi 18
o AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol setiap 12 jam
2. Daerah non skalp
o Antijamur topikal: krim ketokonazol 2% 1 kali sehari selama 7 hari
o Kortikosteroid topikal kelas I: krim hidrokortison 1% 1 kali sehari selama 7 hari
Thanks!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourwebsite.com
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics and images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai