Anda di halaman 1dari 61

ASSALAMU ALAIKUM

WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH
KARYA TULIS ILMIAH

Karakteristik Penderita Dermatitis Di


Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep
Periode Januari – Oktober 2010

Pembimbing :
Dr. Anna Sari Dewi Sp.OG

HENNY STEPHANI
110 207 045
Latar Belakang Masalah
• Di Pangkep penyakit kulit dan jaringan
subkutan lainnya serta dermatosis akibat kerja
masuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan
(khususnya di RSUD Pangkep)
• Di Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep
penyakit kulit alergi (bagian dari dermatitis)
termasuk dalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas
Mandalle.
TUJUAN PENELITIAN
• Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi
mengenai karakteristik penderita
dermatitis di Kecamatan Mandalle
Kabupaten Pangkep.
Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui jenis dermatitis terbanyak.
- Untuk mengetahui karakteristik penderita
dermatitis menurut umur.
- Untuk mengetahui karakteristik penderita
dermatitis menurut jenis kelamin.
Kerangka konsep
Jenis dermatitis

Jenis kelamin
 

Umur

Karakteristik
dermatitis
Penyebab  

Lama penyakit

Pengobatan
 
Keterangan :

= variabel dependent

= variabel independent

= variabel yang diteliti

= variabel yang berhubungan tapi tidak


diteliti
Defenisi Operasional Variable Dan
Kriteria Objektif
Defenisi operasional sangat dibutuhkan untuk
membatasi ruang atau pengertian variabel-variabel
penelitian dan akan memudahkan untuk
mengukurnya. Defenisi operasional variable adalah
rumusan pengertian variable yang diamati, diteliti
dan diberi batasan.

• Jenis dermatitis terbanyak beserta jumlahnya


Jenis dermatitis terbanyak dan yang tersering
selama periode januari-oktober 2010.
1. Kriteria objektif:
Januari sampai dengan Oktober 2010
2. Jenis kelamin
Kriteria objektif:
- Pria
- Wanita

3. Umur
- 0-10 tahun
- 11-20 tahun
- 21-30 tahun
- 31-40 tahun
- 41-50 tahun
- 51-60 tahun
- 61-70 tahun
- 71 tahun ke atas
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian

metode penelitian : survey


dekskriptif

untuk mengetahui gambaran pola penyakit pada


pasien di Puskesmas Mandalle.
LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian bertempat di


Puskesmas Mandalle wilayah
Kabupaten Pangkep.
Populasi Dan Sampel

1. Populasi semua penderita Dermatitis yang


berobat di Puskesmas Mandalle Kabupaten
Pangkep periode Januari-Oktober 2010.
2. Sampel semua penderita Dermatitis, baik
itu dermatitis kontak ataupun jenis
dermatitis lainnya yang berobat di
Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep
periode Januari-Oktober 2010 yang tercatat
di rekam medik puskesmas.
CARA PENARIKAN SAMPEL

Total
sampling

Semua penderita dijadikan


sampel.
PENGUMPULAN DATA

Data sekunder

Data ini diperoleh dari data mengenai penyakit yang


tercatat pada pencatatan kunjungan pasien di
Puskesmas Mandalle periode Januari - Oktober 2010.
Cara Pengolahan Dan Penyajian Data

Data yang diperoleh diolah secara


manual dan kalkulator

disajikan dalam bentuk tabel dan


grafik yang disertai dengan
penjelasan.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tentang Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan


dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor
eksogen dan atau faktor endogen’ menimbulkan
kelainan klinis berupa effloresensi
polimorfik(eritema), edema, papul, vwsikel, skuama,
dan likenifikasi), dan keluhan gatal.
DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA)
Defenisi
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang terjadi akibat
pajanan ulang dengan bahan dari luar yang bersifat haptenik atau
antigenic yang sama, atau mempunyai struktur kimia serupa, pada
kulit seseorang yang sebelumnya telah tersensitasi.

Epidemiologi

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah


penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit Dermatitis
kontak alergi didapatkan pada semua umur. Dan frekuensinya
pria =wanita.
Etiologi
alergen, paling sering berupa bahan kimia
dengan berat molekul kurang dari 500-1000
Da, yang juga disebut bahan kimia
sederhana..
Contoh:
1. Kosmetik
2. Senyawa kimia (dalam perhiasan)
3. Tanaman
4. Obat-obat yang terkandung dalam krim kulit
5.  Zat kimia yang digunakan dalam pengolahan
pakaian
Gejala

• Kemerahan yang ringan dan hanya


berlangsung sekejap
• Pembengkakan hebat dan lepuhan kulit.
• Ruam seringkali terdiri dari lepuhan kecil
yang terasa gatal (vesikel). Lepuhan akan
pecah dan mengeluarkan cairan serta
membentuk keropeng lalu mengering. Sisa-
sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit
yang bersifat sementara, bisa berlangsung
selama beberapa hari atau minggu
Diagnosis

• Anamnesis
• Pemeriksaan klinis
• Pemeriksaan penunjang/laboratorium
- Pemeriksaan eusinofil darah tepi
- Uji gores (scratch test)
- Uji tusuk (prick test)
-Patch testing
Penatalaksanaan
1. Eliminasi atau menghindari bahan kontakan
2. Pengobatan

*Sistemik:
- Antihistamin
- Kortikosteroid : metilprednison, metilprednisolon atau triamsinolon

*Topical: Jika lesi basah diberi kompres KMnO41/5000. Jika mengering


diberi kortikosteroid topical seperti hidrokortison 1-2%, triamsinolon
0,1%, fluosinolon 0,025%, desoksimetason 2-2,5% dan betametason-
dipropionat 0,05%.
3. Tindakan pencegahan.
DERMATITIS KONTAK IRITAN

Defenisi
Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah suatu
reaksi peradangan setempat yang bukan
imunologis pada kulit sesudah mendapat paparan
iritan baik satu kali maupun berulang.
Epidemiologi
DKI dapat diderita oleh semua orang dari
berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin.
Jumlah penderita dermatitis kontak iritan
diperkirakan cukup banyak, namun angkanya
secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan
antara lain oleh banyak penderita dengan
kelainan ringan tidak datang berobat
Etiologi

• Bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan


pelarut, detergen, minyak pelumas, asam,
alkali, dan serbuk kayu.
Gejala Klinis
1. DKI akut : kulit tereasa pedih, panas, rasa terbakar,
kelainan yg terlihat berupa eritema edema, bula,
mungkin juga nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas
tegas, dan pada umumnya asimetris.
2. DKI akut lambat : gambaran klinis dan gejala sama
dengan DKI akut, tetapi baru muncul 8 sampai 24 jam
atau lebih setelah kontak.
3. DKI kumulatif : nama lainnya DKI kronis. Gejala
klasiknya berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat
laun kulit tebal (hyperkeratosis) dan likenifikasi, difus.
Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit retak
seperti luka iris (fisur).1
Diagnosis
• Gambaran klinis
• Pemeriksaan dan setelah menyingkirkan
kemungkinan dermatitis alergi (dengan patch
testing) dapat pula dengan melihat respon
terapi.
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terutama berhubungan dengan


upaya pencegahan dan upaya ini akan berhasil
bila ada kerja sama yang erat antara perusahaan
dengan dermatologis. Pakaian pelindung harus
selalu dipakai bila menangani iritan atau
kaustik kuat.
DERMATITIS SEBOROIK
Defenisi
Dermatitis seboroik merupakan peradangan
permukaan kulit berbentuk lesi squamosa ( bercak
disertai semacam sisik ), bersifat kronis, yang
sering terjadi di area kulit berambut dan area kulit
yang banyak mengandung kelenjar sebasea
( kelenjar minyak, lemak ), seperti kulit kepala,
wajah, tubuh bagian atas dan area pelipatan tubuh
(ketiak, selangkangan, pantat).
Prevalensi
Prevalensi dermatitis seboroik diperkirakan sekitar 3-5 %.
Jika ketombe yang merupakan dermatitis seboroik
ringan ditambahkan, angka kejadian mencapai 15-20
%.

• Dermatitis seboroik dapat dialami oleh semua ras.


•Berdasarkan usia, dermatitis seboroik dapat terjadi pada
semua umur, terutama usia pubertas hingga usia 40 tahun.
•Berdasarkan jenis kelamin, dermatitis seboroik sedikit
lebih banyak dialami pria ketimbang wanita.
Etiologi
masih belum jelas,

Meskipun demikian berbagai macam faktor


seperti :
•faktor hormonal
•infeksi jamur
•kekurangan nutrisi
•faktor neurogenik diduga berhubungan dengan
kondisi ini.
Gejala Klinis
Kulit kepala yang berskuama dan berkrusta
local atau difus. Kadang-kadang disebut cradle
cap,
• pada dewasa muda yang ditandai oleh skuama
tebal, berminyak pada kulit kepala dan plak
eritematosa hyperkeratosis pada wajah, dada dan
organ kelamin. Pada kulit kepala yang terkena
biasa ditemukan adanya pembentukan skuama
yang luas dan gatal dengan dasar yang eritematosa.
Diagnosis
1. Gejala klinis yang khas.
2. Pemeriksaan histopatologi : gambaran dermatitis
kronis, spongiosis lebih jelas. Pada epidermis dapat
ditemukan parakeratosis fokal dengan abses Munro.
Pada dermis terdapat pelebaran ujung pembuluh darah
di puncak stratum papilaris disertai sebukan sel-sel
neutrofil dan monosit.
3. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa
atau blastokonidia.
4. 4. Pemeriksaan lampu Wood: fluoresen negatif (warna
violet).10
Penatalaksanaan
• obat anti inflamasi (immunomodulatory), keratolitik,
anti jamur dan pengobatan alternatif.
• Lesi kulit kepala sebaiknya dikendalikan dengan
shampoo anti seboroik (selenium sullfid, sulfur, asam
salisilat, seng sipirition, tar),.
•Lesi meradang biasanya berespon cepat terhadap terapi
kortikosteroid topical yang diberikan dua sampai empat
kali sehari.
•Agen anti jamur topical efektif melawan pityrosporum
juga telah ditunjuk sebagai terapi. Kompres basah
sebaiknya dilakukan pada lesi basah dengan fisura
sebelum pengolesan salep steroid.
HASIL PENELITIAN
Kasus dermatitis secara keseluruhan
yang diperoleh selama bulan januari –
oktober 2010 di Puskesmas Mandalle
adalah 387 orang.
VARIABEL MENGENAI JENIS DERMATITIS
TERBANYAK

Jenis Dematitis Terbanyak


400

350

300

250

200

150

100

50

0
DKA DKI Dermatitis seboroik
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data jenis
dermatitis terbanyak periode januari-oktober 2010 adalah
sebagai berikut :

- Dermatitis Kontak Alergi (DKA) : 378 orang


- Dermatitis Kontak Iritan (DKI) : 6 orang
- Dermatitis Seboroik (DS) : 3 orang
Jumlah Penderita Dematitis Kontak Alergi

60

50

40

30

20

10

0
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah penderita DKA
terbanyak periode januari-oktober 2010 adalah sebagai berikut :

- Januari : 9 orang
- Februari : 14 orang
- Maret : 15 orang
- April : 56 orang
- Mei: 47 orang
- Juni : 45 orang
- Juli : 54 orang
- Agustus : 39 orang
- September : 44 orang
- Oktober : 55 orang
Jumlah Penderita Dematitis Kontak

1.8

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah penderita
Dermatitis Kontak Iritan periode januari-oktober 2010
adalah sebagai berikut :
- Januari : -
- Februari : -
- Maret : -
- April : 1 orang
- Mei : -
- Juni : -
- Juli : 2 orang
- Agustus : 2 orang
- September :-
- Oktober : 1 orang
Jumlah Penderita Dematitis Seboroik

2.5

1.5

0.5

0
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah penderita
Dermatitis Seboroik Puskesmas Mandalle periode januari-
oktober 2010 adalah sebagai berikut :
- Januari : -
- Februari : -
- Maret : -
- April : 1 orang
- Mei : 2 orang
- Juni : -
- Juli :-
- Agustus :-
- September :-
- Oktober :-
VARIABEL BERDASARKAN UMUR

Karakteristik Penderita Dermatitis Kontak Alergi

140

120

100

80

60

40

20

0
0 - 10 thn 11-20 thn 21-30 thn 31-40 thn 41-50 thn 51-60 thn 61-70 thn 71-80 thn
Dari grafik diatas terlihat bahwa kasus penderita
Dermatitis Kontak Alergi berdasarkan umur periode
januari – oktober 2010 sebagai berikut :

 0 - 10 tahun : 132 kasus


 11-20 tahun : 72 kasus
 21-30 tahun : 39 kasus
 31-40 tahun : 47 kasus
 41-50 tahun : 52 kasus
 51-60 tahun : 20 kasus
 61-70 tahun : 13 kasus
 71-80 tahun : 3 kasus
Karakteristik Penderita DKI berdasarkan Umur

2.5

1.5

0.5

0
0-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun 71-80 tahun
Dari grafik diatas terlihat bahwa kasus penderita
DKI berdasarkan umur periode januari – oktober
2010 sebagai berikut :

 0 - 10 tahun : -
 11-20 tahun : -
 21-30 tahun : -
 31-40 tahun : 3 kasus
 41-50 tahun : 3 kasus
 51-60 tahun : -
 61-70 tahun : -
 71-80 tahun : -
Karakteristik Penderita Dermatitis Seboroik
berdasarkan Umur

1.8

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun 71-80 tahun
Dari grafik diatas terlihat bahwa kasus
penderita DS berdasarkan umur periode januari –
oktober 2010 sebagai berikut :

 0 - 10 tahun : 2 kasus
 11-20 tahun : 1 kasus
 21-30 tahun : -
 31-40 tahun : -
 41-50 tahun : -
 51-60 tahun : -
 61-70 tahun : -
 71-80 tahun : -
VARIABEL BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Karakteristik Penderita DKA berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Bulan
Laki-laki P(%) Perempuan P(%)
Januari 4 2,2 5 2,6
Februari 7 3,8 7 3,6
Maret 10 5,4 5 2,6
April 27 14,6 29 15,1
Mei 23 12,4 24 12,4
Juni 18 9,7 27 13,9
Juli 34 18,4 20 10,4
Agustus 19 10,3 20 10,4
September 18 13,5 26 13,5
Oktober 25 15,5 30 15,5
Total 185 100 193 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus
penderita DKA Di Puskesmas Mandalle
Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep
Periode Januari - Oktober 2010 lebih banyak
didapatkan pada perempuan yang berjumlah
193 (51,1%) daripada laki-laki yang berjumlah
185 (48,9%).
 
Karakteristik Penderita DKI berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Bulan
laki-laki P(%) Perempuan P(%)
Januari 0 0 0 0
Februari 0 0 0 0
Maret 0 0 0 0
April 1 16,7 0 0
Mei 0 0 0 0
Juni 0 0 0 0
Juli 2 33,3 0 0
Agustus 2 33,3 0 0
September 1 16,7 0 0
Oktober 0 0 0 0
Total 6 100 0 0
Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus
penderita DKI di Puskesmas Mandalle
Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep
Periode Januari - Oktober 2010 didapatkan
penderita semuanya berasal dari jenis kelamin
lelaki dengan jumlah 6 orang (100%) dan
bahkan pada periode tersebut tidak ditemukan
penderita DKI pada wanita.
Karakteristik Penderita DS Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Bulan
laki-laki P(%) Perempuan P(%)
Januari 0 0 0 0
Februari 0 0 0 0
Maret 0 0 0 0
April 0 0 1 50
Mei 1 100 1 50
Juni 0 0 0 0
Juli 0 0 0 0
Agustus 0 0 0 0
September 0 0 0 0
Oktober 0 0 0 0
Total 1 100 2 10
 
Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus penderita
Dermatitis Seboroik di Puskesmas Mandalle
Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep
Periode Januari - Oktober 2010 didapatkan
penderita jenis kelamin perempuan yang
berjumlah 2 orang (66,7%) lebih tinggi dari
laki-laki yang berjumlah 1 orang (33,3%).
PEMBAHASAN
Jenis dermatitis terbanyak

1. DKA = 378 orang


(97,7%)

2. DKI = 6 orang
(1,5)

3. DS = 3 orang
(0,7%).
Karakteristik penderita dermatitis menurut umur

jumlah penderita DKA tertinggi


pada kelompok umur 0 - 10
tahun sebanyak 132 kasus

penderita DKI hanya ada pada


kelompok umur:
• 31-40 tahun = 3 kasus
• 41-50 tahun = 3 kasus

penderita DS hanya ada pada


kelompok umur
• 0 - 10 tahun = 2 kasus
• 11-20 tahun = 1 kasus.
Karakteristik penderita dermatitis
menurut jenis kelamin

Jumlah penderita DKA :


• laki-laki = 185 (48,9%) kasus
• perempuan = 193 (51,1%) kasus.

Jumlah penderita DKI :


Laki-laki = 6 (100%)kasus

Jumlah penderita DKA :


• perempuan = 2 kasus (66,7)
• laki-laki = 1 (33,3%).
kasus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis dermatitis terbanyak adalah DKA.
2. Semua umur dapat terkena penyakit dermatitis kontak
alergi dan dermatitis kontak iritan. Angka penderita
DKA yang paling banyak didapatkan pada kelompok
umur 0 - 10 tahun sedangka DKI paling banyak
didaptkan pada kelompok umur 35 - 50 tahun. Untuk
DS sering didapatkan pada anak-anak.
3. DKA dan DKI dapat didapatkan pada semua jenis
kelamin. Sedangkan DS sedikit lebih banyak pada
wanita.
Saran
• Perlu adanya penyuluhan yang lebih terhadap masyarakat
agar mereka lebih mengerti apa sebenarnya dermatitis
beserta factor-faktor penyebabnya.
• Perlu kiranya tenaga kesehatan baik dokter, perawat,
ataupun pegawai rekam medis yang bertugas di puskesmas
untuk mengisi status pasien secara lengkap terutama identitas,
anamnesis faktor – faktor resiko yang berkaitan, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Selain itu diperlukan pula
adanya keseragaman dalam pengisian status pasien agar
didapatkan data yang lebih objektif
• Untuk peneliti yang akan datang diharapkan agar meneliti
variabel-variabel yang belum penulis teliti sehingga hal-hal
yang berhubungan dengan dermatitis dapat terungkap secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
• DAFTAR PUSTAKA
1. Adi Sularsito, S. dan Djuanda, S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A., Hamzah M., Aisyah S., editor. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi kelima. Jakarta: balai penerbit FKUI; 2007 . h. 129-203
2. Sudarianto. 10 penyakit terbesar di RS Sulsel. [online]. 2009 Sep 29. [cited 2010 des 8]; Available from : URL:
http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/09/29/10-penyakit-terbesar-pada-rs-di-sulsel/
3. Arif., Profile Puskesmas Mandalle. [online]. 2010 Apr 12. [cited 2010 nov 27]; Available from : URL:
http://puskesmasmandalle.blogspot.com/2010/04/profil-puskesmas-mandalle.html
4. Amiruddin, M.D., editor. Ilmu penyakit kulit. Makassar : bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin, fakultas kedokteran,
universitas Hasanuddin; 2003. h. 249-261
5. Anonym. Dermatitis [cited 2010 Nov 19]: Available from: http://medlinux.blogspot.com/2009/03/dermatitis.html.
6. Siregar, R. S., editor. Atlas Berwarna Saripati penyakit kulit. Edisi 2. Indonesia: penerbit buku kedokteran EGC. h. 109-
114
7. Anonym. Dermatitis kontak. [online]. 2010 Feb 1 [cited 2010 Nov 20]: Available from: URL:
http://forum.m.ac.id/index.php?topic=6231.0.
8. Jeyaratnam J dan Koh D. gangguan kulit. Sihombing, R. N. E., Widyastuti, P. editor. Buku ajar praktik kedokteran kerja..
edisi 1. Jakarta : EGC; 2009. h. 104-117
9. Hatmoko. Dermatitis seboroik. [online ]. 2010 [ Cited 2010 Nov 27]; Available from: URL:
http://www.docstoc.com/docs/55947197/Dermatitis-Seboroik.
10.Anonym. Dermatitis seboroik. [online ]. 2010 Agust 23 [cited 2010 Nov 27]: Available from: URL:
http://medlinux.blogspot.com/2007/08/dermatitis-seboroik.html.
11.Lane, Al dan Darmstadt G. Eksema. Dalam: Wahab S, editor. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Jakarta: EGC, 2000.
12.Brown, R. G. dan burns, T., Eksema. Dalam: Safitri, A. editor. lecture note on dermatology. Edisi 8. Jakarta : Erlangga;
2005. h. 74-75.
13.Meadow, R. dan Newell, S. J., Bercak. Safitri, A. Editor. Lecture note: pediatrika. Edisi 7. Jakarta: Erlangga; 2005. h. 197
TERIMA KASIH

ASSALAMU ALAIKUM
WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai