Anda di halaman 1dari 7

Etiologi Endoftalmitis

Endoftalmitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, fungi, dan parasit.


Penyebab endoftalmitis tersering adalah bakteri, kemudian fungi, dan lebih jarang lagi oleh
karena parasit. Etiologi bervariasi berdasarkan jenis endoftalmitis. Sebagian besar penyebab
endoftalmitis post-operasi adalah bakteri, terutama bakteri Gram positif, seperti yang
tercantum pada tabel 2.1. Sebesar 95% penyebab endoftalmitis post-trauma adalah
Staphylococcus spp. and Bacillus spp. Penyebab lainnya yang lebih jarang adalah bakteri
Gram negatif (seperti Klebsiella dan Pseudomonas) dan fungi. 1
Tabel 3.1 Mikroorganisme penyebab endoftalmitis post-operasi 2
Jenis endoftalmitis Mikroorganisme Prevalensi
Akut Coagulase-negative staphylococci 33 - 77 %
Staphylococcus aureus 10 - 21 %
-haemolytic streptococci, S. 9 - 19 %
pneumoniae, S. mitis, S. salivarius
Gram negative bacteria (e.g. 6 - 22 %
Pseudomonas aeruginosa,
Haemophilus influenzae)
Fungi (e.g. Candida spp., 8%
Aspergillus spp., Fusarium spp.)
Kronik Propionibacterium acnes 2/3 kasus
Corynebacterium spp., S. 1/3 kasus
epidermidis, Fungi

Patogenesis Endoftalmitis
Patogenesis endoftalmitis dibedakan berdasarkan klasifikasi endoftalmitis.
Endoftalmitis eksogen terjadi akibat inokulasi mikroorganisme secara langsung ke dalam
mata melalui operasi, luka akibat trauma, atau penyebaran langsung infeksi dari jaringan
sekitarnya. Endoftalmitis eksogen dapat dibagi lebih lanjut menjadi endoftalmitis post-
operasi dan endoftalmitis post-trauma. Endoftalmitis post-operasi sering terjadi setelah
operasi intraokular yang menembus seluruh lapisan kornea atau sklera dan lebih jarang terjadi
setelah operasi ekstraokular. Sumber mikroorganisme yang dapat menjadi penyebab
endoftalmitis post-operasi adalah flora normal okular dan periokular pasien, infeksi struktur
mata atau adnexa, kontaminasi peralatan bedah yang digunakan (dicurigai bila terdapat
outbreak lokal kejadian endoftalmitis post-operasi), serta kontaminasi area operasi. 1
Flora normal okular dan periokular pasien merupakan sumber infeksi paling sering.
Beragam mikroorganisme berkolonisasi pada permukaan okular. Sebagian besar
mikroorganisme tersebut juga berkolonisasi di kulit, seperti Staphylococcus koagulase
negatif. Permukaan okular dan kulit tidak dapat sepenuhnya disterilisasi dengan antibiotik
maupun antiseptik, sehingga beberapa mikroorganisme ini dapat mengalami inokulasi
langsung pada saat operasi. Pada endoftalmitis post-trauma, mkroorganisme dapat berasal
dari flora pada permukaan okular pasien, seperti Staphylococcus koagulase negatif, maupun
lingkungan sekitar tempat terjadinya trauma. Sebagai contoh, Bacillus merupakan
mikroorganisme yang umum terdapat pada tanah dan merupakan salah satu bakteri penyebab
endoftalmitis post-trauma. Bakteri ini kemungkinan dapat memasuki mata pada saat trauma
mata terjadi dari lingkungan sekitar terjadinya trauma. 3,4
Endophtalmitis endogen berasal dari penyebaran bakteri atau jamur dengan
penyebaran melalui darah selama septikemia. Sumbernya mungkin jauh dan tidak bergerak
seperti saluran intravena yang terinfeksi atau organ yang terinfeksi, seperti pada endokarditis,
gangguan saluran cerna, pielonefritis, meningitis atau osteomielitis. Faktor predisposisi pada
pasien ialah seperti penyakit kronik ( diabetes atau gagal ginjal kronik) atau imunosupresi,
penggunaan obat intravena, atau terjadi segera setelah operasi atau pada periode post partus.3
Diagnosis yang akurat dari agen yang menyebabkan endophtalmitis endogen sangat
penting untuk penanganan antibiotik yang tepat untuk infeksi mata dan sistemik. Jika agen
tidak diketahui Rontgen dada, dan kultur jamur dan bakteri darah serta kultur urine harus
diperhatikan. Pada beberapa pasien, semua kultur ekstraokular akan negatif, tanpa tanda-
tanda infeksi ekstraokular.3

Diagnosis Banding
Endoftalmitis yang disebabkan oleh jamur dan bakteri seringkali sulit untuk dibedakan
dengan peradangan intaokuler lainnya. Peradangan berlebihan tanpa endoftalmitis sering
ditemui post tindakan operasi berat, riwayat keratitis dan uveitis sebelumnya. Toxic Anterior
Segment Syndrome (TASS) juga termasuk dalam diagnosis banding endoftalmitis. TASS
merupakan inflamasi akut di segmen anterior mata, disebabkan oleh penggunaan cairan, obat,
atau instrumen yang berkontak langsung dengan segmen anterior mata selama tindakan
pembedahan. TASS memiliki tampilan klinis yang sama dengan endoftalmitis. Perbedaan
keduanya terletak pada hasil pemeriksaan laboratorium, dimana tidak ditemukannya bakteri
atau jamur (TASS, steril). TASS sangat respon dengan pemberian kortikosteroid dan tanpa
disertai keterlibatan segmen posterior mata. Keratitis dan infeksi post operasi sering disertai
dengan hipopion tanpa infeksi intraokuler. Diagnosis banding lain endoftalmitis akut yaitu
pertumbuhan sel tumor (limfoma dan retinoblastoma) di segment anterior dan menyebabkan
peradangan intraokuler.3

Diagnosis
Diagnosis endoftalmitis ditegakkan berdasarkan klinis yang ditemukan. Secara umum
endoftalmitis dibagi menjadi dua yaitu: endoftalmitis endogen dan endoftalmitis eksogen.
Endoftalmitis eksogen dapat disebabkan karena post operasi (tersering; bedah katarak) atau
post-trauma mata. Endoftalmitis akut post trauma merupakan kasus endoftalmitis yang sering
ditemukan terutama kejadian trauma yang disertai dengan adanya benda asing intraokuler.
Dengan temuan klinis berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda
infeksi muncul segera setelah cedera, akan tetapi biasanya oleh reaksi inflamasi post trauma
jaringan mata yang rusak.3
Endofthalmitis akut setelah operasi katarak dimulai antara hari pertama pasca operasi
dan kira-kira dua minggu setelah operasi. Hal ini terkait pada 74- 85 % dengan nyeri okular
dan > 90 % dengan penglihatan yang berkurang. Hal ini ditandai dengan 75 - 86 % oleh
hypopyon, sekitar> 80 % oleh mata merah dan 35 % dengan pembengkakan tutup. Selain itu,
ada edema kornea dan keterlibatan segmen posterior .
Endophthalmitis kronis setelah operasi katarak dimulai setelah dua minggu tetapi
mungkin juga membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk muncul. Hal ini biasanya
disebabkan oleh Propionibacterium acnes, S. epidermidis (SSP), difteri dan jamur. Pada P.
acnes endophthalmitis, plak keputihan ditemukan di kantung kapsular dalam 40-89 %.
Hypopyon ditemukan pada 67 %, edema kornea pada 48 % dan keratitis pada 26 % kasus
endophthalmitis jamur. Hipopion berbentuk piramid adalah tipikal penyebab mikosis.
Secara klinis, endoftalmitis post trauma ditandai dengan adanya nyeri, inflamasi
intraokuler, hipopion dan kekeruhan vitreus. Dua pertiga kasus endoftalmitis akut post
trauma disebebakan oleh bakteri Gram positif. Bacillus sp merupakan penyebab yang paling
umum dan sering ditemukan. Sekitar 10-15% kasus endoftalmitis akut post trauma
disebabkan oleh bakteri Gram negatif dan jamur. Endoftalmitis akibat infeksi jamur biasanya
muncul setelah beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah trauma.3
Endoftalmitis harus di perkirakan pada pasien yang menunjukkan tanda peningkatan
nyeri, inflamasi intraocular (retinal periphlebitis) atau hypopion setelah perbaikan luka
tembus.3

Gambar 2.1 Endoftalmitis

Gambar 2.2 Endoftalmitis (AAO, 2014-2015)

Pemeriksaan oftalmologi yang penting dilakukan dalam menegakkan diagnosis


endoftalmitis eksogen post trauma5:
1. Pemeriksaan visus
2. Pemeriksaan slitlamp
3. Pemeriksaan tekanan intraokuler
4. Funduskopi

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain5:


1. Laboratorium
a. Endoftalmitis eksogen, sampel aquos dan vitreus diambil dan dikirim ke
laboratorium mikrobiologi untuk dilakukan pemeriksaan pewarnaan Gram,
uji sensitivitas dan kultur untuk menentukan etiologi kuman penyebab
endoftalmitis eksogen.
b. Endoftalmitis endogen, pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui
adanya sumber infeksi (sistemik).
2. USG, bertujuan untuk mengetahui adanya keterlibatan vitreus dan menyingkirkan
kemungkinan terjadinya ablasio retina. Hal ini penting dalam mempertimbangkan
penatalaksanaan dan prognosis pasien.

Gambar 2.3 USG B-scan pada endoftalmitis post-trauma


Gambar 2.4 Algoritma diagnosis endoftalmitis akut (ESCRS Guidelines, 2007).
Gambar 2.5 Algoritma diagnosis endoftalmitis kronik (ESCRS Guidelines, 2007).

Anda mungkin juga menyukai