Anda di halaman 1dari 8

PSPPA ANGKATAN 4

KELOMPOK 3

52120043 Sinta Pratiwi

52120044 Siti Amalia Ramdani

52120045 Irma Ratnasari

52120046 Anisa Tresna Asih

52120047 Ita Sugita

52120048 Syafiatin Miska Mukaromah

KASUS :

B. Studi Kasus Faringitis

Anak usia 8 tahun datang dengan keluhan nyeri menelan dan demam. Pasien telah sakit selama 3
hari. Tidak ada riwayat atopi pada anak ataupun keluarga. Anak sadar, makan minum baik,
muntah 1x. Laju napas 16x/menit, temperature 38c, KGB servikalis anterior membesar, tonsil
T3/T3, faring hiperemis dan ditemukan adanya debris. tidak ada tarikan dinding dada. Tidak ada
ronkhi ataupun whezzing.

Pertanyaan ?

1. Berdasarkan penemuan diatas, apakah diagnosis pada kasus diatas?

Tonsilofaringitis susp. Bacterial SBHGA

A. DEFINISI
Faringitis merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan asatas dengan
prevalensi terbanyak, penyebab terbanyak faringitis yaitu dari virus dan bakteri, bakteri
umum penyebab faringitis yaitu Group a streptococcal.
B. EPIDEMIOLOGI
Faringitis termasuk pada infeksi saluran pernafasan atas dan ditandai dengan iritasi pada
faring atau tonsil (Acerra,2018). Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) merupakan
penyakit infeksi yang menduduki peringkat pertama di beberapa puskesmas di
Tasikmalaya dengan pravalensi mencapai 25% di Indonesia (Riskesdas, 2013).
Virus (Rhinovirus,coronavirus, Adenovirus, dan coxsackieviruses) dan bakteri
(Streptococcus pyogenes, Neisseria gonorrheae, Corynobacterium dyptheriae,
Mycplasma pneumoniae, Staphylococcus aureus dan Bordetella pertussis) merupakan
penyebab umum penyakit ini, meskipun jamur juga dapat terlibat (Candida) (Donowitz
JR, 2018; Meneghetti A, 2018; Yoon YK, 2017)

Group a streptococcal (streptococcus pyogenes) merupakan bakteri yang paling sering


mengakibatkan faringitis mencapai 616 juta diseluruh dunia (WHO, 2005). Bakteri ini
menyebabkan 10-30% kasus faringitis pada anak-anak dengan usia 5-15 tahun dan paling
sering mengakibatkan komplikasi seperti rheumatic heart disease, endocarditis dan
glomerulonepharitis ( Pham dkk, 2017; WHO, 2005)

C. Manifestasi klinis
Sangat sulit untuk membedakan penyakit faringitis (virus atau bakteri) hanya berdasarkan
manifestasi klinik/ tanda dan gejala yang dirasakn pada pasien. Akan tetapi akorting
menggunakan kriteria centor dapat digunakan untuk memprediksi faringitis yang
diakibatkan infeksi bakteri Group a streptococcal (streptococcus pyogenes) (Mc Isaac
dkk,2004).

 Gejala umum yang sering dirasakan antara lain :


- Sakit tenggorokan
- Demam
- Sakit kepala
- Sakit otot
- Peteki pada pasien dan eksudat pada tonsil
( Choby BA, 2009)
D. Patofisiologi
Virus dan bakteri adalah suatu penyebab umum faringitis, faringitis yang diakibatkan
bakteri Group a streptococcal (streptococcus pyogenes) disebarkan melalui droplet
(Mushar DM, 2003). Mekanisme Secara pasti bagaimana Group a streptococcal
(streptococcus pyogenes mengakibatkan faringitis faringitis belum diketahui secara pasti,
akan tetapi beberapa hal telah diketahui, Group a streptococcal (streptococcus pyogenes
memiliki eksotoksin, adhesin, kapsul hyaluronic acid dan M protein. Eksotoksin dan
Adhesin digunakan bakteri untuk evade dari system imunitas melalui Acid dan M protein
memiliki fungsi dalam virulensi dan kesamaan dengan myosin jantung manusia sehingga
menimbulkan reaksi silang yang mengakibatkan penyakit remati kantung ( Marquez
MAC, 2016)
E. Klasifikasi Faringitis

2. Berdasarkan diagnosis, apakah rencana penatalaksanaan pada pasien ini?


 Tindakan suportif intake yang cukup, hidrasi, antipiretik
 Dilakukan pemeriksaan usap tenggorok
 Pemberian antibiotika golongan Penicilin
 Tidak perlu dirawat (rawat jalan)
 Edukasi termasuk konseling kapan harus control untuk mendeteksi adanyakomplikasi
 RADT dan throat culture digunakan dalam diagnosa.
Rencana Penatalaksaan dan Panduan

Antibiotika
ALERGI
PENISILIN

NO PANDUAN (GUIDELINE) LINI TIPE 4 TIPE 1


PERTAMA

1 Antibiotics Guideline for Amoxsisilin oral Gernerasi Hanya non- beta


Children with Acute Upper pertama laktam
Rispiratory Infection – Korea Sefalosporin
(2016)
2 Infectious Disease Sosiety of
America (2012)

America College of Physicion Penisilin V oral, Generasi Klindamisin,


3 (2001) Penisilin G (IM), pertama Klaritomisin,
Amoksisilin Oral Sefalosporion Azitromisin
4. Americal Academy of
Pediatrics (2003)

5 National Institute of Health Tidak spesifik


and care Exellence (2008) Tidak Spesifikasi

Berdasarkan beberapa panduan diatas amoksisilin oral tetap menjadi lini pertama dalam
pengobatan faringitis yang diakibatkan oleh Group a streptococcal (streptococcus pyogenes).
Dosis amoksisilin yang digunakan adalah 50 mg/kg BB ( maksimal 1000 mg) sehari atau satu
kali selama 10 hari. Penisilin V dan penisilin G bisa digunakan sebagai pilihan pertama
meskipun rasa dan cara pemberian tidak terlalu menyenangkan. Dosis pensilin V dan peniailin G
yang digunakan adalah 50 mg/ kg BB Dalam 4 dosis terbagi selama 10n hari sebagai single dose.
Bila Pasien terdapat Alergi penisilin maka sefalosporin generasi pertama menjadi pilihan (alergi
tipe 4) atau klindamamicin, klaritomisin dan azitromicin ( Alergi tipe 1). Sefaleksin dan
sefadroksil adalah sefalosporin generasi pertama. Dosis sefaleksin dan sefadroksil yang
digunakan adalah 20 mg/kg bb perdosis sehari dua kali (maksimal 500 mg per dosis). Dan 30
mg/kg BB sehari satu kali (maksimal 1000 mg). selama 10 hari. Dosis klindamicin, Klaritomicin
dan azitromicin yang digunakan adalah 7 mg,kg BB sehari tiga kali (maksimal 300 mg per
dosis), 7,5 mg/kg BB sehari dua kali (maksimal 250 mg per dosis) dan 12 mg/kg BB sehari satu
kali (maksimal 500 mg) ( Shulman dkk, 2012; KCDC, 2016; Snow dkk, 2001; Shulman dan
Gerber, 2004 ; Choby, 2009; Tan dkk, 2008; Yoon dkk, 2017)

Melakukan Monitoring Obat dan Konseling

Peran Farmasi dalam penatalaksanaan faringitis adalah untuk memastikan terapi yang optimal
(efektif) dan aman. Skrining awal potensi terjadinya masalah-masalah terkait ibat (Drug Related
Problems) menjadi sangat penting. Home care adalah metode monitoring terhadap pasien
faringitis dengan melihat gejala pasien seperti demam, kecepatan nadi, dan kecepatan nafas.
Selain itu, parameter labolatorium seperti jumlah leukosit dan eradikasi bakteri menjadi factor
penting dalam monitoring tersapi obat. Kerjasama tim adalah salah satu factor penentu dalam
ketercapaian terapi.

PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Pemantauan S.O.A.P
Tanggal
nyeri menelan dan demam. Pasien telah sakit selama 3 hari. Tidak ada
riwayat atopi pada anak ataupun keluarga. Anak sadar, makan minum
baik, muntah 1x. Laju napas 16x/menit, temperature 38℃, KGB servikalis
anterior membesar, tonsil T3/T3, faring hiperemis dan ditemukan adanya
debris. tidak ada tarikan dinding dada. Tidak ada ronkhi ataupun
whezzing.
Kondisi Klinis
(S/O)
 Laju napas 16x/ menit (Normal: 12-20x / menit)
 Temperatur 38℃ (Normal : 37℃)

Faringitis ditandai dengan nyeri ketika menelan dan demam

DRPs
Assassment
a. Non farmakologi

 Banyak beristirahat hingga kondisi terasa lebih baik


 Minum air putih dalam jumlah yang cukup agar tidak mengalami
dehidrasi
 Hindari paparan asap rokok dan polusi
 Pemberian asupan vitamin, serta sayur dan buah-buahan akan kaya
serat

b. Farmakologi

 Obat-obat Imunostimulator
Contohnya : Imbost
Mekanisme : Meraktivasi system imun yang rendah dengan
Rekomendasi meningkatkan respon imun spesifik antara lain memperbanyak T4,
(Plan) NK Cell dan makjrofag distimulasi oleh imunostimulator , juga
pelepasan interferon dan interleukin, sebagai akhir dari reaksi
kompleks itu, zat dapat dikenali dan dimusnahkan
Dosis :
Dewasa : 3 x 1 kaplet
Anak ( 2 – 6th )3x 2,5 – 5 ml (imbost Force syrup)
Anak ( 7 – 12th ) 3x sehari 5ml (imbost force syrup)

 Obat Pereda sakit tenggorokan ( Antibiotik)


Contohnya : Strepsill, wood’s , Fisherman’s
Mekanisme Strepsil : Gabungan antiseptic untuk aplikasi local dan
THT Praktek dan somatology, bertindak sebagai antimikroba,
memiliki efek, menenangkan pada selaput lendir.
Dosis : Dewasa dan anak diatas 5 tahun, setiap 2-3 jam 1 tab, dosis
maksimum 8 tab/ hari

Anda mungkin juga menyukai