Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan salah satu penyakit

akibat kerja. CTS disebabkan adanya disfungsi dari saraf medianus yang

terjadi karena peninggian tekanan di dalam terowongan karpal. Gejala

yang khas seperti : nyeri, parestesia, mati rasa atau sensasi seperti tertusuk-

tusuk saat pulih dari kesemutan dalam distribusi saraf medianus tangan,

dan biasanya di ibu jari telunjuk dari jari tengah serta bagian radial-radial

jari manis. Sebagian kasus CTS tidak diketahui secara jelas penyebabnya,

sedangkan pada kasus yang diketahui penyebabnya sangat bervariasi.

Penyebab CTS erat hubungannya dengan penggunaan tangan secara

berulang dan berlebihan (Morina, et al., 2012).

Peran fisioterapi pada kondisi Carpal Tunnel Syndrome ditentukan

oleh kondisi problemnya diidentifikasikan berdasarkan hasil-hasil kajian

fisioterapi yang meliputi : assessment, diagnosis, planning intervention

dan evaluasi. Intervensi fisioterapi berupa aspek : promotif, preventif,

kuratif, rehabilitatif dan maintenance dengan modalitas fisioterapi. Faktor

resiko yang pada Carpal Tunnel Syndrome termasuk Diabetesmiliitus,

Menopouse, Hypothyroidusm, Obesitas, Arthritis, dan kehamilan. Karena

penyakit-penyakit tersebut yang menyebabkan perubahan siklus hormonal.

Walaupun belum terdapat bukti yang cukup kuat yang mendukung

hipotesis ini penelitian baru-baru ini menyediakan bukti yang mendukung


penemuan faktor resiko untuk Carpal Tunnel Syndrome. Sebuah meta-

analysis komprehensif yang fokus terhadap hubungan antara

hypothyroidism dan Carpal Tunnel Syndrome memperlihatkan hubngan

yang saling keterlibatan (Padua, 2016).

Angka kejadian CTS di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 1-3

kasus per 1000 orang setiap tahunnya dengan prevalensi sekitar 50 kasus

dari 1000 orang pada populasi umum. Menurut National Health Interview

Study (NIHS) memperkirakan prevalensi CTS dengan populasi dewasa

sebesar 1.55% (2,6 juta). CTS lebih sering terjadi pada wanita daripada

pria dengan usia berkisar 25-64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita

>55 tahun, biasanya antara 40-60 tahun. CTS adalah jenis neuropaty

jebakan yang paling sering ditemui. Syndrome tersebut unilateral pada

42% kasus (29% kanan, 13% kiri) dan 58% bilateral (GorschéR, 2001).

Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan

kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan

memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan

penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,

elektrotrapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi (PMK No.

65 tahun 2015).

Ultrasound (US) adalah suara yang merupakan getaran mekanik di

dalam sebuah medium yang mudah berubah (elastis) dengan frekuensi

antara 20 dan 20.000 Hertz. Gelombang suara adalah gelombang

longitudinal yang dalam frekuensi tersebut dapat diregistrasi oleh telinga


manusia. Untuk mengurangi nyeri 1-2w/cm2 kontiyu (serabut saraf)

selama 3-5 menit, 0,5-1 w/cm2 kontiyu (akar saraf dan ganglia) selama 3-4

menit atau pulsed selama 6-8 menit. Diberikan selama 15 menit di setiap

pengobatan sebanyak 5 kali setiap 2-3 hari sekali (Pusdiknakes 1993).

Infra Red (IR) adalah alat fisioterapi yang memanfaatkan efek

panas dari sinar merah yang di pancarkan untuk melancarkan peredaran

darah dan menurunkan ketegangan pada otot. Infra Red mempunyai

panjang gelombang 1,5-5,6 mikron dan mempunyai radiasi mencapai 5,6-

1000 mikron dan penetrasi 3,75 cm yang memberikan efek pemanasan

pada jaringan yang lebih dalam di daerah otot yang cedera akan lebih

efektif (Ervolino & Gazze, 2016). Infrared (IR) adalah gelombang

elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700-4 juta A 0 (Sujatno,

2002).

Stretching adalah suatu istilah yang digunakan untuk

mendiskripsikan sebuah manuver terapi yang dirancang untuk

meningkatkan elastisitas jaringan, meningkatkan fleksibilitas dengan

memanjangkan struktur jaringan yang sudah memendek dan kurang elastis

(hipomobile) (Kisner, 2007).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk

mengambil makalah yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada

Kondisi Carpal Tunnel Syndrome dengan Modalitas Ultrasound, Infra

Red dan Stretcihng Di RSUD Kajen Kota Pekalongan”.


B. Rumusan Masalah

1. Apakah Infra Red dapat mengurangi nyeri pada kondisi Carpal Tunnel

Syndrome ?

2. Apakah Ultrasound dapat mengurangi spasme otot pada kondisi Carpal

Tunnel Syndrome ?

3. Apakah Stretching dapat meningkatkan aktivitas fungsional pada

kondisi Carpal Tunnel Syndrome ?

4. Apakah Stretching dapat meningkatkan LGS pada kondisi Carpal

Tunnel Syndrome ?

5. Apakah Stretching dapat meningkatkan kekuatan otot pada kondisi

Carpal Tunnel Syndrome ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Tujuan Umum

Mengetahui manfaat efek pemberian Ultrasound, Infra Red dan

Stretcihng guna menambah pengetahuan serta menyebarluaskan

informasi tentang peran fisioterapi pada kondisi Carpal Tunnel

Syndrome.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Infra Red dapat mengurangi nyeri pada kondisi

Carpal Tunnel Syndrome


b. Untuk mengetahui Ultrasound dapat mengurangi spasme otot

pada kondisi Carpal Tunnel Syndrome

c. Untuk mengetahui Stretching dapat meningkatkan aktivitas

fungsional pada kondisi Carpal Tunnel Syndrome

d. Untuk mengetahui Stretching dapat meningkatkan LGS pada

kondisi Carpal Tunnel Syndrome

e. Untuk mengetahui Stretching dapat meningkatkan kekuatan otot

pada kondisi Carpal Tunnel Syndrome

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diambil dalam penulisan makalah ini antara lain :

1. Bagi penulis

Hasil penulisan ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan

mengenai Carpal Tunnel Syndrome yang banyak dijumpai dikalangan

masyarakat.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan

untuk dapat mengetahui tindakan yang diberikan pada kasus Carpal

Tunnel Syndrome dan pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Bagi institusi Pelayanan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi kesehatan

untuk dapat lebih mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Carpal

Tunnel Syndrome sehingga dalam penanganan kasus tersebut dapat

ditangani secara baik dan benar.


4. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat agar

lebih mengenal penatalaksanaan fisioterapi dalam kasus Carpal Tunnel

Syndrome.
BAB II

TNJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi kasus

1. Definisi

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan salah satu penyakit

akibat kerja. CTS disebabkan adanya disfungsi dari saraf medianus yang

terjadi karena peninggian tekanan di dalam terowongan karpal. Gejala

yang khas seperti : nyeri, parestesia, mati rasa atau sensasi seperti tertusuk-

tusuk saat pulih dari kesemutan dalam distribusi saraf medianus tangan,

dan biasanya di ibu jari telunjuk dari jari tengah serta bagian radial-radial

jari manis. Sebagian kasus CTS tidak diketahui secara jelas penyebabnya,

sedangkan pada kasus yang diketahui penyebabnya sangat bervariasi.

Penyebab CTS erat hubungannya dengan penggunaan tangan secara

berulang dan berlebihan (Morina, et al., 2012).

Carpal tunnel syndrome adalah gangguan umum dengan gejala

yang melibatkan nervus medianus. Nervus medianus rentan terhadap

kompresi dan cedera di telapak tangan dan pergelangan tangan, di mana

dibatasi oleh tulang pergelangan tangan (karpal) dan ligamentum karpal

transversal. CTS merupakan kombinasi dari kelainan jari, tangan dan

lengan dengan gejala yang mencerminkan kompresi sensoris atau motoris,

paling sering terjadi pada orang dewasa di atas 30 tahun, khususnya

perempuan (Ross SK, 1997).


2. Anatomi Fungsional

a. Sistem Tulang

Beberapa tulang yang membentuk pergelangan tangan dan daerah

disekitarnya, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Tulang radius

Tulang radius atau pengumpil adalah tulang lateral

lengan bawah, ujung atasnya bersendi dengan humeri pada

articulation cubiti dengan ulna pada articulation radioulnaris

proximal. Ujung distalnya bersendi dengan os scaphoideum

dan os lunatum pada articulation carpalis dan dengan ulna

pada articulation radioulnaris distal. Pada ujung atas radius

terdapat caput berbentuk bulat kecil yang disebut caput radii.

Kemudian terdapat corpus radii yang merupakan badan dari

os radius. Pada bagian distal terdapat tonjolan yang disebut

processus styloideus (Putz R dan Reinhard Pabst, 2007).

2) Tulang ulna

Tulang ulna atau hasta adalah tulang medial lengan

bawah, ujung atasnya bersendi dengan humerus pada

articulation cubiti dan dengan caput radii pada articulation

ulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan radius

pada articulation ulnaris distalis tetapi dipisahkan dari


articulation radiocarpalis dengan facies articularis. Bagian

proximal ulna terdapat tonjolan besar yang disebut processus

olecranii. Kemudian badan tulang ulna disebut corpus ulnae,

sedangkan pada distal terdapat tonjolan pada permukaan

medial yang disebut processus styloideus (Putz R dan

Reinhard Pabst, 2007).

3) Tulang-tulang carpalia

Tulang carpal atau tulang pergelangan tangan terdiri

dari delapan tulang yang dibagi dalam dua deretan yaitu

deretan proksimal terdapat os. navikulare, os. Lunatum, os.

triquitrum, os. fisiformis. Serta deretan distalis terdapat os.

trapezium, os. trapezoid, os. capitatum, os. Hamatum (Putz R

dan Reinhard Pabst, 2007).

Gambar 2.1
Keterangan :

1. Os radius 9. Os metacarpi I

2. Os lunatum 10. Articulatio

metacarpophalangeal
3. Pros stiloideus radii
pollicis
4. Os scapoideum
11. Phalanx proximal
5. Os trapezium
12. Phalanx distal
6. Os trapezoideum
13. Phalax proximal
7. Articulatio
14. Phalanx media l
carpometacarpalia policis

15. Caput phalangeal


8. Os capitatum
16. Carpus phalngeal 21. Os pisiform

17. Basis phalangeal 22. Os triquetum

18. Caput ossis metacarpi 23. Proc stiloidues ulnaris

19. Basis oss meacarpi 24. Caput ulna

20. Os hamatum 25. Os Ulna

3. Sistem Persendian

a. Radioulnar joint

Merupakan ovoid joint dimana os radius konkaf

menghadap kedistal sedikit serong kepalmar 5 bersendi dengan

corpus yang berbentuk konveks. Os ulnae dengan corpus tetapi

melalui diskus.

b. Mid carpal joint

Sendi yang terbentuk di antara proximal row (schapoid,

lunate, triquertum) dan distal row (trapezium, trapezoid,

capitate, humate) dari tulang carpal.

c. Intercarpalia joint

Sendi yang menghubungkan antar tulang – tulang carpal

seperti schapoid, triquertum, dan pisiform.


Gambar 2.2

keterangan :

1. Distal radioulnar joint

2. Radiocarpalis joint

3. Intercapalia joint

4. Metacarpophalangeal joint

5. Metacarpophalangeal joint

6. Proximal interphalangeal joint

7. Distal interphalangeal joint


4. Sistem Saraf

Nervus medianus adalah percabangan dari flexus brachialis yang

keluar dari vertebra C6, C7,C8, dan T1. Dengan dua buah caput yaitu

caput medial dari fasckulus medialis dan caput lateral dari fasiculus

lateralis. Kedua kaput tersebut bersatu pada tepi bawah otot pectoralis

minor. Dalam lengan serabut saraf ini tidak bercabang. Truncus berjalan

turun sepanjang arteri brachialis dan melewati sisi volar lengan bawah

dan bercabang masuk ke canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari

jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan

berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.

a. Saraf radialis

Saraf radialis berjalan di sepanjang teori ibu jari-sisi

lengan bawah. Dan sekitar akhir tulang jari-jari ke bagian

belakang tangan. Ini memberi sensasi ke bagian belakang tangan

jari ibu ketiga. Hal ini juga menunjukan ke belakang ibu jari dan
hanya di luar ibu jari utama dari permukaan belakang cincin dan

jari tengah.

b. Saraf ulnaris

Saraf ulnaris bergerak melalui terowongan terpisah,yang

disebut kanal guyon. Terowongan ini di bentuk oleh dua tulang

karpal (yang berbentuk kacang dan bengkok) dan ligamentum

yang menghubungkan mereka. setelah melewati karnal, cabang-

cabang saraf ulnar keluar untuk memasok perasaan ke jari

kelingking dan setengah jari manis. Cabang-cabang saraf ini juga

memasok otot kecil di telapak dan otot yang menarik ibu jari ke

arah telapak tangan.

c. Saraf medianus

Saraf median perjalanan melalui sebuah terowongan

dalam pergelangan tangan disebut carpal tunnel. Saraf median

memberikan sensasi ke sisi telapak ibu jari, jari telunjuk, jari

panjang, dan setengah dari jari manis. Juga mengirimkan cabang

saraf untuk mengontrol otot-otot tenar jempol. Otot-otot tenar

membantu memindahkan ibu jari dan membiarkan ibu jari dan

membiarkan anda menyentuh pada jempol ke ujung setiap jari

masing-masing di sisi yang sama, gerak disebut oposisi.

Gambar 2.3
keterangan :

1. Carpal tunnel

2. Median nerve

3. Pembuluh darah

4. Tendons

5. Tulang carpus

6. Flexor triger tendons


5. Sistem Vaskularsasi

Arteri radial dan ulnar memberikan aliran darah untuk tangan dan

jari dengan membentuk arkus pada dorsalis manus. Arteri radial terletak di

antara brakioradialis dan tendon fleksor karpi radialis di pergelangan

tangan. Arteri terbagi menjadi dua cabang, dengan cabang dorsal yang

lebih besar mengalir di bawah kompartemen dorsal pertama, melalui

snuffbox anatomis, di antara jari telunjuk dan tulang metakarpal ibu jari,

dan ke dalam cekungan telapak tangan. Cabang palmar yang lebih kecil

bergerak melewati tendon fleksor karpi radialis, di bawah atau melalui

otot thenar, dan membentuk komponen radial arkus palmar superfisial.

Arteri ulnaris terletak lateral nervus ulnaris pada pergelangan tangan dan

bersebelahan dengan tendon fleksor karpi ulnaris. Nervus ulnaris dan

arteri ulnaris berjalan bersama masuk ke dalam kanal Guyon, yang

dibatasi oleh pisiform dan lengkungan dari hamate.Bagian dasar


kanal Guyon adalah ligamentum karpal transversum (TCL) dan bagian

atasnya adalah ligamentum karpal volar (Berger and Weiss, 2003,

Chung, 2015, Jones and Lederman, 2006, Seiler and Hand, 2002).

Arteri terbagi menjadi dua cabang dengan cabang yang lebih

besar membentuk konstituen utama lengkung palmar superfisial.

Cabang yang lebih kecil lewat jauh untuk terhubung dengan arteri radial

dan membentuk lengkungan palmar profundus. Sebuah garis yang

ditarik di telapak tangan sejajar dengan jempol yang diabduksikan

sepenuhnya (garis kardus Kaplan) mendekati lokasi lengkungan palmar

superfisial. Lengkungan ini terletak tepat pada tepi distal TCL.

Lengkungan palmar dalam terletak satu sentimeter proximal lengkung

palmar superfisial dan berada dibawah tendon fleksor meskipun ada

variabilitas yang cukup besar, lengkungan palmar superficial biasanya

menyediakan pembuluh darah palmar ke jari telunjuk (sisi ulnar), jari

tengah,jari manis, dan jari kelingking, sedangkan lengkungan palmar

dalam memberikan aliran darah ke jempol dan jari telunjuk sisi radial.

Arteri digital comunis berasal dari arkus palmaris superfisialis dan

berjalan di sepanjang jari telunjuk, jari tengah,jari manis,dan kelingking.

Arteri digital comunis berasal dari arkus palmaris superfisialis dan

berjalan di sepanjang jari telunjuk,jari tengah,jari manis,dan kelingking.

Arteri digital yang berada pada sisi ulnar. Dan jari kelingking berasal

langsung dari arcus palmaris superfisialis. Alian darah ke ibu jari berasal

langsung dari cabang utama dari arkus palmaris profunda. Arkus palmaris
profunda juga memberikan aliran pada cabang metakarpal yang bergabung

dengan arteri digitalis komunis pada sisi proksimal dari bifurkasio.

Gambar 2.4

keterangan :
1. M.ekstensor policis longus
2. M. Ekstensor retinaculum
3. Radial nerve superficial branch
4. Radial artery
5. M.ekstensor policis brevis
6. M. Abductor policis longus

6. Sistem Otot

Otot merupakan jaringan yang kegiatannya dapat diatur dan

kegiatannya adala berkontraksi, sehingga dengan demikian kerja otot

dapat dimanfaatkan untuk memindahkan bagian-bagian skelet, yang

berarti bahwa suatu gerakan terjadi, otot-otot lengan bawah dibagi atas

tiga kelompok sesuai dengan hubungannya dengan bermacam-macam

sendi, perlekatan dan cara kerjanya.

Ada lima otot pergelangan tangan yang besar (otot – otot yang

mengatur gerakan di dalam pergelangan tangan) tiga ekstensor dan dua

fleksor, tiga letaknya di bagian ulna.

Origo-insersio otot-otot wrist

a. M. Fleksor Carpiradialis

Origo: epicondilus medialis humeri, fascia antebrachii

Insertio: permukaan palmar dasar os. metacarpi II dan III

Fungsi: palmar flexi dan abduksi tangan pada pergelangan tangan


b. M. Fleksor digitorum profundus

Origo: Dua pertiga proximal faciesnanterior ulnae, membrana

interossea.

Insertio: Basis phalangis distalis jari II-V

Fungsi: Palmar flexi pada pergelangan tangan, adduksi pada

metacarpophalangeal 2-4, flexi pada sendi-sendi jari II-IV

c. M. Flexor pollicis longus

Origo: Facies anterior radii disebelah distal tuberositas radii.

Insertio: Basis phalangis distalis ibujari tangan

Fungsi: Palmar flexi pada pergelangan tanagan, adduksi dan oposisi

pada ibu jari, flexi ibu jari.

d. M. Flexor pollicis brevis

Origo: Retinaculum musculorum flexorum

Insertio: Os. sesamoid bagian radial sendi metacarpophalangeal ibu

jari.

Fungsi: Oposisi dan adduksi ibu jari, fleksi ibu jari

e. M. Abductor pollicis brevis

Origo: Retinakulum fleksorum, tuberositas ossis skapoid

Insertio: Os. sesamoid bagian radial sendi metakrpophalangeal ibu

jari.

Fungsi: Abduksi dan oposisi ibu jari, flexi sendi dasar ibu jari

f. M. Pronator teres
Origo: Pada caput humeral di epicondilus medialis humeri dan pada

caput ulna di processus coronoideus ulna.

Insertio: sepertiga tengah radius bagian lateral.

Fungsi: Pronasi pergelangan tangan

g. M. Palmaris longus

Origo: Epicondilus medialis humeri, fascia antebrachii

Insertio: Aponeurosis palmar

Fungsi: Palmar flexi dan penegangan aponeurosis Palmaris

(Putz R dan Reinhard pabst, 2007).


Gambar 2.5

Keterangan : 2. M. Fleksor ulnaris

1. Fibrous digital sheath of 3. Tendon flexor digitorum


head profundus
4. Median nerve

5. Common flexor sheath

6. M. Flexsor digitorum
profundus

7. M.lumbrical

8. M.Adductor pollicis

9. M.digiti minimi brevis

10. M.flexor pollicis brevis

11. M. Fleksor digiti minimi


brevis

12. M.opponens pollicis

13. M. Abductor digiti minimi


muscle

14. M.abductor pollicis brevis


2. Biomekanik

Wrist dan finger tersusun dalam kesatuan fungsi yang komplek,

merupakan terminal fungsi sebagai organ komunikator, sensorik maupun

motorik dengan ROM (Range of Motion) luas dan bervariasi serta mudah

cidera. Terdiri dari 28 tulang, 30 sendi 19 otot intrinsik dan 20 ekstrinsik.

Dalam aktivitas di tunjang stabibilitas dan dasar gerakan bahu dan siku.

Berikut ini merupakan sendi – sendi pada wrist dan biomekaniknya :

a. Radiocarpal joint

Merupakan ovoid joint dimana os radius konkaf menghadap

kedistal sedikit serong kepalmal 5º bersendi dengan corpus yang

berbentuk konveks.

Arthrokinematic dan Osteokinematic : gerakan yang dijumpai

adalah palmar dan dorsal flexion serta ulnar dan radial deviation

dengan end feel elasticular deviasielatic harder, karena yang bergerak

corpusdengan permukaan convex maka gerak arthrokinematic adalah

traction ossa carpea selalu kearah distal searah axis os radii (serong

15º) sedangkan translasi selalu berlawanan arah, yaitu saat palmar

flexion terjadi translation ke arah palmar.

b. Intercarpal joint

Scapoideum, lunatum, dan triquetrum merupakan sendi datar yang

dihubungkam dengan ligamen interosseum kurang kuat dan

merupakan deretan proximal dari midcarpal. Deretan distal terdiri atas


trapesium, trapezoideum, capitatum dan hamatum yang dihubungkan

oleh ligamen interosseum secara kuat antara kedua deretan ini

membentuk sendi mid carpal.

Arthrokinematic dan Osteokinematic : gerak fisiologis dalam klinis

merupakan gerak geser antar tulang intercarpalia. Pada midcarpal

ternyata memiliki ROM (Rom of Motion) yang besar, dimana pada

saat gerak palmar dan dorsal flexion penuh terjadi gerak 30º.

c. Carpometacarpal joint I

Merupakan jenis saddle joint dibentuk oleh trapeziometacarpal I

gerakan flexion/extention = 45º-50º / 0 / 0º dan abduction / adduction

= 60-70º / 0 / 30º. Traction selalu kearah distal, translation berlawan

arah dengan gerakan.

Arthrokinematic dan osteokinematic : carpometacarpal III paling

stabil dan carpometacarpal V paling mobile yaitu flexion 10º,

extension 10º dengan beberapa derajat abduction pronation, dimana

dalam klinis membentuk arcujs.

3. Patologi

Dimanapun nervus perifer berjalan melewati fibro-osseus tunnels

akan berisiko untuk terjadinya entrapment dan compression khususnya

jika soft tissue menjadi bulk (seperti pada kehamilan, myxoedema atau

rheumatoid arthritis) atau jika terdapat lokal obstruksi seperti ganglion

atau osteophytic spur. Nerve compression mengganggu aliran darah

epineural dan konduksi axonal, menimbulkan gejala seperti numbness,


paraethesia, dan muscle weakness ; adanya ischemia terlihat adanya

perbaikan setelah decompresi. Kompresi yang lama atau berat

menyebabkan segmental demyelinasi, muscle atrophy, dan nervus

fibrosis ; gejala ringan kemungkinan akan membaik setelah dekompresi.

Peripheral neurophaty berhubungan dengan gangguan secara umum

seperti diabetes atau alcoholism yang dapat membuat nervus menjadi

sensitif terhadap kompresi. Proximal kompresi seperti discogenic root

compression mengganggu sintesis dan transpor substansi neural, sehingga

predisposisi untuk terjadi entrapment pada bagian distal, disebut juga

double-crush syndrome (Osterman, 1991).

4. Etologi

Terdapat beberapa kunci co-morbiditas atau human factor yang

berpotensi meningkatkan risiko Carpal Tunnel Syndrome. Pertimbangan

utama meliputi usia lanjut, jenis kelamin, dan adanya diabetes dan

obesitas. Faktor risiko lain termasuk kehamilan, pekerjaan yang spesifik,

cedera karena gerakan berulang dan kumulatif, sejarah keluarga yang kuat,

gangguan media tertentu seperti hipotiroidisme, penyakit autoimun,

penyakit rematologi arthritis, penyakit ginjal, trauma, predisposisi anatomi

di pergelangan tangan, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang

yang terlibat dalam kerja manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden

dan tingkat keparahan yang lebih besar (Huldani, 2013).

Beberapa penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kejadian carpal tunnel syndrome antara lain (Gilory J, 2000) :


a. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,

misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.

b. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,

pergelangan tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan. Trauma

langsung terhadap pergelangan tangan.

c. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan

tangan yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik,

pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik

terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan

tangannya juga merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.

d. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.

e. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan,

khususnya sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan

ligamen, dan tendon dari simpanan zat yang disebut

mukopolisakarida.

f. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes

mellitus, hipotiroidi, kehamilan.

g. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.

h. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,

skleroderma, lupus eritematosus sistemik.

i. Degeneratif: osteoartritis.

j. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk

dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.


k. Faktor stress

l. Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi

tendon menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan

carpal tunnel syndrome

5. Tanda dan Gejala

Gejala awal biasanya berupa parestesia yang terjadi dalam distribusi

saraf medianus tangan, tiap malam pasien terbangun pada jam-jam awal

dengan rasa nyeri yang panas membakar,perasaan geli, dan mati rasa

(Bahrudin, 2011). Gejala-gejala carpal tunnel syndrome sebagai berikut:

a. Sakit tangan dan mati rasa, terutama pada waktu malam hari

b. Nyeri, kesemutan, mati rasa pada jari-jari tangan, terutama ibu jari,

telunjuk dan jari tengah.

c. Waktu pagi atau siang hari perasaan pembengkakan terasa ketika

menggerakkan tangan dengan cepat.

d. Rasa sakit menjalar ke atas hingga lengan atas sampai dengan pundak.

e. Terkadang tangan terasa lemas dan hilang keseimbangan terutama di

pagi hari.

Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan

adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut

dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor

pollicis brevis). dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus

(Bahrudin, 2011).
6. Dagnosis

Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di

atas dan perkuat dengan pemeriksaan yaitu :

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada

penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan

otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat

membantu menegakkan diagnosa CTS adalah (17):

7. Diagnosa banding

a. Cervical radiculopathy

Biasanya keluhannya berkurang bila leher di istirahatkan dan

bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai

dermatomnya. Penjalaran nyeri pada radikulopati dari proksimal ke

distal, berbeda dengan CTS dari distal ke prokaimal.

b. Inoracic outlet syndrome.

Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar.

Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan

bawah.

c. Pronator teres syndromes

Keluhannya lebih menonjol ada rasa nyer di telapak tangan dari

pada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan

tidak melalui terowongan karpal.


d. De Quervain’s syndrome

Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus dan

ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang

repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada

pergelangan tangan di dekat ibu jari. Finkelstein’s test : palpasi otot

abduktor ibu jari ada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri

bertambah.

8. Komplikasi

Carpal tunnel syndrome yang berkepanjangan dapat mengakibatkan

kerusakan permanen pada saraf. Biasanya diawali dengan gejala mati rasa

yang terus-menerus, mengecilnya otot di pangkal ibu jari, dan kesulitan

menggerakan ibu jari.

9. Prognosis

D. Pengkajian Fisioterapi

1. Pemeriksaan Fisioterapi

a. Pemeriksaan Subyektif (anamnesis)

Anamnesis adalah tanya jawab mengenai keadaan penyakit

pasien antara terapis dengan sumber data mengenai keadaan

penyakit pasien. Anamnesis dibagi menjadi dua,yaitu auto

anamnesis dan hetero anamnesis. Auto anamnesis yaitu bila tanya

jawab dilakukan dengan penderita sendiri. Hetero anamnesis yaitu

bila tanya jawab dilakukan dengan orang lain yang dianggap


mengetahui keadaan penderita. Misalnya : keluarga penderita atau

yang mengantarkan penderita (Hudaya, 1996).

1) Keluhan Utama

Merupakan satu atau lebih keluhan atau gejala yang

mendorong penderita mencari pertolongan atau tindakan

medic (DP3FT,1994).

2) Lokasi Keluhan

Merupakan suatu lokasi atau tempat yang menunjukkan

dimana letak keluhan yang di derita oleh pasien.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Menyertai perjalanan penyakit yang menggambarkan

bagaimana kronologis dari penyakit serta gejala-gelaja

penyakit yang timbul dan kejadian yang berhubunga dengan

gejala tersebut dengan jelas dan lengkap, serta perjalan

pengobatan menggambarkan riwayat pengobatan yang pernah

didapatkan pasien sebelumnya dan bagaimana hasilnya.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit baik fisik maupun psikiatrik yang pernah

diderita sebelumnya.

5) Riwayat Penyakit Penyerta

Riwayat penyakit yang masih ada hubungannya dengan

penyakit yang diderita sekarang.

6) Riwayat Keluarga
Penyakit-penyakit dengan kecenderungan herediter atau

familial dimana di dalam satu keluarga ditemukan beberapa

anggota keluarga yang menderita penyakit serupa.

7) Riwayat Pribadi dan Status Sosial

Riwayat yang berkaitan dengan hobi, olahraga dan aktifitas

senggang, kebiasaan makan, pola tidur, merokok, lingkungan

kerja atau sekolah, lingkungan rumah, aktivitas rekreasi, dan

diwaktu senggang (DP3FT,1994).

8) Anamnesis Sistem

Mengidentifikasi penyakit melalui satu sistem ke sitem

lainnya yang meliputi kepala dan leher, kardiovaskuler,

respirasi, gastrointestinalis, urogenitalis, musculoskeletal, dan

nervorum (DP3FT,1994).

a) Kepala dan Leher

Ditanyakan keluhan-keluhan yang menyangkut kepala

dan leher serta organ-organ yang ada di leher.

b) Respirasi

Berhubungan dengan sistem pernafasan pada pasien.

c) Kardiovaskuler

Ditanyakan apakah pasien merasa berdebar-debar, nyeri

pada dada kiri saat beraktivitas.

d) Gastrointestinal
Ditanyakan apakah pasien tidak ada nafsu makan, mual,

muntah, kembung, dll.

e) Urogenitalis

Ditanyakan apakah penderita sulit kencing atau nyeri.

f) Muskuloskeletal

Ditanyakan apakah penderita merasa nyeri pada sendi,

otot, dan tulang.

g) Nervorum

Ditanyakan apakah pasien merasa separuh anggota badan

lemah atau separuh badan anggota badan tidak dapat

digerakkan.

b. Pemeriksaan Obyektif

1) Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan Tanda Vital

(1) Tekanan Darah

Tekanan darah adalah ukuran seberapa kuatnya

jantung mempompa darah ke seluruh tubuh

Anda.Agar kinerja tubuh maksimal, Anda harus

memilikitekanan darah normal.

(2) Denyut Nadi

Pemeriksaan denyut arteri yang berkerja pada

jantung, dengan hitungan berapa kali permenit.


Frekuensi normal pada orang dewasa berkisar antara

60-90 kali per menit.

(3) Pernafasan

Penghitungan jumlah inspirasi berapa kali per menit

untuk mengetahui normal atau tidaknya pola

pernafasan. Frekuensi normal pada orang dewasa

18-22 kali per menit, pada wanita dewasa sedikit

lebih cepat, pada anak-anak dapat sampai 40 kali per

menit.

(4) Temperatur

Pemeriksaan suhu apakah ada peningkatan suhu

karena suatu penyakit.Suhu badan normal yaitu 36-

370C.

(5) Tinggi Badan

Tinggi badan manusia yang abnormal (patologis)

dapat bersifat terlalu tinggi atau terlalu rendah.

(6) Berat Badan

Pengukuran berat badan penting untuk menilai status

gizi penderita.

b) Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat dan

mengamati. Hal yang bisa diamati dan dilihat seperti

keadaan umum, sikap tubuh, ekpresi wajah,warna kulit.


Berdasarkan pelaksanaannya inspeksi dibedakan atas dua

macam yaitu : inspeksi statis dan inspeksi dinamis.

Inspeksi statis dilakukan saat penderita dalam keadaan

diam diam atau istirahat.Sedangkan inspeksi dinamis

dilakukan saat pasien dalam keadaan bergerak (DP3FT,

1994).

c) Palpasi

Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan cara meraba,

menekan dan memegang organ atau bagian tubuh pasien.

Palpasi dilakukan untuk mengetahui spasme otot, nyeri

tekan, perbedaan suhu tubuh, oedema (DP3FT, 1994).

d) Pemeriksaan Gerak Dasar

Pemeriksaan gerak dasar merupakan pemeriksaan yang

berhubungan dengan gerak aktif, gerak pasif, dan gerak

isometrik melawan tahanan. Pemeriksaan ini dilakukan

untuk mengetahui gangguan fungsi pada bidang gerak

ankle. Pemeriksaan gerak dasar yang dilakukan adalah

sebagaiberikut :

(1) Gerak Aktif

Gerak aktif adalah suatu cara pemeriksaan gerakan

yang dilakukan oleh pasien itu sendiri tanpa bantuan

dari terapis. Terapis melihat dan mengamati serta

memberikan aba–aba.Informasi yang diperoleh dari


pemeriksaan ini meliputi rasa nyeri, lingkup gerak

sendi, kekuatan kerja otot dan koordinasi gerak.

Pada kondisi carpal tunnel syndrome dapat di

lakukan gerak aktif dengan palmar fleksi, dorsal

fleksi, radial deviasi, ulnar deviasi (DP3FT, 1994).

(2) Gerak Pasif

Gerak pasif adalah suatu cara pemeriksaan

gerakan yang dilakukan oleh terapis pada pasien

sementara itu pasien dalam keadaan pasif dan rileks.

Misalnya : Memeriksa lingkup gerak sendi, end feel,

provokasi nyeri, kelenturan otot dan lain-lain

(DP3FT, 1994).

(3) Gerak Isometrik Melawan Tahanan

Gerak isometrik adalah suatu cara pemeriksaan

gerak yang dilakukan oleh penderita secara aktif

sementara terapis memberikan tahanan yang

berlawanan arah dari gerakan yang dilakukan oleh

penderita. Pemeriksaan tersebut digunakan untuk

provokasi nyeri pada muskulotendinogen, kekuatan

otot, dan lain –lain (DP3FT, 1994).

e) Tes Kognitif, Intra Personal dan Intrapersonal

(1) Tes Kognitif : keadaan dimana pasien mampu atau

tidak untuk menceritakan kronologi penyakitnya.


(2) Intrapersonal : semangat atau motivasi yang ada di

dalam diri pasien

(3) Interpersonal : keadaan dimana pasien mampu

atau tidak berkomunikasi dengan pasien

f) Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas

(1) Kemampuan fungsional dasar: Kemampuan pasien

dalam hubungannya dengan gerak dasar anggota

tubuh. Seperti berpindah posisi miring kekanan atau

kiri dan berjalan

(2) Aktivitas Fungsional : Kemampuan pasien dalam

hubungannya dengan aktivitas sehari-hari. Seperti

makan sendiri, minum sendiri, dan bermain.

(3) Lingkungan Fungsional : Kemampuan pasien yang

berkaitan dengan lingkungan sosial atau lingkungan

tempat tinggal.

g) Pemeriksaan Nyeri

Pemeriksaan yang berhubungan dengan

fungsi sensorik/ keadaan sensorik yang

dirasakan oleh penderita (DP3FT, 1994).

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui adanya

keluhan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

menggunakan parameter VDS (Hudaya, 1996).

h) Pemeriksaan kekuatan otot (MMT)


Pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT (Manual

Muscle Testing),Manual Muscle Testing (MMT) adalah

suatu usaha untuk menentukan atau mengetahui

kemampuan seseorang dalam mengkontraksikan otot

atau kelompok ototnya secara voluntary (Irfan, 2010).

Nilai 0  : Tidak ada kontraksi atau tonus otot sama

sekali.

Nilai 1  : Terdapat kontraksi atau tonus otot tetapi tidak

ada gerakan sama sekali.

Nilai 2  : Mampu melakukan gerakan namun belum bisa

melawan garvitasi.

Nilai 3  : Mampu bergerak dengan lingkup gerak sendi

secara penuh dan melawan gravitasi tetapi belum bisa

melawan tahanan minimal.

Nilai 4  : Mampu bergerak penuh melawan gravitasi

dan dapat melawan tahanan minimal

Nilai 5  : Mampu melawan gravitasi dan mampu

melawan tahanan maksimal voluntary (Irfan, 2010).

i) Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi

Lingkup gerak sendi adalah luas lingkup gerak sendi

yang bisa dilakukan oleh suatu sendi. Goniometer

merupakan salah satu teknik evaluasi yang paling sering

digunakan dalam praktek fisioterapi. Fisioterapis telah


menggunakannya sejak 1920 untuk mengukur lingkup

gerak sendi.

Tujuan pengukuran lingkup gerak sendi adalah untuk

mengetahui besarnya LGS yang ada pada suatu sendi

dan membandingkannya dengan LGS pada sendi normal

yang sama. Informasi ini digunakan untuk menentukan

tujuan dan rencana terapi dalam menambah atau

mengurangi LGS (Mardiman dkk, 1994).

j) Pemeriksaan Antopometri

k) Tes dan Pengkurunan Perawatan diri Penatalaksanaan

Rumah Tangga

Aktifitas fungsional merupakan dampak dari

berbagai macam problematika carpal tunnel syndrome.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan

indeks Whdi.

l) Pemeriksaan Spesifik Test

(1) Phalen's test

Penderita diminta melakukan fleksi tangan

secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul

gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat

sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

(2) Tinel's sign


Tes ini mendukung diagnosa bila timbul

parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus

medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan

karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

(3) Prayer test

Tangan pasien pada posisi dorsi fleksi full

ROM dipertahankan selama kira – kira 30 detik. Jika

muncul keluhan nyeri dalam waktu tersebut

mengindikasikan bahwa hasil tes positif.

2. Diagnosa Fisioterapi

a. Impairment

Impairment adalah adanya gangguan kapasitas fisik yang

ada hubungannya dengan aktivitas fungsional dasar.

b. Disability
Problematik yang berkaitan dengan disability adalah

adanya gangguan dalam aktifitas dan kehidupan social.

c. Functional limitation
Functional limitation merupakan suatu problem berupa

penurunan atau keterbatasan dalam melakukan aktivitas

fungsional sebagai akibat dari impairment. Selain itu berhubungan

dengan gangguan aktifitas kemampuan fungsional sehari – hari.


3. Tujuan fisioterapi
a. Tujuan Jangka Pendek
Berkaitan dengan keadaan klien atau pasien atau hal-hal yang

dianggap atau bersifat penting dalam kelangsungan hidupnya,

pekerjaan dan penampilannya.

b. Tujuan Jangka Panjang


Hasil yang diharapkan akan memerlukan jangka waktu yang

lama atau dipengaruhi oleh tujuan jangka pendek dan

berkesinambungan yang membutuhkan waktu lama.

4. Teknologi intervensi fisioterapi

a. Teknologi terpilih

1) Infrared

a) Definisi

Infrared merupakan salah satu modalitas fisioterapi

yang menggunakan pancaran sinar elektromagnetik yang

bertujuan untuk meningkatkan metabolisme, vasodilatasi

pembuluh darah dan mengurangi nyeri [ CITATION Har03 \l

14345 ].

b) Efek Infrared

Adanya efek termal dari infrared suatu reaksi kimia

akan dapat dipercepat sehingga proses metabolisme yang

terjadi pada superficial kulit meningkat dan pemberian nutrisi

dan oksigen pada otot yang mengalami myofascial akan


diperbaiki. Vasodilatasi pembuluh darah akan menyebabkan

sirkulasi darah meningkat dan sisa-sisa dari hasil

metabolisme dalam jaringan akan dikeluarkan. Pengeluaran

sisa-sisa metabolisme tersebut seperti zat ‘P’ yang

menumpuk di jaringan akan dibuang sehingga rasa nyeri

dapat berkurang/menghilang [ CITATION Har03 \l 14345 ]

2) Ultrasound

a) Definisi

Ultra Sound dapat mengurangi rasa nyeri yang

dialami penderita trigger finger. Ultra sound (US) adalah

peristiwa getaran mekanik dengan bentuk gelombang

longitudinal yang berjalan melalui medium tertentu

dengan frekuensi yang variabel Berdasarkan

frekuensinya bunyi/suara dibagi menjadi infra sonik (< 20

hertz), audio sonik (20-20.000 hertz) dan ultra sonik

(>20.000 hertz) [ CITATION Suj02 \l 14345 ].

b) Efek Ultrasound (US)

(1) Efek Thermal :


Efek thermal dari Ultrasound diantaranya

meningkatkan lokal pada aliran darah, meningkatkan

metabolisme dalam jaringan tempat panas diserap,

meingkatkan ekstensibilitas jaringan ikat, meningkatkan

kecepatan konduksi saraf, mengontrol nyeri, mengurangi

kekakuan sendi[CITATION Aro10 \l 14345 ]

Mengurangi rasa nyeri dimana menurut Low dan

Rees (2000) pemanasan jaringan fibrous pada kapsul

sendi, ligamen, tendon, dan jaringan parut dapat

menyebabkan peningkatan ekstensibilitas dan karena itu

dapat mengurangi kekakuan sendi yang bersifat

sementara. Keuntungan dari penggunaan ultra sound

adalah penetrasinya yang dalam sehingga jaringan yang

letaknya mendalam bisa dicapai. Selain itu juga

mempunyai efek meningkatkan proses penyembuhan,

mengurangi nyeri dan, menurunkan spasme otot

[ CITATION Low001 \l 14345 ].

(2) Efek Biologis :

Ultrasound menimbulkan efek biologis, dalam

penggunaan Ultrasound melalui penyerapan dari energi

Ultrasound yang dapat menghasilkan efek panas

sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah dan akan

mengurangi tekanan peradangan pada trigger finger


sehingga terjadi penurunan nyeri [ CITATION Dar14 \l

14345 ].

c) Indikasi dan kontraindikasi Ultrasound

(1) Indikasi ultrasound

(a) Fraktur

(b) Luka bakar

(c) Penyakit pada jaringan tulang, sendi, otot

(d) Keadaan post traumatic

(e) Rheumathoid Arthritis pada stadium tidak aktif

(f) Penyakit pada sirkulasi darah

(g) Penyakit pada organ dalam

(h) Kontraktur

(i) Jaringan parut karena operasi

(j) Penyakit pada kulit

(2) Kontra indikasi Ultrasound

(a) Mata

(b) Jantung

(c) Testis

(d) Uterus pada ibu hamil

(e) Hilangnya sensibilitas

(f) Post laminectomi

(g) Tumor

(h) Diabetes mellitus (DM)


3) Terapi latihan

a) Definisi

Terapi latihan juga diberikan pada kasus trigger

finger. Menurut Kisner (2007) menyatakan bahwa salah

satu modalitas fisioterapi yang pelaksanaannya

menggunakan latihan-latihan gerak baik secara aktif

maupun pasif untuk pemeliharaan dan perbaikan

kekuatan, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, relaksasi,

koordinasi, keseimbangan, dan kemampuan fungsional.

b) Tujuan Terapi Latihan

(1) Meningkatkan aktifitas penderita

(2) meningkatkan kemampuan penderita yang telah ada

untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang

berfungsi serta memiliki tujuan tertentu, sehingga

dapat beraktifitas normal (Priyatna, 1985).

c) Terapi Latihan pada carpal tunnel syndrome

Stretching Adalah latihan atau gerakan tubuh

dimana terjadi peningkatan dalam gerakan persendian

(Nelson, 2007). Stretching adalah suatu istilah yang


digunakan untuk mendiskripsikan sebuah manuver

terapi yang dirancang untuk meningkatkan elastisitas

jaringan, meningkatkan fleksibilitas dengan

memanjangkan struktur jaringan yang sudah memendek

dan kurang elastis (hipomobile) (Kisner, 2007).

b. Terapi alternatif

1) Tens

2) Parafin bath

3) SWD

5. Objek yang dibahas


1. Nyeri

a. Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan erosional yang

tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang actual dan

potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan

[ CITATION Moc17 \l 14345 ]

b. Alat ukur

Pemeriksaan derajat nyeri dengan menggunakan skala

VAS (Verbal Analogue Scale) adalah suatu alat ukur yang

digunakan untuk mengukur intensitas nyeri dimana nyeri diukur

dengan menggunakan garis lurus dengan ukuran 10 cm yang

menggambarkan intensitas nyeri

c. Prosedur pengukuran
Cara pengukuran derajat nyeri dengan menunjukkan suatu

titik pada garis skala (0-10 cm). skala satu ujung menunjukkan

tidak nyeri dan ujung yang lain menunjukkan nyeri yang hebat.

Panjang garis di mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang di

tunjuk menununjukkan besarnya nyer (Mardiman dkk, 1994).

Pemeriksaan nyeri dengan skala VAS ( Value Analog Scale)

Keterangan VAS :

Skor 0-1 : Tidak ada rasa sakit,

skor 2-3 : sakit ringan,

skor 4-5 : rasa sakit tidak menyenangkan,

skor 6-7 : rasa sakit yang menyedihkan,

skor 8-9 : rasa sakit mengerikan,

skor 10 : rasa sakit yang sangat berat.(Mardiman dkk, 1994).

d. Kriteria penilaian

Nilai 1 tidak ada nyeri, nilai 2 nyeri sangat ringan, nilai 3

nyeri ringan, nilai 4 nyeri tidak begitu berat, nilai 5 nyeri cukup

berat, nilai 6 nyeri berat, nilai 7 nyeri hampir tak tertahankan,8

nyeri hampir tak tertahankan,9 nyeri hampir tak tertahankan,10

nyeri sangat tak tertahan.


2 Spasme otot

a. Definisi

Spasme otot adalah ketegangan otot yang meningkat akibat

adanya rasa nyeri. Hal ini terjadi sebagai bagian dari proteksi agar

bagian tubuh yang nyeri tidak bergerak sehingga tidak

menimbulkan kerusakan jaringan. Spasme bersifat sementara dan

dapat kembali normal. Spasme timbul sebagai reaksi terhadap

kerusakan jaringan

b. Alat ukur

Untuk mengetahui adanya spasme dilakukan dengan

pemeriksaan palpasi menggunakan parameter 0 “tidak ada

spasme” dan 1 “ada spasme” dengan ditekan maka akan timbul

nyeri tekan.

c. Prosedur pengukuran

Meminta ijin dahulu kepada pasien kemudian meraba dan

menekan pada bagian yang akan di periksa, usahakan tidak

terhalang oleh kain / pakaian pasien (Hudaya, 2020).

d. Kriteria penelitian

Untuk kriteria penilaian otot dengan cara :

Nilai 0 adalah tidak ada spasme, nilai 1 adalah ada spasme ringan.

Tabel 2.3 Penilaian Spasme Otot

Nilai Keterangan
1 Tidak ada spasme
2 Ada spasme
3. Lingkup Gerak Sendi (LGS)

a. Definisi

Lingkup Gerak Sendi (LGS) adalah lingkup gerak sendi

yang bisa dilakukan oleh suatu sendi. Alat yang digunakan adalah

goniometer. Posisi awal biasanya posisi anatomi dan disebut

Neutral Zero Starting Position (NZSP). Ada tiga bidang gerak

dasar yaitu bidang frontal, bidang sagital, dan bidang transversal.

b. Alat ukur

Alat yang dapat di gunakan untuk mengukur lingkup gerak

sendi adalah goneometer (Mardiman, dkk. 1993).

c. Prosedur pengukuran

Cara pengukuran sendi Metakarpophalangeal dengan

menggunakan goniometer sebagai berikut : (1) letakkan

goneometer di samping luar jari tangan dengan axis pada caput

metacarpal dan tangkai dinamis sejajar dengan jari dalam posisi

anatomis, (2) pasien diminta untuk menggerakan jarinya ke arah

fleksi dan ekstensi, (3) pasien diminta menggerakan jarinya

secara perlahan kemudian perhatikan di mana jari pasien

mengalami macet, (4) catat hasil pengukuran.

d. Kriteria penilaian

Untuk sendi Metakarpophalangeal dikatakan normal bila

S : 300- 0 - 900
4. Aktivitas Fungsional

a. Definisi

Aktivitas Fungsional dengan adanya permasalahan kapasitas

fisik yaitu adanya nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan

LGS, maka kemampuan fungsional yang seharusnya juga akan

mengalami gangguan. Sehingga aktifitas fungsional yang

seharusnya dapat dilakukan, dan untuk mengatasi permasalahan

tersebut dapat dilakukan dengan terapi latihan. Sehingga dapat

mengembalikan aktifitas fungsional secara mandiri (DP3FT 2).

b. Alat ukur

Dengan pemeriksaan aktifitas fungsional menggunakan

WHDI dapat diketahui aktivitas fungsional apa yang dapat

dilakukan pasien dan untuk mengatasi permasalahan tersebut

dapat dilakukan dengan terapi, sehingga dapat mengembalikan

aktifitas fungsional secara mandiri

c. Prosedur pengukuran

Dengan demikian maka penilaian WHDI ini dapat

dilakukan dengan cara fisioterapi menanyakan kepada pasien

tentang penilaian indek ini, Keterangan skor 0: normal, 1: sangat

ringan, 2: ringan, 3: sedang, 4: cukup berat, 5: berat. Kriteria

penilaian = jumlah ÷ 50 x 100 = %. Kesimpulan jika hasil 1-

20% : Minimal disability, 20-40% : Moderate, 40-60% : Severe

disability, >60% : Severly disability.


d. Kriteria penilaian

Bagian Skor
Intensitas nyeri 0-5
Rasa tebal – tebal dan kesemutan 0-5
Perawatan diri 0-5
Kekuatan 0-5
Toleransi menulis atau mengetik 0-5
Bekerja 0-5
Menyetir 0-5
Tidur 0-5
Pekerjaan rumah 0-5
Rekreasi / olahraga 0-5
Jumlah N
Kriteria penilaian N / 50 x 100% = …..%
Tabel 2. 1 Indeks WHDI

5. Kekuatan Otot

a. Definisi

Kekuatan otot berarti kemampuan untuk mengeluarkan tenaga

secara maksimal dalam satu usaha, kemampuan kekuatan berarti

terjadinya kontraksi otot pada manusia (Thomas, 2000).

b. Alat ukur

Dalam pengukuran kekuatan otot dapat di ukur dengan

menggunakan MMT (Manual Muscle Testing). Manual Muscle

Testing (MMT) adalah suatu usaha untuk menentukan atau

mengetahui kemampuan seseorang dalam mengkontraksikan otot

atau kelompok ototnya secara voluntary (Irfan, 2010).

c. Prosedur penilaian
Nilai 0 : otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi visual

( tidak ada kontraksi )

Nilai 1 : Otot ada kontraksi , baik  dilihhat secara visual atau

dengan palpasi , ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot

Nilai 2 : Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya gravitasi.

Posisi ini sering digambarkan sebagai bidang horizontal gerak tidak

Full  ROM

Nilai 3 : Gerakan melawan grafitasi dan full ROM

Nilai 4 : Resistance  minimal ( tahanan minimal )

Nilai 5 : Resistance  Maksimal ( tahanan Maksismal )

6.

Anda mungkin juga menyukai