Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARPAL TUNNEL

SYNDROME PADA KELUARGA BAPAK DARTA RIBOKO JALAN


KENANGA VI/ 173 JEMBER

oleh

Novia Rizky Utami

NIM 152310101138

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mengenai
Pendidikan Kesehatan Tentang Carpal Tunnel Syndrome Pada Keluarga
Bapak Darta Riboko Gang Kenanga VI/ 173 Jember. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
semua pihak yang terlibat, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada :

1. Ns. Mulia Hakam, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB. selaku Penanggung Jawab


Mata Kuliah (PJMK) Keperawatan Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember;
2. Seluruh anggota keluarga Bapak Darta Riboko selaku sasaran klien dalam
kegiatan pendidikan kesehatan carpal tunnel syndrome.
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini.

Kami menyadari dalam menyelesaikan tugas ini banyak kekurangan dari


teknik penulisan dan kelengkapan materi yang jauh dari sempurna. Kami juga
menerima kritik dan saran yang membangun sebagai bentuk pembelajaran agar
bisa meminimalisir kesalahan dalam tugas berikutnya. Semoga dengan
terselesaikan tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jember, Mei 2017

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Analisa Situasi...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT......................................................................2

2.1 Tujuan........................................................................................................2

2.1.1 Tujuan Umum....................................................................................2

2.1.2 Tujuan Khusus...................................................................................2

2.2 Manfaat......................................................................................................2

BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH.......................................3

3.1 Dasar Pemikiran........................................................................................3

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah...............................................................3

3.2.1 Diagnosis Dini Risiko Carpal Tunnel Syndrome...............................4

3.2.2 Tindakan Dan Pengobatan.................................................................4

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN...........................................6

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah................................................................6

4.2 Khalayak Sasaran......................................................................................6

4.3 Metode yang Digunakan...........................................................................6

4.4 Sasaran.......................................................................................................6

iii
4.5 Pemateri.....................................................................................................6

BAB 5. HASIL KEGIATAN..................................................................................7

5.1 Analisa Evaluasi........................................................................................7

5.1.1 Evaluasi Persiapan.............................................................................7

5.1.2 Evaluasi Proses..................................................................................7

5.1.3 Evaluasi Hasil....................................................................................8

5.2 Faktor Pendukung......................................................................................8

5.3 Faktor Penghambat....................................................................................8

BAB 6. PENUTUP................................................................................................10

6.1 Kesimpulan..............................................................................................10

6.2 Saran........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

Lampiran 1: Berita Acara...................................................................................13

Lampiran 2: Daftar Hadir...................................................................................14

Lampiran 3: SAP dan Materi..............................................................................15

Lampiran 4. Media.............................................................................................25

Lampiran 5: Dokumentasi..................................................................................27

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisa Situasi


Compressive neuropathy ekstremitas atas merupakan masalah yang sering. Dokter
umum merujuk ke ahli bedah plastik, orthopaedi, atau bedah saraf untuk mendapatkan terapi.
Operasi pertama compressive neuropathy dilakukan tahun 1930 an oleh Learmont, tetapi
masalah ini dideskripsikan oleh Paget 1850 an dan Sir Astley Cooper 1820 an. Compressive
neuropathy adalah sekelompok injuri pada nervus perifer yang sering merupakan faktor
patofisiologi dan pada tempat normal anatomi yang mendesak saraf. Carpal tunnel syndrome
(CTS) merupakan compressive neuropathy yang paling tersering, diikuti oleh ulnar nerve
compression di elbow. Compression deep branch ulnar merupakan compressive neuropathy
yang jarang. Suprascapular sindrom bentuk lain dari compressive neuropathy, sekitar 0,4%
dari gejala nyeri pada upper girdle. Saat ini, symtomatology, pemeriksaan yang objektif,
pengetahuan anatomi kompresi nervus telah berkembang dengan baik. Walaupun terapi
konservatif dan fungsional manajemen telah dilakukan tetapi dekompresi bedah telah menjadi
pilihan terapi definitif
Carpal Tunnel Syndrome Merupakan entrapment neuropathy yang paling terkenal.
Pada carpal tunnel normal terdapat ruangan untuk seluruh tendon dan median nerve. Ruangan
tersebut sangat sensitif terhadap perubahan tekanan. Jika terdapat peningkatan tekanan akan
menyebabkan terjadinya ischemia. Biasanya penyebab sulit terdeteksi, beberapa keadaan
berikut diduga berhubungan dengan carpal tunnel syndrome seperti tumor, ganglion, gouty
tophus, fraktur fragmen, dislocated carpal bone, foreign body, anatomi anomali seperti
aberrant muscle atau persistent median artery, dan juga sering ditemukan pada keadaan yang
berhubungan dengan kondisi medis seperti menopause, rheumatoid arthritis, kehamilan, dan
myxoedema.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan analisa situasi di atas, maka perumusan masalah dalam kegiatan
yang akan dilakukan ini adalah pendidikan kesehatan tentang Pencegahan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) kepada keluarga Bapak Darta Riboko.

1
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan

2.1.1 Tujuan Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan Carpal Tunnel
Syndrome keluarga Bapak Darta Riboko mampu memahami konsep dasar penyakit Carpal
Tunnel Syndrome.

2.1.2 Tujuan Khusus


1. Klien mampu menjelaskan pengertian Carpal Tunnel Syndrome.

2. Klien mampu menjelaskan penyebab Carpal Tunnel Syndrome.

3. Klien mampu menjelaskan tanda dan gejala Carpal Tunnel Syndrome.

4. Klien mampu menjelaskan dampak Carpal Tunnel Syndrome.

5. Klien mampu menjelaskan pencegahan Carpal Tunnel Syndrome.

2.2 Manfaat
1. Klien mengetahui pengertian Carpal Tunnel Syndrome.

2. Klien mengetahui penyebab Carpal Tunnel Syndrome.

3. Klien mengetahui tanda dan gejala Carpal Tunnel Syndrome.

4. Klien mengetahui dampak Carpal Tunnel Syndrome.

5. Klien mengetahui pencegahan Carpal Tunnel Syndrome.

2
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan sindrome yang timbul akibat N. Medianus
tertekan dalam terowongan karpal di pergelangan tangan, sewaktu nervus malalui terowongan
tersebut dari lengan bawah ke tangan. CTS merupakan suatu penyakit yang dilaporkan oleh
badan-badan statistik perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di
kalangan perkerja industri.

Tingginya angka prevalensi yang diikuti tingginya biaya yang harus dikeluarkan
membuat permasalahan ini menjadi masalah besar dalam dunia okupasi. Berberapa faktor
diketahui menjadi risiko terhadap terjadinya CTS pada pekerja yakni: seperti gerakan
berulang dengan kekuatan, tekanan pada otot, getaran, suhu, dan postur kerja yang tidak
ergonomik.

National Health Interview Study (NIHS) memperkirakan bahwa prevalensi CTS yang
dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa sebesar 1.55% (2,6 juta). CTS lebih sering
mengenai wanita dari pada pria dengan usia 25 64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita
usia >55 tahun, biasanya antara 40 60 tahun. Prevalensi CTS dalam prosentase telah
diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6 % untuk laki laki adalah jenis neuropati jebakan
yang paling sering ditemui. Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus (29 kanan, 13%
kiri) dan 58% bilateral.

Di Indonesia urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui sebab
sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang dilaporkan
karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian pada pekerja dengan resiko
tinggi pada pergelangan tangan dan tangan melaporkan prevalensi CTS antara 5,6 % sampai
dengan 15%. Namun beberapa peneliti melaporkan adanya hubungan positif antara keluhan
dan gejala CTS dengan faktor kecepatan menggunakan alat dan faktor kekuatan melakukan
gerak pada tangan.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Pada kasus carpal tunnel syndrome penatalaksanaan yang dilakukan sejak awal adalah :

3
3.2.1 Diagnosis Dini Risiko Carpal Tunnel Syndrome
Diagnosis dini apakah klien berisiko tinggi menderita carpal tunnel sindrome, dan pada
pemeriksaan tersebut diagnosa yang biasa digunakan adalah torniquet test, tinels sign, flicks
sign, thenar wasting, wrist extension test, pemeriksaan sesibilitas, peeriksaan fungsi otonom
dan menilai kekuatan otot.

3.2.2 Tindakan Dan Pengobatan


Penatalaksanaan Carpal Tunnel Syndrome tergantung pada etiologi, durasi gejalan,
dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit
endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain dan penyakit primer harus segera dilakukan
pengobatan. Kasus ringan dapat diobati dengan pemberian anti inflamasi non steroid
(OAINS) dan menggunakan penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan tangan
dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama gerakan
berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid lokal yang dapat
mengurangi peradangan. Jika hal tersebut dirasa kurang efektif, maka tindakan operasi sering
dianjurkan untuk meringankan kompresi.
Oleh karena itu, terapi CTS dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Terapi langsung terhadap CTS
a. Terapi Konservatif
1) Istirahatkan pergelangan tanagn
2) Berikan obat anti inflamasi OAINS.
3) Pemasangan bidai pada posisi anatomis pergelangan tangan yang dapat
dilakukan terus-menerus atau hanya malam hari selama 2-3 minggu.
4) Nerve Gliding yaitu serangkaikan latihan yang terdiri dari berbagai
gerakan ROM dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan
ketegangan dan gerakan membujur sepanjang saraf median. Latihan ini
didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf perifer dirancang
untuk gerakan, dan ketegangan yang dimunculkan dapat memberikan efek
pada neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran pembuluh darah dan
axoplasmic secara sederhana.
5) Injeksi steroid.
6) Vaksin B6 (piridoksin). Beberapa peneliti berpendapat bahwa defisiensi
piridoksin menyebabkan CTS sehingga menganjurkan pemberian
piridoksin 100-300 mg/hari selama bulan. Sedangkan beberapa peneliti
menyebutkan bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat
menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar. Bamun
pemberian dapat mengurangi rasa nyeri.
4
7) Fisioterapi. Ditunjukan pada perbaikan vaskularisasi pergelanagn tangan.
b. Terapi Operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat
atau adanya atrofi otot-otot. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama
dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligu
dilakukan operasi bilateral. Tindakan operati mutlak dilakukan bila terapi
konservatif gagal atau terdapat atrofi otot thenar, sedangkan indikasi relatif
tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang presisten.
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi
lokal. Namun, telah dikembangkan teknik operasi secara endoskropik. Hal
ini memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut
yang minimal, tetapi keterbatasan sarana prasana menyebabkan operasi ini
lebih sering menimbulkan komplikasi seperti trauma pada saraf. Bebarapa
penyebab CTS seperti adanya massa atau anomaly maupun tenosinovitis
pada rongga karpal lebih baik dilakukan tindakan operasi terbuka.
2. Terapi terhadap keadaan atau etiologi CTS
Kondisi dimana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitive harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guna
mencegah terjadinya CTS antara lain:
1. Mengurangi posisi kaku pada pergelanagn tangan, gerakan repetitive,
getaran peralatan tangan pada saat bekerja.
2. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi anatomis saat bekerja.
3. Memodifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerak.
4. Mengubah metode kerja untuk penjadwalan terkait waktu kerja dan
istirahat.
5. Meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai gejala-gejala dini CTS
sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih dini.

5
BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi klien beserta keluarga untuk menerapkan cara-
cara hidup sehat yang meliputi pola hidup yang sehat sehingga dapat berperan aktif
mencegah terjadinya penyebaran Carpal Tunnel Syndrome. Kegiatan akan dilaksanakan pada
hari Sabtu, 13 Mei 2017 jam 09.00-09.15 WIB di kediaman Bapak Darta Riboko.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah Bili Darnanto putra
Bapak Darta Riboko.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : ceramah

2. Landasan teori : Diskusi

3. Langkah pokok

1) Menciptakan suasana pertemuan yang baik.

2) Mengajukan masalah.

3) Mengidentifikasi pilihan tindakan.

4) Memberi komentar.

5) Menetapkan tindakan lanjut.

4.4 Sasaran
Bili Darnanto dan Keluarga

4.5 Pemateri
Novia Rizky Utami

6
BAB 5. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisa Evaluasi


Analisa evaluasi yang dapat dilakukan terkait kegiatan pendidikan kesehatan tentang
Pembinaan Keluarga Sehat: Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome di Jalan Kenanga VI/173
Jember kepada Bili Darnanto, Bapak Darta Riboko, dan seluruh anggota keluarga adalah
sebagai berikut :

5.1.1 Evaluasi Persiapan


Persiapan yang dilakukan penyuluh mahasiswa PSIK Universitas Jember sebelum
melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan tentang Pembinaan Keluarga Sehat :
Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome meliputi :

1) Penyuluh mendapat surat permintaan memberikan pendidikan kesehatan dari


keluarga Bapak Darta Riboko yang berkaitan dengan Pencegahan Carpal Tunnel
Syndrome.

2) Penyuluh mencari literatur yang berkaitan dengan Pencegahan Carpal Tunnel


Syndrome.

3) Penyuluh menyiapkan proposal kegiatan pengabdian masyarakat yang berisi


Preplanning dengan berita acara, daftar hadir, SAP, materi, serta media yang telah
dilampirkan.

4) Penyuluh melakukan kontrak waktu dengan pihak keluarga.

5) Penyuluh menyiapkan tempat yang nyaman dan sesuai dengan jenis kegiatan yang
dilakukan.

6) Penyuluh menyiapkan peralatan yang dibutuhkan klien dan keluarga untuk melakukan
kegiatan.

7) Penyuluh memastikan kesiapan klien dan keluarga untuk mengikuti kegiatan.

5.1.2 Evaluasi Proses


1) Penyuluh menyampaikan materi tentang Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome dengan
metode ceramah, demonstrasi, dan diskusi menggunakan bahasa yang jelas, sederhana
dan mudah dimengerti.

7
2) Klien dan keluarga kooperatif selama mengikuti kegiatan dapat mempraktikkan dan
dapat mengikuti instruksi penyuluh.

3) Klien dan keluarga menunjukkan antusiasme selama kegiatan hal ini terlihat dari
pertanyaan yang diajukan oleh klien terkait Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome
dan setelah diberikan penjelasan klien menyatakan sudah mengerti dan memahami
tentang Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome.

5.1.3 Evaluasi Hasil


1) Klien telah mampu menjawab pertanyaan tentang Pencegahan Carpal Tunnel
Syndrome yang diajukan penyuluh.

2) Klien menunjukan mampu untuk mengulangi penjelasan tentang Pencegahan Carpal


Tunnel Syndrome yang sudah diberikan penyuluh.

3) Klien menyatakan bersedia melaksanakan Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome


dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di kampus.

5.2 Faktor Pendukung


Faktor pendukung yang dapat dilakukan terkait kegiatan pendidikan kesehatan
tentang Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome di kediman Bapak darta Riboko adalah sebagai
berikut:

1) Suasana dan tempat yang sangat sejuk sehingga membuat nyaman klien selama
mengikuti kegiatan ini.

2) Pemanfaatan media penunjang yang atraktif sehingga menarik.

3) Semangat yang tinggi untuk belajar kesehatan.

4) Klien bahkan menyampaikan agar kegiatan kesehatan untuk mahasiswa dijadikan


rutinitas.

5.3 Faktor Penghambat


Faktor penghambat yang dapat dilakukan terkait kegiatan pendidikan kesehatan
tentang Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome di kediaman keluarga Bapak Darta Riboko
adalah sebagai berikut:

8
1) Klien yang mengikuti kegiatan tersebut juga bukan mahasiswa dan orang tua saja,
melainkan terdapat anak SD sehingga sesekali bercanda.

2) Suasana lingkungan yang semakin panas selama dilakukan penyuluhan 1x15 menit.

9
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kegiatan pendidikan kesehatan melalui pembinaan keluarga sehat tentang Pencegahan
Carpal Tunnel Syndrome pada klien dan keluarga Bapak Darta Riboko sangat penting untuk
dilaksanakan. Hal ini karena sebagai generasi penerus anak usia sekolah sejak dini
diajarkan tentang kesehatan sehingga bisa menjadi bekal saat dewasa nanti. Kegiatan
UKS yang berjalan dengan baik akan membantu meningkatkan kemampuan untuk hidup
lebih sehat.

Meningkatnya kemampuan tentang kegiatan Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome


pada klien secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan angka kesakitan yang
sering terjadi pada klien. Selain itu juga akan meningkatkan kesempatan belajar klien
karena akan mengurangi resiko kesakitan sehingga klien dapat melaksanakan kegiatan
perkulihannya dengan konsentrasi yang optimal. Pada akhirnya konsentrasi yang optimal
akan meningkatkan prestasi studi.

6.2 Saran
Saran yang ada dalam laporan pertanggungjawaban ini ditujukan pada:

1) Bagi klien

Klien diharapkan dapat saling berbagi ilmu dan pengetahuan antar sesama
dalam menjaga kesehatan, serta mempraktikannya dalam kegiatan sehari-hari, dalam
arti seluruh mahasiswa baik dapat menjadi change agent kesehatan.

2) Bagi orang tua

Bagi orangtua diharapkan dapat membimbing serta mengawasi anak-anaknya


dalam melaksanakan kegiatan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
kelanjutan dari kegiatan kesehatan di sekolah, kampus, dan dunia kerja.

3) Bagi tenaga kesehatan

Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah


kesehatan terutama pada klien dengan risiko tinggi carpal tunnel syndrome.

10
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, M. (2011). Carpal Tunel Syndrome. Carpal Tunel Syndrome 7(14): 78-87
Huldani. (2013).Carpal Tunel Syndrome. Banjarmasin: Universitas Lampung Mangkurat
Kurniawan, B., Jayanti, S., Setyaningsih, Y. (2008). Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 3(1): 31-37

11
LAPORAN KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG PEMBINAAN KELUARGA SEHAT:
PENCEGAHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME: DI RUMAH
BAPAK DARTA RIBOKO JALAN KENANGA VI/173
JEMBER

12
Lampiran 1: Berita Acara

13
Lampiran 2: Daftar Hadir

14
Lampiran 3: SAP dan Materi
SATUAN ACARA PENYULUHAN CARPAL TUNEL SINDROME

Topik : Carpal Tunel Sindrome

Sub topik : Pengertian Carpat Tunel Sindrome, Etiologi Carpal Tunel Sindrome, Tanda
dan Gejala Carpal Tunel Sindrome, dan Pencegahan serta Pengobatan Carpal
Tunel Sindrome

Sasaran : Keluarga Bapak Darta Riboko

Tempat: Rumah Bapak Darta Riboko Jalan Kenanga VI/173 Jember

Hari/tanggal : Sabtu, 13 Mei 2017

Waktu : 15 menit

Penyuluh : Novia Rizky Utami

I. Analisa Data
A. Kebutuhan Peserta Didik
Bapak Darta Riboko adalah seorang laki-laki berusia 52 tahun dan bekerja
sebagai satuan polisi pamong praja (Satpol PP), tinggal di. Beliau memiliki
istri bernama ibu Imas seorang ibu rumah tangga, dan empat orang anak.
Beliau bekerja sesuai dengan jadwal piket yang diberikan oleh instansi.
Penghasilan setiap harinya tidak tentu, tetapi masih cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Ketika penyuluh melakukan pengkajian dirumah bapak
Kokoh, penyuluh mendapatkan salah satu anak laki-lakinya yang merupakan
mahasiswa fakultas teknik di universitas negeri yang juga menjadi seorang
asisten laboratorium teknilogi informatika. Hasil pengkajian menunjukan
bahwa Bili Darnanto memiliki risiko carpal tunel sindrome yang ditandai
dengan ciri-ciri yang telah dipaparkan. Maka dari itu perlu diadakan
penyuluhan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada keluarga
Bapak Andi mengenai carpal tunel sindrom beserta cara penangannya.
B. Karakteristik Peserta Didik
Keluarga Bapak Darta Riboko rata-rata berpendidikan SMA

15
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, Bapak Darta Riboko dan Ibu Imas dapat
memahami kebutuhan pengobatan dan perawatan anak laki-lakinya.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selam 1x15 menit, diharapkan keluarga
Bapak Darta Riboko yang mengalami masalah pada ekstremitas sinistra/carpal
mampu:
a. Menjelaskan pengertian carpal tunel sindrome.
b. Menjelaskan penyebab carpal tunel sindrome.
c. Menyebutkan tanda gejala carpal tunel sindrome.
d. Mengenali metode pencegahan dan pengobatan carpal tunel sindrome
e. Menerapkan metode pencegahan dan pengobatan carpal tunel syndrome.
IV. Materi (terlampir)
1. Pengertian Carpal Tunel Sindrome
2. Etiologi Carpal Tunel Sindrome
3. Tanda dan Gejala Carpal Tunel Sindrome
4. Pencegahan dan Pengobatan Carpal Tunel Sindrome
V. Metode
Ceramah dan diskusi
VI. Media
Leaflet
VII. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


1. Pembukaan Memberikan salam Menjawab salam
2 menit Perkenalan Mendengarkan dan
Menjelaskan TIU dan memperhatikan
TIK
Menyebutkan materi
yang akan diberikan
2. Inti Menanyakan kepada Menjawab
10 menit
keluarga tetang carpal pertanyaan
tunel sindrom penyuluh
Mendengarkan dan
menurut keluarga
Menjelaskan materi memperhatikan
tentang: materi
1. Pengertian Carpal Bertanya kepada
Tunel Sindrome penyuluh jika
2. Etiologi Carpal Tunel
masih ada yang
Sindrome
belum dimengerti
3. Tanda dan Gejala
atau belum jelas
16
Carpal Tunel
Sindrome
4. Pencegahan dan
Pengobatan Carpal
Tunel Sindrome
3. Penutup Evaluasi Menjawab
3 menit Menyimpulkan pertanyaan
Mengucapkan salam Memperhatikan
penutup Menjawab salam

VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan Materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media: materi penyuluhan dan leaflet
d. Penyelenggaraan di laksanakan dirumah keluarga
e. Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan dilakukan sebelum dilakukan
penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai dengan waktu yang direncanakan.
b. Keluarga antusias terhadap materi penyuluh.
c. Keluarga telah mengerti kebutuhan kuratif dan rehabilitatif putranya.
d. Suasana penyuluhan tertib dan santai.
e. Keluarga mengajukan beberapa pertanyaan dan menjawab pertanyaan
evaluasi dengan benar.

17
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Carpal Tunnel Syndrome


Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan atau cerutan terhadap nervus
medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah
tleksor retinakulum. Aindrome ini juga disebut dengan nama acroparesthesia, median
thenar neuritis atau partial thenar atrophy. Carpal tunel syndrome peertama kali
dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut
fraktur radius bagian distal. Carpal Tunnel Syndrome spontan pertama kali dilaporkan
oleh Piene Maie dan C. Foix pada tahun 1913. Istilah Carpal Tunnel Syndrome
diperkenalkan oleh Moersh pada tahun 1938.
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical Guideline, Carpal
Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari N. medianus di tingkat
pergelangan tangan, dintandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan
karpal dan penurunan fungsi saraf. Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa,
kesemutan, nyeri tangan dan lengan serta disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi
oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan dan disebabkan oleh penyakit sistemik,
faktor mekanis dan penyakit local.
B. Etiologi Carpal Tunnel Syndrome
Terdapat beberapa kunci co-morbiditas atau human factor yang berpotensi
meningkatkan risiko Carpa Tunnel Syndrome. Pertimbangan utama meliputi usia,
jenis kelamin, dan riwayat diabetes dan obesitas. Faktor risiko lain termasuk
kehamilan, pekerjaan spesifik, cidera karena gerakan berulang dan kumulatif, sejarah
keluarga yang kuat, gangguan medis tertentu seperti hipotiroidisme, autoimun,
rematologi, arthritis, renal, trauma, predisposisi anatomi pergelangan tangan dan
lengan, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat dalam kerja
manual di beberapa pekerjaan memiliki insidensi dan tingkat keparahan yang besar.
Beberapa penyebab dan faktor yang mempengaruhi kejadian Carpal Tunnel
Syndrome:
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan
dan lengan.
3. Sprain pergelangan tangan yakni trauma langsung terhadap pergelangan tangan
4. Pekerjaan: gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
berulang-ulang.
5. Infeksi: tenosinovitis, tuberculosis, sarkoidosis.

18
6. Metabolik:amiloidosis, gout, hipotiroid-neuropati fokal tekan khususnya sindrom
carpal tunel juga terjadi karena penebalan ligament dan tendon dari simpanan zat
yang disebut mukopolisakarida.
7. Endokrin: akromegali, terapi esterogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroid, kehamilan.
8. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, myeloma.
9. Penyakit kolagen vascular: arthritis rheumatoid, polimialgia reumatika,
sklerodema, lupus eritematosus sistemik.
10. Degeneratif: osteoporosis
11. Istrogenik: punksi arteri radialis, pemasangan shunt vascular untuk dialysis,
hematoma, komplikasi dari terapi antikoagulan.
12. Faktor stress
13. Inflamasi pada membrane mukosa yang mengelilingi tendon menyebabkan nervus
medianus tertekan dan menyebabkan Carpal Tunnel Syndrome.
C. Tanda dan Gejala Carpal Tunnel Syndrome
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan motorik
hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia,
kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-
3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus
walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari.
Gejala Kinis Carpal Tunnel Syndrome yang dapat teramati yakni (Grafton, 2009):
1. Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari jari dan telapak tangan.
2. Nyeri di tepalak, pergelangan tangan, atau lengan bawah, khususnya selama
penggunaan.
3. Penurunan kekuatan cengkraman.
4. Kelemahan pada ibu jari.
5. Sensasi jari bengkak, (ada tapi tidak terlihat bengkak)
6. Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.

Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan saraf medianus dalam terowongan
karpal di pergelangan tangan dengan ditandai yang paling sering, bersifat kronik, dan
ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesia jari jari yang mendapat
innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar.

Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari pergelangan tangan dimana tulang dan
ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan
nervus medianus. Tulang tulang karpalia membentuk dasar dan sisi sisi terowongan
yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum yang kuat dan
melengkung diatas tulang tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang

19
mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling
rentan didalam yaitu nervus medianus.

D. Penatalaksanaan Penderita Carpal Tunnel Syndrome


Penatalaksanaan Carpal Tunnel Syndrome tergantung pada etiologi, durasi gejalan,
dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk
penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain dan penyakit primer harus
segera dilakukan pengobatan. Kasus ringan dapat diobati dengan pemberian anti
inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit pergelangan tangan yang
mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada
malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan
injeksi steroid lokal yang dapat mengurangi peradangan. Jika hal tersebut dirasa
kurang efektif, maka tindakan operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi.
Oleh karena itu, terapi CTS dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
3. Terapi langsung terhadap CTS
a. Terapi Konservatif
i. Istirahatkan pergelangan tanagn
ii. Berikan obat anti inflamasi OAINS.
iii. Pemasangan bidai pada posisi anatomis pergelangan tangan yang
dapat dilakukan terus-menerus atau hanya malam hari selama 2-3
minggu.
iv. Nerve Gliding yaitu serangkaikan latihan yang terdiri dari berbagai
gerakan ROM dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan
ketegangan dan gerakan membujur sepanjang saraf median.
Latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem
saraf perifer dirancang untuk gerakan, dan ketegangan yang
dimunculkan dapat memberikan efek pada neurofisiologi melalui
perubahan dalam aliran pembuluh darh dan axoplasmic. Latihan ini
dapat dilakukan secara sederhana oleh pasien setelah mendapat
instruksi singkat.
v. Injeksi steroid.
vi. Vaksin B6 (piridoksin). Beberapa peneliti berpendapat bahwa
defisiensi piridoksin menyebabkan CTS sehingga menganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama bulan. Sedangkan
beberapa peneliti menyebutkan bahwa pemberian piridoksin tidak
bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan
dalam dosis besar. Bamun pemberian dapat mengurangi rasa nyeri.

20
vii. Fisioterapi. Ditunjukan pada perbaikan vaskularisasi pergelanagn
tangan.
b. Terapi Operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat
atau adanya atrofi otot-otot. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama
dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligu
dilakukan operasi bilateral. Tindakan operati mutlak dilakukan bila terapi
konservatif gagal atau bila ada atrofi otot thenar, sedangkan indikasi relatif
tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang presisten.
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbukadengan anestesi
lokal. Namun, telah dikembangkan teknik operasi secara endoskropik.
Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini
dengan jaringan parut yang minimal, tetapi keterbatasan sarana prasana
menyebabkan operasi ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi
seperti trauma pada saraf. Bebarapa penyebab CTS seperti adanya massa
atau anomaly maupun tenosinovitis pada rongga karpal lebih baik
dilakukan tindakan operasi terbuka.
4. Terapi terhadap keadaan atau etiologi CTS
Kondisi dimana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitive harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guna
mencegah terjadinya CTS antara lain:
6. Mengurangi posisi kaku pada pergelanagn tangan, gerakan repetitive,
getaran peralatan tangan pada saat bekerja.
7. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi anatomis saat bekerja.
8. Memodifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerak.
9. Memgubah metode kerja untuk penjadwalan terkait waktu kerja dan
istirahat.

Meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai gejala-gejala dini CTS sehingga pekerja dapat
mengenali gejala-gejala CTS lebih dini

Terapi CTS
21
Terapi yang dilakukan selain ditujukan langsung
terhadap CTS, terapi juga harus diberikan terhadap
keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya
CTS. Ada 2 macam terapi yang dapat dilakukan, yaitu:

Terapi langsung terhadap CTS:


Terapi Konservatif

Istirahat

Obat anti inflamasi non steroid

Pemasangan bidai

Injeksi steroid Gambaran Klinis

Vitamin4.
B6Media
(piridoksin) Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan
Lampiran sensorik saja. Gangguan motorik hanya terjadi pada
Fisioterapi keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa
Terapi Operatif seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan
setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi
Operasi CTS, dilakukan secara terbuka sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang
dengan anastesi lokal, terapi sekarang dirasakan mengenai seluruh jari-jari.
telah dikembangkan teknik operaso Diagnosis
secara endoskopik. Gejala Kinis CTS (Grafton, 2009)
Pemeriksaan fisik
Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari jari
Phalens test
dan telapak tangan.
Upaya Pencegahan
Torniquet test
Nyeri di tepalak, pergelangan tangan, atau lengan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
Tinels test bawah, khususnya selama penggunaan.
mencegah terjadinya CTS atau mencegah
kekambuhannya antara lain: Flicks sign Penurunan kekuatan cengkraman.
Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, Thenar wasting Kelemahan dalam ibu jari.
gerakan repetitif, getaran peralatan tangan pada
saat bekerja. Wrist extension test Sensi jari bengkak, (ada tapi tidak terlihat bengkak).

Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi Pressure test Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.
natural saat kerja. Luthys sign Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan
Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi saraf medianus dalam terowongan karpal di
Pemeriksaan Neurofiologi
gerakan. pergelangan tangan dengan ditandai yang paling
Pemeriksaan Radiologi sering, bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri
Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat tangan pada malam hari, parestesia jari jari yang
pendek serta mengupayakan rotasi kerja Pemeriksaan Laboratorium mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan
dan atrofi otot thenar.
Meningkatkan pengetahuan pekerja tengtang gejala
gelaja dini CTS sehingga pekerja dapat mengenali Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari
gejala gejala CTS lebih dini. pergelangan tangan dimana tulang dan ligamentum
membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh
beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang
tulang karpalia membentuk dasar dan sisi sisi
terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya
dibentuk oleh fleksor retinakulum yang kuat dan
melengkung diatas tulang tulang karpalia tersebut.
Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini
akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling
rentan didalam yaitu nervus medianus.
25
Angka kejadian Carpal Tunnel
CARPAL TUNNEL
Syndrome di Amerika Serikat telah diperkirakan
sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya
SYNDROME
dengan revalensi sekitar 50 kasus dari 1.000 orang
pada populasi umum. Orang tua setengah baya lebih
mungkin beresiko dibandingkan orang yang lebih
muda, dan wanita tiga kali lebih sering daripada pria.
(3,9)
National Health Interview Study (NIHS)
mencatat bahwa CTS lebih sering mengenai wanita
daripada pria dengan usia berkisar 25 - 64 tahun,
prevalensi tertinggi pada wanita usia > 55 tahun,
biasanya antara 40 60 tahun. Prevalensi CTS dalam
populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan
0,6% untuk laki-laki. CTS adalah jenis neuropati
jebakan yang paling sering ditemui. Sindroma tersebut
unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13% kiri ) dan
58% bilateral.

Penyebab terjadinya CTS

Herediter

Trauma/ cidera Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau


Sindroma Terowongan Karpal (STK) adalah
Pekerjaan
salah satu gangguan pada lengan karena
Pekerja yang terpapar getaran terjadi penyempitan pada terowongan karpal
baik akibat edema fasia pada terowongan
Pekerja perakitan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang
tulang kecil tangan sehingga terjadi
Pengolahan makanan & buruh pabrik penekana terhadap nervus medianus
makanan beku dipergelangan tangan. Carpal Tunnel
Pekerja Toko Syndrome diartikan sebagai kelemahan
pada tangan yang disertai nyeri pada daerah
Pekerja Industri distribusi nervus medianus
Dibuat .oleh:
Pekerja tekstil Novia Rizky Utami
Pengguna komputer. NIM 152310101138
Infeksi Program Studi Ilmu Keperawatan

Metabolik Universitas Jember

Endokrin 2017

Neoplasma
26
Penyakit kolagen vaskular

Degeneratif (osteoartritis)

Iatrogenik
Inflamasi

Lampiran 5: Dokumentasi

27

Anda mungkin juga menyukai