Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

Carpal Tunnel Syndrome

DISUSUN OLEH:
Fadlah Nisrina Selandiawati
1102017081

PEMBIMBING:
dr. Werda Indriarti, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI


PERIODE 6 DESEMBER- 12 DESEMBER 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI
JAKARTA
DAFTAR ISI

Carpal Tunnel Syndrome...........................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................4

1. Definisi............................................................................................................................4

2. Epidemiologi...................................................................................................................4

3. Etiologi............................................................................................................................5

4. Klasifikasi.......................................................................................................................6

6. Manifestasi Klinis...........................................................................................................6

7. Diagnosis dan Diagnosis Banding..................................................................................6

8. Tatalaksana....................................................................................................................10

10. Komplikasi................................................................................................................11

11. Prognosis...................................................................................................................11

BAB III.....................................................................................................................................12

KESIMPULAN........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati akibat tekanan terhadap


nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di
bawah fleksor retinaculum (PERDOSI,2016).
Berdasarkan laporan American Academy of Orthopaedic Surgeons tahun 2007,
kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Amerika Serikat diperkirakan 1-3 kasus per 1.000
subyek per tahun. Prevalensinya berkisar sekitar 50 kasus per 1000 subyek pada
populasi umum. National Health Interview Study (NHIS) memperkirakan prevalensi
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 1,55%. Lebih dari 50% dari seluruh penyakit akibat
kerja di USA adalah CummulativeTrauma Disorders, dimana salah satunya adalah
Carpal Tunnel Syndrome . Angka kejadian CTS sekitar 90% dari berbagai neuropati
lainnya. Setiap tahunnya kejadian CTS mencapai 267 dari 100.000 populasi dengan
prevalensi 9,2% pada perempuan dan 6% pada laki - laki. Di Inggris, angka
kejadiannya mencapai 6% - 17% yang lebih tinggi dari pada Amerika yaitu 5%
(Sekarsari, 2017).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati akibat tekanan terhadap


nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di
bawah fleksor retinaculum (PERDOSI,2016).
Carpal tunnel syndrome adalah gangguan umum dengan gejala yang melibatkan
nervus medianus. Nervus medianus rentan terhadap kompresi dan cedera di telapak
tangan dan pergelangan tangan, di mana dibatasi oleh tulang pergelangan tangan
(karpal) dan ligamentum karpal transversal. CTS merupakan kombinasi dari kelainan
jari, tangan dan lengan dengan gejala yang mencerminkan kompresi sensoris atau
motoris, paling sering terjadi pada orang dewasa di atas 30 tahun, khususnya
perempuan (Salawati, 2014).
Anatomi

Annisa, 2021
Annisa, 2021

Annisa, 2021

2. Epidemiologi
Menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration) menyatakan
bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan pekerjaan yang menyebabkan
Musculoskeletal Disorders adalah faktor pekerjaan itu sendiri seperti postur kerja,
repetitive motion, kecepatan kerja, kekuatan gerakan, getaran dan suhu, karakteristik
lingkungan kerja serta alat kerja yang digunakan . Salah satu jenis Musculoskeletal
Disorders (MSDs) adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS). CTS merupakan gangguan
umum yang berhubungan dengan pekerjaan yang disebabkan gerakan repetitif dan
posisi yang menetap pada jangka waktu yang lama yang dapat mempengaruhi saraf,
suplai darah ke tangan dan pergelangan tangan .
Berdasarkan laporan American Academy of Orthopaedic Surgeons tahun 2007,
kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Amerika Serikat diperkirakan 1-3 kasus per 1.000
subyek per tahun. Prevalensinya berkisar sekitar 50 kasus per 1000 subyek pada
populasi umum. National Health Interview Study (NHIS) memperkirakan prevalensi
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) 1,55%. Lebih dari 50% dari seluruh penyakit akibat
kerja di USA adalah CummulativeTrauma Disorders, dimana salah satunya adalah
Carpal Tunnel Syndrome . Angka kejadian CTS sekitar 90% dari berbagai neuropati
lainnya. Setiap tahunnya kejadian CTS mencapai 267 dari 100.000 populasi dengan
prevalensi 9,2% pada perempuan dan 6% pada laki - laki. Di Inggris, angka
kejadiannya mencapai 6% - 17% yang lebih tinggi dari pada Amerika yaitu 5%
(Sekarsari, 2017).

Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah penyakit akibat kerja


belum diketahui karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit
akibat kerja yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis.
Penelitian Lazurdi AI, pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan
dan tangan melaporkan prevalensi CTS diantara 5,6% sampai dengan 15%. Sementara
itu, menurut penelitian Astrina Aulia terhadap pekerja bagian packing plant di
Indarung, Sumatera Barat, diketahui bahwa sebesar 65,2% pekerja menderita CTS
(Sitompul, 2019).

3. Etiologi
Penyebab CTS menjadi 3 faktor, yaitu:
(1) faktor intrinsik,
(2) faktor penggunaan tangan (penggunaan tangan yang berhubungan dengan hobi, dan
penggunaan tangan yang berhubungan dengan pekerjaan),
(3) faktor trauma.

Faktor intrinsik terjadinya CTS adalah sekunder, karena beberapa penyakit


atau kelainan yang sudah ada. Beberapa penyakit atau kelainan yang merupakan faktor
intrinsik yang dapat menimbulkan CTS adalah:
(a) perubahan hormonal seperti kehamilan, pemakaian hormon estrogen pada
menopause, dapat berakibat retensi cairan dan menyebabkan pembengkakan pada
jaringan di sekeliling terowongan karpal,
(b) penyakit/keadaan tertentu seperti hemodialisis yang berlangsung lama, penyakit
multiple myeloma, Walderstroom’s macroglobulinemia, limphoma non Hodgkin,
acromegali, virus (human parvovirus), pengobatan yang berefek pada sistem imun
(interleukin 2) dan obat anti pembekuan darah (warfarin).
(c) kegemukan (obesitas),
(d) keadaan lain seperti merokok, gizi buruk dan stres,
(e) adanya riwayat keluarga dengan CTS, dan
(f) jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita mempunyai risiko
mendapat CTS lebih tinggi secara bermakna dibandingkan laki-laki.

CTS yang terjadi oleh karena penggunaan tangan karena hobi atau pekerjaan
adalah sebagai akibat inflamasi/pembengkakan tenosinovial di dalam terowongan
karpal. Penggunaan tangan yang berhubungan dengan hobi, contohnya adalah
pekerjaan rumah tangga (menjahit, merajut, menusuk, memasak), kesenian dan olah
raga.

CTS yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi kegiatan yang


membutuhkan kekuatan, penggunaan berulang atau lama pada tangan dan pergelangan
tangan, terutama jika faktor risiko potensial tersebut muncul secara bersamaan
misalnya:
1) Penggunaan tangan yang kuat terutama jika ada pengulangan,
2) penggunaan tangan berulang dikombinasikan dengan beberapa unsur kekuatan
terutama untuk waktu yang lama,
3) konstan dalam mencegkeram benda,
4) memindahkan atau menggunakan tangan dan pergelangantangan terhadap
perlawanan atau dengan kekuatan,
5) menggunakan tangan dan pergelangan tangan untuk getaran teratur yang kuat, 6)
tekanan biasa atau intermiten pada pergelangan tangan (Salawati, 2014)

CTS berhubungan dengan keadaan terkompresinya Nervus medianus sewaktu


melalui kanal di bawah ligamentum fleksorum transversum di daerah artikulasio
radiokarpalis. Sedangkan faktor risiko intrinsik yang menyebabkan nervus medianus
terkompresi antara lain keturunan, obesitas, kehamilan, penyakit seperti diabetes
melitus, hipotiroid, dan rematoid artritis, sedangkan faktor ekstrinsik antara lain tumor
jinak (seperti ganglion, lipoma), kelainan vaskuler, dan pekerjaan dengan alat getar.

4. Klasifikasi
Carpal Tunnel Syndrome dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat.
1. Level 1 ringan mild Carpal Tunnel Syndrome ringan memiliki kelainan sensorik saja
pada pengujian elektrofisiologis. Rasa perih rasa tersengat dan nyeri atau gejala Carpal
Tunnel Syndrome yang terjadi dapat berkurang dengan istirahat atau pijat.
2. Level 2 sedang moderate Carpal Tunnel Syndrome sedang memiliki gejala sensorik
dan motorik. Gejala lebih intensif, test orthopedic dan neurologic mengindikasikan
adanya kerusakan syaraf
3. level 3 berat severe Gejala lebih parah, mengalami penurunan sensorik dan rasa nyeri
konstan (Fitriani, 2012).

5. Patofisiologis

Carpal tunnel termasuk lesi Nervus medianus bagian distal, dimana kompresi
nervus ini terjadi pada saat melalui terowongan karpal dengan gangguan sensorik
berupa (paresthesia dan dysesthesia) terutama pada ujung jari telunjuk, tengah, serta ibu
jari. Perkembangan selanjutnya akan terjadi gangguan motorik akibat dari atrofi otot-
otot tenar (Salim, 2017).

(Annisa, 2021)

6. Manifestasi Klinis

Manefestasi CTS berupa gangguan sensorik sampai ganguan motorik.


Gangguan sensorik dapat berupa berkurangnya sampai hilangnya perasaan yang diurus
oleh Nervus medianus, pada bagian telapak (volar) tangan pada setengah jari I dan jari
IV serta seluruh jari II dan jari III. Pada bagian punggung tangan (dorsal) pada bagian
medial jari I, ujung jari II, III, dan bagian lateral ujung jari IV . Sedangkan gangguan
motorik dapat berupa hambatan gerak oposisi, fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi jari I
akibat atrofi otot-otot tenar (Salim, 2017).

7. Diagnosis dan Diagnosis Banding


Anamnesis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik
(tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi
sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh
jari-jari.. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya
adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga
sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak
berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan
meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila
penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya .

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan
perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa
pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS
adalah:
 Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosis CTS (PERDOSI, 2016).
(Salawati,2014)

 Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet dengan


menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan
sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosis.
 Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

Salawati,2014

 Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerakgerakkan


jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosis
CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
 Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otototot
thenar

Salawati, 2014

 .Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
dengan alat dynamometer
 Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini
menyokong diagnosis CTS.

medistudents.com
 Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala
seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.
 Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung
diagnosis

padjadjarannursingcorps

 Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-
point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosis
 Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan
keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah inervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnosis CTS. Dari pemeriksaan provokasi
diatas Phalen test dan Tinel test adalah tes yang patognomonis untuk CTS
(PERDOSI, 2016).

Diagnosis Banding
De Qervain Tendinopathy Nyeri tekan pada styloid radial distal

Peripheral Neuropathy Riwayat diabetes mellitus, bilateral,


keterlibatan ekstremitas bawah
Sindrom Pronator (kompresi saraf median Nyeri lengan bawah, kehilangan sensori
di siku) pada eminensia tenar, kelemahan dengan fleksi
ibu jari,
pergelangan tangan ekstensi, dan pronasi lengan
bawah
Sindrom Raynaud Gejala yang berhubungan dengan paparan dingin,
perubahan warna yang khas
Ulnar Compression Neuropathy Parastesia pada jari manis dan kelingking,
tanda Tinel positif, dan uji kompresi
pada pergelangan tangan siku
Vibration white finger Penggunaan alat-alat listrik tangan yang bergetar,
gejala-gejala Raynaud fenomena
Wrist arthritis Nyeri pd gerakan pergelangan tangan, temuan
radiograf
Carpometacarpal Arthritis Nyeri pd gerakan ibu jari , tes grind positif,
temuan radiografi

Cervical Radiculopathy (C6) Sakit leher, mati rasa pada ibu jari dan jari
telunjuk saja, tes
Spurling positif

Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
Pemeriksaan Elektromiografi (EMG) dapat menunjukkan adanya fibrilasi,
polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG
bisa normal pada 31% kasus CTS. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25%
kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten
distal (distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi
saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten
motorik.
• Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. Ultrasonografi (USG), CT-sken
dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG
dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel
proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome.
• Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar
gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap

8. Tatalaksana

A. Konservatif
• Istirahatkan pergelangan tangan.
• Obat anti inflamasi non steroid.
• Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-
menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
• Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM) latihan dari
ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan dan gerakan membujur
sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas atas.
Latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf perifer
dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan dan meluncur saraf mungkin memiliki
efek pada neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran pembuluh darah dan
axoplasmic. Latihan dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh pasien setelah
instruksi singkat.
• Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg/ml atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20-40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan
menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat
pergelangan tangan di sebelah medial tendon muskulus palmaris longus dengan
membentuk sudut 300 Sementara suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk
total tiga atau empat suntikan,. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil
terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. Suntikan harus digunakan
dengan hati-hati untuk pasien di bawah usia 30 tahun.
• Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab
CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin
100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa
pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar. Namun pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa
nyeri.
• Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.
B. Operatif
• Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi
konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot
thenar. Edukasi
Berperan aktif dalam pengobatan, mengurangi pergerakan pergelangan tangan
(PERDOSI, 2016)

9. Pencegahan

Mengurangi gerakan berulang, gerakan kaku, atau memutar alat tangan saat
bekerja, memposisikan peralatan untuk bekerja agar tangan berada pada posisi netral
saat bekerja, memodifikasi tata letak ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan
dan mengubah cara kerja untuk sesekali istirahat sejenak.

10. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada CTS adalah:
a. Atrofi otot-otot thenar
b. Gangguan sensoris yang mengenai bagian radial telapak tangan, sisi palmar dari
tiga jari tangan yang pertama.
c. Deformitas ape hand
(Rosiana, 2014)
11. Prognosis
Pada kasus CTS ringan dengan terapi konservatif umumnya prognosisnya
baik. Jika situasinya tidak membaik dengan terapi konservatif, pembedahan harus
dilakukan. Secara umum, prognosis pembedahan baik .
Ad vitam : ad bonam

Ad sanam : ad bonam

Ad fucntionam : ad bonam

(PERDOSI,2016)
BAB III

KESIMPULAN
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati yang sering ditemukan.
Sindroma ini terjadi karena penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema
fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan sehingga terjadi penekanan
terhadap nervus medianus di pergelangan tangan. CTS mempunyai hubungan yang erat
dengan penggunaan tangan secara repetitif dan berlebihan. Gejala awal CTS umumnya
hanya berupa gangguan sensorik seperti rasa nyeri, parestesia, rasa tebal dan tingling di
daerah kulit yang dipersarafi oleh nervus medianus. Gejala-gejala ini umumnya
bertambah berat pada malam hari dan berkurang bila pergelangan tangan digerak-
gerakkan atau dipijat. Pada penderita yang sudah lama terkena dapat ditemukan gejala
motorik dan terkadang terdapat hipotrofi tenar. Diagnosa CTS dapat ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik yang meliputi berbagaimacam tes dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan meliputi pemeriksaan
radiologis, laboratorium dan terutama pemeriksaan neurofisiologi. Penatalaksanaan
CTS dibagi atas dua macam, yaitu terapi konservatif dan terapi operatif. Kedua pilihan
pengobatan konservatif dan operatif tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Pada
umumnya, kelainan ini dapat dicegah dan disembuhkan. Pencegahan yang dapat
dilakukan seperti posisi dan sikap kerja yang benar, perbaikan peralatan kerja,
penyesuaian perabot kerja bagi pekerja dengan tubuh yang tidak sesuai dengan ukuran
standar. Prognosis CTS dengan terapi konservatif maupun operatif umumnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
Perdossi. (2016). Panduan Praktik Klinis Neurologi. PERDOSSI: Jakarta.
Sekarsari (2017). Hubungan Lama Kerja, Gerakan Repetitif dan Postur Janggal Pada Tangan
Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Pekerja Pemecah Batu Di
Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016. Jimkesmas 2 (6).
Salim, D (2017). Penegakan Diagnosis Dan Penatalaksanaan Carpal Tunnel Syndrome. J.
Kedokteran Meditek 23 (63).
Fitriani (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012. Fakultas Kedokteran Uin Jakarta.
Annisa, D (2021). Carpal Tunnel Syndrome (Diagnosis And Management) . JPHV.
Salawati (2014). Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 14 (1)
Satyanegara (2014). Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Rosiana (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome Dextra Di
RS Al Dr. Ramelan Surabaya . Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai