Anda di halaman 1dari 41

TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA

DENGAN KLINIS STROKE INFARK

DI RS TK. II TNI AD DUSTIRA CIMAHI

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan III

Disusun oleh :

RADEN YUNITA L TRO/12/00850

PROGRAM STUDI RADIODIAGNOSTIK & RADIOTERAPI

POLITEKNIK AL ISLAM BANDUNG

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan

RS TK. II TNI AD DUSTIRA CIMAHI

Dilaksanakan di RS TK. II TNI AD Dustira Cimahi dan disetujui untuk


dilaporkan sebagai bagian dari laporan Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan
pada tanggal 02 Januari 2020 sampai dengan 31 Januari 2020.
Isi laporan ini merupakan Teknik Pemeriksaan CT SCAN Kepala dengan
klinis Pendarahan di RS TK. II TNI AD Dustira Cimahi. Laporan ini dibuat dan
dilaporkan oleh :
Nama : Raden Yunita Lusiana (TRO/12/00850)

Cimahi, 31 Januari 2020


Disetujui Oleh :

Kepala Ruangan Radiologi

( Sunarto, AMd.Rad,)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan yang terkait dengan
tugas Praktek Kerja Lapangan III dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN CT
SCAN KEPALA DENGAN KLINIS STROKE INFARK” di Instalasi Radiologi
RS TK. II TNI AD Dustira Cimahi”.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :

1. dr. Sri Jatnika, SE.M,Si, selaku direktur Politeknik Al-Islam Bandung


beserta jajarannya.
2. Oktariana Damayanti, S. ST.,M.Si, selaku ketua prodi.
3. Seluruh dosen dan staf Politeknik AL-Islam Bandung.
4. Sunarto, AMd.Rad, selaku kepala ruangan radiologi RS TK. II TNI AD
Dustira Cimahi.
5. dr. Irwan Mardana, Sp.Rad, dr. Bernadetta, Sp.Rad, dr. Rosita, Sp. Rad
selaku dokter spesialis radiologi di instalasi radiologi RS TK. II TNI AD
Dustira Cimahi.
6. Segenap Radiografer dan Staff karyawan di Instalasi Radiologi RS TN. II
TNI AD Dustira Cimahi.

Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan laporan kasus yang telah penyusun buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan kasus ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan kasus yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penusun mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penyusun
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masadepan.

Bandung, Januari 2020

penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Salah satunya adalah dengan
ditemukannya sinar-x oleh Prof. Dr. Wilhelm Conrad Roengent yang sangat
membantu kemajuan ilmu kedokteran terutama bidang radiodiagnostik. Pada
hakekatnya pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x bertujuan untuk
menegakkan diagnosa suatu kelainan organ ataupun untuk terapi penyakit.
Pemeriksaan CT Scan adalah prosedur yang menggunakan sinar X, dengan
hasil yang diolah dengan komputer untuk menghasilkan gambar dalam irisan-irisan,
sehingga dapat melihat masing-masing gambaran irisan yang diambil dengan lebih
detail. Dengan teknik ini gambar yang dihasilkan jauh lebih detail dibanding
dengan rontgen biasa,sehingga dapat membantu diagnosis lebih akurat. Ct
Scan adalah pemeriksaan yang non-invasif dan sederhana. Pasien diminta
berbaring di meja pemeriksaan yang akan masuk ke dalam mesin Ct Scan berbentuk
seperti terowongan.
Kepala adalah organ paling penting di dalam tubuh manusia yang menjadi
pelindung otak. Sebab otak adalah organ tubuh yang akan mengatur secara
keseluruhan dalam tubuh. Mulai dari sistem pernafasan,sistem peredaran darah
dan sistem ekskresi dalam tubuh manusia. Seluruh tulang kepala yang akan
berperan dalam melindungi seluruh organ penting ini. Bagian-bagian pada kepala
:Tulang Kepala (Os. Cranium), Os Frontal (tulang dahi),Os Parietal (tulang ubun-
ubun),Os Occipital (tulang kepala bagian belakang),Os Sphenoidalis (tulang
baji),Os Ethmoidalis ( tulang tapis),Os Temporal (tulang pelipis).

Otak adalah salah satu organ yang terbesar dan paling kompleks dlam
tubuh manusia. Otak tersusun dari sejumlah jaringan pendukung dan 100 miliar
lebih sel saraf yang berkomunikasi dalam sistem dengan triliunan koneksi yang
disebut sinaps. Otak berada di kepala dan dilindungi oleh lapisan pembungkus
yang disebut selaput otak (meninges) dan penutup yang disebut tengkorak. Pada
bagian bawah atau dasar otak terhubung ke saraf tulang belakang. Kedua organ
otak dan saraf tulang belakang dikenal sebagai sistem saraf pusat (SPP). Saraf
tulang belakang mengirim informasi menuju otak. Sistem saraf pusat akan bekerja
sma dengan sistem saraf perifer untuk menyampaikan pesan dari otak ke berbagai
bagian tubuh. Dua sistem saraf inilah yang memberi kemampuan seseorang untuk
berjalan,berbicara,dan aktivitas lainnya. Bagian-bagian pada otak :Cerebrum (otak
besar),Cerebellum (otak kecil),Brainsteam (batang otak)

Salah satu indikasi pemeriksaan Ct Scan adalah Stroke Infark. Stroke adalah
penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat
terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa
tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak
yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf
(neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke
(Junaidi,2011).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer &
Bare,2002).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.
Stroke dapat terjadi karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat
emboli yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh atau akibat perdarahan otak
(Corwin,2001)
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mempelajari
dan mengkaji dalam melalui kontrak belajar yang berjudul ”Teknik Pemeriksaan
CT Scan Kepala dengan Klinis Stroke Infark”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prosedur dan Teknik Pemeriksaan CT Scan kepala dengan klinis
Stroke Infark ?
2. Bagaimana hasil gambaran pada pemeriksaan CT Scan kepala dengan klinis
Stroke Infark ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui prosedur dan teknik pemeriksaan Ct Scan kepala pada klinis
Stroke Infark di Instalasi Radiologi RS TK.II TNI AD Dustira Cimahi.
2. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan gambaran pada pemeriksaan CT Scan
kepala dengan klinis Stroke Infark.

1.4 Sistematika Penulisan


Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan dalam memahami
kontrak belajar ini,maka penulis membuat sistematika penulisannya yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tentang anatomi, fisiologi, Teknik Ct Scan kepala dan prosedur
pemeriksaan.
BAB III PEMBAHASAN
Membahas mengenai paparan kasus dan pembahasan masalah.
BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kepala dan bagian-bagian pada otak

Gambar 2.1 Anatomi Kepala (Ballinger,2016)

Kepala adalah organ paling penting di dalam tubuh manusia yang menjadi
pelindung otak. Sebab otak adalah organ tubuh yang akan mengatur secara
keseluruhan dalam tubuh. Mulai dari sistem pernafasan,sistem peredaran darah
dan sistem ekskresi dalam tubuh manusia. Seluruh tulang kepala yang akan
berperan dalam melindungi seluruh organ penting ini. Bagian-bagian pada kepala:

A. Tulang Kepala (Os. Cranium)


a. Os Frontal (tulang dahi)
b. Os Parietal (tulang ubun-ubun)
c. Os Occipital (tulang kepala bagian belakang)
d. Os Sphenoidalis (tulang baji)
e. Os Ethmoidalis ( tulang tapis)
f. Os Temporal (tulang pelipis)
B. Sutura
a. Sutura Coronalis yang menghubungkan antara os frontal dan os
parietal.
b. Sutura Sagitalis yang menghubungkan antara os parietal kiri dan
kanan.
c. Sutura Lamboidalis yang menghubungkan antara os parietal dan os
occipital.
d. Sutura Squamosa

Gambar 2.2 Hemisfer Serebrum (Sherwood,2011)

Cerebral (otak) menurut Damasio (2005), cerebral atau otak merupakan


struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas
100 juta sel saraf atau neuron. Cerebral mengatur dan mengkoordinir sebagian
besar gerakan,prilaku dan fungsi tubuh seperti detak jantung, tekanan darah,
keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Cerebral terdiri dari dua bagian utama
yaitu Cerebrum (otak besar) dan Cerebellum (otak kecil). Adapun penjelasan
kedua bagian tersebut ialah :

a. Cerebrum bagian terbesar otak manusia, dibagi menjadi dua bagian yang
sama, hemisfer serebri kiri dan kanan (Gambar 2.2). keduanya saling
berhubungan melalui corpus kolosum, suatu pita tebal yang diperkirakan
terdiri dari 300 juta akson neuron yang berjalan diantara kedua hemisfer.
Korpus kolosum adalah “jalan kayang informasi” tubuh. Kedua hemisfer
berkomunikasi dan saling bekerja sama melalui pertukaran informasi
instan lewat koneksi saraf ini. (Sherwood,2011).

Berdasarkan sistem fungsionalnya, yang dijelaskan oleh Sherwood (2011),


cerebrum dibgi kedalam lobus-lobus yang dinamakan berdasarkan letak
anatomisnya dengan tulang cranium. Masing-masing lobus memiliki fungsional
kerja masing-masing (Gambar 2.3) seperti :

1) Lobus oksipitalis yang terletak di posterior (di kepala belakang),


melaksanakan pemrosesan awal masukan penglihatan.
2) Lobus temporalis yang terletak di lateral (di kepala samping)
mempresepsikan sensasi suara).
3) Lobus parietalis yang terletak di belakang sulkus sentralis di masing-
msing sisi. Lobus ini berperan dalam menerima dan memproses masukan
sensorik.
4) Lobus frontalis yang terletak di kepala bagian depan. Lobus parietalis
terutama berperan dalam tiga fungsi utama : (1) aktivitas motorik
volunter,(2) kemampuan berbicara,(3) elaborasi pikiran.

Gambar 2.3 Pembagian Lobus dalam cerebrum (F.Netter ,2014)

b. Cerebellum menurut Sherwood (2011) juga menjelaskan di cerebelum


ditemukan lebih banyak neuron individual daripada dibagian otak lainnya,
dan hal ini menunjukkan pentingnya struktur ini. Cerebellum terdiri dari
tiga bagian yang secara fungsional berbeda dengan peran yang terutama
berkaitan dengan kontrol bawah saar aktivitas motorik (Gambar 2.4).
Secara spesifik,bagian-bagian cerebellum melakukan fungsi-fungsi berikut
:
1) Vestibuloserebelum penting untuk mempertahankan keseimbangan
dan kontrol gerakan mata.
2) Spinoserebelum meningkatkan tonus otot dan mengoordinasikan
geraka volunter terampil. Bagian otak ini sangat penting dalam
memastikan waktu yang tepat kontraksi berbagai otot untuk
mengoordinasikan gerakan yang melibatkan banyak sendi. Sebagai
contoh, gerakan sendi bahu,siku dan pergelangan tangan anda harus
sinkron bahkan ketika anda melakukan gerakan sederhana seperti
mengambil pensil. Ketika daerah-daerah korteks motorik mengirim
pesan ke otot-otot untuk mengeksekusi geraka tertentu,
spinoserebelum diberi informasi tentang perintah motorik yang
diinginkan. Bagian ini juga menerima masukan dari reseptor-reseptor
perifer tentang gerakan tubuh dan posisi yang sebenarnya terjadi.
3) Serebroserebelum berperan dalam perencanaan dan insiasi aktivitas
volunter dengan memberikan masukan ke daerah motorik korteks. Ini
juga merupakan bagian serebelum yang menyimpan ingatan
procedural.

Gambar 2.4 Pembagian Cerebellum


c. Meninges (Lapisan otak) adalah tiga membran yang membungkus susunan
saraf pusat dari lapisan terluar hingga terdalam ; duramater,arakhnoid
mater, dan piamater. (Gambar 2.5). Berikut penjelasan dari ketiga
membrane pembungkus saraf pusat :

1) Dura mater adalah pembungkus inelastik kuat yang terditi dari dua
lapisan (dura artinya kuat). Lapisan-lapisan ini biasanya melekat
erat tetapi di beberapa tempat keduanya terpisah untuk membentuk
rongga berisi darah,sinus dural,atau rongga yang lebih besar,sinus
venosus. Darah vena yang berasal dari otak mengalir ke sinus ini
untuk dikembalikan ke jantung. Cairan serebrospinal juga masuk
kembali ke darah di salah satu sinus-sinus ini. (Sherwood,2011).
2) Arackhnoid mater adalah lapisan halus kaya pembuluh darah
dengan penampakan “sarang laba-laba” arachnoid artinya (seperti
laba-laba). Ruang antar arachnoid dan pia mater di
bawahnya,ruang subarakhnoid terisi oleh CSS direabsorpsi
menembus permukaan vilus-vilus ini untuk masuk ke sirkulasi
darah didalam sinus. (Sherwood,2011)
3) Pia mater adalah yang paling rapuh (pia artinya lembut). Lapisan
ini memiliki banyak pembuluh darah dan melekat erat ke
permukaan otak dan medula spinalis, mengikuti setiap tonjolan dan
lekukan. Di daerah-daerah tertentu, lapisan ini masuk jauh ke
dalam otak untuk membawa pembuluh darah berkontak erat
dengan sel-sel ependim yang mealapisi ventrikel. Hubungan ini
penting dalam pembentukan CSS (Sherwood,2011)
Gambar 2.5 Lapisan Otak (Sherwood,2011)

d. Sistem Ventrikel terdiri dari empat rongga yang saling berhubungan


dialam interior otak serta juga bersambungan dengan kanalis sentralis
sempit yang membentuk terowongan di bagian tengah medulla spinalis
(Gambar 2.6). Sel-sel ependim yang melapisi ventrikel ikut membentuk
cairan serebrospinal. Sel-sel ependim adalah salah satu dari beberapa jenis
sel yang memiliki silia. Gerakan silia sel ependim ikut berperan
mengalirkan cairan serebrospinal di seluruh ventrikel. Sel ini berfungsi
sebagai sel punca neuron dengan potensi membentuk tidak saja sel glia
lain tetapi juga neuron. (Sherwood,2011)

Gambar 2.6 Sistem ventrikel (F.Netter,2014)


e. Catatan Klinis meskipun banyak bahan dalam darah ridak pernah
berkontak langsung dengan jaringan otak,namun otak, dibandingkan
dengan jaringan lain, sangat bergantung pada pasokan darah yang konstan.
Otak akan mengalami kerusakan jika organ ini tidak mendapat pasokan O,
lebih dari 4 sampai 5 menit atau penyaluran glukosanya terputus lebih dari
10 sampai 15 menit. (Sherwood,2011).

2.2 Patologi Stroke

Stroke adalah kejadian rusaknya sebagian dari otak. Terjadi jika pembuluh
darah arteri yang mengalirkan darah ke otak tersumbat,atau jika robek atau bocor.
Stroke , atau cerebrovascular accident (CVA), adalah hilangnya fungsi-fungsi otak
dengan cepat,karena gangguan suplai darah ke otak. Hal ini dapat terjadi karena
iskemia (berkurangnya alira darah) dikarenakan oleh penyumbatan (thrombosis,
arterial embolism) atau adanya hemorrhage (perdarahan). Stroke iskemik yang
biasanya disebabkan oleh diabetes menjadi mayoritas pada penderita stroke dan
mencapai 85%,sedangkan stroke perdarahan hanya 15% tetapi stroke perdarahan
dapat menyebabkan kematian pada 40% pasiennya. Yang perlu diperhatikan juga
stroke iskemik ringan yang gejalanya mirip stroke,tetapi akan hilang dengan
sendirinya dalam 24 jam (trainsent ischemic attacks (TIA)). Hal ini terjadi karena
penyumbatan pembuluh darah hanya terjadi sementara. Tetapi bagaimanapun, jika
hal ini terjadi maka hanya terjadi sementara. Tetapi bagaimanapun jika hal ini
terjadi maka kemungkinan terjadinya stroke berikutnya yang lebih berat dapat
terjadi. Di Indonesia stroke terjadi pada 12 dari 1.000 orang dan 1 dari 7 pasien
yang mengalami stroke akan meninggal.

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya stroke adalah :


usia,tekanan darah tinggi,stroke sebelumnya,diabetes,kolestrol
tinggi,merokok,atrial fibrillation,migrain dengan aura,dan thrombophilia
(cenderung thrombosis). Dari semua faktor-faktor tersebut yang paling mudah
dikendalikan adalah tekanan darah tinggi dan merokok. 80% stroke dapat
dihindari dengan pengelolaan faktor-faktor risiko.
2.2.1 Klasifikasi

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik maupun stroke
hemorrhagik. Sebuah prognosis hasil sebuah penelitian di Korea menyatakan
bahwa 75,2% stroke iskemik diderita oleh kaum pria dengan prevalensi berupa
hipertensi, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Berdasarkan sistem
TOAST, komposisi terbagi menajdi 20,8% LAAS, 17,4% LAC, 18,1% CEI,
16,8% UDE dan 26,8% ODE.

a. Stroke hemorragik

Dalam stroke hemorragik,pembuluh darah pecah sehingga


menghambat aliran darah yang normal dan merembes ke dalam
suatu daerah di otak dan merusaknya. Pendarahan dapat terjadi di
seluruh bagian otak seperti caudate putamen; talamus;hipokampus;
frontal,parietal,dan occipital cortex; hipotalamus; area
suprakiasmatik; cerebellum; pons; dan midbrain. Hampir 70%
kasus stroke hemorrhagik menyerang penderita hipertensi.

b. Stroke Iskemik

Dalam stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur


pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh
dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri carotis interna
merupakan cabang dari arteri carotis communis sedangkan arteri
vertebralis merupakan cabang dari arteri subclavia.

2.2.2 Patofisiologi

Hingga saat ini patofisiologi stroke merupakan studi yang sebagian besar
didasarkan pada serangkaian penelitian, terhadap berbagai proses yang saling
terkait, meliputi kegagalan energi,hilangnya homeostatis ion sel, asidosis,
peningkatan kadar Ca2+ sitosolik,eksitositas,teksisitas dengan radikal
bebas,produksi asam arakidonat,sitotoksitas dengan sitokina, aktivasi sistem
komplemen, disurpsi sawar darah otak, aktivasi sel glial dan infiltrasi leukosit.
2.2.3 Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah terjadinya stroke adalah dengan


mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi dan mengendalikan faktor
risiko stroke sebnayak mungkin. Seperti kebiasaan meorok,hipertensi dan
stenosis di pembuluh karotid, mengatur pola makan yang sehat dan
menghindari makanan yang mengandung kolestrol jahat (LDL), serta olahraga
secara teratur. Stenosis merupakan efek vasodilasi endotelium yang umumnya
disebabkan oleh turunnya sekresi NO oleh sel endotelial, dapat diredam asam
askorbat yang meningkatkan sekresi NO oleh sel endotelial melalui lintasan
NO sintase atau siklase guanilat, mereduksi nitrita menjadi NO dan
menghambat oksidasi LDL di lintasan ateroklerosis.

2.3 Pengertian dan Sejarah perkembangan Ct Scan


Pemeriksaan CT Scan adalah prosedur yang menggunakan sinar X, dengan
hasil yang diolah dengan komputer untuk menghasilkan gambar dalam irisan-
irisan, sehingga dapat melihat masing-masing gambaran irisan yang diambil
dengan lebih detail. Dengan teknik ini gambar yang dihasilkan jauh lebih detail
dibanding dengan rontgen biasa,sehingga dapat membantu diagnosis lebih
akurat. Ct Scan adalah pemeriksaan yang non-invasif dan sederhana. Pasien
diminta berbaring di meja pemeriksaan yang akan masuk ke dalam mesin Ct
Scan berbentuk seperti terowongan.
Sejarah perkembangan CT Scan :
1917 - J.H. Radon: transformasi radon, gambar dari objek yang tidak
diketahui dapat digambarkan dari proyeksinya
1963 - A.M. Cormack: mengembangkan teknik untuk menentukan
distribusi penyerapan tubuh manusia
1972 - G.N. Hounsfield dan J.Ambrose: menghasilkan gambaran CT
pertama kali untuk keperluan klinis
1974 - 60 unit CT terpasang untuk pemeriksaan kepala
1975 - First Whole Body scanner in clinical use
1979 - Hounsfield dan Cormack di anugerahi hadiah nobel
1989 - Spiral CT
1998 - Multislice CT
2000 - >30000 clinical CT Installations
a. Generasi Pertama
1. Perintis : EMI, London, 1977
2. X-ray : Pencil Beam
3. Gerakan : Translate – Rotate
4. Detektor : Single Detector
5. Rotasi : 180 derajat
6. Waktu : 4,5 – 5,5 menit / scan slice
7. Applikasi : Head Scan

Pada generasi pertama prinsip pergerakan tabung menggunakan


prinsip yang dinamakan translation-rotation. Dimana pada generasi ini
hanya memiliki satu detektor dan untuk menghasilkan satu scanning
lengkap memerlukan waktu scanning 135-300s. Gambaran pergerakan
tabung dan detektor pada generasi pertama :

Gambar 2.7 Pergerakan tabung dan detektor pada generasi pertama

b. Generasi Kedua
1. Merupakan pengembangan dari generasi ke satu.
2. X-ray : Narrow Fan Beam
3. Gerakan : Translate – Rotate
4. Detektor : Multi Detector ( 3-60) Linier Array Detector
5. Rotasi : 180 Derajat
6. Waktu : 20 Detik - 2 Menit / Scan Slice
7. App : Head Scanner
CT scan generasi kedua masih menggunakan prinsip translation-rotation tapi
yang membedakannya dengan generasi pertama pada generasi ini digunakan
detektor berjenis series. Pada generasi ini waktu yang diperlukan untuk satu kali
scanning paling cepat sebesar 5 – 150s. Gambaran gerakan tabung dan detector
pada alat CT Scan generasi kedua :

Gambar 2.8 Gerakan tabung dan detektor pada alat Ct Scan generasi kedua.

c. Generasi Ketiga
1. Pengembangan dari generasi kedua.
2. X-ray : wide fan beam
3. Gerakan : rotate – rotate
4. Detektor : multi detector (10-280) curve array detector
5. Rotasi : 360 derajat
6. Waktu : 1,4-14 detik / scan slice
7. App : whole body scanner

Generasi ketiga ini antara pergerakan tabung dan detektornya


menggunakan prinsip rotation. Dimana bentuk dari detektornya setengah
lingkaran. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk satu kali scanning pada
generasi ini paling cepat sebesar 0,4 – 10s. Gambaran gerakan tabung dan detector
pada generasi ketiga :
Gambar 2.9 Gerakan tabung dan detektor pada generasi ketiga

d. Generasi Keempat
1. Pengembangan Dari Generasi III
2. X-Ray : Wide Fan Beam
3. Gerakan : Stationary-Rotate System
4. Detekto : Multi Detector (424-2400), Slip Ring Detector
5. Rotasi : 360 Derajat
6. Waktu : <10 Detik / Scan Slice
7. App : Whole Body Scanner
CT Scan Generasi Ini Detektornya Berbentuk Seperti Cincin Yang
Dinamakan Ring. Sehingga Hanya Tabungnya Saja Yang Berputar 360 Derajat
Dan Detektornya Statis (Diam). Waktu Yang Diperlukan Untuk Satu Kali
Scanning Selama 1 – 5s. Gambaran gerakan tabung dan detector pada generasi
keempat :

Gambar 2.10 Gerakan tabung dan detektor pada Ct Scan generasi keempat
e. Generasi Kelima

Pada Electron Beam Technique tidak menggunakan tabung sinar-x, tapi


menggunakan electron gun yang memproduksi pancaran electron berkekuatan 130
KV. Pancaran electron difokuskan olehelectro-magnetic coil menuju fokal spot
pada ring tungsten. Proses penumbukkan electron pada tungsten menghasilkan
energy sinar-x. Sinar-x akan keluar melewati kolimator yang membentuknya
menjadi pancaran fan beam. Kemudian sinar-x akan mengenai obyek dan hasil
atenuasinya akan mengenai solid state detector dan selanjutnya prosesnya sama
dengan prinsip kerja CT Scan yang lain. Perbedaannya hanya pada pembangkit
sinar-x nya bukan menggunakan tabung sinar-x tetapi menggunakan electron gun.

Gambar 2.11 Tabung Ct Scan generasi kelima

f. Generasi Keenam
1. Pengembangan dari generasi III dan IV
2. X-Ray : Wide Fan Beam
3. Gerakan : Stationary-Rotate System, Meja Bergerak
Dalam Terowongan Gantry Selama Scanning (Spiral CT)
4. Detektor : Multi Detector (424-2400), Slip Ring Detector
5. Rotasi : 360 Derajat
6. Waktu : <10 Detik / Scan Slice
7. App : Whole Body Scanner (Multi Slice, 3D, 4D)

Akuisisi data dilakukan dengan meja bergerak sementara tabung sinar-x


berputar, sehingga gerakan tabung sinar-x membentuk pola spiral terhadap pasien
ketika dilakukan akuisisi data. Pola spiral ini diterapkan pada konfigurasi
rancangan CT generasi ketiga dan keempat. Gambaran Pergerakan Tabung Sinar-
X, Detector Dan Meja Pasien :

Gambar 2.12 Pergerakan tabung Sinar-x,Detektor, dan meja pasien

g. Generasi Ketujuh

Dengan menggunakan multi array detector, maka apabila kolimator dibuka


lebih lebar maka akan dapat diperoleh data proyeksi lebih banyak dan juga
diperoleh irisan yang lebih tebal sehingga penggunaan energy sinar-x menjadi
lebih efisien.

Gambar 2.13 Generasi Ct Scan ketujuh


h. Generasi Kedelapan

Dual Source CT (DSCT) menggunakan dua buah tabung sinar-x dan


terhubung pada dua buah detector. Masing-masing tabung sinar-x menggunakan
tegangan yang berbeda. Yang satu menggunakan tegangan tinggi (biasanya sekitar
140 KV) dan tabung yang lainnya menggunakan tegangan rendah (sekitar 80
KV). DSCT berguna untuk menentukan jenis bahan atau zat.
Gambar 2.14 Generasi Ct Scan Kedelapan

Dari seluruh perkembangan CT dapat disimpulkan beberapa indikasi


perkembangan CT, yaitu :

1. Makin compact / ringkas komponennya


2. Makin cepat scanning time nya
3. Makin halus resolusinya
4. Makin banyak slice nya
5. Makin luas dimensinya
6. Makin banyak manfaatnya
7. Makin kecil bahayanya

Komponen Ct Scan :

1. Gantry

Gantry terdiri dari tabung sinar x, detector, dan kolimator. Gantry biasanya dapat
di sudutkan hingga 300 diseriap arah seperti yang diperlukan untuk ct scan kepala
atau tulang belakang.

2. Tabung sinar x

Tabung snar x yang digunakan serupa dengan pesawat sinar x konvensional dalam
hal contruksi dan operasinya. Namun terdapat modifikasi desain untuk
memastikan bahwa tabung mampu menahan kapasitas panas tambahan karena
kenaikan waktu paparan.

3. Detektor array
Detector mentransmisikan sinar x menjadi cahaya lalu di konversi menjadi
energy listrik dan kedalam sinyal digital. Detektor padat dan terdiri dari dioda
ditambah dengan bahan kristal sentilator (cadmium tungstate atau rare earth oxide
ceramic ceystals). Detektor solid state mengubah energi sinar-x yang
ditransmisikan menjadi cahaya, yang diubah menjadi energi listrik dan kemudian
menjadi sinyal digital. Rangkaian detektor mempengaruhi dosis pasien dan
efesiensii unit CT.

4. Kolimator

Kolimator digunakan untuk mengurangi dosis pasien, dan meningkatkan kualitas


gambar. CT menggunakan dua kolimator, prepatien kolimator (di tabung sinar x)
dan postpatient (di detector) dengan pembatan bentuk dan pancaran. Prepatien
kolimator menunjukkan ketebalan irisan.

5. Komputer

Komputer Ct membutuhkan dua jenis perangkat lunak yang sangat


canggih, satu untuk sistem operasi dan satu untuk aplikasi.

Sistem operasi mengelola perangkat keras,sedangkan aplikasi mengelola


preproccessing,rekonstruksi gambar,dan berbagai macam operasi pasca
pengolahan. Komputer Ct harus memiliki kecepatan dan kapasitas memori yang
besar. Sebagai contoh, pertimbangkan bahwa satu potongan Ct (gambar) dengan
matriks 512x512, komputer secara bersamaan harus melakukan perhitungan
262.144 matematis per irisan.

6. Operator Concsole

Komponen operator console mencakup monitor single atau dual,


keyboard, mouse, tergantung pada sistem. Konsol operator memungkinkan
teknolog untuk mengontrol parameter pemeriksaan, yang disebut protokol
dan melihat atau memanipulasi gambar yang dihasilkan. Protokol yang
telah ditentukan atau setiap prosedur mencakup faktor seperti koilvoltage,
milliamperage, pitch,field of view,slice thickness, pengindeksan tabel,
rekonstruksi algoritma,dan jendela display. Parameter ini dapat
dimodifikasi oleh teknolog, jika diperlukan, berdasarkan presentasi pasien
atau riwayat klinis.

2.2.4 Jaringan dan Pengarsipan

Jaringan workstation komputer, sebuah setup dimana workstation berada


di lokasi lain atau digunakan oleh atau digunakan oleh ahli radiologi atau
teknolog. Workstation ini mungkin berada dalam departemen pencitraan atau
mungkin berada di daerah terpemcil dengan transmisi data secara elektronik.

Pengarsipan gambar atau sebagian besar sistem Ct melibatkan penggunaan


media digital yang tersimpan dalam arsip PACS (picture archiving and
comunications system). Gambar yang tidak tersimpan pada PACS dapat
menggunakan kombinasi optical disk dan hard disk drive atau penyimpanan data
berkapasitas tinggi secara permanen. Printer laser juga bisa digunakan untuk
mencetak gambar atau penyimpanan hard copy. Interpretasi temuan pemeriksaan
umumnya dilakukan oleh radiologis pada workstation beresolusi tinggi.

Parameter CT Scan :

Gambar pada CT Scan dapat terjadi sebagai hsil dari berkas sinar-x yang
mengalami pelemahan setelah menembus obyek,ditangkap detektor dan dilakukan
pengolahan dalam komputer. Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas
gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat
dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosa.

Pada CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan


output gambar yang optimal (Bushberg,2003). Adapun parameter tersebut adalah :

2.2.5 Slice thickness

Adalah tebalnya irisan atau potongandari obyek yang diperiksa. Nilainta


dapat dipilih antara 1 mm-10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Slice thicknesss
yang tebal akan menghasilkan gambaran yang detail yang rendah sebaliknya
dengan slice thickness yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail yang
tinggi. Slice thickness yang tebal akan menimbulkan gambaran yang mengganggu
seperti garis-garis dan apabila slice thickness terlalu tipis akan menghasilkan
noise yang tinggi.

2.2.6 Scan Range

Adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness, yang


bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan yang berbeda pada satu
lapangan pemeriksaan.

2.2.7 Faktor Eksposi

Adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi,meliputi


tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu (s). Besarnya tegangan tabung
dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan (Jaengsri,2004)

Tegangan tabung (kV) yaitu beda potensial antara tabung katoda dan
anoda. Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat
menembus anoda sehinga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.

Arus tabung (mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-x,
apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.

Waktu (s) yaitu lamanya waktu eksposi,sangat berpengaruh terhadap


jumlah elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah elektron dan kuantitas sinar-x.

2.2.8 Field of View (FOV)

Adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkonstruksi.


Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12 cm sampai 50 cm. Field
of View (FOV) kecil akan meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of
view (FOV) yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam
rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.

Field of View (FOV) kecil, antara 100 mm sampai 200 mm akan


meningkatkan resolusi sehingga detail gambar dan batas objek akan tampak jelas.
Field of View (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth,2000).

Field of View (FOV) sedang,yaitu 200 mm diharapkan gambar yang


dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik,noise serta artefak sedikit.
Field of View besar, antara 350 mm sampai dengan 400 mm akan
menghasilkan spasial resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat
dilakukannya magnifikasi. Field of View (FOV) besar akan menyebabkan noise
berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak
artifact (Genant,1982).

2.2.9 Gantry Tilt

Adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung
sinar-x dengan detektor). Rentang gantry tilt antara -300 sampai +300.
Gantry tilt bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus
yang dihadapi.

2.2.10 Pitch

Adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan


jarak. Pada CT Scan helical, pitch didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan
meja CT Scan satu putaran tabung sinar-x. Pitch digunakan untuk menghitung
pitch ratio, yang mana merupakan suatu rasio pada pitch untuk slice
thickness/beam collimation.

Saat jarak pergerakan meja selama satu putaran penuh, tabung sinar-x
sama dengan slice thickness/beam collimation, pitch ratio (pitch) yaitu 1:1 atau
sederhananya 1. Suatu pitch dengan nilai 1 menghasilkan kualitas gambar terbaik
dalam CT Scan helical. Pitch ditingkatkan untuk meningkatkan volume coverage
dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada dalam range 0 sampai dengan
10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.

2.2.11 Rekonstruksi Matriks

Adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalam proses
perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur
elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar.
Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512x512 yaitu 512 baris dan
512 kolom. Pada pemeriksaan CT Scan ukuran matriks disesuaikan dengan alat
yang tersedia. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar.
Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang
dihasilkan. (Bushberg,2003).

2.2.12 Rekonstruksi Algoritma

Adalah prosedur matematis yang digunakan dalam merekonstruksi


gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT Scan tergantung dari
kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi algorithma yang
dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang dihasilkan. Dengan adanya
metode ini gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat
dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

2.2.13 Window Widht

Adalah nilai computed tomography yang dikonversi menjadi gray sale


untuk ditampilkan di TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan
gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan
dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nilai computed
tomography. Nilai ini mempunyai satuan HU ( Hounsfield Unit).

Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU, jaringan lunak 140
HU sampai dengan 400 HU, untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadng
sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU.
Jaringan atau substansi lain dengan nilai yang berbeda tergantung dari nilai
pelemahannya. Jadi penampakan tulang pada monitor menjadi putih dan udara
menjadi hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi putih dan
udara menjadi hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi warna
abu-abu bertingkat yang disebut gray scale. Khusus untuk darah yang semula
dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih apabila diberi
media kontras (Rasad,2011)

2.2.14 Window Level

Adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan


gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari
struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas (derajat
kehitaman) gambar yang dihasilkan. Untuk jaringan lunak 30 HU sampai dengan
40 HU, sedangkan untuk tulang 200 HU sampai dengan 400 HU.

Gambar 2.16 Hubungan antara nomor CT dan Gray scale (Seeraam,2009)

Komponen CT Scan

Gambar 2.17 Komponen Ct Scan


Terbentuknya Citra pada Ct Scan

Gambar 2.18 Terbentuknya Citra pada CT Scan

1. Akuisisi Data

Istilah akuisi data mengacu pada pengukuran kumpulan dari transmisi


sinar x yang diterima pasien. Setelah sinar x melewati pasien, sinar x masuk ke
detektor elektronik khusus yang mengukur nilai transmisi, atau nilai atenuasi.

a) Metode slice by slice atau axial

Prinsipnya, tabung sinar–x dan detektor bergerak mengelilingi pasien dan


mengumpulkan data proyeksi pasien. Saat pengambilan data proyeksi, posisi meja
berhenti.
Kemudian meja pasien bergerak untuk menuju posisi kedua dan dilakukan proses
scanning berikutnya. Demikian seterusnya.

b) Metode spiral atau helical

Pada metode ini tabung sinar–X bergerak mengelilingi pasien yang juga
bergerak. Pada metode ini, berkas sinar-x membentuk pola spiral atau helical.
Data untuk rekonstruksi citra pada setiap slice diperoleh dengan interpolasi.
Teknik ini memiliki kelebihan dalam waktu yang relatif cepat.

2. Rekontruksi Gambar

Setelah pengukuran data transmisi yang dikumpulkan oleh detektor, data tersebut
akan dikirim ke computer untuk pengolahan. Computer tersebut menggunakan
teknik matematika khusus untuk merekonstruksi gambar CT ke dalam jumlah
terbatas dari step yang disebut degngan reconstruction algorithms.

Secara umum komputer merupakan pusat dari proses CT scan, hal ini melibatkan
mini komputer dan terkait mikroprosesor untuk melakukan fungsi tertentu. Pada
beberapa CT Scan, susunan prosesor melakukan perhitungan kecepatan tinggi dan
mikroprosesor melakukan pelakasanaan gambar.

3. Display Gambar

Setelah pada komputer telah melakukan proses rekonstruksi citra, hasil


rekonstruksi dapat ditampilkan dan direkam untuk melihat berikutnya dan
disimpan untuk analisis ulang. Tampilan monitor yang dipasang di meja kontrol
memungkinkan tradiografer dan radiologist untuk memanipulasi, menyimpan dan
merekam gambar.

Aplikasi dan Indikasi Pemeriksaan Ct Scan :

• Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang


akan dilakukan.

• Test awal yang dilakukan meliputi :

1. Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama pemeriksaan


berlangsung

2. Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada


permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.

3. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig, tidak boleh
memakai perhiasan atau logam apapun agar tidak menutupi hasil
pemeriksaan.

4. Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras, jika pemeriksaan


menggunakan media kontras.

5. Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras


maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh
badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut.
6. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap
iodine.

7. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila
pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut
pasien dari jelly atau obat-obatan.

Prosedur :

1) Posisi terlentang dengan tangan terkendali.

2) Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.

3) Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari


beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.

4) Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama waktu


yang ditentukan.

5) Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan


komputer.

6) Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.

 Aplikasi Penggunaan CT-Scan dari Generasi ke Generasi

a. Generasi 1 : Head Scan


b. Generasi 2 : Head Scanner

c. Generasi 3 : Whole Body Scanner

d. Generasi 4 : Whole Body Scanner

e. Generasi 5 : Whole Body Scanner (Multi Slice, 3D, 4D)

f. Generasi 6 : Whole Body Scanner (Multi Slice, 3D, 4D)

g. Generasi 7 : Whole Body Scanner (Multi Slice, 3D, 4D)

h. Generasi 8 : Whole Body Scanner (Multi Slice, 3D, 4D)

Berbagai kelainan dari beberapa jaringan maupun organ tubuh dapat dideteksi
dengan pemeriksaan CT-Scan, yaitu pada bagian tubuh :
1. Kepala, leher, tulang belakang (infeksi, tumor, kelainan pembuluh darah)

2. Telinga, Hidung, Tenggorokan (Sinusitis, ca nasopharynx, larynx)

3. Rongga Dada atau Thorax (Tumor paru, infeksi)

4. Rongga Perut atau abdomen (Hati, ginjal, limpa, pankreas, tractus biliaris

5. Organ kebidanan dan kandungan

6. Otot tulang (Muculoskeletal)

Kelebihan dan Kekurangan Ct Scan :

1. Kelebihan CT Scan

a. Gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat.

b. Tidak invasive (tindakan non bedah).

c. Waktu perekaman cepat.

d. Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan komputer sehingga


dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

2. Kekurangan CT Scan

a. Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 400% dari
radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib
memberitahu kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan.

b. Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam).


Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien
menggunakan tambal gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau
kondisi jaringan tubuh tertentu.

c. Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan
gambar.
Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala

Letakkan pasien pada posisi supine dengan penahan kepala. Pastikan


pasien tersebutv tidak berotasi atau miring atur meja pemeriksaan sehingga
coronal aligment light tepat berada pada pertengahan midcoronal plane. Lakukan
topogram. Tentukan lokasi scan dari basis crani ke vertex. Sudut gantry
disesuaikan dengan basis crani (tulang occipital),(foramen magnum) dan tulang
frontal (roof or orbit) (Ballinger,2013).

Gambar 2.19 Scanogram Skull

Indikasi (Bontrager,2018)

Indikasi umum untuk pemeriksaan CT Scan Kepala adalah :

a. Tumor – lesi metastase,meningioma,glioma


b. Sakit kepala
c. Patologi peredaran darah – Cerebrovaskular accident (CVA),
ancurysm, arteriovenous malformation (AVM)
d. Inflamasi atau infeksi – meningitis, abses
e. Trauma – epidural dan subdural hematoma, fraktur
f. Gangguan degeneratif – brain atropy
g. Kelainan bawaan
h. Hidrosefalus

Parameter scan

a. Rentang anatomical scan : Basis cranii hingga ke vertex


b. Tipe Scan : Axial sequentual
c. Lokalisir scan : Anteroposterior atau lateral
d. kVp : 120
e. mAs : 250
f. Field of View : 22 cm
g. Ketebalan irisan scan : 5 mm
h. Ketebalan irisan recon : 2.5 mm
i. Kemiringan gantry : Sejajar dengan basis cranii
j. Inti recon : Medium average

Anatomi Otak

Ini adalah salah satu anatomi otak dengan potongan axial

Gambar 2.20 Anatomi otak dengan potongan axial


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Profil kasus

Pada tanggal 19 Januari 2020,pasien dengan inisial Ny.W datang ke


Instalasi Radiologi RS TK.II TNI AD Dustira Cimahi dengan diantar oleh
perawat menggunakan brankart. Pada lembar permintaan tersebut tertulis
permintaan pelayanan radiologi untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan
Kepala (Lampiran 1)

Berikut adalah identitas pasien :

Nama : Ny. W

Umur : 63 th

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Cimahi

Tanggal pemeriksaan : 19 Januari 2020

No RM : 165xxx

Ruang/poli : R.XIII

Dokter Pengirim : dr. Sandi Lesmana, Sp.S

Dokter spesialis Radiologi : dr. Irwan Mardana, Sp.Rad

Diagnosa : Stroke Infark

Pemeriksaan : CT Scan Kepala

3.2 Prosedur Pemeriksaan


3.2.1. Persiapan alat dan bahan
a. Pesawat CT Scan
Merk : Toshiba
Tipe : Aquilon 64
Seri : HCB 10y3847
kV/mAs maks : 120 kV / 300 mAs

b. Printer fim radiografi


Merk : Konita Minolta
Model : Drypro 832
c. Film Radiografi
Merk : Konita Minolta
Model / ukuran : Drypro SD-Q / 35 x 43 cm (14 x 17
inch)
d. Hand dan Body starp
e. Head cleam
f. Pengganjal kepala

3.2.2 Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus, hanya saja pasien harus melepaskan


benda logam sekitar kepala agar tidak mengganggu hasil gambaran radiograf.
Instruksikan kepada pasien agar tidak selama pemeriksaan berjalan.

3.2.3 Teknik Pemeriksaan

a. Posisi Pasien : Posisi pasien supine (head first) dan


menempatkan kepala pasien pada head holder. Kedua lengan di
letakkan di samping tubuh.
b.Posisi objek : Tempatkan kepala pada head
holder. Atur kepala hingga MSP kepala sejajar dengan lampu
indikator longitudinal dan lampu indikator horizontal setinggi
MAE. Kepala di fiksasi dengan head cleam. Central point lampu
idnikator 3 jari superior kepala. Tubuh pasien di fiksasi dengan
body strap agar selama pemeriksaan tidak bergerak.

c. Parameter Scanning
Protocol : Brain Emergency

Slice thickenss : Base (

Cerebrm (

kV : 120kVp

mAs : 100 mAs

Pitch :

Window Level : 40

Window Width :120

3.3 Hasil Radiograf

Gambar 3.1 Hasil Radiograf

3.4 Evaluasi Radiograf

Adapun hasil bacaan dokter Radiolog sebagai berikut (Lampiran 2) :


 Suici corticalis, fissura syvil, dan ruang sub arachnoid tidak
melebar
 Tampak pula bayangan hiperdens dengan bayangan hipodens
disekitarnya didaerah regio temporoparietalis dextra dengan
ukuran ±5,63 x 3,99 x 5,69 cm
 Mastoid air cell masih normal
 Sinus paranasalis tidak tampak perselubungan
 Bulbus okuli dan retrobulbar tidak tampak kelainan
 Sisterna amblens dan basalis dalam batas normal
 Daerah sela tursica dan cerebellopontin angie masih dalam
batas normal.
 Tampak deviasi minimal mid line shift ke arah sinistra

KESAN :

 Perdarahan ingtra cerebral dengan edema perifokal regio


temporoparietalls dextra disertai minimal mid line shift
arah sinistra
3.5 Pembahasan

Prosedur pemeriksaan CT Scan Kepala dengan indikasi Stroke di


Instalasi Radiologi RS T.II TNI AD Dustira Cimahi hampir sama dengan
prosedur yang ada dalam teori. Perbedaan yang ada dilakukan karena
kondisi alat dan pasien. Secara umum teknik pemeriksaannya sama dengan
Ballinger (2016) yaitu posisi pasien supine (head first) dan menempatkan
kepala pasien pada head holder. Kedua lengan di letakkan di samping
tubuh. MSP kepala sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan lampu
indikator horizontal setinggi MAE. Kepala di fiksasi dengan head cleam.
Central Point lampu indikator 3 jari superior kepala. Tubuh pasien di
fiksasi dengan body strap agar selama pemeriksaan tidak bergerak.

Proses scanning dilakukan setelah radiografer memasukan data pasien


dan mengatur parameter yang akan digunakan. Protokol yang digunakan
adalah head routin. Dengan parameter antara lain slice thickness untuke
base dan cerebum , 120 kVp,100 mAs, scan time

Setelah selesai scanning selanjutnya gambar di rekonstruksi dengan

Ada perbedaan pada pemeriksaan CT Scan Kepala biasanya dengan


pemeriksaan Ct Scan kepala dengan indikasi Stroke Infark,terdapat
gumpalan darah pada pasien tersebut dan perlu dihitung volume darahnya.
Penghitungan volume darah tersebut dihitung dengan menu bar volume
dan setelah dihitung volumenya

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan laporan kasus “ Teknik Pemeriksaan CT Scan


Kepala dengan Klinis Stroke Infark di Instalasi Radiologi RS TK.II TNI AD
Dustira Cimahi” kesimpulannya adalah :

4.1.1 Teknik PemerikaanCT Scan Kepala dengan Indikasi Stroke


di Instalasi Radiologi RS TK.II TNI AD Dustira Cimahi menggunakan

4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan pada kasus ini yaitu untuk
memahami dengan seksama teknik pemeriksaan CT Scan Kepala dengan klinis
Stroke Infark untuk bekal saat penanganan pasien kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai