DI SUSUN OLEH
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “Teknik Scaning Otak menggunakan Ilmu
Kedokteran Nuklir ”. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Kedokteran Nuklir Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi ATRO Bali.
Kami berharap laporan ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Teknik Scaning Otak menggunakan Ilmu Kedokteran Nuklir Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini
tepat pada waktunya.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.3Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
2.3 Radiofarmaka........................................................................................................................5
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................9
3.2 Saran....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
1.2.1 Apa saja indikasi pada Teknik Scaning Otak ?
1.2.2 Bagaimana Teknik Scaning Otak menggunakan Ilmu Kedokteran Nuklir?
v
BAB II
PEMBAHASAN
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak terletak
dalam rongga kranium (tengkorak), terdiri atas semua bagian Sistem Saraf Pusat (SSP)
diatas korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari cerebrum (otak besar), cerebellum (otak
kecil), brainstem ( batang otak) dan limbic system (sistem limbik).
Cerebrum merupakan bagian terbesar dan teratas dari otak yang terdiri dari dua
bagian, yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Otak besar terdiri atas corteks
(permukaan otak), ganglia basalis, dan sistem limbik. Kedua hemisfer kiri dan kanan
dihubungkan oleh serabut padat yang disebut dengan corpus calosum. Setiap hemisfer
dibagi atas 4 lobus, yaitu lobus frontalis (daerah dahi), lobus oksipitialis (terletak paling
belakang), lobus parietalis dan lobus temporalis.
Cerebellum berada pada bagian bawah dan belakang tengkorak dan melekat pada
otak tengah. Hipotalamus mempunyai beberapa pusat (nuklei) dan Thalamus suatu
struktur kompleks tempat integrasi sinyal sensori dan memancarkannya ke struktur otak
diatasnya, terutama ke korteks serebri.
Brainsteam (batang otak) terletak diujung atas korda spinalis, berhubungan banyak
dengan korda spinalis. Batang otak terdiri atas diensefalon ( bagian batang otak paling
vi
atas terdapat diantara cerebellum dengan mesencephalon, mesencephalon (otak tengah),
pons varoli ( terletak di depan cerebellum diantara otak tengah dan medulla oblongata),
dan medulla oblongata (bagian dari batang otak yang paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis.
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak yang bekerja dalam kaitan ekspresi
perilaku instinktif, emosi dan hasrat-hasrat dan merupakan bagian otak yang paling
sensitif terhadap serangan.
vii
2.3 Radiofarmaka
Radiofarmaka adalah senyawa kimia yang mengandung atom radioaktif dalam
strukturnya dan digunakan untuk diagnosis atau terapi. Dengan kata lain, radiofarmaka
merupakan obat radioaktif. Sediaan radiofarmaka dibuat dalam berbagai bentuk kimia dan
fisik yang diberikan dengan berbagai rute pemberian untuk memberikan efek radioaktif pada
target bagian tubuh tertentu.
Radiofarmaka dimanfaatkan dalam berbagai jenis pemeriksaan dalam kedokteran nuklir.
Pemeriksaan tersebut terbagi menjadi 3 kategori:
1. Pemeriksaan untuk pencitraan
Pemeriksaan ini memberikan informasi untuk tujuan diagnostik dan dilakukan dengan
memeriksa pola distribusi radioaktif dalam tubuh.
2. Pemeriksaan fungsi tubuh secara in vivo
Pemeriksaan fungsi tubuh secara in vivo bertujuan untuk mengukur fungsi organ tubuh
atau sistem fisiologis tubuh berdasarkan absorpsi, pengenceran, konsentrasi, bahan
radioaktif dalam tubuh atau ekskresi bahan radioaktif dari tubuh setelah pemberian
radiofarmaka.
3. Pemeriksaan untuk tujuan terapetik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk keperluan penyembuhan, atau terapi paliatif. Mekanisme
kerja umumnya berupa absorpsi radiasi beta untuk menghancurkan jaringan yang terkena
penyakit.
Radiofarmaka untuk pemeriksaan organ pada sistem saraf pusat (SSP) dibagi menjadi lima
kelompok utama yaitu:
1. Nondiffusible tracers
Merupakan senyawa yang pertama kali digunakan untuk pencitraan otak.
Kelompok ini secara umum mempunyai karakteristik sebagai senyawa hidrofilik
terionisasi dengan mekanisme lokalisasi pada lesi otak yang tidak spesifik. Umumnya,
senyawa dalam kelompok ini tidak dapat memasuki otak melalui sawar darah otak
(Blood-brain barrier, BBB) utuh. Namun, pada kondisi dimana sawar darah otak
viii
terganggu oleh kondisi patologi, senyawa ini meninggalkan ruang vaskuler dan
terkonsentrasi pada lesi.
Senyawa yang termasuk pada kelompok ini diantaranya Tc-natrium
99m
perteknetat, 99m
Tc-pentetat (99mTc-DTPA), Tc-gluseptat (99mTc-GH), dan senyawa
99m
untuk digunakan pada metoda positron emission tomography (PET) yaitu 82Rb-rubidium
klorida.
2. Diffusible tracers
Kelompok ini mempunyai kapasitas untuk memasuki otak normal melalui sawar
darah otak (Blood-brain barrier, BBB) utuh. Hal ini mungkin karena senyawa ini
merupakan kompleks lipofilik netral yang berdifusi secara pasif melalui sel endotelial
kapiler otak.
Senyawa yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah Tc
99m
ix
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita hanya saja intruksi-intruksi
yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui
dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras.
Benda aksesoris seperti gigi palsu, rambut palsu, anting-anting, penjepit rambut
dan alat bantu pendengaran harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan
pemeriksaan karena akan mengakibatkan artefak. Untuk kenyamanan pasien
mengingat pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien
diberi selimut (Brooker, 1986).
Sebelum dilakuakan scaning otak, lebih baik pasien konsultasi dahulu
dengan dokter apabila sedang hamil dan menyusui atau 4 hari sebelumnya sudah
dilakuakn pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x dan bahan kontras barium
atau menggunakan obat seperti Pepto-Bismol yang mengandung bismuth karena
Barium dan Bismut dapat menggannggu hasil tes
x
4. Hasil Dan Evaluasi
Akan tampak gambaran bagian bagian dari otak
Juka terdapat kelainan anatomis akan terjadi enhance/ penebalan pada
daerah yang mengalami kelainan
Jika terjadi Kelaina fungsi maka gambaran akan hilang karena
radiorarmaka tidak tercounter.
xi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemanfaatan kedokteran nuklir menegakan diagnosa dapat digunakan untuk menentukan
deteksi dini tumor otak dan atau metastasis, hematoma subdural, crebral vascular accident,
dan abses. Indikasi yang lainnya adalah sebagai berikut:
8. Penyakit cerebrovaskuler
Cerebrovaskuler mengacu pada sekelompok kondisi yang bisa mengarah pada kejadian
serebrovaskular, terutama stroke. Stroke terjadi ketika pasokandaarah melalui pembuluh
darah ke otak terhambat.
9. Gangguan kejiwaan
Gangguan jiwa adalah sekelompok gejala yang ditandai dengan perubahan pikiran,
perasaan dan perilaku seseorang yang menimbulkan hendaya/disfungsi dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari.
10. Kelainan kejang/ konvulsi
Konvulsi adalah kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi konstraksi dan
peregangan dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan yang tidak terkendali.
Kejang dapat diklasifikasikan menurut gejala yang timbul dan bagian otak yang
terpengaruh.
11. Trauma
12. Degenratif
13. Metatase tumor
14. Tumor Primer
Tumor yang berasal dari bagian otak sendiri, seperti sel otak, selaput yang melapisi otak
(meninges), saraf, atau kelenjar di otak.
xii
3.2 SARAN
Sebaiknya dalam memilih jenis radiofarmaka yang akan digunakan yaitu harus
memiliki waktu paruh yang paling sedikit dan sesuaikan dengan jenis kegunaannya
xiii
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/456495038/SCANING-OTAK
Modul Pembelajaran Teknik Scaning Otak
xiv