Anda di halaman 1dari 19

TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA PADA PASIEN DENGAN

KLINIS STROK NON HOMORAGIK DI INSTALASI RADIOLOGI


RUMAH SAKIT BAGAS WARAS KLATEN
Laporan Kasus

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Kerja LapanganIII

Kristianus A.J Ule


19500041

PROGRAM STUDI D3 RADIOLOGI


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Kristianus A.J Ule


NIM : 19500041
Program Studi : D3-RADIOLOGI
JUDUL : TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA PADA PASIEN
DENGAN KLINIS STROK NON HOMORAGIK DI ISNTALASI
RADIOLOGI
RUMAH SAKIT BAGAS WARAS KLATEN

Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi tugas Praktikum Kerja Lapangan III pada
Rabu 8,September 2021

Mengetahui

Dosen pembimbing Clinical Instructur


RSUD BAGAS WARAS

Anita Nur Mayani,S.Tr.Rad.,M.T Joko Riyanto Amd.Rad

NIP.42.080486.02 NIK. 19880102001


TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA PADA PASIE DENGAN
KLINIS STROK NON HOMORAGIK DI INSTALASI
RUMAH SAKIT BAGAS WARAS KLATEN
Kristianus A.J Ule,Anita Nur Mayani,S.Tr.Rad.,M.T,Joko Riyanto Amd.Rad
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
Email:tianjogo@gmail.com

ABSTRAK

CT-Scan adalah alat diagnostik radiologi yang menggunakan komputer untuk


melakukan rekontruksi data dari daya serap suatu jaringan atau organ tubuh tertentu yang
telah menembus oleh seberkas tipis sinar-x dan ditangkap oleh detektor. Detektor adalah alat
yang bekerja menangkap sinar-x yang telah menembus tubuh dan meneruskannya kepada
komputer sebagai data numerik, kemudian komputer mengubah menjadi data analog yang
dapat dilihat sebagai gambar (Bontrager, 2018).
Otak merupakan organ yang rumit yang memiliki banyak bagian dan fungsi yang
spesifik. Secara garis besar, otak dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum),
otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem). Bagian‐bagian tersebut masih dibagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Ruang antar bagian dibatasi oleh cairan otak (cere‐brospinal
fluid), sementara bagian luar terlindungi oleh tiga lapis selaput otak (meninges) dan tulang
tengkorak (Lewis, 2018).

Pemeriksaan CT-scan kepala pada kasus Strok Non Hemoragic di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Klaten tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien hanya diminta
untuk melepas benda logam atau asing yang akan mengganggu atau mengakibatkan gambaran
artefak.

KATA KUNCI :CT-Scan,Otak,Pemeriksaan CT-SCAN


Pendahuluan
CT-Scan adalah alat diagnostik radiologi yang menggunakan komputer untuk
melakukan rekontruksi data dari daya serap suatu jaringan atau organ tubuh tertentu yang
telah menembus oleh seberkas tipis sinar-x dan ditangkap oleh detektor. Detektor adalah alat
yang bekerja menangkap sinar-x yang telah menembus tubuh dan meneruskannya kepada
komputer sebagai data numerik, kemudian komputer mengubah menjadi data analog yang
dapat dilihat sebagai gambar (Bontrager, 2018).
Sebagian teknologi scanner canggih, MSCT digunakan untuk pemeriksaan pada
berbagai area tubuh. Prosedur yang banyak dilakukan meliputi kepala, thorak dan abdomen
dengan kelebihan dapat menggambarkan struktur soft tissue dengan kelainan metastase lesi,
aneurisma, abses dan penimbunan cairan. karena dapat menampakkan perbedaan dari
pendarahan akut, penumpukan cairan klasifikasi, white metter dan grey metter, CSF edema
otak, dan neoplasma (Ballinger, 2016)
Stroke merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti usia dan jenis kelamin.
Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah seperti hipertensi, DM, dyslipidemia dan pekerjaan.
Otak merupakan organ yang rumit yang memiliki banyak bagian dan fungsi yang
spesifik. Secara garis besar, otak dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum),
otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem). Bagian‐bagian tersebut masih dibagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Ruang antar bagian dibatasi oleh cairan otak (cere‐brospinal
fluid), sementara bagian luar terlindungi oleh tiga lapis selaput otak (meninges) dan tulang
tengkorak (Lewis, 2018).

Pemeriksaan CT-scan kepala pada kasus Strok Non Hemoragic di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Bagas Waras Klaten tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien
hanya diminta untuk melepas benda logam atau asing yang akan mengganggu atau
mengakibatkan gambaran artefak. Pemeriksaan CT-scan kepala sering dilakukan pada berbagai
kasus, salah satunya adalah kasus Strok Hemoragic dengan posisi pasien supine di atas meja
pemeriksaan, kepala pasien ditempatkan di headholder, menggunakan prosedur pemeriksaan
head first, kedua tangan pasien diletakkan di samping tubuh dan diberi selimut untuk
kenyamanan pasien dan memasang body straps untuk melindungi pasien. Modalitas yang
digunakan adalah MSCT satu range yaitu dari basii cranii sampai vertex dengan slice thickness 3
mm. Dari uraian di atas penulis tertarik mengambil judul “DI TEKNIK PEMERIKSAAN CT-
SCAN KEPALA PADA PASIE DENGAN KLINIS STROK NON HOMORAGIK INSTALASI
RUMAH SAKIT BAGAS WARAS KLATEN”

TINJAUAN TEORI

A.ANATOMI

A. Anatomi Otak (brain)

Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak terdiri dari
sel-sel otak yang disebut neuron Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuronneuron di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau
plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi
dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke (Feigin, 2014).

Gambar 1. Anatomi Otak

Keterangan gambar:

1. Lateral Ventricles 9. Spinal Cord


2. Cerebrum 10. Spinal Cord
3. Parietal Lobe 11. Pons
4. Thalamus 12. Medulla
5. Corpus Callosum 13. Midbrain
6. Occipital Lobe 14. Pituitary Gland
7. Pineal Body 15. Hypothalamus
8. Cerebellum 16. Frontal Lobe

B. Anatomi Cranium

Cranium atau tulang tengkorak merupakan puncak dari collum vertebrae yang
terdiri dari 22 tulang yang berbeda dan dibagi kedalam 2 bagian, yaitu 8 tulang
cranial dan 14 tulang facial. Tulang cranial berfungsi sebagai wadah pelindung bagi
otak, sedangkan tulang facial berfungsi sebagai pembentuk tulang wajah sekaligus
melindungi system respiratori dan system digestive bagian atas. (Ballinger, 2016).

Gambar 2. Tulang Kepala

Keterangan Gambar:
1. Frontal 6. Mandible
2. Sphenoid 7. Parietal
3. Lacrimal 8. Ocipital
4. Nasal 9. Tulang temporal
5. Maxilla 10. Zygomatic
B.PATOLOGI

Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai daerah fokal otak yang
terganggu. Oleh karena itu manifestasi klinis stroke dapat berupa hemiparesis, hemiplegi,
kebutaan mendadak pada satu mata, afasia atau gejala lain sesuai daerah otak yang terganggu.
Berdasarkan proses yang mendasari terjadinya gangguan peredaran darah otak, stroke dibedakan
menjadi dua kategori,salah satunya yaitu Stroke Non Hemoragik.

C.Parameter CT-Scan

Beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal antara lain:

1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang
diperiksa. Nilainya dapat di pilih antara 1mm-10mm sesuai dengan keperluan klinis.
Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detai yang rendah
sebakliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detai yang tinggi. Jika ketebalan
meninggi akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.
2. Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada
satu lapangan pemeriksaan.
3. Volume Investigasi
Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang diperiksa.
Lapangan objek ini diukur dari batas awal objek hingga batas akhir objek yang akan
diiris semakin besar.
4. Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah factor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi
meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu eksposi (s).
Biasanya tegangan tabung bisa dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan.

5. Filed Of View (FOV)


FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi.
Biasanya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil
akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu mereduksi ukuran
pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila
ukuran FOV lebih kecil, maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan
klinis menjadi sulit untuk dideteksi.

6. Gantry tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gentry
(tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 derajat sampai +25
derajat. penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-
masing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis
radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.
7. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam lemori
komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks
berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka
semakin tinggi resolusinya.
8. Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam
merekonstruksi gambar. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti
tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada
layar monitor.
9. Window Width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi
menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer
menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma
maka hasilnya akan dikonversi menjadi sekala numerik yang dikenal dengan
nama nilai computed tomography.

10.Window Level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk

penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik

pelemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas

gambar. (bontrager, 2014 )

D. TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA

Scanogram atau gambar radiografi polos memberikan gambar dua dimensi yang
sering melibatkan otak dan jaringan lunak yang berhubungan. (Bontrager, 2010)

a.Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2010)

1. Tumor, massa dan lesi


2. Metastase otak
3. Perdarahan intra cranial
4. Aneurisma
5. Abses
6. Atrophy otak
7. Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom)
8. Kelainan congenital
9. Hidrosefalus

b.Persiapan Pemeriksaan

Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui.
c.Teknik Pemeriksaan
1. Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi
kepala dekat dengan gantry.
2. Posisi Obyek : Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder.

Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan


lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu
indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau
disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien
sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja
pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien (Nesseth,
2000).
3. Scanogram : kepala lateral
4. Range : range I dari basis cranii sampai pars petrosum dan
range II dari pars petrosum sampai verteks
5. Slice Thickness : 2-5 mm (range I) dan 5-10 mm (range II)
6. FOV : 24 cm
7. Gantry Tilt : sudut gantry tergantung besar kecilnya sudut yang
terbentuk oleh orbito meatal line dengan garis vertical.
8. kV : 120

9. mA : 250-300

10. Reconstruksion : soft tissue Algorithma


11. Window Width : 0-90 HU (otak supratentorial)

110-160 HU (otak pada fossa posterior)


2000-3000 HU (tulang)
12. Window Level : 40-45 HU (otak supratentorial)

30-40 HU (otak pada fossa posterior)


200-400 (tulang).

D. Pengolahan Gambar

Print out film kasus SNH 1lembar menggunakan window


width dan window level kondisi brain
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus
dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Bagas Waras Klaten.Waktu
penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 September 2021, objek penelitian yaitu pemeriksaan CT
Scan kepala dengan Kasus SNH yang dilakukan pada pasien yang bernama Tn. P. Dalam
pengumpulan data, penulis melakukan observasi dan wawancara dengan Radiografer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tanggal 02 September 2021 pasien non kooperatif dari RS datang ke Instalasi Radiologi
RSUD Bagas Waras Klaten diantar keluarga oleh keluarga dengan permintaan pemeriksaan CT-
Scan, adapun identitasnya sebagai berikut:

A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.P

Umur :60 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

No. Rekam Medik : 022xxx

Jenis Pemeriksaan : CT- Scan kepala

Diagnosa : Post struk occipital

B. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Kepala


1) Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus hanya melepas benda-benda logam dan diinstruksikan
untuk tidak bergerak saat dilakukan pemeriksaan agar tidak terjadi pengulangan foto.
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Pesawat CT-Scan Merk Philips 25 Slice
b) Selimut
c) Alat fiksasi

Gambar 4. Pesawat CT-SCAN


3. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala
Pemeriksaan CT Scan Kepala dengan kasus Demensia di Instalasi Radiologi RSUD
Bagas Waras Klaten, menggunakan satu jenis potongan axial dengan tmbahan
surview.
a. Potongan axial
1. Posisi Pasien
Pasien posisi tidur terlentang pada meja pemeriksaan. Kepala diatur
sedemikian rupa hingga simetris dan berada di tengah gantry, kepala di
fiksasi untuk mencegah pergerakan.
2. Posisi objek.
Mengatur mid sagital plane (MSP) kepala segaris tengah meja. Setelah
itu, memasukkan posisi pasien sesuai kondisi pasien (head, first, supine).
Mengatur batas awal dua jari di atas vertex dan batas akhir di jugular
notch dan kepala kearah dalam gantry. Untuk kenyamanan pasien, petugas
menyelimuti pasien untuk mencegah hipotermi.
3. Proses pemeriksaan

Proses pemeriksaan dimulai dengan mengimput data pasien, dengan


memilih pilihan “scanning” setelah itu “Star study” (ID last name dan dateng
of brith, age grup dan gender) pada monitor. selanjutnya positioning head
first exam protocols (head) dengan memilih “Brain axial RS” lalu mengganti
length sesuai hasil yang terukur dari batas awal dan batas akhir pada gantry.
Lalu pilih out pada opsi “direction” setelah itu tekan “Go” maka akan tampil
gambar tangan dengan tulisan “please press scan button” lalu tekan sekali,
setelah itu akan tampil gambar surveiw kemudian dilakukan pengukuran
seluas objek yang diambil. setelah itu tekan kembali “Go” untuk scan
kemudian akan muncul gambar segitiga ketupat dengan tulisan please press
scan lagi, lalu Tekan sekali lagi total image yang didapat dari hasil
pemeriksaan pasien CT Scan pada kasus SNH adalah 34 image setelah hasil
CT Scan tampil di monitor, dilakukan ned study dimana hasil scan dari
pemeriksaan tadi siap dilakukan proses filming.
4. Scan Parameter
 Scannogram : Kepala AP, Lateral
 Range : Mulai dari madibula sampai vertex
 Slice Thicnkess : 3 mm
 Gantry Tilt : 0°
 Kv, mAs : 120, 30
 Window Widht : 85
 Window Level : 40
5. Proses Filming
Setelah pasien selesai diposisikan kemudian radiografer melakukan
proses filming. pada proses filming hasil gambar di edit dimana dilakukan
pengambilan gambar dengan mengklik “series” yang ada pada layar
monitor, kemudian pilih “batch” untuk mulai mengatur besar thickness
dan jumlah image yang akan diambil untuk di print. pada pemeriksaan ini
besar thickness yang digunakan 3 mm dengan jumlah image 24 dengan
tambahan survey. Setelah semuanya sudah sesuai dengan permintaan
dokter radiologi hasil gambar sitisken siap diprint
6.Hasil radiograf

PEMBAHASAN

Menurut teori (bontrager, 2014), teknik pemeriksaan CT-Scan kepala dengan indikasi Hemi
parese yaitu pertama input data pasien pada komputer, kemudian siapkan alat dan bahan yang di
butuhkan saat pemeriksaan seperti head holder, selimut, alat fiksasi (strap). Untuk pemeriksaan
CT-Scan kepala dengan klinis hemiparase tidak ada persiapan khusus. Sebelum pemeriksaan
dimulai, pertama memastikan data pasien yang akan diperiksa sudah benar serta menjelaskan
kepada pasien mengenai jalannya pemeriksaan, pasien dianjurkan untuk melepas benda-benda
logam pada daerah kepala, hal ini dilakukan agar tidak mengganggu gambaran radiograf yang
dihasilkan.

KESIMPULAN
Pemeriksaan CT-Scan kepala yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Bagas Waras

Klaten menggunakan pesawat CT Scan. Seluruh tahapan pemeriksaan CT-Scan kepala tersebut

telah sama sesuai dengan teori,pasien di posisikan supine diatas meja pemeriksaan,kepala di

dekatkan dengan gantry kemudian di expose dan di edit,di atur menjadi 24 gambar kemudian

gambarnya di print dan pasien di minta menunggu di ruang tunggu.Dari hasil radiografnya sudah

dapat menujukkan hasil yang sudah baik dari segi anatomi yang tampak maupun kualitas

radiografnya dan hasil teknik pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter Radiologi untuk

mendiagnosa klinis pada pasien .Proteksi radiasi yang dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Bagas Waras, Klaten pada pasien, radiographer dan masyarakat sudah baik

SARAN
Petugas perlu melakukan kontak dan instruksi lebih banyak dengen pasien dan juga memberikan

motifasi kepada pasien,agar saat pemeriksaan pasien tidak bergerak dan tidak terjadi

pengulangan foto.
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager Kenneth L. 2010. Textbook of radiographic positioning and related anatomy.
Missourry USA: Mosby, Inc.

Ballinger, Philip W. 2016. Merrill’s of Atlas Radiographic Positioning and Radiologic


Procedures, Eight Edition Vol. II. Missouri : Mosby, Inc.
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Bontrager Kenneth L, Lampignano John P, 2014. Textbook Of Radiographic Positioning And
Relad Anatomy. China. Elsevier Arafah, M. (2019).
Netter, Frank H. 2011. Atlas of Human Anatomy 5thEd.Missouri: Elsevier.2014.Atlas of Human Anatomy
6thEd.Missouri:Elseiver
HASIL BACAAN DOKTER
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai