Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Kerja LapanganIII
Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi tugas Praktikum Kerja Lapangan III pada
Rabu 8,September 2021
Mengetahui
ABSTRAK
Pemeriksaan CT-scan kepala pada kasus Strok Non Hemoragic di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Klaten tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien hanya diminta
untuk melepas benda logam atau asing yang akan mengganggu atau mengakibatkan gambaran
artefak.
Pemeriksaan CT-scan kepala pada kasus Strok Non Hemoragic di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Bagas Waras Klaten tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien
hanya diminta untuk melepas benda logam atau asing yang akan mengganggu atau
mengakibatkan gambaran artefak. Pemeriksaan CT-scan kepala sering dilakukan pada berbagai
kasus, salah satunya adalah kasus Strok Hemoragic dengan posisi pasien supine di atas meja
pemeriksaan, kepala pasien ditempatkan di headholder, menggunakan prosedur pemeriksaan
head first, kedua tangan pasien diletakkan di samping tubuh dan diberi selimut untuk
kenyamanan pasien dan memasang body straps untuk melindungi pasien. Modalitas yang
digunakan adalah MSCT satu range yaitu dari basii cranii sampai vertex dengan slice thickness 3
mm. Dari uraian di atas penulis tertarik mengambil judul “DI TEKNIK PEMERIKSAAN CT-
SCAN KEPALA PADA PASIE DENGAN KLINIS STROK NON HOMORAGIK INSTALASI
RUMAH SAKIT BAGAS WARAS KLATEN”
TINJAUAN TEORI
A.ANATOMI
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak terdiri dari
sel-sel otak yang disebut neuron Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuronneuron di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau
plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi
dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke (Feigin, 2014).
Keterangan gambar:
B. Anatomi Cranium
Cranium atau tulang tengkorak merupakan puncak dari collum vertebrae yang
terdiri dari 22 tulang yang berbeda dan dibagi kedalam 2 bagian, yaitu 8 tulang
cranial dan 14 tulang facial. Tulang cranial berfungsi sebagai wadah pelindung bagi
otak, sedangkan tulang facial berfungsi sebagai pembentuk tulang wajah sekaligus
melindungi system respiratori dan system digestive bagian atas. (Ballinger, 2016).
Keterangan Gambar:
1. Frontal 6. Mandible
2. Sphenoid 7. Parietal
3. Lacrimal 8. Ocipital
4. Nasal 9. Tulang temporal
5. Maxilla 10. Zygomatic
B.PATOLOGI
Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai daerah fokal otak yang
terganggu. Oleh karena itu manifestasi klinis stroke dapat berupa hemiparesis, hemiplegi,
kebutaan mendadak pada satu mata, afasia atau gejala lain sesuai daerah otak yang terganggu.
Berdasarkan proses yang mendasari terjadinya gangguan peredaran darah otak, stroke dibedakan
menjadi dua kategori,salah satunya yaitu Stroke Non Hemoragik.
C.Parameter CT-Scan
Beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal antara lain:
1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang
diperiksa. Nilainya dapat di pilih antara 1mm-10mm sesuai dengan keperluan klinis.
Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detai yang rendah
sebakliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detai yang tinggi. Jika ketebalan
meninggi akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.
2. Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada
satu lapangan pemeriksaan.
3. Volume Investigasi
Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang diperiksa.
Lapangan objek ini diukur dari batas awal objek hingga batas akhir objek yang akan
diiris semakin besar.
4. Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah factor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi
meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu eksposi (s).
Biasanya tegangan tabung bisa dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan.
6. Gantry tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gentry
(tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 derajat sampai +25
derajat. penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-
masing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis
radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.
7. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam lemori
komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks
berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka
semakin tinggi resolusinya.
8. Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam
merekonstruksi gambar. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti
tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada
layar monitor.
9. Window Width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi
menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer
menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma
maka hasilnya akan dikonversi menjadi sekala numerik yang dikenal dengan
nama nilai computed tomography.
10.Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk
pelemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas
Scanogram atau gambar radiografi polos memberikan gambar dua dimensi yang
sering melibatkan otak dan jaringan lunak yang berhubungan. (Bontrager, 2010)
b.Persiapan Pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui.
c.Teknik Pemeriksaan
1. Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi
kepala dekat dengan gantry.
2. Posisi Obyek : Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder.
9. mA : 250-300
D. Pengolahan Gambar
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus
dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Bagas Waras Klaten.Waktu
penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 September 2021, objek penelitian yaitu pemeriksaan CT
Scan kepala dengan Kasus SNH yang dilakukan pada pasien yang bernama Tn. P. Dalam
pengumpulan data, penulis melakukan observasi dan wawancara dengan Radiografer.
Pada tanggal 02 September 2021 pasien non kooperatif dari RS datang ke Instalasi Radiologi
RSUD Bagas Waras Klaten diantar keluarga oleh keluarga dengan permintaan pemeriksaan CT-
Scan, adapun identitasnya sebagai berikut:
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.P
PEMBAHASAN
Menurut teori (bontrager, 2014), teknik pemeriksaan CT-Scan kepala dengan indikasi Hemi
parese yaitu pertama input data pasien pada komputer, kemudian siapkan alat dan bahan yang di
butuhkan saat pemeriksaan seperti head holder, selimut, alat fiksasi (strap). Untuk pemeriksaan
CT-Scan kepala dengan klinis hemiparase tidak ada persiapan khusus. Sebelum pemeriksaan
dimulai, pertama memastikan data pasien yang akan diperiksa sudah benar serta menjelaskan
kepada pasien mengenai jalannya pemeriksaan, pasien dianjurkan untuk melepas benda-benda
logam pada daerah kepala, hal ini dilakukan agar tidak mengganggu gambaran radiograf yang
dihasilkan.
KESIMPULAN
Pemeriksaan CT-Scan kepala yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Bagas Waras
Klaten menggunakan pesawat CT Scan. Seluruh tahapan pemeriksaan CT-Scan kepala tersebut
telah sama sesuai dengan teori,pasien di posisikan supine diatas meja pemeriksaan,kepala di
dekatkan dengan gantry kemudian di expose dan di edit,di atur menjadi 24 gambar kemudian
gambarnya di print dan pasien di minta menunggu di ruang tunggu.Dari hasil radiografnya sudah
dapat menujukkan hasil yang sudah baik dari segi anatomi yang tampak maupun kualitas
radiografnya dan hasil teknik pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter Radiologi untuk
mendiagnosa klinis pada pasien .Proteksi radiasi yang dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Bagas Waras, Klaten pada pasien, radiographer dan masyarakat sudah baik
SARAN
Petugas perlu melakukan kontak dan instruksi lebih banyak dengen pasien dan juga memberikan
motifasi kepada pasien,agar saat pemeriksaan pasien tidak bergerak dan tidak terjadi
pengulangan foto.
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager Kenneth L. 2010. Textbook of radiographic positioning and related anatomy.
Missourry USA: Mosby, Inc.