Anda di halaman 1dari 27

Teknik Pemeriksaan Appendicogram pada kasus

Apendicitis Kronik di Instalasi Radiologi RSUD


Bagas Waras Klaten
Laporan Kasus
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Praktik Kerja Lapangan II

Kristianus A.J Ule


19500041

PROGRAM STUDI D3 RADIOLOGI


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Kristianus A.J Ule


NIM :19500041
Program Studi : D3 Radiologi
Judul Laporan Kasus : TEKNIK PEMERIKSAAN APPENDICOGRAM
DENGAN DIAGNOSA APPENDICITIS KRONIS DI
INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT BAGAS
WARAS KLATEN

Telah disetujui dan disalahkan untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan II, pada :
Rabu 15,September 2021

Mengetahui

Dosen pembimbing Clinical Instructur


RSUD BAGAS WARAS

Anita Nur Mayani,S.Tr.Rad.,M.T Tri Nur Indah.Kurniawati.A.Md

NIP.42.080486.02 NIK. 19920428001


Teknik Pemeriksaan Appendicogram pada kasus Apendicitis
Kronik dinstalasi Radiologi RSUD Bagas Waras Klaten
Kristianus A.J Ule1,Anita Nur Mayani, S. Tr.Rad.,MT2,Tri Nur
Indah.Kurniawati.AMd3
1
STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
Email:tianjogo@gmail.com

ABSTRAK
Media kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk
meningkatkanvisibility struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan
diagnostig. Media kontras dipakaipada pencitraan dengan menggunakan sinar-x.

Appendicogram merupakan suatu teknik pemeriksaan radiografi untuk


menilih apendik.Pemeriksaan ini juga menggunakan sebuah kontras media.
Biasanya pemeriksaan inidigunakan untuk pasien dengan indikasi Apendicitis
biasanya dalam masyarakat luas disebutdengan peradangan usus buntu.

Teknik Pemeriksaan Radiologi Appendicogram dengan kasus Apendicitis


Kronik di Rumah Sakit Bagas Waras Klaten proyeksi yang digunakan adalah
Proyeksi AP, RAO, LPOdan Proyeksi Tambahan Lateral.

KATA KUNCI :Media kontras,Appendicogram,Teknik pemeriksaan


PENDAHULUAN

Media kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan


visibility struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostig. Media kontras dipakai pada
pencitraan dengan menggunakan sinar-x.
Pada pemeriksaan sistem pencernaan memiliki prosedur khusus, dimana setiap
prosedurnya membutuhkan penggunaan sebuah media kontras dan dikembangkan
untuk memeberikan suatu tujuan tertentu.  Media  kontras yang digunakan adalah media
kontrasnegatif dan positif. Media kontras positif pada pemeriksaan sistem pencernaan adalah
bariumsulfat sedangkan kontras negatifnya adalah udara/gas. Pemasukan media kontras dengan
cara ditelan maupun dimasukkan melalui anus dengan bantuan kateter.

Appendicogram merupakan suatu teknik pemeriksaan radiografi untuk menilih


apendik.Pemeriksaan ini juga menggunakan sebuah kontras media. Biasanya pemeriksaan
inidigunakan untuk pasien dengan indikasi Apendicitis biasanya dalam masyarakat luas
disebutdengan peradangan usus buntu.

Appendicitis Kronik adalah suatu peradangan pada usus buntu yang sudah dirasakan
selama lebih dari dua minggu. Diagnosis Appendicitis Kronik baru dapat ditegakkan bila di
penuhi semua syarat, riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik
appendix secara makroskopi dan mikroskopi dan keluhan menghilang setelah apedektomi.
Kriteria Mikroskopi appendicitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding appendix, sumbatan
partial atau total lumen appendix, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mulkosa, dan
infiltrasi sel inflamasi kronik.

Teknik Pemeriksaan Radiologi Appendicogram dengan kasus Apendicitis Kronik di


Rumah Sakit Umum Daerah Bagas Waras Klaten, proyeksi yang digunakan adalah Proyeksi
AP, RAO, LAO dan Proyeksi Tambahan Lateral. Namun pada Teori yang yang penulis Pelajari,
pada pemeriksaan Appendicogram dilakukan empat proyeksi Yaitu Foto Polos Abdomen, AP,
PA, RPO, dan RAO.

Teknik pemeriksaan Appendicogram meliputi proyeksi Foto Polos Abdomen, AP


(Antero Posterior), PA (Postero Anterior), Right Posterior Oblique (RPO), dan Right Anterior
Oblique (RAO)(bontrager et al, 2014)

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin menyajikan kasus ini dalam bentuk
laporan kasus berjudul “Teknik Pemeriksaan Appendicogram pada kasus Apendicitis Kronik
dinstalasi Radiologi RSUD Bagas Waras Klaten” dengan tujuan untuk mengetahui teknik
Pemeriksaan Appendik khususnya pada proyeksi AP, RAO,LPO dan Proyeksi Tambahan
Lateral apakah sudah dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosa, serta bagaimana
Penggunaan Media Kontras dan proteksi radiasi yang digunakan di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Daerah Bagas Waras Klaten.
TINJAUAN TEORI

1. ANATOMI

a. Anatomi colon

Apendisitis adalah peradangan pada apendix vermiformis (Pierce dan Neil, 2007).
Apendisitis merupakan kasus laporotomi tersering pada anak dan juga pada orang
dewasa (Ahmadsyah dan Kartono, 1995). Hampir 7% orang barat mengalami
apendisitis dan sekitar 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat tiap
tahunnya. Insidens semakin menurun pada 25 tahun terakhir, namun di negara
berkembang justru semakin meningkat, kemungkinan disebabkan perubahan ekonomi
dan gaya hidup (Lawrence, 2006).

Gambar 1.1 Appendik

Keterangan Gambar

1.Usus besar

2.Sekum

3.Appendik

Gambar 2. Kuadran pada Abdominal (Bontrager, 2014)

Pada daerah Abdominal dibagi menjadi 4 kuadran yaitu untuk yang pertama
Right Upper Quadran (RUQ) yang terdiri dari Liver,Gallbladder, Hepatic,
Duodenum, Head Pancreas, Right kidney, Right siprarenal, Gland. Yang kedua ialah
Left Upper Quadran (LUQ) yang didalamnya terdapat spleen, stomach,splenic, tail of
pancreas, left kidney, left suprarenal, gland. Untuk yang ketiga Right Lower Quadran
(RLQ) didalamnya terdapat accending colon, appendix,ileocaecal valve. Untuk yang
terakhir Left Lower Quadran (LLQ) yang terdiri dari deccending colon, sigmoid
colon, 2/3 jejunum.
Usus besar atau colon berbentuk muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5
m yang terbentang dari sekum sehingga kanalis, diameter usus besar sudah pasti lebih
besar dari pada usus kecil, yaitu sekitar 6,5 cm, tetapi makin dekat anus diameternya
semakin kecil.
Colon memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
di usus fungsi colonyang penting adalah absorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir
selesai dalam colon dextra. colon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang
menampung masa fasses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defektasi.

Gambar 3. Anatomi collon (Bontrager, 2016)


Keterangan :
1. Right hepatic flexure
2. Left splank flexure
3. Ascending colon
4. Descending colon
5. Cecum sigmoid colon
6. Apendix
7. Rectum
b.Fisiologi
secara fisiologi appendix menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir tersebut
normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan
aliran lendir di muara appendix berperan pada pathogenesis appendicitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue
(GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendix adalah IgA,
Imunoblobulin tersebut sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh Karena
jumlah jaringan limfe sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna
dan di seluruh tubuh. Appendix diperkirakan ikut serta dalam sistem imun sekretorik di
saluran penceraan, namun pengangkatan appendix tidak menimbulkan defek system
imun yang jelas (Schwartz, 2000)
c.Patologi
Appendicitis Kronik adalah suatu peradangan pada usus buntu yang sudah
dirasakan selama lebih dari dua minggu. Diagnosis Appendicitis Kronik baru dapat
ditegakkan bila di penuhi semua syarat, riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua
minggu, radang kronik appendix secara makroskopi dan mikroskopi dan keluhan
menghilang setelah apedektomi. Kriteria Mikroskopi appendicitis kronik adalah fibrosis
menyeluruh dinding appendix, sumbatan partial atau total lumen appendix, adanya
jaringan parut dan ulkus lama di mulkosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik.
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus,
dilakukan diinstalasi radiologi RSUD Bagas Waras Klaten waktu penelitian dilakukan pada
tanggal 14 September 2021.
Dengan variable penelitian Apendicitis Kronik . Dilakukan pada satu orang pasien
dalam pengumpulan data pasien diperoleh dari surat permintaan foto rontgen pasien dan
wawancara langsung dengan pasien, senior radiografer, dan juga dokter.

2.TEKNIK PEMERIKSAAN APPENDICOGRAM


a. Foto Polos Abdomen
b. Anterio Posterior
c. Postero Anterior
d. Right Posterior Oblique
e. Right Anterior Oblique

Persiapan Pasien
Menurut Malueka (2007) Persiapan pasien untuk Pemeriksaan appendikografi adalah
sebagai berikut:
a) Malam hari sebelum pemeriksaan jam 20.00 pasien minum obat (Barium
Sulfat) yang sudah diencerkan dengan air putih sebanyak sebanyak 200-500 ml.
sebelum minum obat pasien diminta utuk buang air besar terlebih dahulu.
b) Setelah minum obat dilanjutkan puasa sampai pemeriksaan dilakukan.
Selama ini pasien tidak boleh buang air besar supaya media kontras yang telah
diminum tidak terbuang.
c) Pagi hari berikutnya pasien dating ke bagian radiologi jam 08.00 untuk
dilakukan pemeriksaan.

Persiapan Alat dan Bahan


Alat-alat dan Bahan yang dipersiapkan pada pemeriksaan appendikografi antara
lain:
a. Pesawat sinar-x yang dilengkapi dengan fluoroskopi
b. Kaset dan film ukuran 35x43 cm
c. Marker
d. Grid atau bucky table
e. Baju pasien
f. Media kontras Barium sulfat
Proyeksi Foto Polos Abdomen
Posisi Pasien : Pasien dalam Posisi terlentang (Supine) di atas meja pemeriksaan
Posisi Objek : Mengatur midsagitalplan (MSP) tubuh tepat pada pertengahan meja
pemeriksaan, kedua tangan diletakkan di atas dada, mengatur pelvis
suapaya tidak terjadi rotasi
CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
CP : Pada MSP tubuh setinggi kedua Crista Iliaca
FFD : 100 cm
Eksposi : exposure pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.

Gambar 4. Proyeksi Foto Polos Abdomen (Frank, 2016)

Gambar 5. Radiograf Abdomen Polos (Frank, 2016)


Proyeksi Antero Posterior

a) Posisi Pasien : Pasien dalam Posisi terlentang (Supine) di atas meja pemeriksaan

kedua Tangan diletakkan di atas dada dan kaki luru

b) Posisi Objek : Mengatur midsagitalplan (MSP) tubuh tepat pada pertengahan


meja

pemeriksaan, mengatur pelvis supaya tidak terjadi rotasi


c) CR : Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset
d) CP : Pada MSP tubuh setinggi kedua Crista Iliaca
e) FFD : 110 cm
Faktor Eksposi : exposure pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.

Gambar 6.Proyeksi AP (Frank, 2016)

Kriteria Radiograf : Usus halus terlihat terisi dengan Kontras, tidak ada rotasi pada pelvis,
semua
anatomi pada abdomen dapat terlihat, barium sudah sampai hingga sekum.

Gambar 7. Kriteria Radiografi Proyeksi AP (Frank, 2016)


Proyeksi Postero Anterior
Tujuan : untuk menampakkan Keseluruhan Colon
Posisi Pasien : Pasien diposisikan tidur tengkurap (Prone) diatas meja
pemeriksaan dengan tangan flesi disamping kepala
Posisi Objek : Mengatur midsagitalplan (MSP) tubuh tepat pada
pertengahan meja pemeriksaan, mengatur pelvis supaya
tidak terjadi rotasi
CR : Arah sumbuh sinar tegak lurus terhadap kaset
CP : Pada MSP tubuh setinggi kedua Crista Iliaca
FFD : 100 cm
Eksposi : exposure pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas

Gambar 8. Proyeksi PA (Frank, 2016)

Kriteria Radiograf : Tampak keseluruhan usus halus, columna vertebrae


tampak tepat dipertengahan radiograf, barium sudah
sampai hingga sekum.

Gambar 9. Kriteria Radiograf Proyeksi PA (Frank, 2016)


Proyeksi Right Posterior Oblique (RPO)
Tujuan : untuk menampakkan Flexura hepatica, Colon Asenden.
Posisi Pasien : Pasien semi supine diatas meja pemeriksaan
Posisi Objek : Pasien berada dipertengahan meja pemeriksaan dan
dimiringkan sehingga membentuk sudut 35o-45o
terhadap meja pemeriksaan.Tangan kiri difleksikan kedepan kepala dan
tangan kanan lurus dibelakang tubuh.
CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
CP : 1-2 inchi dari lateral menuju medial setinggi crista iliaca
FFD : 100 cm
Eksposi : exposure pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.

Gambar 10. Proyeksi RPO (Frank, 2016)

Kriteria Radiograf : Flexura Hepatica, colon asenden, caecum, dan


sigmoid jelas, keseluruhan colon tampak lebih
membuka dibandingkan Proyeksi AP.
Gambar 11. Kriteria Radiograf Proyeksi RPO (Frank, 2016)

Proyeksi Right Anterior Oblique (RAO)


Tujuan : untuk menampakkan Flexura hepatica, Colon
Asenden,dan Sigmoid.
Posisi Pasien : Pasien semi supine diatas meja pemeriksaan
Posisi Objek : Pasien berada dipertengahan meja pemeriksaan dan
dimiringkan ke kanan sehingga membentuk sudut 35o-45o
terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus
disamping tubuh dan tangan kiri difleksikan kedepan
kepala dan kaki kanan difleksikan dan kaki kiri lurus
CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
CP : 1-2 inchi dari lateral menuju medial setinggi crista iliaca
FFD : 100 cm
Eksposi : exposure pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.

Gambar 12. Proyeksi RAO (Frank, 2016)

Kriteria Radiograf : Flexura Hepatica, colon asenden, caecum, dan


sigmoid jelas, keseluruhan colon tampak, Flexura
Hepatica lebih membuka.
Gambar 13. Kriteria Radiograf Proyeksi RAO (Frank, 2016)

Proteksi Radiasi
Proteksi Radiasi adalah pengawasan terhadap bahaya radiasi
melalui peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi
dan bahan bahan radioaktif.
Terdapat beberapa hal yang diperhatikan untuk proteksi radiasi :
a. Proteksi Radiasi Terhadap Pasien
1) Batasi penyinaran radiasi seluas objek.
2) Jarak FFD tidak terlalu dekat dengan objek.
3) Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
4) Alat – alat vital dilindungi dengan gonad shield atau ovarium shield
b. Proteksi Radiasi Terhadap Keluarga Pasien
1) Gunakan apron ketika menemani keluarga yang akan di roengent.
2) Proteksi Radiasi Terhadap Radiografer.
3) Gunakan apron untuk melindungi dari paparan radiasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun identitas pasien yang menjalani pemeriksaan Radiologi dengan klinis
Appenidcitis Kronis dengan teknik pemeriksaan adalah sebagai berikut:

1. Identitas Pasien
Nama : CH
Umur :18 th
Jenis kelamin : LAKI LAKI
Alamat : -
No.RM : 08xxxx
Diagnosis Klinis : Appenidcitis Kronis
Pemeriksaan : Appendicogram
2. Persiapan alat dan bahan
1) Pesawat sinar-x
Merek : X-ray Philips
Type : Esenta
No. Seri : 14000067
kV Maximum : 150kV
mA Maximum : 360mAs
Maximum : 5.00 sec
Gambar 14. Pesawat Sinar-X

2) Grid

Gambar 15. Grid

3) Barium Sulfat

Gambar 16. Barium Sulfat


4) Kontrol Pesawat Sinar-x

Gambar 17. Kontrol Pesawat Sinar-x

Pengolahan Gambar yang dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bagas Waras
Klaten menggunakan DR (Digital Radiography) dengan
urutan sebagai berikut :
a). Data pasien di input ke dalam Komputer
b). Gambar yang sudah di ekspose otomatis keluar di monitor.
c). Gambaran radiograf diolah di Komputer
d). Gambar yang sudah selesai diolah, kemudian diprint.

5) Printer Dryview

Gambar 18. Printer DryView

3. Tata Laksana Pemeriksaan


Persiapan Pasien
a) Malam hari sebelum pemeriksaan jam 22.00 pasien minum obat (Barium
Sulfat) yang sudah diencerkan dengan air putih sebanyak sebanyak 200-500
ml. sebelum minum obat pasien diminta untuk buang air besar terlebih
dahulu.
b) Setelah minum obat dilanjutkan puasa makan dan boleh minum pemeriksaan
dilakukan.
Selama ini pasien tidak boleh buang air besar supaya media kontras yang
telah diminum tidak terbuang.
c) Pagi hari berikutnya pasien datang ke bagian radiologi jam 09.00 untuk
dilakukan pemeriksaan.
Teknik Pemeriksaan Appendicogram diInstalasi Rumah Sakit Bagas Waras
Klaten

1) Proyeksi Antero Posterior


a) Posisi Pasien : Pasien dalam Posisi terlentang (Supine) di atas
meja pemeriksaan kedua Tangan diletakkan di
atas dada dan kaki lurus
b) Posisi Objek : Mengatur midsagitalplan (MSP) tubuh tepat
pada pertengahan meja pemeriksaan, mengatur
pelvis supaya tidak terjadi rotasi
c) CR : Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset
d) CP : Pada MSP tubuh setinggi kedua Crista Iliaca
e) FFD : 110 cm
f) Faktor Eksposi : exposure pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
KV 70, mAs 2
g) Proteksi Radiasi : Luas kolimasi seluas obyek
h) Hasil radiograf :
Gambar 20. Hasil Radiograf Proyeksi AP

2)Proyeksi Right Anterior Oblique (RAO)


a) Posisi Pasien : Pasien semi supine diatas meja pemeriksaan
b) Posisi Objek : Pasien berada dipertengahan meja pemeriksaan
Dengan tubuh dimiringkan membentuk sudut 35o
45o terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri
difleksikan kedepan kepala dan tangan kanan
lurus dibelakang tubuh.
c) CR : Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset
d) CP : Pada MSP tubuh setinggi kedua Crista Iliaca
e) FFD : 110 cm
f) Faktor Eksposi:-exposure pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
- KV 80, mAs 25
g) Proteksi Radiasi: Luas kolimasi seluas obyek
h) Hasil Radiograf :
Gambar 21. Hasil Radiograf Proyeksi RAO

3)Proyeksi Left Anterior Oblique (LAO)


a)Posisi Pasien : Tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan,tubuh dirotasikan ke kiri
35-45o terhadap meja, tangan kiri lurus di samping tubuh,tangan
Kanan di depan kepala dan kaki kiri lurus,kaki kanan di tekuk
b)Posisi Objek : Pasien diatur diatas meja,batas atas processus xypoideus,batas
bawah simpisis pubis
c) CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

d) CP : titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kanan tengah kedua

crista iliaka
e)FFD : 110cm
f) Faktor Eksposi:-exposure pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
- KV 80, mAs 25
g) Proteksi Radiasi: Luas kolimasi seluas obyek
h) Hasil Radiograf :

Gambar 22. Hasil Radiograf Proyeksi LAO


Proyeksi Lateral
a) Posisi Pasien : Pasien tidur miring pada sisi kanan diatas meja pemeriksaan
b) Posisi Objek : Atur kedua knee fleksi maksimal untuk fiksasi dan letakkan
kedua lengan di samping kepala.pastikan tidak ada rotasi pada
pelvis atau shoulder
c) CR : Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset
d) CP : Pada MSP tubuh setinggi kedua Crista Iliaca
e) FFD : 110 cm
f) Faktor Eksposi:-exposure pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
- KV 80, mAs 25
g) Proteksi Radiasi: Luas kolimasi seluas obyek
h) Hasil Radiograf :

Gambar 23. Hasil Radiograf Proyeksi Lateral


4. Hasil Bacaan Dokter
Mengutip dari hasil expertise radiolog Appendicogram:
-non filling appendix
PEMAHASAN
Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Bagas Waras, Klaten Pemeriksaan
Appendicogram diagnosa Appendicitis Kronis dibuat menggunakan Proyeksi AP,
RAO,LAP dan Lateral sesuai permintaan Dokter Radiologi. Pada pemeriksaan
Appendicogram pasien datang dengan keadaan sudah terisi mesia kontras di bagian
appendik nya.Untuk pemeriksaan appendik sendiri tidak ada persiapan khusus saat
pemeriksaan, pastikan tidak ada benda logam atau benda lain yang dapat
mengganggu hasil radiograf pada obyek yang akan diperiksa. Namun adapaun
persiapan pasien sebelum pemeriksaan, yaitu pasien Pada Malam hari sebelum
pemeriksaan jam 23.00 pasien minum obat (Barium Sulfat) yang sudah diencerkan
dengan air putih sebanyak 200-500 ml. sebelum minum obat pasien diminta nutuk
buang air besar terlebih dahulu. Setelah minum obat dilanjutkan puasa sampai
pemeriksaan dilakukan. Selama ini pasien tidak boleh buang air besar supaya media
kontras yang telah diminum tidak terbuang. Pagi hari berikutnya pasien datang ke
bagian radiologi jam 09.00 untuk dilakukan pemeriksaan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 14 september 2021


dengan beberapa radiographer tentang Teknik pemeriksaan Appendicogram dengan
proyeksi, AP, RAO,LAO dan Tambahan Proyeksi Lateral dinilai sudah dapat
menunjukkan hasil yang baik dari segi anatomi yang tampak maupun kualitas
radiografnya dengan hasil pemeriksaan Appendicogram proyeksi lateral yang
bertujuan untuk menambah ketepatan diagnosa, sehingga teknik pemeriksaan seperti
itu masih bisa diterima oleh dokter untuk diagnosa klinis pada pasien tersebut.

Penerapan Proteksi radiasi oleh Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Bagas Waras Klaten dalam pemeriksaan Appendicogram , untuk petugas dengan
berlindung di balik tabir selama ekspose berlangsung dan menggunakan personal
badg. Proteksi radiasi untuk pasien dengan tidak melakukan pengulangan foto dan
melakukan pengaturan luas kolimasi seluas obyek yang akan di foto. Proteksi radiasi
untuk masyarakat umum dengan mempersilahkan keluarga pasien untuk keluar dari
ruang pemeriksaan selama pemeriksaan berlangsung.
SIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemeriksaan Appendicogram
pada kasus Appendicitis Kronis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Bagas Waras Klaten menggunakan proyeksi AP, RAO,LAO dan tambahan proyeksi
Lateral serta pasien datang dalam keadaan appendik sudah terisi media kontras.
Proyeksi lateral yang digunakan Bertujuan untuk menambah Ketepatan diagnosa pada
pasien dan sudah dapat menujukkan hasil yang sudah baik dari segi anatomi yang
tampak maupun kualitas radiografnya dan hasil teknik pemeriksaan sesuai dengan
permintaan dokter Radiologi untuk mendiagnosa klinis pada pasien .Proteksi radiasi
yang dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Bagas Waras Klaten
pada pasien, radiographer dan masyarakat sudah baik.

SARAN
Dengan permasalahan diatas penulis dapat menyarankan, Teknik pemeriksaan
Appendicogram Proyeksi Lateral dapat lebih membatu untuk melihat appendiknya

DAFTAR PUSTAKA

Balinger , P. w & Frank, E D., 2003 MERRILL’S ATLAS OF RADIOGRAPHIC POSITIONS


& RADIOLOGIC PROCEDURES. 10th ed. United States of America: Andrew Allen
Bontrager, K.L., Lampignano, J.P. 2014. Radiografic Positioning and Related Anatomy. 8th Ed.
Elsevier Mosby. St. Louis Missouri. United States of America.
Hafid, A., & Syukur, A. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. (R. Sjamsuhidayat, & W. d. Jong,
Penyunt.) Jakarta: Penerbit BUku Kedokteran EGC.
Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. p. 702, 1003

http://dokita.co/blog/hnp-hernia-nukleus-pulposus-bagian-1/ diakses tanggal 13 februari


2015
http://gosehat.com/penyakit-hnpsyaraf-kejepit diakses tanggal 13 februari 2015
Malueka, R.G., 2007, Radiologi Diagnostik, Cetakan Pertama, Pustaka Cendekia
Press, Yogyakarta.

Netter, Frank H. 2016. Atlas Anatomi Manusia Bahasa Latin/ Indonesia Edisi 6.
Indonesia: Elsevier.

LAMPIRAN
HASIL BACAAN DOKTER

Anda mungkin juga menyukai