Anda di halaman 1dari 31

DEPARTEMEN RADIOLOGI JURNAL

FAKULTAS KEDOKTERAN DIVISI GASTROINTESTINAL


UNIVERSITAS HASANUDDIN JUNI 2023

PEDIATRIC STOMACH AND DUODENAL IMAGING


Pritviraj Sk, Devasenathipathy Kandasam, Manisha Jana1, Raju Sharma, Arun Kumar Gupta

Oleh:
dr. Siti Amalia pratiwi
C125221010

Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K)

dr. Rafikah Rauf, Sp.Rad (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


PROGRAM STUDI ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
Pediatric Stomach And Duodenal Imaging
Pritviraj SK1, Devasenathipathy Kandasamy1, Manisha Jana1, Raju Sharma1, Arun Kumar Gupta1

Abstrak Abnormalitas lambung dan duodenum pada anak merupakan spektrum


kondisi yang unik dan tidak seperti orang dewasa yang dikategorikan
Kata kunci secara luas ke dalam kondisi kongenital, inflamasi, neoplastik, dan lain-
► pediatrik / anak lain. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan peran modalitas
► gastrointestinal pencitraan pada patologi lambung dan duodenum pada anak-anak.
► rontgen Beberapa entitas unik untuk kelompok usia ini dan temuan pencitraannya
► ultrasonografi juga dibahas.
► CT/MRI

Pendahuluan

Spektrum entitas patologis yang luas dan unik dapat melibatkan lambung dan duodenum pada
pasien anak. Secara luas, mereka dapat dibagi menjadi kongenital / bawaan, inflamasi / infeksi,
dan neoplastik. Setiap proses penyakit yang memengaruhi lambung atau duodenum cenderung
muncul dengan muntah sebagai keluhan utama. Menegakkan diagnosis seringkali memerlukan
pendekatan multimodalitas yang bijaksana, termasuk rontgen, studi kontras, ultrasonografi (USG),
tomografi terkomputasi / computed tomography (CT), dan pencitraan resonansi magnetic /
magnetic resonance imaging (MRI). Artikel ini menjelaskan berbagai modalitas pencitraan, dan
perannya dalam pencitraan patologi lambung dan duodenum pada pasien anak. Beberapa entitas
unik untuk kelompok usia ini dan temuan pencitraannya juga dibahas.

Modalitas Pencitraan

Rontgen

Rontgen abdomen masih digunakan sebagai pemeriksaan lini pertama pada sejumlah patologi
lambung dan duodenum pada anak seperti hernia lambung, volvulus, congenital hypertrophic
pyloric stenosis (CHPS), atresia duodenum, dan bezoar lambung. Keuntungan dari rontgen
termasuk biaya rendah dan ketersediaan yang mudah sebagi tambahan dari kemampuannya dalam
menyediakan banyak informasi. Proyeksi rontgen yang umum digunakan adalah telentang atau
supine, tegak, dan dekubitus; dua yang terakhir sangat berguna untuk minimal pneumoperitoneum.
Studi Kontras

Studi fluoroskopi berbasis kontras berguna dalam mengevaluasi patologi GI (gastrointestinal)


bagian atas, dan barium yang diencerkan merupakan agen kontras pilihan untuk evaluasi GI bagian
atas pada anak-anak. Kontras iodium yang larut dalam air lebih disukai dalam kasus di mana
barium dikontraindikasikan secara relatif atau absolut. Kontras ini lebih disukai pada neonatus dan
anak-anak dan di mana diduga terjadi kebocoran atau perforasi. Agen kontras iodium
berosmolaritas rendah lebih disukai daripada agen kontras berosmolaritas tinggi jika terdapat
peningkatan risiko aspirasi, karena risiko akhir dapat terjadi edema paru. Barium swallow
digunakan untuk mengevaluasi patologi pada saluran GI bagian atas mulai dari orofaring hingga
fundus lambung. Barium meal adalah studi yang digunakan untuk mengevaluasi terutama perut
dan usus kecil proksimal. Berbagai patologi seperti hernia lambung, volvulus, bezoar, CHPS dan
atresia duodenum dan duodenal web dapat ditunjukkan dengan baik dalam studi kontras ini.
Stenosis pilorus merupakan salah satu penyebab muntah yang paling sering pada bayi, yangdapat
dievaluasi dengan pemeriksaan barium meal, meskipun saat ini hampir seluruhnya digantikan oleh
USG. Evaluasi barium meal atau barium meal follow through tetap menjadi standar referensi
pencitraan untuk diagnosis malrotasi dengan atau tanpa volvulus. Tujuannya adalah untuk
mengevaluasi seluruh usus kecil pada setiap kelainan peristaltik dan mukosa sampaike ileocecal
junction.

Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG pada anak-anak merupakan pemeriksaan yang sederhana dan hemat biaya yang
tidak memiliki efek samping terkait dengan radiasi pengion. Evaluasi segera (real-time evaluation)
adalah keuntungan lain dari modalitas ini. USG kurang penting dalam evaluasi patologi GI
dibandingkan dengan pemeriksaan cross-sectional. Namun demikian, mereka memiliki peran
khusus dalam situasi tertentu dan dapat menghasilkan wawasan yang lebih baik dibandingkan
dengan studi potong-lintang (cross-sectional). Salah satu kondisi di mana USG memiliki utilitas
diagnostik yang lebih baik daripada modalitas lain adalah evaluasi dugaan kista duplikasi. Selain
itu, USG adalah modalitas pencitraan pilihan untuk stenosis pilorus hipertrofik (hypertrophic
pyloric stenosis) pada bayi. Penambahan color Doppler dapat membantu mengevaluasi lesi
vaskular seperti hemangioma. Pengenalan ultrasonografi dengan kontras / contrast-enhanced
ultrasound (CEUS) telah semakin meningkatkan perannya dalam berbagai lesi usus. Keakuratan
CEUS dalam evaluasi aktivitas penyakit pada penyakit Crohn ditemukan sebanding atau lebih
unggul dari MR enterografi.1
Tomografi terkomputasi / Computed Tomography (CT)

CT merupakan modalitas penyelesaian masalah pada patologi lambung dan duodenum pada anak
dan tidak digunakan sebagai investigasi lini pertama tetapi dicadangkan untuk menyelesaikan
dilema diagnostik. Masalah yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan CT pediatrik meliputi
persiapan psikologis anak dan orang tua, kebutuhan untuk sedasi atau anestesi umum, bahan
kontras oral atau/dan persiapan bahan kontras intravena (IV). Tujuan utama harus mencapai
kualitas gambar diagnostik daripada kualitas gambar yang optimal untuk meminimalkan dosis
radiasi pada anak. Teknik pengurangan dosis diadopsi untuk mengurangi dosis radiasi sambil
mempertahankan kualitas diagnostik pemeriksaan. Pemindaian dan parameter teknis harus
disesuaikan dengan ukuran anak, wilayah tubuh yang diamati, dan pertanyaan klinis. Terdapat
beberapa kemajuan teknologi CT dalam dekade terakhir yang mengurangi dosis radiasi. Yang
paling penting adalah algoritma rekonstruksi iteratif yang dapat menurunkan radiasi hingga 90%
dengan tetap menjaga kualitas gambar.2

Akuisisi NCCT tidak selalu diperlukan. Dual-energy CT dapat membuat CT virtual tanpa
peningkatan kontras dari CT dengan kontras. Dalam CT enterografi, distensi usus merupakan
persyaratan penting untuk evaluasi dinding usus, terutama pada patologi inflamasi.

Pencitraan Resonansi Magnetik / Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI abdomen semakin banyak digunakan pada anak-anak, karena aman dari efek samping radiasi
dan juga memberikan resolusi jaringan lunak yang lebih baik. Kerugiannya adalah perlunya sedasi
atau anestesi umum.

Saat ini ada banyak teknik kompensasi gerak yang tersedia dengan MRI yang dapat
mengatasi masalah ini. MR enterografi merupakan modalitas pilihan untuk penyakit radang usus
baik pada awal dan tindak lanjut (follow-up). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 900
mL kontras oral yang diberikan selama 45 sampai 60 menit diikuti dengan akuisisi MR.
Pemeriksaan ini memberikan beberapa paradigma untuk karakterisasi kelainan usus.

Skintigrafi Nuklir / Nuclear Scintigraphy

Skintigrafi menilai fungsi jaringan dengan menggunakan pelacak radio atau radiotracer dan
penyerapannya pada tingkat sel dengan teknik yang berbeda. Peran kedokteran nuklir pada anak-
anak sudah cukup baik dalam patologi ginjal dan saluran kemih. Ia juga memiliki peran khusus
dalam kelainan saluran GI tertentu seperti kista duplikasi di mana pemindaian pertechnetate
berlabel Tc99 menunjukkan serapan pelacak dalam kista jika mengandung mukosa lambung
ektopik, yang mengonfirmasikan diagnosis. Penambahan single positron emission computed
tomography (SPECT) pada pencitraan planar meningkatkan akurasi diagnostik, tetapi harus
dibayar dengan peningkatan dosis radiasi.3

Entitas Kongenital atau Bawaan

Stenosis Pilorus Hipertrofik (Hypertrophic Pyloric Stenosis)

Kondisi ini merupakan patologi lambung yang paling umum terlihat pada bayi. Biasanya muncul
antara minggu kedua dan keenam kehidupan, lebih sering pada populasi kulit putih, pada laki-laki
(rasio laki-laki : perempuan adalah 4:1) dan biasanya pada anak sulung. Etiologi untuk kondisi ini
masih belum diketahui.

Presentasi klinis: biasanya muncul dengan gambaran obstruksi saluran lambung seperti
muntah setelah makan. Kondis ini adalah penyebab bedah pada kasus muntah yang paling umum
pada bayi. Manifestasi klinis lanjut termasuk penurunan berat badan dan aktivitas peristaltik
lambung yang terlihat dengan pilorus “olive” yang teraba.

Karakteristik Pencitraan:

Rontgen: Meskipun rontgen memiliki kegunaan yang terbatas, rontgen abdomen ketika
dilakukan dapat menunjukkan distensi lambung yang nyata tanpa bayangan gas di bagian distal
lambung.4

USG: Pemeriksaan ini merupakan modalitas pilihan untuk mendiagnosis kondisi ini. Pada
pemeriksaan USG, pertama-tama pilorus harus ditemukan, yang paling sering berada di posterior
dan medial kandung empedu.

Jika ketebalan dinding otot tunggal lebih dari 3 mm, sangat spesifik untuk diagnosis. Fitur
sonografi lainnya adalah panjang kanal pilorus, yang abnormal jika lebih dari 16 mm. Pilorus yang
mengalami hipertrofi dapat memberikan gambaran yang mirip dengan serviks uterus (tanda serviks
/ cervix sign).5

Barium meal: Barium adalah bahan kontras oral yang paling umum digunakan, dan dapat
diberikan baik melalui botol menyusui atau melalui selang nasogastrik (nasogastric tube).
Pemeriksaan ini dilakukan hanya jika temuan pada USG tidak jelas. Dua tanda penting dari CHPS
adalah tanda “shoulder” di antrum dan tanda “shoulder” atau “mushroom” di dasar bagian atas
duodenum atau duodenal cap. Ini dihasilkan oleh penonjolan otot ke dalam masing-masing lumen
antrum dan ke dalam duodenal cap.6 (►Gambar 1 dan 2).
Gambar 1 Congenital hypertrophic pyloric stenosis. (A, B) Ultrasonografi (USG) (bidang
memanjang atau longitudinal) menunjukkan penebalan kasar lapisan otot (kepala panah) dari
pilorus dengan penyempitan lumen yang signifikan. (C) USG (bidang transversal atau melintang)
menunjukkan mukosa echogenic di bagian tengah, dengan lapisan otot menebal di sekitarnya
menunjukkan target sign (panah). (D) Diameter pilorus (serosa ke serosa) pada bidang melintang
berukuran 15 mm.

Gambar 2 Congenital hypertrophic pyloric stenosis. (A) Studi barium meal pada fase awal
(tampilan depan) menunjukkan esofagus normal berisi kontras dengan distensi lambung berisi gas.
(B, C) Gambar pada fase selanjutnya diperoleh dalam posisi oblique dan lateral menunjukkan
distensi lambung berisi kontras dengan pilorus memanjang (panah putih) dan lumen sempit (string
sign).
Spasme pilorus / Pylorospasm

Spasme pilorus atau pylorospasm adalah suatu entitas yang dapat meniru stenosis pilorus
hipertrofik (hypertrophic pyloric stenosis) pada bayi dengan presentasi klinis serupa dari obstruksi
saluran lambung seperti muntah. Namun, perlu dibedakan dari hypertrophic pyloric stenosis,
karena penatalaksanaan kedua entitas tersebut sama sekali berbeda. CHPS diobati melalui
pembedahan dengan piloroplasti sedangkan pylorospasm biasanya diobati secara konservatif.

Presentasi klinis: Mirip dengan CHPS, bayi dengan spasme pilorus atau pylorospasm juga
datang dengan keluhan muntah. Oleh karena itu, entitas ini juga harus diingat pada bayi yang
mengalami gejala obstruksi lambung.

Rontgen: Rontgen abdomen posisi AP mungkin hanya menunjukkan dilatasi gaster. Selain
itu, rontgen ini tidak membantu dalam membedakannya dari CHPS.

USG: merupakan modalitas pilihan yang telah terbukti membantu dalam membedakannya
dari CHPS. Pengukuran pilorus pada USG biasanya tidak normal, namun lebih kecil dan tidak
dalam kisaran CHPS.

Barium meal: Pemeriksaan ini dapat membantu dalam menunjukkan kelainan pilorus;
namun, itu tidak memiliki peran untuk membedakannya dari CHPS.7

Atresia Pilorus Kongenital / Spektrum Membran

Atresia pilorus kongenital merupakan entitas langka yang etiologi pastinya tidak diketahui. Salah
satu teori menyatakan kemungkinan terhentinya perkembangan antara minggu ke-5 dan ke-12
kehamilan, yang menyebabkan kegagalan kanalisasi pilorus. Atresia pilorus dapat diisolasi atau
dikaitkan dengan epidermolisis bulosa dan atresia usus.

Atresia pilorus kongenital dapat diklasifikasikan secara morfologis menjadi tiga jenis:

Tipe 1: membran pilorus (57%), yang mungkin multipel.

Tipe 2: atresia pilorus tanpa celah (34%).

Tipe 3: atresia pilorus dengan celah antara lambung dan duodenum (9%).

Gambaran klinis: Bayi dengan atresia pilorus muncul dengan muntah non bilious setelah
lahir, kesulitan makan, dan walaupun jarang, distensi abdomen bagian atas juga bisa ditemukan.
Pada masa antenatal, kasus ini mungkin berhubungan dengan polihidramnion, dan jika ada
keterlambatan dalam diagnosis, hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti aspirasi dan
perforasi paru.
Rontgen: Rontgen abdomen dapat menunjukkan single bubble sign, yang disebabkan oleh
distensi lambung. Lengkungan atau loop usus distal tidak mengandung gas dan kolaps.

USG: Pada masa antenatal, kondisi ini dapat didiagnosis menggunakan temuan
polihidramnion dan distensi lambung pada USG.

Studi barium: Studi barium meal tidak diperlukan untuk mendiagnosis kondisi tersebut;
namun, jika dilakukan, dapat menunjukkan obstruksi, tergantung pada jenisnya.8

Volvulus Lambung / Gastric Volvulus

Volvulus yang melibatkan lambung jarang terjadi pada anak-anak jika dibandingkan dengan orang
dewasa. Kurang dari sepertiga dari semua volvulus lambung terjadi pada anak-anak. Terdapat dua
jenis volvulus lambung, berdasarkan aksis atau sumbu rotasi lambung. Organoaxial adalah jenis
yang paling umum terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena rotasi sepanjang aksis
panjangnya, di mana kurvatura atau lengkungan yang lebih besar menjadi kranial pada penentuan
posisi dan kurvatura atau lengkungan yang lebih rendah menjadi posisi kaudal, dan ini terjadi
dalam keadaan trauma atau mungkin berhubungan dengan hernia paraesofagus (paraesophageal
hernia). Mesenterico-axial adalah jenis umum dari volvulus lambung pada anak-anak, yang terjadi
karena rotasi sepanjang aksis pendek di mana persimpangan gastroesofagus / gastroesophageal
(GE) junction displaced ke kaudal, sedangkan pilorus bergerak ke arah proksimal.

Gejala klinis yang terkait dengan volvulus umumnya tidak spesifik dan meliputi nyeri,
mual, dan muntah.

Rontgen: Rontgen abdomen menunjukkan tidak adanya gelembung lambung normal


dengan herniasi sebagian besar lambung di atas diafragma dengan air fluid level pada anak-anak
dengan hernia atau eventrasi. Kondisi ini mungkin juga menunjukkan distensi lambung massif
dengan air fluid level yang besar.

Studi barium: Seri GI atas yang dilakukan untuk mengevaluasi volvulus menunjukkan
perubahan hubungan kurvatura atau lengkungan yang lebih kecil dan lebih besar atau kardia dan
pilorus, tergantung pada jenis volvulus lambung.

CT: CT dengan kontras sering dilakukan dalam keadaan nyeri epigastrium dan muntah,
dan pemeriksaan ini dapat membantu memastikan rotasi dari hernia lambung dan titik transisi pada
kasus volvulus lambung. Hubungan GE junction dan pilorus serta herniasi dan komplikasi yang
terkait jauh lebih baik ditunjukkan pada CT, terutama pada gambar potongan koronal yang
diformat ulang (reformatted)9 (►Gambar 3).
Gambar 3 Volvulus lambung. (A) Rontgen abdomen (AP-tegak) menunjukkan distensi lambung
masif dengan air fluid level di dalamnya. (B) Gambar CT potongan aksial dengan kontras yang
menunjukkan gastroesophageal (GE) junction (panah putih) dan pilorus (kepala panah) pada
tingkat yang sama. (C) Gambar CT potongan koronal menunjukkan posisi abnormal dari distensi
lambung dengan pilorus yang bergeser ke atas.

Kista Duplikasi Lambung / Gastric Duplication Cyst

Kista duplikasi lambung atau gastric duplication cyst merupakan anomali yang langka; ia terdiri
dari 4% dari total kista duplikasi GI. Kista duplikasi lambung muncul pada usia bervariasi dari
bayi hingga dewasa. Hal ini diketahui lebih umum pada wanita dan dibagi menjadi tipe tubular
dan kistik. Jenis kistik adalah yang paling umum, terhitung hingga 80% dan biasanya tidak
berhubungan dengan lumen lambung. Jenis tubular kurang umum dan dapat berhubungan dengan
lumen lambung.10

Gambaran klinis: Presentasi dapat bervariasi dari anak tanpa gejala yang terdeteksi secara
kebetulan hingga anak dengan keluhan nyeri dan ketidaknyamanan di epigastrium, muntah dan
darah pada tinja.

Rontgen: Rontgen abdomen tidak memiliki peran dalam diagnosis dan mungkin tampak
normal pada sebagian besar kasus, kecuali pada anak dengan lesi besar di mana dapat
menunjukkan efek massa.

Barium meal: Barium meal tidak diperlukan untuk diagnosis; namun, jika dilakukan, ini
dapat menunjukkan efek massa dalam bentuk kompresi ekstrinsik di atas lambung, yang dapat
membantu dalam mencurigai kondisi tersebut.

USG: Pemeriksaan ini merupakan modalitas yang paling berguna untuk diagnosis kista
duplikasi. Pada USG, lesi muncul sebagai lesi anechoic yang terdefinisi dengan baik dengan
dinding berlapis-lapis yang menyerupai usus (gut signature sign) dengan peningkatan akustik
posterior terkait. Gut signature sign cukup spesifik untuk entitas ini, dan hanya dapat
divisualisasikan pada USG resolusi tinggi.
Kista mungkin jarang terinfeksi dan kehilangan gut signature yang khas. Dalam kasus
tersebut, diagnosis mungkin sulit dan mungkin sulit dibedakan dengan kista lain seperti kista
mesenterika.

CT: CT tidak diperlukan pada sebagian besar kasus kista duplikasi lambung, karena USG
dapat mendiagnosis entitas ini dengan sangat baik. Namun, CT dapat dilakukan pada kasus di
mana USG memberikn hasil yang samar-samar atau pada kista yang rumit. Pada CT, tampak
sebagai lesi densitas air yang terdefinisi dengan baik dengan peningkatan tepi yang terlihat dekat
dengan dinding lambung. Dalam beberapa kasus, kista dapat dikacaukan dengan pseudokista
pankreas atau tumor stroma lambung.

MRI: Pemeriksaan ini menunjukkan lesi menjadi hipointens pada T1WI dan hiperintens
pada T2WI, dengan gambaran peningkatan kontras yang serupa dengan yang terlihat pada CT.
Pada rangkaian diffusion-weighted MRI, lesi ini tidak menunjukkan restriksi kecuali pada kista
yang rumit.

Skintigrafi nuklir / nuclear scintigraphy: Pemindaian pertechnetate berlabel Tc99m


memiliki peran khusus dalam kista duplikasi lambung, karena kista ini mungkin mengandung
mukosa lambung ektopik, yang menunjukkan serapan pada pemindaian pertechnetate, yang
memastikan diagnosis10,11 (►Gambar 4).

Gambar 4 Kista duplikasi lambung (gastric duplication


cyst). Ultrasonografi (USG) abdomen menunjukkan lesi
anechoic (bintang) yang terdefinisi dengan baik dengan
peningkatan akustik posterior di daerah epigastrium, yang
menekan dan menggeser perut ke atas. Dinding dekat kista
menunjukkan gut signature sign (panah).

Spektrum Web/Stenosis/Atresia Duodenum

Atresia duodenum adalah jenis obstruksi usus kongenital atau bawaan, dan merupakan salah satu
penyebab paling umum dari obstruksi usus pada janin dan bayi. Lokasi umumnya adalah bagian
kedua dari duodenum distal ke ampulla Vater. Atresia duodenum menyiratkan adanya obstruksi
total pada lumen, sedangkan stenosis duodenum adalah penyempitan lumen dengan obstruksi yang
incomplete. Duodenal web adalah kelainan langka di mana membran menyebabkan obstruksi
lumen.

Etiologinya adalah kegagalan rekanalisasi duodenum yang terjadi antara minggu ke-8 dan
ke-10 kehamilan, yang menyebabkan obstruksi incomplete dalam bentuk stenosis atau web, atau
dapat menyebabkan obstruksi total seperti atresia.

Rontgen: Rontgen abdomen sangat bermanfaat dan menunjukkan tanda klasik “double
bubble” yang merupakan diagnostik untuk kondisi ini. Gelembung sisi kiri dan proksimal
mewakili gas pada lambung yang mengalami distensi, dan sisi kanan mewakili udara di bulb
duodenum dengan tidak adanya bayangan gas distal.

USG: USG antenatal yang dilakukan pada trimester kedua dapat membantu mendiagnosis
kondisi ini dalam kehidupan intrauterin. USG dapat menunjukkan dua loop-lambung berisi cairan
dan duodenum proksimal. Namun, kondisi ini harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena temuan
ini juga dapat ditemukan pada kasus peristaltik lambat.

Studi barium: Studi barium meal dapat menunjukkan distensi lambung dan duodenum
proksimal dengan kontras yang tidak sampai ke distal. Barium meal dapat membantu membedakan
entitas ini dari volvulus midgut, yang memerlukan intervensi darurat. Temuan pada barium
tergantung pada jenis obstruksi, yaitu stenosis, web dan atresia. Duodenal web menunjukkan
"windsock sign" klasik pada studi barium meal. Temuan ini mewakili web di duodenum, yang
menonjol ke dalam lumen duodenum secara distal, seringkali ke bagian kedua dan ketiga, karena
peregangan web oleh peristaltik.

CT dan MRI biasanya tidak diperlukan dan hanya diindikasikan pada kasus di mana
terdapat dilema diagnostik12,13 (►Gambar 5 dan 6).

Gambar 5 Duodenal web. (A–C) Tampilan frontal dan oblique dari penelitian barium meal
menunjukkan ballooning kaudal dari diafragma (panah putih), yang terlihat sebagai defek
pengisian tipis, menonjol ke distal duodenum (“windsock sign”).
Gambar 6 Stenosis duodenum. (A) Barium meal pada 10 menit setelah konsumsi barium
menunjukkan distensi lambung yang normal. (B) Fase tertunda (delayed phase) setelah 4 jam
menunjukkan penyempitan terus-menerus di persimpangan D2-D3 (panah putih) dengan dilatasi
proksimal. (C) CT abdomen dengan kontras (bidang aksial) menunjukkan bagian D2 yang distensi
(tanda bintang) dari duodenum dengan penyempitan di persimpangan D2-D3.

Pankreas Anular / Annular Pancreas

Pankreas anular atau annular pancreas adalah malformasi morfologis kongenital atau bawaan
yang melibatkan pankreas dan ditandai dengan pankreas yang mengelilingi bagian kedua
duodenum baik sebagian atau pun seluruhnya. Tergantung pada keterlibatannya, mereka dibagi
menjadi dua jenis: lengkap atau komplit dan tidak lengkap atau inkomplit. Kondisi ini terkait
dengan anomali lain seperti sindrom Down, atresia duodenum, dan penyakit Hirschsprung.
Annular pancreas membentuk kegagalan rotasi dari ventral bud-nya dengan duodenum yang
mengarah ke pembungkus (encasement) duodenum.

Bayi yang datang dengan kesulitan makan dan muntah karena obstruksi duodenum yang
berat, memerlukan intervensi bedah segera. Varian yang lebih ringan, yaitu annular pancreas
inkomplit biasanya tidak menimbulkan gejala yang signifikan dan diagnosis mungkin tertunda
hingga di kemudian hari.

Rontgen: Rontgen abdomen yang dilakukan, dapat meniru temuan atresia duodenum,
karena juga menyebabkan double bubble sign.

USG: sangat membantu dalam kasus dugaan annular pancreas. Jaringan pankreas dapat
terlihat melingkari duodenum yang kolaps di tengah, dengan dilatasi proksimal lambung dan
duodenum. Pada tipe yang tidak lengkap atau inkomplit, parenkim pankreas dapat menunjukkan
paruh jaringan yang meluas ke aspek anterior dan posterior dan menunjukkan penampilan seperti
cakar (claw-like appearance).
CT: CT yang dilakukan pada kasus yang dicurigai dapat menunjukkan pembungkus
(encasement) bagian kedua duodenum yang kolaps oleh jaringan pankreas baik seluruhnya atau
sebagian di sekitarnya. Kontras CT menunjukkan peningkatan homogen pankreas di sekitar
duodenum.

MRI: Temuan pencitraan mirip dengan CT; Namun, keuntungan MRI adalah dalam menilai
anatomi duktus pankreas. Saluran pankreas dapat dilihat pada magnetic resonance
cholangiopancreatography (MRCP), mengelilingi duodenum14 (►Gambar 7).

Gambar 7 Annular pancreas (A, B) Masing-masing gambar dari T2 fat suppressed (FS) dan
balanced turbo field echo (BTFE) potongan aksial, menunjukkan parenkim pankreas (panah) yang
membungkus duodenum sepenuhnya. (C) Gambar T2FS potongan koronal menunjukkan jaringan
pankreas yang menyebabkan penyempitan pada bagian D2 duodenum dengan dilatasi proksimal.

Malrotasi / Ladd's Band

Malrotasi adalah kelainan bawaan yang melibatkan posisi abnormal dari persimpangan
duodenojejunal atau DJ junction, yang dapat menyebabkan volvulus midgut. Duodenum biasanya
berputar 270 derajat berlawanan arah jarum jam selama 12 minggu pertama embriogenesis untuk
mencapai posisi normal yang diharapkan, sedangkan pada malrotasi, terdapat rotasi yang tidak
lengkap, menyebabkan posisi loop usus halus yang abnormal (►Gambar 8).

Malrotasi dapat dikaitkan dengan Ladd’s band, yang memanjang dari posisi caecum yang
tidak normal ke hepar yang melintasi duodenum dan dapat menyebabkan obstruksi.

Gambaran klinis dapat bervariasi sesuai dengan usia, mulai dari nyeri perut akut dan
muntah hingga nyeri intermiten ringan dan malabsorpsi.

Rontgen: Rontgen abdomen mungkin tampak normal, atau kadang-kadang bila dikaitkan
dengan volvulus, mungkin terdapat gambaran obstruksi seperti dilatasi lambung dan duodenum
proksimal.
Studi barium: Barium meal follows through merupakan gold standard dalam diagnosis
malrotasi dan memiliki sensitivitas tinggi dalam mengidentifikasinya. Dalam proyeksi frontal, DJ
junction normal terletak di sebelah kiri pedikel kiri vertebra, sedangkan pada malrotasi, DJ
junction terletak di garis tengah atau di sebelah kanan pedikel. Pada proyeksi lateral, posisi normal
dari DJ junction adalah posterior dan superior dari duodenal cap. Demikian pula, sekum harus
diperbaiki di fossa iliaka kanan; namun, pada malrotasi, sekum dapat ditempatkan lebih medial.
Posisi normal dari DJ dan sekum ini bertanggung jawab atas panjang mesenteric root yang optimal.
Pada pasien dengan malrotasi karena posisi DJ dan sekum yang abnormal, mesenteric root
menyempit, yang menjadi predisposisi volvulus. Ketika dikaitkan dengan tampakan "corkscrew"
volvulus dari duodenum, loop usus yang dilatasi di bagian proksimal dapat terlihat.

USG: dilakukan pada bidang transversal pada anak yang normal menunjukkan vena
mesenterika superior / superior mesenteric vein (SMV) yang terletak di sisi kanan arteri
mesenterika superior / superior mesenteric artery (SMA) dan bagian ketiga duodenum
menyilangnya secara posterior. Dalam malrotasi, SMV terletak tepat di depan atau di sebelah kiri
SMA. Ketika volvulus midgut hadir, USG menunjukkan "whirlpool sign" yang terlihat sebagai
rotasi searah jarum jam dari SMV, usus kecil dan mesenterium di sekitar SMA yang ditempatkan
di tengah. SMV dapat dikompresi dalam beberapa kasus, dan dalam kasus seperti itu, hanya rotasi
mesenterium dan usus kecil di sekitar SMA yang terlihat.

CT/MRI: Modalitas cross-sectional tidak dilakukan secara rutin, tetapi bila terdapat
kecurigaan adanya komplikasi, modalitas ini diindikasikan. Malrotasi juga dapat terdeteksi secara
tidak sengaja pada CT/MRI yang dilakukan untuk penyebab lain15 (►Gambar 9).

Gambar 8 Posisi duodeno-jejunal (DJ) normal pada barium meal follow through (BMFT). (A)
Sebuah gambar fluoroskopi awal diperoleh selama studi BMFT menunjukkan posisi normal dari
persimpangan duodenojejunal atau DJ junction ke kiri pedikel kiri vertebra. (B) Tindak lanjut
gambar menunjukkan loop usus kecil yang terletak di tengah dan di sebelah kiri garis tengah.
Gambar 9 Malrotasi terkait dengan volvulus midgut. (A, B) Barium meal follow through (BMFT)
menunjukkan lokasi abnormal dari persimpangan duodenojejunal / DJ junction dengan tampakan
corkscrew (panah putih) dari loop jejunum proksimal dan duodenum. Loop usus kecil terlihat
terutama di sisi kanan perut. (C) CT abdomen dengan kontras menunjukkan whirlpool sign (panah
melengkung) dengan dilatasi duodenum.

Vena Porta Preduodenum / Preduodenal Portal Vein

Kondisi ini adalah anomali langka di mana jalur vena porta anterior ke duodenum bukan
merupakan lokasi posterior normalnya. Anak-anak yang terkena sebagian besar tidak
menunjukkan gejala dan secara tidak sengaja terdeteksi pada pencitraan untuk beberapa penyebab
lain. Namun, terkadang entitas ini dapat menghasilkan gambaran obstruksi duodenum.

Kondisi ini biasanya terkait dengan anomali kongenital lainnya seperti sindrom heterotaxia
atau polysplenia, situs inversus, defek atau cacat jantung, malrotasi, atresia bilier atau duodenum
dan annular pancreas.

Selama perkembangan embriologi, dua vena vitelin (vitelline veins) paralel bergabung
dengan tiga vena interkonetif (interconnecting veins)–cabang cephalad di dalam hepar, cabang
tengah posterior dari duodenum, dan cabang kaudal anterior dari duodenum. Cabang cephalad dan
kaudal akhirnya menghilang, meninggalkan cabang tengah, yang membentuk vena portal normal.
Dalam preduodenal portal vein (PDPV), terdapat hilangnya cabang cephalad dan tengah,
meninggalkan cabang caudal untuk membentuk PDPV.

Rontgen: Rontgen abdomen mungkin normal atau menunjukkan distensi lambung dan
duodenum proksimal dalam kasus di mana terdapat obstruksi terkait.

USG: menunjukkan pilorus normal dan preduodenal portal vein sebagai struktur anechoic
pada mode B dengan aliran warna pada studi color Doppler.

CT/MRI: Dalam studi potong-lintang atau cross-sectional seperti CT/MRI, kadang-kadang


terdeteksi secara tidak sengaja pada pasien tanpa gejala. Karakteristik pencitraan serupa dengan
yang ditemukan pada USG, menunjukkan posisi anterior vena porta dalam kaitannya dengan
duodenum16 (►Gambar 10).

Gambar 10 Preduodenal portal vein. (A) Contrast-enhanced (CE) potongan aksial dari abdomen
menunjukkan vena porta mengalir ke anterior loop duodenum. (B) Gambar proyeksi intensitas
maksimum koronal / maximum intensity projection (MIP) menunjukkan vena porta memasuki
lobus kanan hati, bukan porta.

Kondisi Inflamasi atau Peradangan

Gastroenteritis Eosinofilik

Kondisi ini merupakan gangguan inflamasi jinak yang tidak biasa, yang ditandai dengan infiltrasi
esofagus, lambung serta usus kecil oleh eosinofil. Anak yang terkena memiliki riwayat asma dan
atopi yang kuat. Mereka biasanya mengalami peningkatan kadar IgE serum dan eosinofilia perifer
dan menunjukkan respons yang baik terhadap steroid.

Menurut klasifikasi Klein, gastroenteritis eosinofilik / eosinophilic gastroenteritis (EG)


diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu mukosa (paling umum), muskuler dan serosa. Antrum
lambung adalah bagian yang paling sering terlibat, menunjukkan karakteristik nodularitas dan
penebalan lapisan mukosa. Gambaran klinis termasuk temuan nonspesifik seperti mual, muntah,
dan sakit perut.

Karakteristik pencitraan tidak terlalu khas; diagnosis akhir membutuhkan konfirmasi


dengan biopsi endoskopik. Biopsi biasanya negatif pada tipe serosa.

Rontgen: Rontgen abdomen tidak cukup berguna dan mungkin terlihat normal pada anak-
anak ini.
Studi barium: Studi barium kontras ganda (double contrast barium) dapat menunjukkan
penebalan dan tampakan seperti renda (lacy appearance) dari mukosa antral lambung; Namun,
gambaran ini tidak spesifik untuk gastritis eosinofilik dan dapat dilihat pada semua jenis gastritis.
CT/MRI: Temuan EG bervariasi menurut jenisnya, karena bentuk mukosa dapat
menunjukkan penebalan lipatan dan polip. Tipe muskuler atau otot dapat menunjukkan penebalan
dinding dan pembentukan striktur, yang menyebabkan obstruksi proksimal. Tanda halo dan tanda
seperti tungkai arachnida (kaki laba-laba/spider leg) juga dapat tergambarkan, yang dapat
digunakan untuk membedakannya dari limfoma. Jenis serosa dapat menunjukkan asites, penebalan
omentum, peningkatan kontras serosa, dan limfadenopati mesenterika nekrotik / necrotic
mesenteric lymphadenopathy17(►Gambar 11).

Gambar 11 Gastroenteritis eosinofilik. (A, B) Gambar USG menunjukkan penebalan mural


melingkar dari dinding lambung dan loop usus kecil. (C) CT dengan kontras menunjukkan
penebalan dinding melingkar difus dari beberapa loop usus kecil.

Penyakit Crohn / Crohn's Disease

Penyakit Crohn atau Crohn's Disease (CD) adalah jenis penyakit radang usus, dengan keterlibatan
di mana saja dari mulut hingga anus. Keterlibatan saluran GI bagian atas kurang umum
dibandingkan dengan keterlibatan usus kecil di mana ileum distal merupakan tempat yang paling
umum terlibat.

Keterlibatan GI bagian atas lebih sering terjadi pada kelompok usia anak-anak
dibandingkan dengan orang dewasa, di mana lambung menjadi tempat yang paling umum, diikuti
oleh esofagus dan duodenum. Gastritis dengan peningkatan kontras secara fokal merupakan
bentuk peradangan lambung yang terlihat pada penyakit radang usus / inflammatory bowel disease
(IBD) pediatrik, menunjukkan peradangan fokal mukosa lambung sebagai tambahan dari adanya
granuloma dalam pemeriksaan histologi. Keterlibatan duodenum dapat terdiri dari tiga jenis:
penyakit antroduodenal yang berdekatan (umum), keterlibatan terisolasi bagian desendens dari
duodenum, dan tipe duodenum distal.

Rontgen: Rontgen abdomen tidak banyak digunakan dan biasanya tidak akan
mengungkapkan kelainan apa pun kecuali pada penyakit parah di mana ram`s horn appearance
yang klasik (deformitas berbentuk corong dari antrum yang sakit dan bulb duodenum) dapat
terlihat.
CT: Enterografi adalah teknik optimal untuk mengevaluasi loop usus dalam keadaan
dilatasi. CT enterografi (CTE) dapat menunjukkan gambaran gastritis fokal: nodularitas mukosa
yang menunjukkan peningkatan kontras. Pada kasus yang parah, terlihat penebalan konsentris
bagian pilorus, disertai obstruksi saluran lambung.

MRI: MR enterografi (MRE) biasanya lebih disukai daripada CT pada anak-anak baik pada
pemeriksaan awal dan tindak lanjut (follow-up). Pemeriksaan ini lebih baik daripada CT dalam
mengevaluasi aktivitas penyakit dan respons terhadap terapi, karena memberikan banyak
paradigma untuk menilai penyakit.18

Penyakit Granulomatosa Kronis / Chronic granulomatous disease

Penyakit granulomatosa kronis atau chronic granulomatous disease (CGD) adalah gangguan
imunodefisiensi yang ditandai dengan disfungsi fagosit di mana fagosit gagal membunuh
organisme katalase positif seperti Staphylococcus dan Aspergillus. Hal ini menyebabkan infeksi
berulang, inflamasi atau peradangan, dan pembentukan granuloma.

Kondisi ini merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditularkan oleh pewarisan
resesif terkait-X; Namun, varian autosomal juga telah dijelaskan.

Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADPH) fagositik ketika diaktifkan


melepaskan radikal bebas di fagosom, sehingga membantu membunuh mikroba. Pada CGD,
mutasi NADPH mengakibatkan kegagalan pembentukan radikal bebas, sehingga menyebabkan
disfungsi fagositik. Studi sitometri aliran nitroblue tetrazolium dan dihydrorhodamine reductase
digunakan untuk diagnosis CGD.

CGD menunjukkan keterlibatan multisistem termasuk dada, kelenjar getah bening atau
nodus limfa, saluran GI, hati, limpa, tulang, saluran kemih, dan sistem saraf pusat (SSP).

Dalam sistem GI, ia bisa melibatkan bagian apa saja.

Ketika terdapat keterlibatan lambung, ia dapat menimbulkan obstruksi saluran lambung


dikarenakan penebalan konsentris dari pilorus.
Rontgen: Rontgen abdomen dapat menunjukkan distensi lambung yang dapat meniru
kondisi lain yang menyebabkan obstruksi lambung.

USG: dapat menunjukkan penebalan dinding konsentris dari daerah antropilorik dengan
distensi lambung proksimal. Namun, temuan ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada kondisi
lain seperti gastritis eosinofilik, penyakit ulkus peptikum, dan CD.

CT/MRI: Modalitas pencitraan cross-sectional sangat berguna ketika terdapat keterlibatan


multisistem. Pemeriksaan ini mungkin menunjukkan penebalan dinding daerah antropilorik dari
lambung, yang merupakan karakteristik nonspesifik.19
Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) pada saluran GI umumnya melibatkan ileocecal junction. TB gastroduodenal


(gastroduodenal tuberculosis) jarang terjadi bahkan di daerah endemik. Gastroduodenal
tuberculosis dapat terjadi sebagai perpanjangan langsung dari penyakit tuberkulosis yang
berdekatan atau karena penyebaran hematogen. Antrum lambung sepanjang kurvatura atau
lengkungan yang lebih besar merupakan lokasi yang paling umum terlibat, yang kemudian dapat
meluas ke duodenum proksimal. Biasanya dimulai sebagai penyakit submukosa, menyebabkan
ulserasi mukosa menyerupai karsinoma dan akhirnya sembuh dengan fibrosis. TB fibrotik dapat
menyerupai linitis plastica, atau limfoma.

Rontgen: Mungkin tampak normal pada penyakit awal. Pada kasus lanjut, distensi lambung
dapat terlihat, menunjukkan obstruksi lambung.

Studi GI bagian atas: Bagian antral dapat menunjukkan gambaran ulserasi yang mungkin
menyerupai adenokarsinoma. Penyempitan dan obstruksi lambung karena fibrosis merupakan
karakteristik lain yang mungkin terlihat.

USG: dapat menunjukkan penebalan dinding pada bagian antral yang terlibat dan
duodenum proksimal. Pembesaran kelenjar getah bening regional nekrotik juga dapat terlihat.

CT/MRI: Studi potong-lintang (cross-sectional) lebih baik dalam menunjukkan penebalan


dinding melingkar dari antrum, distensi lambung, dan nodus nekrotik terkait, yang mungkin
menunjukkan peningkatan kontras tepi perifer20-22 (►Gambar 12).

Gambar 12 Tuberkulosis (TB) gastrointestinal (GI). (A, B) CT potongan aksial menunjukkan


penebalan dinding asimetris (panah lurus) di daerah pilorus lambung tanpa obstruksi. (C) Gambar
potongan koronal menunjukkan penebalan dinding asimetris pada pilorus lambung. (D) Gambar
CT dengan kontras (contrast-enhanced CT) di abdomen bagian bawah menunjukkan striktur usus
kecil segmen pendek (panah melengkung).
Kondisi Neoplastik

Limfoma:

Limfoma primer pada saluran GI jarang terjadi, dan biasanya terlibat secara sekunder pada kasus
dengan keterlibatan multisistemik. Jenis limfoma GI yang paling umum adalah limfoma
nonHodgkin / nonHodgkin’s lymphoma (NHL). Limfoma GI primer paling sering melibatkan
lambung dan umum terjadi pada kelompok usia anak-anak. Faktor risiko limfoma lambung
meliputi infeksi H. pylori, imunosupresi setelah transplantasi organ padat, penyakit celiac, IBD,
dan infeksi HIV.

Kriteria Dawson harus dipenuhi untuk mendiagnosis limfoma lambung primer yang
meliputi

1. Tidak ada limfadenopati superfisial yang teraba.


2. Hitung darah lengkap (whole blood count) harus normal.
3. Rontgen dada normal.
4. Keterlibatan saluran GI yang dominan.
5. Tidak ada keterlibatan hati dan limpa.

Keterlibatan sekunder lambung oleh limfoma lebih umum daripada keterlibatan primer.
Jenis limfoma primer yang paling umum yang memengaruhi saluran GI adalah NHL, di mana
limfoma Burkitt merupakan yang paling umum. Lambung bisa terkena limfoma Burkitt primer;
namun, ini bukan situs atau tempat yang paling umum.
Presentasi klinis termasuk dispepsia dan nyeri epigastrium. Limfoma biasanya tidak
menyebabkan obstruksi lumen dan karenanya jarang muncul dengan obstruksi lambung.

Barium meal: Studi barium kontras ganda (double contrast barium) dapat menunjukkan
berbagai pola seperti pola polipoidal, ulseratif, dan infiltratif, yang juga dapat dilihat pada
karsinoma lambung; Namun, mereka jauh lebih jarang. Massa polipoidal multipel dengan kavitas
sentral yang menunjukkan gambaran bull’s eye juga dapat dilihat pada limfoma lambung.
Penebalan lipatan lambung yang luas dengan distensibilitas lambung yang normal juga merupakan
ciri dari limfoma lambung.

USG: Penebalan lipatan lambung dan dinding difus dengan pembesaran kelenjar getah
bening terkait dapat dilihat pada USG.

CT: Penebalan lipatan mukosa dan dinding lambung difus dengan pemeliharaan fat plane
dan struktur yang berdekatan serta tidak adanya obstruksi lumen adalah tipikal limfoma lambung.
Adenokarsinoma lambung juga dapat muncul dengan penebalan dinding lambung; namun, fat
plane dengan struktur yang berdekatan biasanya hilang dan biasanya muncul dengan obstruksi.
Keterlibatan kelenjar getah bening pada limfoma biasanya diskrit, homogen, tidak terkalsifikasi
dan biasanya tidak nekrotik.
MRI: MRI tidak dilakukan secara rutin untuk evaluasi limfoma lambung; namun,
pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai modalitas alternatif untuk CT dalam kasus tindak lanjut
(follow-up)23 (►Gambar 13).

Gambar 13 Limfoma lambung. (A–C) Gambar CT potongan aksial menunjukkan penebalan besar
pada daerah pilorus lambung tanpa obstruksi lumen. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
retroperitoneal.

Tumor Stroma Gastrointestinal / Gastrointestinal Stromal Tumor

Tumor stroma gastrointestinal atau gastrointestinal stromal tumor (GIST) adalah tumor mesenkim
yang timbul dari sel interstitial Cajal dan jarang terjadi pada kelompok usia anak. GIST pada anak
dapat muncul secara sporadis atau dapat dikaitkan dengan sindrom seperti triad Carney (GIST,
pulmonary chondroma dan paraganglioma), sindrom Carney-Stratakis (GIST dengan
paraganglioma) dan neurofibromatosis tipe 1.

GIST yang terjadi pada anak-anak sangat berbeda dari orang dewasa dalam
imunohistokimia, riwayat alamiah penyakit, dan respons pengobatan. Secara genetik, 85% GIST
pediatrik atau GIST pada anak menunjukkan mutasi pada kompleks succinate dehydrogenase
(SDH) dan tidak memiliki mutasi pada KIT/PDGFRA (terlihat pada tipe dewasa). Tumor yang
tidak memiliki mutasi KIT/PDGFRA juga dikenal sebagai GIST “wild-type” (WT).

CT: tetap menjadi modalitas penting dalam diagnosis GIST. Lesi besar (> 5 cm) biasanya
eksofitik dan hipervaskular dengan peningkatan heterogen pada CT dengan kontras disertai
nekrosis dan kavitas, sedangkan lesi kecil (< 5 cm) biasanya berupa massa polipoid submukosa
atau endoluminal yang menunjukkan peningkatan kontras homogen. Lesi metastatik biasanya
menunjukkan peningkatan arteri dengan washout pada fase vena dan porta. GIST tipe defisiensi
SDH yang terlihat pada kelompok usia anak ditemukan lebih sering pada anak perempuan dan
dapat dikaitkan dengan metastasis kelenjar getah bening. Lesi yang dapat direseksi ditangani
dengan pembedahan, sedangkan lesi lanjut diobati dengan imatinib dengan atau tanpa
pembedahan. Saat imatinib digunakan, kriteria Choi digunakan untuk penilaian respons daripada
kriteria RECIST konvensional.
MRI: digunakan sebagai modalitas alternatif selain CT untuk mengurangi risiko radiasi.
Selain itu, MRI dengan pencitraan diffusion-weighted telah terbukti membantu populasi orang
dewasa dalam memprediksi tumor berisiko tinggi. Nilai koefisien difusi semu / apparent diffusion
coefficient (ADC) yang rendah dan kista intra tumor ditemukan terkait dengan tumor berisiko
tinggi. Namun, hal ini belum dipelajari pada populasi anak.

USG dengan kontras / Contrast-enhanced US (CEUS): memungkinkan evaluasi tumor


kecil hipovaskular serta hipervaskular. Karakteristik khas GIST pada CEUS adalah peningkatan
kontras berlebih (hyperenhancement) pada fase arteri dan penurunan kontras (hypoenhancement)
pada fase vena porta. CEUS juga telah terbukti berhasil dalam menilai perkembangan penyakit
dan respons pengobatan ketika tyrosine kinase inhibitor (TKI) digunakan untuk pengobatan.

Positron emission tomography-CT (PET-CT): tidak hanya memiliki sensitivitas tinggi


dalam mendeteksi metastasis (80–90%), tetapi juga membantu penilaian respons GIST yang
diobati dengan TKI24 (►Gambar 14).

Gambar 14 Tumor stroma gastrointestinal (GI). (A) Studi barium meal menunjukkan defek
pengisian yang menonjol secara endofit dari dinding lambung di sepanjang kurvatura atau
lengkungan yang lebih rendah (panah). (B) Gambar CT dengan kontras (contrast-enhanced CT)
abdomen potongan aksial menunjukkan massa jaringan lunak (tanda bintang) intralumen yang
meningkat secara heterogen di lambung. (C) Gambar CT dengan kontras (contrast-enhanced CT)
potongan koronal menunjukkan massa jaringan lunak yang timbul dari kurvatura atau lengkungan
lambung yang lebih rendah yang menunjukkan ulserasi (panah).

Adenokarsinoma

Adenokarsinoma lambung jarang terjadi pada kelompok usia anak. Etiologi adenokarsinoma pada
anak atau pediatrik masih tidak jelas; Namun, pemahaman saat ini adalah bahwa hal itu mungkin
terkait dengan mutasi genetik.

Faktor risiko terpenting pada adenokarsinoma pediatrik adalah infeksi Helicobacter pylori,
yang dapat menyebabkan peradangan aktif kronis pada mukosa lambung, umumnya di antrum.
Presentasi klinis yang paling umum pada adenokarsinoma lambung pediatrik adalah sakit
perut dan muntah. Gejala lain termasuk hematemesis, melena, dan penurunan berat badan.
Adenokarsinoma musinosum terlihat lebih sering pada kelompok usia yang lebih muda.

Barium meal: Seperti yang telah dibahas sebelumnya, mirip dengan limfoma,
adenokarsinoma lambung dapat menunjukkan pola ulseratif, polipoidal, dan infiltratif pada studi
barium meal kontras ganda (double contrast barium meal).

CT: CT dengan kontras atau contrast-enhanced CT dapat menunjukkan penebalan dinding


lambung fokal yang difus atau asimetris, paling sering di bagian antrum. Mungkin terjadi
kehilangan fat plane yang terkait dengan struktur yang berdekatan dan obstruksi lambung ketika
pilorus terlibat. Tumor mukosa sering menunjukkan kalsifikasi. Mungkin ditemukan
limfadenopati terkait, omental deposit, dan asites pada kasus lanjut.
MRI: dapat digunakan sebagai modalitas alternatif untuk menghindari radiasi dan juga
dapat digunakan sebagai modalitas pemecahan masalah bila terdapat beberapa dilema diagnostik
pada CT25 (►Gambar 15).

Gambar 15 Adenokarsinoma lambung. (A–C) Gambar CT potongan aksial menunjukkan


penebalan dinding melingkar asimetris yang melibatkan korpus atau badan dan antrum lambung
dengan area kalsifikasi kasar (panah) di dalamnya, konsisten dengan variasi adenokarsinoma
musinosum.

Teratoma

Teratoma adalah neoplasma jinak yang timbul dari sel pluripoten, umumnya terlihat pada
kelompok usia anak. Kondisi ini mungkin gonad atau extragonad. Teratoma ekstragonad lebih
sering terlihat pada bayi baru lahir, bayi, dan balita, sedangkan teratoma gonad lebih sering terjadi
pada anak yang lebih tua.

Di antara teratoma GI, lambung merupakan tempat yang paling sering terkena. Ini biasanya
muncul dari kurvatura atau lengkungan yang lebih besar tetapi juga dapat muncul dari bagian lain.

Tumor ini biasanya mengandung turunan atau derivate dari ketiga lapisan sel germinal;
namun, keberadaan dua lapisan sudah cukup untuk membuat diagnosis secara histologis.
Keluhan yang muncul adalah teraba massa di kuadran atas, kesulitan makan, muntah dan
gangguan pernapasan akibat efek massa di atas diafragma.

Rontgen: Rontgen perut dapat menunjukkan massa jaringan lunak di daerah epigastrium
dengan area kalsifikasi kasar, yang terlihat pada 35 sampai 60% kasus. Jarang, gigi dan struktur
tulang dapat terlihat di dalam massa jaringan lunak. Kadang-kadang, teratoma dengan lemak dalam
jumlah besar dapat muncul sebagai massa lusen.

USG: Pada USG, penampakannya dapat berkisar dari massa kistik, padat-kistik hingga
massa yang benar-benar padat. Lesi kistik terlihat sebagai lesi anechoic dengan batas yang jelas.
Fokus kalsifikasi terlihat sebagai area hyperechoic dengan bayangan akustik posterior pada USG.
Massa padat biasanya dilihat sebagai massa heterogen.

CT: sangat penting dalam diagnosis teratoma lambung. Ia terlihat sebagai massa jaringan
lunak yang terdefinisi dengan baik yang terlihat di perut bagian atas yang menekan dan berbatasan
dengan kurvatura atau lengkungan lambung yang lebih besar, dengan area kepadatan lemak dan
fokus kalsifikasi kasar di dalamnya26 (►Gambar 16).

Gambar 16 Teratoma lambung. (A) Rontgen abdomen menunjukkan massa jaringan lunak yang
besar di bagian kiri perut dengan area kalsifikasi di dalamnya. (B, C) Gambar CT potongan aksial
menunjukkan massa jaringan lunak yang meningkat secara heterogen dengan area kalsifikasi
(panah) dan pelemahan lemak terlihat di kedua sisi perut yang terkompresi (tanda bintang). (D)
Pencitraan CT dengan kontras (contrast-enhanced CT) potongan koronal menunjukkan massa
kistik padat yang besar yang terlihat menempati separuh abdomen kiri dengan pergeseran loop
usus ke inferior.

Hemangioma

Hemangioma adalah tumor vaskular jinak yang dapat terjadi di mana saja di saluran GI. Usus kecil
merupakan lokasi yang paling umum. Hemangioma lambung terdiri dari 1,6% dari semua tumor
lambung jinak.
Kehadiran beberapa hemangioma biasanya dikaitkan dengan sindrom seperti sindrom
Klippel-Trenaunay, sindrom Maffucci, sindrom blue rubber-bleb nevus, dan sindrom Osler-
Rendu-Weber. Tumor ini dapat terjadi pada usia berapa pun tetapi paling sering terlihat pada
kelompok usia anak-anak, dan kadang-kadang berkembang seiring waktu.

Presentasi klinis meliputi perdarahan GI, intususepsi, dan nyeri perut. Endoskopi GI bagian
atas dapat menunjukkan massa submukosa berlobus kemerahan di perut. Endoskopi juga memiliki
peran terapeutik dalam reseksi hemangioma lambung.
Barium meal: Temuan ini tidak cukup spesifik dan mungkin menunjukkan defek pengisian
intralumen yang menunjukkan adanya massa.

CT: CT dengan kontras (contrast-enhanced CT) dapat menunjukkan massa jaringan lunak
yang sangat meningkat di lumen lambung yang menunjukkan tumor vaskular; selain itu, mungkin
ditemukan phlebolith yang merupakan diagnostic pada kondisi ini27 (►Gambar 17).

Gambar 17 Hemangioma lambung. (A) Rontgen abdomen menunjukkan penyempitan lumen


lambung (panah). (B) Barium meal follow through menunjukkan defek pengisian intralumen
dengan masalah lumen lambung. (C, D) Gambar CT potongan koronal dan aksial menunjukkan
penebalan fokal dinding posterior korpus dan fundus lambung dengan phlebolith (panah).

Polip

Juvenile polyposis syndrome (JPF) adalah salah satu sindrom poliposis yang paling umum, yang
dapat muncul dengan banyak polip di usus kecil. Namun, keterlibatan lambung dan duodenum
jarang terjadi, dan jika terlihat, biasanya terlihat di antrum lambung.

Familial adenomatous polyposis (FAP) juga dapat menunjukkan polip lambung yang
paling sering terlihat di fundus dan korpus atau badan lambung.

Polip besar terkadang bisa mengalami prolaps dan menyebabkan obstruksi pilorus.
Inflammatory fibroid polyps (IFP) terjadi di mana saja di saluran GI, dan sebagian besar terjadi di
antrum lambung (75%), diikuti oleh korpus atau badan lambung dan fundus. Ia merupakan lesi
submukosa yang dapat meniru polip adenomatous dan tumor stroma intralumen lainnya.
Double-contrast barium meal: Pemeriksaan ini mungkin menunjukkan beberapa polip
intralumen sebagai defek pengisian jaringan lunak yang diproyeksikan ke dalam lumen. Beberapa
tanda yang menggambarkan polip termasuk bowler’s hat sign dan target sign yang dapat
membantu mendiagnosis polip ini.
CT: Pada pemindaian CT dengan kontras (contrast-enhanced CT scan), polip dapat dilihat
sebagai sebuah massa soliter atau beberapa tonjolan seperti pelepah dengan atenuasi rendah yang
mengisi lambung dan duodenum28,29 (►Gambar 18).

Gambar 18 Sindrom Peutz-Jegher. (A) Gambar barium meal menunjukkan defek pengisian oval
(panah pada gambar A) terlihat pada pilorus lambung. (B, C) Gambar CT dengan kontras
(contrast-enhanced CT) potongan aksial menunjukkan polip dengan peningkatan kontras secara
homogen yang dicatat di sepanjang dinding posterior lambung (panah di gambar B) dan polip yang
lebih besar di kolon sigmoid yang menyebabkan intususepsi (panah di gambar C).

Lainnya

Bezoar

Bezoar dihasilkan dari akumulasi bahan benda asing yang tertelan di saluran GI. Mereka
diklasifikasikan berdasarkan kandungan yang dicerna menjadi phytobezoar (serat buah atau
sayuran), trichobezoar (rambut), lactobezoar (susu yang tidak tercerna), dan pharmacobezoar (obat
yang tidak diserap). Trichobezoar paling sering terlihat pada gadis muda yang memiliki kebiasaan
menelan rambut atau pada pasien dengan penyakit kejiwaan. Rambut biasanya menumpuk di perut
dan tidak masuk ke usus kecil. Phytobezoar terlihat pada anak-anak dengan kemampuan
mengunyah yang buruk dan konsumsi makanan kaya serat dan umumnya memiliki riwayat operasi
GI sebelumnya. Mereka juga bisa masuk ke usus kecil dan menyebabkan obstruksi usus kecil.

Rontgen: Trichobezoar di lambung terlihat sebagai distensi abdomen dengan isi intralumen
dan lusensi bitnik-bintik udara, sugestif dari udara yang terperangkap di dalam akumulasi benda
asing.
Barium meal: Studi barium digunakan untuk mengonfirmasi bezoar serta membantu dalam
membedakan antara obstruksi yang disebabkan oleh bezoar dan dari yang disebabkan oleh adhesi.

USG: Bezoar pada USG terlihat sebagai massa heterogen dan hyperechogenic dengan
bayangan akustik yang jelas, yang berbeda dari yang dihasilkan oleh partikel makanan.
CT: sangat membantu dalam evaluasi bezoar usus kecil dan dapat menunjukkan massa
intralumen oval yang terdefinisi dengan baik dengan gelembung udara yang tertahan di dalam
celah. CT juga dapat menunjukkan massa mengambang di permukaan air-udara, karena bezoar
memiliki kepadatan yang lebih rendah daripada makanan.

MRI: tidak berguna dalam diagnosis karena intensitas sinyal trichobezoar rendah dan
mudah tertukar dengan udara.30

Hematoma/Perforasi Duodenum

Cedera duodenum pada anak-anak biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.
Trauma yang tidak disengaja merupakan penyebab umum pada bayi dan anak kecil. Anak laki-
laki dan status sosial ekonomi rendah dianggap sebagai faktor predisposisi dalam kasus ini.

Rontgen: Rontgen perut dapat menunjukkan massa jaringan lunak antara lambung dan
kolon transversal.

Pneumoperitoneum/pneumoretroperitoneum juga dapat terlihat bila terdapat perforasi


duodenum, tergantung pada lokasi cedera.

USG: mungkin menunjukkan massa duodenum dengan cairan bebas terkait di abdomen
dan mungkin terdapat hematoma periduodenal terkait, yang terlihat sebagai konten hyperechoic.

CT: CT dengan kontras (contrast-enhanced CT) lebih baik dalam menggambarkan massa
densitas rendah hingga menengah yang terdefinisi dengan baik yang terlihat di dinding duodenum.
Mungkin ditemukan sedikit fokus udara kecil yang terlihat di dinding yang berdekatan dengan
massa, dan lesi tidak meningkat dengan kontras. Udara ekstralumen bebas dapat terlihat jika
terdapat perforasi duodenum.

MRI: biasanya dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis bila temuan CT tidak konsisten
dengan hematoma atau masih samar. Hiperintensitas T1 tipikal menegaskan diagnosis hematoma
duodenum pada fase akut dan subakut31 (►Gambar 19).
Gambar 19 Hematoma duodenum pada purpura Henoch-Schonlein. (A, B) Ultrasonografi (USG)
pada bidang aksial menunjukkan penebalan dinding duodenum melingkar yang difus, tidak
menunjukkan aliran warna (color flow) pada Doppler pada anak dengan purpura Henoch-
Schonlein. (C, D) Gambar CT dengan kontras (contrast-enhanced CT) potongan aksial
menunjukkan penebalan melingkar dari dinding duodenum dengan stratifikasi yang
dipertahankan.

Striktur Korosif

Menelan zat korosif seperti asam atau alkali dapat menyebabkan kerusakan pada saluran GI bagian
atas. Keterlibatan esofagus dan/atau lambung dapat terjadi; karenanya, penting untuk
mengevaluasi keduanya pada pencitraan. Agen asam yang paling sering bertanggung jawab adalah
asam klorida atau campuran asam klorida dan asam nitrat, yang bila tertelan menyebabkan cedera
akibat nekrosis koagulatif.

Agen alkali yang sering digunakan adalah hidroksida dari natrium dan kalium. Agen ini
menyebabkan cedera karena nekrosis liquefaktif. Agen alkali menyebabkan lebih banyak
kerusakan daripada agen asam.

Rontgen: Berguna dalam mengevaluasi perforasi yang dapat bermanifestasi sebagai


pneumomediastinum atau pneumoperitoneum, tergantung pada tempat atau daerah yang terlibat.

Studi kontras GI bagian atas: Media kontras yang larut dalam air digunakan sebagai
pengganti barium pada pasien ini, untuk menghindari risiko kebocoran dan
mediastinitis/peritonitis. Temuan pencitraan dapat bervariasi, tergantung pada fase dari proses
penyakit. Dalam kasus kronis, mereka biasanya menunjukkan penyempitan konsentris halus
segmen pendek atau panjang dari lumen esofagus, yang terlihat paling sering pada 1/3 bagian atas
pada anak-anak. Di lambung, daerah antropilorik paling sering terkena; namun, dengan menelan
dalam jumlah besar, terkadang dapat terjadi keterlibatan bagian lain, menunjukkan lambung yang
berkontraksi kecil dengan tampilan jam pasir (hourglass appearance).

CT/MRI: CT digunakan pada kasus dengan dugaan perforasi untuk mencari lokasi dan
menilai tingkat keterlibatan. MRI tidak memiliki manfaat tambahan dibandingkan CT pada pasien
ini32 (►Gambar 20).

Gambar 20 Striktur korosif. (A) Gambar fluoroskopi (tampilan lateral) selama proses menelan
dari esofagus dengan kontras menunjukkan penyempitan lumen konsentrik halus segmen panjang
pada 1/3 bagian tengah dan bawah esofagus dengan keterlibatan gastroesophageal (GE) junction
membentuk striktur jinak karena cedera korosif. (B, C) Studi kontras gastrointestinal bagian atas
menunjukkan penyempitan halus konsentris segmen panjang dari lumen bagian pilorus lambung
dan duodenum proksimal membentuk striktur jinak.

Kesimpulan

Spektrum patologi yang memengaruhi lambung dan duodenum pada anak-anak sangat berbeda
dengan orang dewasa. USG merupakan modalitas skrining pilihan; pada saat yang sama, studi
rontgen dan barium masih memainkan peran penting dalam karakterisasi lesi ini. Pengetahuan
tentang berbagai kelainan lambung dan duodenum serta presentasi klinisnya membantu ahli
radiologi dalam deteksi dini dan penanganan kondisi ini.
Referensi

1. Horjus Talabur Horje CS, Bruijnen R, Roovers L, Groenen MJM, Joosten FBM, Wahab PJ.
Contrast enhanced abdominal ultrasound in the assessment of ileal inflammation in Crohn’s
disease: a comparison with MR enterography. PLoS One 2015;10(8):e0136105
2. Nievelstein RAJ, van Dam IM, van der Molen AJ. Multidetector CT in children: current
concepts and dose
3. Biassoni L, Easty M. Paediatric nuclear medicine imaging. Br Med Bull 2017;123(1):127–148
4. Lim RK, McKillop S, Karanicolas PJ, Scott L. Massive gastric pneumatosis from pyloric
stenosis. CMAJ 2010;182(5):E227
5. Costa Dias S, Swinson S, Torrão H, et al. Hypertrophic pyloric stenosis: tips and tricks for
ultrasound diagnosis. Insights Imaging 2012;3(3):247–250
6. Currarino G. The value of double-contrast examination of the stomach with pressure “spots”
in the diagnosis of infantile hypertrophic pyloric stenosis. Radiology 1964;83(5):873–878
7. Cohen HL, Zinn HL, Haller JO, Homel PJ, Stoane JM. Ultrasonography of pylorospasm:
findings may simulate hypertrophic
8. Bawazir OA, Al-Salem AH. Congenital pyloric atresia: clinical features, diagnosis, associated
anomalies, management and outcome. Ann Pediatr Surg 2017;13(4):188–193
9. Peterson CM, Anderson JS, Hara AK, Carenza JW, Menias CO. Volvulus of the
gastrointestinal tract: appearances at multimodality imaging. Radiographics 2009;29(5):1281–
1293
10. Singh JP, Rajdeo H, Bhuta K, Savino JA. Gastric Duplication Cyst: Two Case Reports and
Review of the Literature. Available at: https://www.hindawi.com/journals/cris/2013/605059/.
Accessed December 31, 2020
11. Zhang L, Chen Q, Gao Z, Xiong Q, Shu Q. Diagnosis and treatment of gastric duplication in
children: A case report. Exp Ther Med 2017;14(4):3062–3066
12. Sigmon DF, Eovaldi BJ, Cohen HL, Duodenal Atresia and Stenosis. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2020
13. Stenosis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 13 Erickson J, Retrouvey M, Rush
J, Trace AP. Simultaneous duodenal stenosis and duodenal web in a newborn. Radiol Case
Rep 2016;11(4):444–446
14. Mittal P, Gupta K, Mittal A, Gupta R. Imaging findings in incomplete annular pancreas in
adults with crocodile jaw appearance: report of two cases. Int J Health Allied Sci 2016;
5(4):278–280
15. Applegate KE, Anderson JM, Klatte EC. Intestinal malrotation in children: a problem-solving
approach to the upper gastrointestinal series. Radiographics 2006;26(5):1485–1500
16. Vilakazi M, Ismail F, Swanepoel HM, Muller EW, Lockhat ZI. Duodenal obstruction due to a
preduodenal portal vein. Afr J Paediatr Surg 2014;11(4):359–361
17. Teele RL, Katz AJ, Goldman H, Kettell RM. Radiographic features of eosinophilic
gastroenteritis (allergic gastroenteropathy) of childhood. AJR Am J Roentgenol
1979;132(4):575–580
18. Abuquteish D, Putra J. Upper gastrointestinal tract involvement of pediatric inflammatory
bowel disease: a pathological review. World J Gastroenterol 2019;25(16):1928–1935
19. Khanna G, Kao SC, Kirby P, Sato Y. Imaging of chronic granulomatous disease in children.
Radiographics 2005;25(5):1183–1195
20. Upadhyaya VD, Kumar B, Lal R. Sharma MS, Singh M, Rudramani. Primary duodenal
tuberculosis presenting as gastric-outlet obstruction: its diagnosis. Afr J Paediatr Surg 2013;
10(2):83–86
21. Godara SC, George RA, Uniyal M. Case report: gastric tuberculosis - rare manifestation.
Indian J Radiol Imaging 2004; 14(1):55–56
22. Amarapurkar DN, Patel ND, Amarapurkar AD. Primary gastric tuberculosis–report of 5 cases.
BMC Gastroenterol 2003;3(1):6
23. Ghai S, Pattison J, Ghai S, O’Malley ME, Khalili K, Stephens M. Primary gastrointestinal
lymphoma: spectrum of imaging findings with pathologic correlation. Radiographics
2007;27(5):1371–1388
24. Quiroz HJ, Willobee BA, Sussman MS, et al. Pediatric gastrointestinal stromal tumors-a
review of diagnostic modalities. Transl Gastroenterol Hepatol 2018;3:54
25. Lin C-H, Lin W-C, Lai I-H, Wu S-F, Wu K-H, Chen A-C. Pediatric gastric cancer presenting
with massive ascites. World J Gastroenterol 2015;21(11):3409–3413
26. Valenzuela-Ramos MC, Mendizábal-Méndez AL, RíosContreras CA, Rodríguez-Montes CE.
Pediatric gastric teratoma. J Radiol Case Rep 2010;4(10):6–13
27. Levy AD, Abbott RM, Rohrmann CA Jr, Frazier AA, Kende A. Gastrointestinal hemangiomas:
imaging findings with pathologic correlation in pediatric and adult patients. AJR Am J
Roentgenol 2001;177(5):1073–1081
28. Woodward K, Gangarosa LM, Hunt HV. Gastric inflammatory fibroid polyp. Indian J Pathol
Microbiol 2011;54(3):622–623
29. Covarrubias DJ, Huprich JE; Armed Forces Institute of Pathology. Best cases from the AFIP.
Juvenile polyposis of the stomach. Radiographics 2002;22(2):415–420
30. Ripollés T, García-Aguayo J, Martínez M-J, Gil P. Gastrointestinal bezoars: sonographic and
CT characteristics. AJR Am J Roentgenol 2001;177(1):65–69
31. Sheybani EF, Gonzalez-Araiza G, Kousari YM, Hulett RL, Menias CO. Pediatric
nonaccidental abdominal trauma: what the radiologist should know. Radiographics
2014;34(1):139–153
32. Kamat R, Gupta P, Reddy YR, Kochhar S, Nagi B, Kochhar R. Corrosive injuries of the upper
gastrointestinal tract: a pictorial review of the imaging features. Indian J Radiol Imaging
2019;29(1):6–13

Anda mungkin juga menyukai