Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH TEKNIK RADIOGRAFI ANAK:

Teknik Radiografi Traktus Digestivus Anak

Disusun oleh Kelompok 4 Kelas 2A:

1. Ageng Setya Haprabu (P1337430118028)


2. Rey Nada Larashati (P1337430120008)
3. Agung Wahyu Supriyanto (P1337430120009)
4. Shafira Arthameviana (P1337430120013)
5. Surya Pandu Alamsyah (P1337430120015)
6. Niatita Dwi Kurnia (P1337430120016)
7. Muh. Yazid Abdulloh H. (P1337430120021)
8. Ana Sri Wahyuni (P1337430120023)
9. Aliya Rahmawati (P1337430120026)
10. Fikhi Alqorijal Maliki (P1337430120055)
11. Adelia Putri Mahardika (P1337430120063)

PROGRAM STUDI RADIOLOGI SEMARANG PROGRAM DIPLOMA TIGA

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................3

A. LATAR BELAKANG ........................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH....................................................................3

C. TUJUAN .............................................................................................3

BAB II ISI......................................................................................................4

A. INDIKASI ...........................................................................................4

B. MEDIA KONTRAS............................................................................7

C. TEKNIK PEMERIKSAAN ................................................................8

D. TEKNIK PEMERIKSAAN BERDASARKAN KONDISI SPESIFIK


PASIEN.............................................................................................12

BAB III PENUTUP.....................................................................................18

A. KESIMPULAN .................................................................................18

B. SARAN .............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gastrointestinal adalah kumpulan organ yang berperan dalam proses
pencernaan. Dimana makanan akan ditelan, nutrisi akan diserap, dan sisanya akan
dikeluarkan yang terdiri dari esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Investigasi saluran gastrointestinal (GI) memberikan gambaran tantangan bagi
ahli radiologi dan dokter. Sebagian besar usus kecil sebelumnya berada di luar
jangkauan endoskopi dan pencitraan radiologis menjadi kompleks dan bervariasi dalam
hasil yang dapat dicapai. Selain itu, kompleksitas pencitraan pada anak-anak, termasuk
hal-hal praktis seperti anak yang patuh (tetap diam dan minum media kontras).
Pencitraan saluran gastrointestinal (GI) pada anak-anak terus berkembang,
dengan teknik-teknik baru, baik radiologis maupun non-radiologis. Teknik pencitraan
saluran GI saat ini mencakup seri GI atas dan studi kontras lainnya, AS, CT, dan MRI.
Pencitraan efektif saat ini dari saluran pencernaan bagian atas pada anak-anak dan
menawarkan beberapa teknik yang disarankan untuk mendapatkan hasil diagnostik,
apakah ini radiologis atau menggunakan teknik lain. Hal ini akan fokus pada seri GI
atas, MRI usus kecil dan munculnya penggunaan VCE.
B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana teknik pencitraan saluran gastrointestinal pada anak-anak?


C. TUJUAN
Mengetahui teknik pencitraan saluran gastrointestinal pada anak-anak.

3
BAB II

ISI

A. INDIKASI
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Ada beberapa indikasi penyakit yang dapat menyebabkan
seseorang harus dilakukan pemeriksaan menggunakan pesawat rontgen baik konvisonal
mapun MRI atau bahkan CT scan. Beberapa contoh indikasi tersebut adalah:

1. Refluks Gastroesofageal

Refluks Gastroesofageal (RGE) sering disebut “chalasia”, yaitu suatu keadaan


yang sering dijumpai pada bayi, ditandai oleh regurgitasi berulang dari isi lambung
ke dalam esofagus. Jika sfingter esofagus bagian bawah (SEB) tidak berfungsi
dengan baik dapat timbul refluks yang hebat dengan gejala muntah yang berlebihan.
Makanan yang kembali dari lambung ke esofagus tersebut dapat masuk kembali ke
dalam lambung dan dikeluarkan lagi melalui mulut menyerupai muntah.

Tanda dan gejala klinis berhubungan langsung dengan iritasi epitel esofagus
oleh isi lambung. Gejala:

a) Muntah yang berlebih terjadi pada 85% pasien selama minggu pertama
kehidupan, sedangkan 10% baru timbul sampai umur 6 minggu, sisanya setelah
umur lebih dari 6 minggu. Bila bayi muntah maka isi lambung dengan pH yang
rendah akan masuk ke esofagus sehingga menimbulkan esofagitis, kemudian
striktur dengan gejala disfagia atau perdarahan pada esofagus.

b) Gangguan lain yang sering ditemukan pada RGE adalah gagal tumbuh kembang
(failure to thrive). Hal ini terjadi karena muntah yang berat dan terus menerus
sehingga makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi terbuang percuma.
Menurut Olsen et al , gagal tumbuh kembang terjadi karena:

 Muntah terus menerus sehingga asupan makanan tidak adekuat

 Esofagitis dan perdarahan esophagus

4
 Striktura akibat esophagitis sehingga menimbulkan disfagia, perut
kembung, dan muntah pada saat tidur

c) Aspirasi pneumonia, terdapat pada 1/3 kasus pada bayi dengan muntah hebat dan
dapat berlanjut sampai anak besar dengan akibat batuk kronis, mengi atau
pneumonia berulang.

d) Gejala-gejala lain yang dapat terjadi: - anemia defisiensi besi - kematian


mendadak pada bayi (sudden infant death syndrome =SIDS) - ruminasi
(regurgitasi kronik).

Diagnosis RGE dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan


laboratorium. RGE merupakan suatu peristiwa episodik, sehingga refluks yang jelas
tidak dapat diperlihatkan dengan pemeriksaan rontgen biasa pada ± 10% kasus. Pada
kasus ringan suatu penilaian klinis yang cermat diperlukan untuk menegakkan
diagnosis. Pada kasus yang berat dan rumit diagnosis dapat ditunjang dengan
esofagogram yang dikerjakan dengan pengamatan fluroskopi.

2. Dispepsia

Kata ‘dispepsia’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dys’ (poor) dan ‘pepse’
(digestion) yang berarti gangguan percernaan. Awalnya gangguan ini dianggap
sebagai bagian dari gangguan cemas, hipokondria, dan histeria. British Society of
Gastroenterology (BSG) menyatakan bahwa istilah ‘dispepsia’ bukan diagnosis,
melainkan kumpulan gejala yang mengarah pada penyakit/gangguan saluran
pencernaan atas.6 Definisi dispepsia adalah kumpulan gejala saluran pencernaan
atas meliputi rasa nyeri atau tidak nyaman di area gastro-duodenum
(epigastrium/uluhati), rasa terbakar, penuh, cepat kenyang, mual atau muntah.

Dispepsia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu organik (struktural) dan


fungsional (nonorganik). Pada dispepsia organik terdapat penyebab yang mendasari,
seperti penyakit ulkus peptikum (Peptic Ulcer Disease/PUD), GERD
(GastroEsophageal Reflux Disease), kanker, penggunaan alkohol atau obat kronis.
Non-organik (fungsional) ditandai dengan nyeri atau tidak nyaman perut bagian atas
yang kronis atau berulang, tanpa abnormalitas pada pemeriksaan fisik dan
endoskopi.

5
Karakteristik dispepsia secara umum meliputi rasa penuh pasca-makan, cepat
kenyang, rasa terbakar di ulu hati (berhubungan dengan GERD), nyeri epigastrium,
nyeri dada nonjantung, dan gejala kurang spesifik seperti mual, muntah, kembung,
bersendawa, distensi abdomen. Pasien dispepsia fungsional biasanya mengalami
gejala intermiten dalam jangka panjang diselingi periode remisi.

Sebagian besar penderita dispepsia fungsional kronis dan kambuhan, dengan


periode asimptomatik diikuti episode relaps. Berdasarkan studi populasi pasien
dispepsia fungsional, 15-20% mengalami gejala persisten, 50% mengalami
perbaikan gejala, dan 30-35% mengalami gejala fluktuatif. Pada studi di Cina,
prognosis dispepsia fungsional mungkin dipengaruhi beberapa hal; kurang tidur dan
status pernikahan buruk memiliki prognosis negatif, sedangkan personalitas
ekstrovert memiliki prognosis positif. Meskipun dispepsia fungsional berlangsung
kronis dan mempengaruhi kualitas hidup, tetapi tak terbukti menurunkan harapan
hidup.

3. Sindrom Kolon Iritabel (SKI)

Sindrom kolon iritabel (SKI) adalah penyakit gastrointestinal yang ditandai oleh
kebiasaan defekasi yang terganggu dan nyeri perut tanpa adanya kelainan struktural.
SKI merupakan penyakit gastrointestinal fungsional yang sering dihadapi, dan
diperkirakan terjadi pada 15% orang dewasa di negara Barat. Istilah SKI pertama
kali dijelaskan oleh Osler pada tahun 1892. Etiologi dan patologi fungsional SKI
belum diketahui secara pasti. Gejala SKI yaitu nyeri dan rasa tidak nyaman di perut
yang membaik dengan defekasi, frekuensi defekasi yang abnormal, dan perubahan
bentuk feses. Tidak terdapat prosedur diagnosis spesifik untuk mengidentifikasi SKI
karena patofisiologi dasar belum diketahui. Jadi, diagnosis tergantung pada
kelompok gejala dan eksklusi penyakit patologis terkait. Keraguan dalam
menetapkan sindrom ini, kekurangan pemahaman patofisiologi, dan kekurangan
bukti manfaat terapi menyebabkan SKI sulit didiagnosis dan diobati.

Penyakit SKI merupakan penyakit kronik. Gejala biasanya mulai pada umur
belasan tahun atau dua puluhan. Onset pada dewasa lanjut tidak lazim tetapi juga
tidak jarang. Gejala harus minimal 3 bulan sebelum diagnosis dipikirkan. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan

6
penyakit organik. Nyeri abdomen merupakan gejala utama SKI. Sifat nyeri
bervariasi dalam intensitas dan lokasi.

Nyeri abdomen dapat berupa kram, kolik, atau nyeri tumpul baik terus-menerus
maupun intermiten pada perut bagian bawah. Onset nyeri khas berkaitan dengan
perubahan frekuensi atau bentuk defekasi dan biasanya membaik dengan defekasi.
Nyeri biasanya tidak terjadi pada malam hari atau sampai mengganggu tidur. Gejala
dapat dirangsang oleh stres dan makanan. Pasien perempuan sering mengeluhkan
gejala yang memburuk selama premenstruasi dan menstruasi. Kembung, nausea,
dispepsia, dan pirosis juga dapat dikeluhkan. Pasien SKI dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori, pasien yang mempunyai masalah predominan konstipasi,
diare, atau campuran konstipasi dan diare.

Pasien SKI dengan konstipasi melaporkan defekasi yang jarang (kurang dari 3
kali/minggu), feses keras sehingga harus dipaksakan. Pasien SKI dengan diare
ditandai diare yang timbul tiba-tiba sebelum, selama atau setelah makan, terutama
bila makan terburu-buru; feses cair, defekasi sering (lebih dari tiga kali/hari), nyeri,
kembung, urgensi, atau inkontinensia fekal. Feses juga dapat disertai mukus. Diare
tanpa nyeri tidak khas dan mengarahkan dokter untuk memikirkan kemungkinan
diagnostik lain (misalnya malabsorpsi dan diare osmotik).

Sifat dan lokasi nyeri, faktor pencetus, dan pola defekasi berbeda pada setiap
pasien. Juga terdapat gejala ekstra-intestinal pada SKI, misalnya fibromialgia, sakit
kepala, dispareunia, atau sindrom sendi temporomandibular.

Pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk mencari bukti adanya penyakit


organik. Pada pasien SKI pemeriksaan fisik biasanya normal. Nyeri abdomen,
terutama abdomen bagian bawah, sering dikeluhkan tetapi tidak berat. Onset yang
baru pada pasien diatas 40 tahun memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

B. MEDIA KONTRAS

Teknik pemeriksaan radiografi OMD pada pediatrik, dilakukan dengan


menggunakan media kontras barium sulfat sebanyak 56,8 sampai 113,6 gr untuk bayi
dibawah satu tahun, 113,6 sampai 170 gr untuk pediatrik umur 1 sampai 3 tahun, 170,4
sampai 340,8 gr untuk pediatrik umur 3 sampai 10 tahun, 340,8 sampai 454,6 gr untuk
pediatrik umur diatas 10. Persiapan pemeriksaan OMD pada pediatrik ditentukan

7
berdasarkan umur. Bayi dibawah umur 3 bulan puasa selama 2 jam, bayi umur 3 bulan
sampai 5 tahun puasa 4 jam dan bayi di atas 5 tahun puasa selama 6 jam.

Proyeksi yang digunakan yaitu foto polos abdomen posisi AP supine. Proyeksi
pemeriksaan OMD pediatrik adalah proyeksi lateral kiri, LPO, RAO, lateral kanan, dan
terakhir proyeksi PA. Pemeriksaan radiografi OMD pediatrik dilakukan dengan
menggunakan alat immobilisasi dan dipantau dengan menggunakan pesawat
fluoroskopi. Upaya proteksi radiasi dilakukan bagi pasien dan petugas maupun doker
radiologi. Pada penelitian ini dilakukan teknik pemeriksaan radiografi OMD pediatrik
pada kasus stenosis pilorus dilakukan dengan menggunakan media kontras iodium.

Persiapan pasien adalah tidak minum susu 5 jam sebelum pemeriksaan dan
pasien terpasang NGT. Metode pemberian media kontras melalui selang Nasogastric
(NGT). Sebelum dimasukkan media kontras, pasien di foto polos AP Babygram. Tahap
pertama media kontras diberikan sebanyak 50 ml, kemudian pasien difoto dengan
proyeksi AP ini bertujuan untuk melihat jalannya media kontras masuk ke dalam
oesofagus dan lambung. Tahap kedua media kontras diberikan sebanyak 50 ml
kemudian pasien difoto dengan proyeksi AP dan RPO (sesuai permintaan dokter
radiologi), ini bertujuan untuk melihat media kontras masuk ke dalam lambung dan
duodenum. Pemeriksaan OMD menggunakan pesawat radiologi konvensional tanpa
menggunakan pesawat fluoroskopi. Tidak tersedianya alat immobilisasi yang lengkap
untuk pasien OMD pediatrik, sehingga orang tua atau pendamping pasien diminta
berperan dalam upaya immobilisasi pasien pediatrik. Proteksi radiasi diterapkan bagi
pasien, pendamping pasien dan petugas radiologi.

C. TEKNIK PEMERIKSAAN

1. Persiapan Ruang Pemeriksaan

 Ruang pemeriksaan prosedur flouroskopi harus siap terlebih dahulu sebelum


anak dibawa masuk ruangan.

 Meja berada diposisi horizontal dan konrol pesawat flouroskopi sudah dalam
keadaan diatur.

 Kapas atau sprei sekali pakai ditempatkan di atas meja pemeriksaan.

8
 Tergantung pada pemeriksaan, menyiapkan barium atau media kontras, dot,
botol susu, sedotan, pipa makanan (feeding tube) dan alat suntik.

 Oksigen dan alat suction tersedia dalam ruang pemeriksaan.

2. Proteksi

Vinly timah 1 mm dapat diletakkan dibawah pantat anak untuk melindungi gonad
dari radiasi hambur sinar – X jika tabung flouroskopi berada dibawah meja
pemeriksaan.

3. Persiapan Pasien dan Orangtua

 Orang tua menemani anak diruang pemeriksaan sebelum dilakukan tindakan


medis. Setelah itu, akan dijelaskan pemeriksaan apa yang akan dilakukan,
manfaat dari pemeriksaan dan cara kerja alat kepada orang tua dan anak.

 Prosedur barium pada anak biasanya dilakukan dengan anak tidur terlentang
atau dalam posisi supine. Orang tua (tidak hamil) dapat diberikan celemek/
apron dan sarung tangan agar tetap berada di dalam ruangan selama dilakukan
pemeriksaan prosedur fluroskopi. Memegangi tangan anak dan membantu
mengurangi rasa cemas anak dengan menyiptakan lingkungan yang mendukung
yaitu kata – kata penyemangat yang terus menerus diberikan untuk membantu
anak menelan barium.

4. Prosedur

 Pemberian barium untuk pasien bayi dengan cara meminumkan melalui botol
susu. Sedangkan anak yang lebih dewasa dengan cara memakai sedotan untuk
menghindari barium tersebut tumpah. (Gambar 2.3.1).

Gambar 2.3.1

9
 Anak dalam posisi supine dan mulai minum barium dan tampak anterior
kerongkongan. dengan cepat berubah menjadi posisi lateral kiri dan tampak
lateral kerongkongan. Dengan berotasi ke kiri, barium disimpan di dalam fundus
lambung dan tidak dibiarkan mengalir langsung ke duodenum. Anak terus
minum sebentar pada posisi lateral kiri dan kemudian kembali lagi ke posisi
supine dan tampak anterior abdomen.

 Anak kemudian dalam posisi lateral kanan untuk mendorong barium untuk
melewati keluar saluran lambung dan mengaburkan duodenum dan terlihat
lateral kanan untuk mendemonstrasikan konfigurasi bentuk-C dari duodenum.

 Setelah itu, anak dengan cepat kembali ke posisi supine dan tampak anterior
fleksura duodenum dan duodenojenunal (DJ).

 Namun, jika barium bergerak sangat cepat ke dalam duodenum dari perut anak
disimpan pada posisi supine di titik itu dan anterior dari duodenum dan flexura
DJ diperoleh, dengan terlihatnya duodenum maka pandangan lateral menjadi
kurang penting daripada tampilan AP.

 Untuk tampilan flexura DJ, sangat penting bahwa anak itu benar-benar msp
terhadap meja dan paru-paru hanya disertakan dalam gambar untuk
memverifikasi posisi anak. Untuk posisi normal, flexure DJ harus berada di atas
atau lateral ke pedikel kiri tubuh vertebral yang ditumpangkan, dan pada (atau
sangat dekat dengan) tingkat pilorus.

 Dalam beberapa kasus, seorang anak mungkin bersikeras minum langsung dari
cangkir. Untuk kasus tersebut anak duduk untuk minum dan kemudian
berbaring. Untuk menggambarkan esofagus maka barium ditempelkan pada
langit – langit atau lidah. Cara lain adalah memasukkan barium ke mulut anak
dengan jarum suntik 10 mL sambil memegang hidung anak dengan lembut.
Dengan tabung nasogastric maka ahli radiologi dapat melihat barium yang
ditelan oleh anak.

 Pemosisian pemeriksaan fluoroskopi mengikuti urutan posisi tertentu, untuk GI


atas dimulai dengan pasien supine. Ini umumnya berlaku pada lateral kiri, LPO,
RAO dan lateral kanan (Gambar 2.3.2). Sangat penting untuk memeriksa lokasi
persimpangan duodenojejunal untuk menghindari malrotasi sebelum mengisi

10
jejunum. Posisi akhir adalah prone. Ini adalah prosedur standar untuk pasien
yang kooperatif dan non- kooperatif.

Gambar 2.3.2

 Small Bowel Follow-Through Abdomen AP atau PA diambil di rentang 20


hingga 30 menit, baik supine atau prone. Tergantung pada usia dan kondisi
pasien. Waktu cukup cepat di anak - anak; barium dapat mencapai daerah
ileocecal dalam 1 jam (Gambar 2.3.3).

Gambar 2.3.3

5. Pasca Prosedur

Setelah pemeriksaan dan radiograf telah diperiksa, maka anak dapat minum dan
makan secara normal. Radiografer harus memastikan bawah gambar digital dapat
diproses dan disimpan ke PACS. Jumlah gambar yang direkam dan waktu
pemeriksaan fluoroskopi harus dicatat pada permintaan radiologi dan sistem
informasi.

11
D. TEKNIK PEMERIKSAAN BERDASARKAN KONDISI SPESIFIK PASIEN

Dugaan malrotasi: sedikit barium yang harus diberikan pada kasus pertama
dengan anak awalnya dalam posisi lateral kanan dan kemudian berbalik terlentang
setelah barium terlihat mengisi duodenum. Hal ini untuk memungkinkan visualisasi
sempurna dari flexure DJ tanpa dikaburkan oleh barium di perut, atau oleh loop jejunum
yang buram. Setelah posisi flexure DJ ditetapkan, barium lebih lanjut dapat diberikan
jika diperlukan untuk sisa penelitian.

Dugaan malrotasi dengan volvulus: media kontras yang larut dalam air dengan
kepadatan tinggi dapat digunakan untuk mengantisipasi anak yang harus menjalani
operasi selanjutnya. Ini akan menjadi pilihan ahli radiologi dan ahli bedah karena
pencitraan mungkin tidak begitu jelas (Gambar. 2.4.1).

Gambar 2.4.1 Malrotasi dengan volvulus (anak panah) ditunjukkan pada seri GI atas pada bayi
baru lahir. Pada kesempatan ini barium digunakan sesuai keinginan ahli bedah.

Penilaian refluks dapat dilakukan pada akhir penelitian, meskipun pemeriksaan


pH merupakan pemeriksaan pilihan, karena non-ionisasi dan lebih sensitif. Anak itu
awalnya disimpan dalam posisi terlentang dan ditawari air untuk diminum. Ini
membersihkan sisa barium di kerongkongan yang memungkinkan visualisasi refluks
yang akurat jika kemudian terjadi. Refluks sering terjadi segera setelah lewatnya bolus
(cair atau padat) melalui penutupan gastro-oesophageal junction (GOJ) yang tertunda
secara fraksional. Jadi jika air diberikan (dua atau tiga suap berturut-turut sudah cukup)
bahkan sejumlah kecil refluks barium di GOJ dapat ditangkap. Beking dari GOJ adalah

12
tanda utama bahwa refluks kemungkinan akan terjadi dalam waktu dekat dan jika ahli
radiologi melihat ini, dia harus menunggu beberapa saat lagi untuk melihat apakah ini
dikonfirmasi (Gambar 2.4.2). Jika refluks tidak terjadi setelah dua atau tiga kali minum
air, maka anak harus diputar ke posisi lateral kiri dan kemudian perlahan-lahan kembali
ke terlentang. Ini mendorong barium untuk mencuci atas GOJ yang dapat menyebabkan
refleks relaksasi GOJ dengan refluks berikutnya. Jika setelah kedua manuver refluks
ini tidak terbukti maka penelitian harus diakhiri. Tidak ada indikasi untuk memiringkan
kepala anak ke bawah atau manuver lain yang menyebabkan refluks atau muntah.

Gambar 2.4.2 Seri USG menunjukkan “paruh” barium di persimpanngan gastroesofageal (anak
panah), yang merupakan indikator bahwa refluks esofagus penuh hampir pasti terjadi.

Penilaian fundoplikasi Nissen: pandangan harus diperoleh seperti di atas tetapi


sangat penting bahwa kedua lateral kanan dan kiri esofagus bagian bawah dan GOJ
diperoleh. Oleh karena itu pasien perlu minum dalam posisi lateral kanan dan kiri.
Sering terjadi bahwa fundoplikasi yang terbuka sebagian hanya menjadi jelas
sepenuhnya dalam satu kasus posisi tertentu (Gambar 2.4.3). Tingkat kegagalan
sepenuhnya perlu ditunjukkan untuk keputusan manajemen bedah di masa depan
(Gambar 2.4.4).

13
Gambar 2.4.3 Seri GI atas anak dengan fundoplikasi Nissen yang gagal. a-e dalam perjalanan
gambar, secara gradual barium mengisi fundoplikasi yang tidak terbungkus dan full ekstensi
yang mengakibatkan refluks akan terdemonstrasikan. Jika proyeksi tambahan tidak dilakukan
maka hal ini tidak dapat dikenali.

14
Gambar 2.4.4 Seri USG menunjukkan kegiatan fundoplikasi Nissen dengan herniasi fundus
lambung (mata panah) ke dalam dada.

Tabung esofagus untuk fistula trakeo-esofagus tipe H secara tradisional menjadi


pemeriksaan standar emas untuk fistula trakeo-esofagus tipe H dan teknik yang
disarankan diuraikan di bawah ini. Ada beberapa diskusi baru-baru ini dalam literatur
mengenai apakah esofagus tabung formal selalu diperlukan atau menelan kontras
(dilakukan dengan cara yang benar) cukup untuk membuat diagnosis.1]. Tampaknya
kontras menelan berhasil pada banyak pasien untuk membuat diagnosis fistula trakeo-
esofagus, atau setidaknya menunjukkan kontras di jalan napas yang kemudian dapat
mendorong demonstrasi definitif fistula dengan tabung esofagogram jika ini belum

digambarkan.

Namun menelan kontras tidak sepenuhnya mengesampingkan adanya fistula


trakeoesofageal jika normal dan jika perhatian klinis tinggi tetap maka esofagogram
tabung masih diindikasikan. Tabung esofagram tetap menjadi tes pilihan pada anak-
anak yang diketahui memiliki aspirasi atau diventilasi pada saat penelitian (Gbr. 1).5).
Di institusi kami, jika diminta untuk melakukan esofagus tabung, kami akan melakukan
menelan kontras terlebih dahulu (sebagai bagian dari seri

UGI) dan baru kemudian melanjutkan ke esofagus tabung jika perlu (yang dapat terjadi
pada kunjungan yang sama jika sesuai). Jika tidak ada alasan lain, seri UGI dapat
mengungkapkan penjelasan alternatif untuk gejala anak, seperti refluks yang signifikan.

Perlu dicatat bahwa bahkan menelan kontras diikuti oleh tabung esofagogram
berkualitas tinggi tidak selalu menunjukkan fistula tersembunyi, dan dalam kasus-kasus
tertentu bronkoskopi mungkin juga harus dilakukan. Demikian pula bronkoskopi
mungkin melewatkan fistula yang diungkapkan oleh studi kontras. Oleh karena itu, tes
saling melengkapi.

Teknik yang disarankan untuk esofagus tabung (juga disebut esofagus tabung
tarik) diberikan sebagai berikut Suction dan dukungan keperawatan harus tersedia
sebelum tes ini dapat dimulai jika terjadi aspirasi mendadak dan masif melalui fistula
jika ada. Selang nasogastrik (NGT) dilewatkan dan ujungnya kemudian dipastikan
berada di perut. Anak itu kemudian diposisikan tengkurap di atas meja fluoroskopi
dengan tangan terentang di atas kepala mereka. Di bawah bimbingan dengan skrining
lateral, NGT ditarik kembali ke sepertiga bagian bawah esofagus dan direkatkan di

15
hidung dalam posisi ini. Meja fluoroskopi dapat dimiringkan sedikit ke bawah untuk
mengurangi risiko aspirasi ke saluran pernapasan bagian bawah.

Sepuluh hingga dua puluh ml kontras larut dalam air berkepadatan tinggi
misalnya iohexol 672 mOsmol/kg (Omnipaque 300) dengan cepat disuntikkan ke NGT
untuk meregangkan bagian bawah kerongkongan. Anak tersebut diskrining pada 15
denyut (p)/s selama fistula ditunjukkan atau jika ada keraguan apakah fistula telah
ditunjukkan. NGT kemudian disesuaikan untuk berbaring di kerongkongan tengah dan
kemudian kerongkongan bagian atas dan prosedur diulang. Gambar kemudian harus
segera ditinjau dan hanya setelah ini NGT harus dilepas sepenuhnya dan anak diambil
dari meja. Sementara ini melibatkan tiga episode, kami telah menemukan cara yang
jauh lebih terkontrol untuk melakukan penelitian, dengan distensi kerongkongan yang
lebih baik, risiko yang lebih kecil dari penolong menarik tabung dan operator yang
melakukan penyaringan keluar dari sinkronisasi, berpotensi mengurangi dosis karena
waktu skrining total lebih sedikit dan dengan risiko lebih kecil dari NGT yang tidak
sengaja ditarik sebelum penelitian selesai. Tidak ada konsensus tentang metode
pertunjukan yang sempurna didemonstrasikan. Jika pandangan ekstra tidak diperoleh
selama pemeriksaan, ini tidak akan diakui tabung esofag dalam literatur dan diakui
bahwa ahli radiologi pediatrik yang berpengalaman mungkin lebih suka untuk terus
menarik kembali tabung dalam satu manuver.

SBFT dan enema usus kecil

Kedua pemeriksaan ini menurun drastis, dan mungkin terminal, dengan


munculnya video capsule endoscopy (VCE), MRI usus dan penggunaan US dalam
pemeriksaan usus. SBFT masih dapat dilakukan dalam keadaan tertentu termasuk
sebagai berikut:

Dalam persiapan untuk reseksi usus elektif untuk perencanaan bedah, ketika
informasi mengenai transit usus kecil adalah diperlukan (seperti pada pseudo-obstruksi
dan keadaan dismotilitas), pada dugaan obstruksi subakut, atau obstruksi (perhatikan
bahwa pada orang dewasa CT sekarang secara rutin digunakan untuk indikasi ini tetapi
ini bukan praktik standar dalam pediatri karena kekhawatiran dosis radiasi), dalam
mengkonfirmasi patensi dalam mengantisipasi VCE pada pasien dengan risiko tinggi
untuk striktur (termasuk pasien dengan penyakit Crohn) (Gbr. 6), pada anak-anak yang
tidak dapat mentoleransi VCE dan untuk menilai komplikasi penyakit radang usus

16
(IBD) jika modalitas lain tidak sesuai. Ada cukup banyak variasi dalam preferensi ahli
radiologi untuk preparasi barium yang tepat untuk SBFT. Barium tidak boleh
berflokulasi selama transit melalui usus halus dan tidak boleh terlalu padat sehingga
menghalangi visualisasi loop usus yang tumpang tindih. Sediaan yang memuaskan
adalah satu kaleng (300 ml) barium sulfat 100%b/v (misalnya Baritop 100, Boehringer
Ingelheim GmbH, Ingelheim, Jerman) dicampur dengan volume air yang sama dan
diberi rasa jika diinginkan, dengan anak minum antara 200 ml dan 600 ml tergantung
usia.

Bagian pertama dari penelitian ini adalah untuk seri GI atas seperti yang
dijelaskan di atas, dan anak kemudian dapat duduk di luar ruangan selama 20 menit.
Anak harus terus perlahan tapi pasti minum lebih banyak barium saat ini untuk
memastikan kolom barium terus menerus melalui usus selama penelitian. Gambar serial
kemudian diperoleh pada interval yang tepat untuk menjawab pertanyaan klinis.
Gambar idealnya harus diperoleh di ruang fluoroskopi karena ahli radiologi kemudian
dapat dengan cepat menyaring anak terlebih dahulu dan hanya melakukan paparan jika
ada informasi baru yang menambah manfaat diagnostik penelitian, jika tidak, gambar
yang diambil harus diperoleh sebagai catatan dasar dari kemajuan pemeriksaan.
Eksposur penuh standar yang diperoleh di ruang Xray pada waktu yang telah ditentukan
umumnya dosis tinggi dan hasil diagnostik yang rendah dan tidak boleh menjadi praktik
standar dalam SBFT modern.

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pencitraan saluran Gastro Instestinal pada anak-anak terus bergerak maju. Studi
media kontras masih memiliki peran penting untuk dimainkan, tetapi perlu dilakukan
dengan cara yang sesuai, khusus untuk anak, dan menggunakan teknik dosis rendah.
Pemeriksaan disesuaikan dengan indikasi yang diderita oleh pasien anak.
Pemeriksaan Small Bowel Follow Through sekarang mengalami penurunan
yang signifikan dibandingkan dengan tes lain yang menawarkan banyak informasi
yang sama tanpa radiasi yaitu seperti pada modalitas VCE (Video Capsule
Endoscopy), US (Ultra Sound) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). US terus
berkembang dalam pencitraan usus, kegunaan utamanya khusus untuk usus berada di
NEC dan IBD.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Teknik
Radiodiagnostik Anak Semester 3. Kami menyadari makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon
bimbingan, evaluasi, kritik, serta saran dari para pembaca yang bersifat membangun
guna memotivasi kami dalam penyusunan makalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. https://web.archive.org/web/20180430191534id_/http://majour.maranatha.edu/ind
ex.php/jurnal-kedokteran/article/viewFile/831/pdf
2. http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/691
3. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/792
4. Lampignano, J., & Kendrick, LE (2017). Buku Teks Bontrager tentang Posisi
Radiografi dan Anatomi Terkait - E-Book.
5. Applegate KE (2009) Diagnosis berbasis bukti malrotasi dan volvulus. Radiol
Pediatr 39:S161-163

19

Anda mungkin juga menyukai