Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA AN.

AV DENGAN DIARE
DEHIDRASI RINGAN DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN
BANGGAI
PROVINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH

RAHMI

BOTANG NIM.

052022164

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA

PERSADA 2023
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA
PERSADA FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


Jl. Dr. Ratulangi Telp. (0471) 33114848 Kota Palopo

Halaman Persetujuan

Laporan Praktik Klinik Praktik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause ini telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(……..…………………………) (……………….………………)

Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Prodi Profesi Bidan

Devi Darwin, Samsinar., S.ST., M.Kes


S.ST.,M.Keb NIDN. NIDN. 0919078901
0915098702
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
Jl. Dr. Ratulangi Telp. (0471) 33114848 Kota Palopo

Halaman Pengesahan

Laporan Praktik Klinik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause ini telah disahkan
sebagai tugas laporan Praktik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause mahasiswa
Profesi bidan Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada Palopo

Palopo,……………..………….

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(……..……………………) (……………………………)

Ka. Prodi S1 Kebidanan Dan Profesi Bidan


Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada
Palopo

Samsinar., S.ST., M.Kes


NIDN. 0919078901
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Diare adalah buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sakit. Menurut Hipocrates mendefinisikan
diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Diare diartikan sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali perhari untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan
dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali perhari, (Ngastiyah, 2012).

B. ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi menjadi 4 faktor, yaitu:
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Enternal
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi Enternal ini meliputi:
1) Infeksi Bakteri : E.coli, salmonella, shigella, vibria cholerae,
aeromonas, dll.
2) Infeksi Virus : Enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dll.
3) Infeksi Parasit : Cacing (ascaris), Protozoa (trichomonas haminis),
Jamur (candida algicans).
b. Infeksi Parenteral
Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti :
1) Tonsilofaringitis (Radang Tonsil)
2) Radang Tenggorokan Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun, (Sudarti, 2010)
2. Faktor Malarbsorbsi
a. Malarbsorbsi Karbohidrat (Disakarida, Monosakarida) Pada bayi kepekaan
terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut.
b. Malarbsorbsi Lemak Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trglyserida.
Dengan bantuan kelenjar lipase mengubah lemak menjadi micelles yang siap
di arbsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus,
diare dapat terjadi. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
c. Malarbsorbsi Protein Asam amino, Blactoglobulin.
3. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang (makanan yang kecampuran racun
clostridium botolinum, stafilokokus(bahan kimia)
4. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, walaupun jarang jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis, (Sudarti, 2010).

C. KLASIFIKASI
Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan yaitu :
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat.
Menurut Simadibrata dan Daldiyono (2006), diare dibagi menjadi diare akut
apabila kurang dari 2 minggu, diare persisten jika 12 berlangsung selama 2-4 minggu,
dan kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut
adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri
pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan
kondisi lain. Berbeda dengan diare akut, penyebab diare yang kronik lazim
disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti alergi dan Iain-lain (Simadibrata dan
Daldiyono, 2006).

D. TANDA DAN GEJALA


Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair,
mungkin mengandung darah dan atau lendir, wama tinja berubah menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitamya
lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang
lerjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus (Kapita Selekta
Kedokteran, 2000; Ngastiyah, 2005).
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah
banyak kehilangan air dan elektrolit teijadilah gejala dehidrasi, diantaranya berat
badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput
lendir mulut dan bibir terlihat kering (Kapita Selekta Kedokteran, 2000; Ngastiyah.
2005).

E. PATOFISIOLOGI
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi
diare non inflamasi dan diare intlamasi. Diare inflamasi disebabkan serangan bakteri
dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang
disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas
sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, serta gejala dan tanda dehidrasi.
Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan atau darah,
serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear (Zein, Sagala dan Ginting,
2004).
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan
abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda
dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti.
Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit {Zein, Sagala dan
Ginting, 2004)

F. DIAGNOSIS MEDIK
1. Anamnesa
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, bau, ada atau tidak adanya berlendir dan darah. Bila
disertai muntah ; volume dan frekuensinya. Kencing : biasa, berkurang, jarang
atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan
selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti : batuk,
pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama diare :
memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-
obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya (Subagyo, Bambang dan
Nurtjahjo, 2012).
2. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu
tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya
perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak,
mata : cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa dan lidah
kering atau basah
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasamya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur
urine dan tinja pada sepsis atau infeks saluran kemth. Pemeriksaan laboratorium
yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut; Darah : darah lengkap, serum
elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotika. Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja : laboratorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi enteropatogen
(Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).

G. PENATALAKSANAAN
1. Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi 1
a. Beri Cairan lebih banyak dari biasanya
1) Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama. Anak yang mendapat ASI
eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
2) Anak yang tidak ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit
atau cairan rumah tangga sebagai tambahan ( kuah sayur, air tajin, air
matang)
3) Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit.
4) Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200) ml di rumah bila:
a) Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C
b) Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
5) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
Komposisi larutan oralit :
Natrium klorida 2,6 gram/liter
Glukosa 13,5 gram/liter
Kalium klorida 1,5 gram/liter
Trisodium sitrat 2,9 gram/liter
b. Beri obat Zinc
Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang
atau ASI.
c. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
1) Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat
2) Tambahkan 1 -2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
3) Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air keiapa hijau.
4) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (3-4 jam)
5) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu.
d. Antibiotik hanya dibenkan sesuai indikasi. Misal : disentri, kolera dan Iain-
Iain.
e. Nasihat ibu atau pengasuh Untuk membawa anak kembali ke petugas
kesehatan bila:
1) Berak cair lebih sering
2) Muntah berulang
3) Sangat haus
4) Makan dan minum sangat sedikit
5) Timbul demam
6) BAB berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari
2. Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan atau Sedang
a. Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk
menentukan jumlah larutan yang tepat.
ORALI T yang dibenkan
75 l X BB Anak
b. Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit
c. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian
pilih rencana terap A, B atau C untuk melanjutkan terapi.
d. Bila ibu harus pulang sebelum selesai Rencana terapi B
3. Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat
a. Beri cairan Intravena segera
b. Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat
c. Juga beri oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4
jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
d. Berikan obat zinc selama 10 hari berturut-turut
e. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi. Kemudian
pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C ) untuk melanjutkan terapi
(Depkes, 2007).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik
(Matondang, 2013).
1. Pemeriksaan tinja (feses)
2. Darah (HB, leukosit, trombosit) (Manuaba, 2007)
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK A. V DENGAN DIARE DEHIDRASI
RINGAN DI PUSKESMAS BUNTA
TANGGAL 16 MEI 2023
Tanggal Kunjungan :
Tanggal Pengkajian :
Nama Pengkaji : Rahmi Botang
NIM 052022164
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
a. Nama anak : An. A. V
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
b. Nama orang tua
Nama ayah : Tn. K. V Nama ibu : Ny. P. A
Umur : 31 tahun Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Bugis Suku/bangsa : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Alamat :
Keluhan Utama : Ibu mengatakan bahwa pada tanggal 16-05- 2023,
anaknya BAB sejak pukul 18.45-22.00 WITA sebanyak 7 kali,
disertai panas dan anaknya rewel.
Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu mengatakan bahwa pada tanggal 16-
05- 2023, sejak pukul 18.45-22.00 WITA anaknya BAB encer 7 kali
dan berampas, muntah tiap kali makan, panas sejak tanggal 16-05-2023
pada pukul 18.45 WITA setelah mengalami gejala seperti itu anak tidak
mau makan.
2. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh : Kedua orangtua kandung
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
c. Pembawaan secara umum : Baik
d. Pemberian ASI ekslusif : Anak tidak diberikan ASI
3. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
a. Nutrisi
- Jenis makanan : nasi, bubur, sayur, ikan, telur
- Frekuensi : 2 kali
- Jenis minuman : Air putih
- Nafsu makan : Kurang baik
- Riwayat makan : Anak lebih sering makan jajan,
sehingga frekuensi makan anak dalam seharihanya 2 kali
b. Eliminasi
- BAB
Warna : kuning
Bau : khas feses
Konsistensi : cair
Frekuensi : 7 kali/ hari 66
- BAK
Warna : kuning
Bau : khas amoniak
Frekuensi : 1-2 kali/ hari
c. Istirahat dan tidur
- Tidur siang : ± 1-2 jam/ hari
- Tidur malam : belum tidur malam
d. Kebersihan diri
- Mandi : Ibu mengatakan anak sudah
mandi pada pukul 17.00 WITA
- Gosok gigi : Ibu mengatakan anak sudah
sikat gigi bersamaan dengan mandi
- Ganti pakaian dalam : Ibu mengatakan anak sudah
ganti pempers dan pakaian dalam sehabis buang air besar
B. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV
- S : 38o C,
- N :115x/menit
- R : 35x/menit
d. BB sebelum sakit :16 kg e
e. BB saat ini : 15,5 kg
2. PEMERIKSAAAN FISIK
a. Kepala dan rambut : Bersih, ubun-ubun tidak cekung.
b. Mata
Konjungtiva merah muda,sclera putih, mata cekung.
c. Telinga : Bersih, tidak ada serumen.
d. Hidung : Bersih, tidak ada polip.
e. Mulut dan gigi : Mukosa bibir kering, tidak ada
caries gigi.
f. Dada : Tidak ada tarikan dinding dada.
g. Abdomen : turgor kulit saat kulit bagian
perut dicubit pengembalian kulit seperti semula lambat. bising usus (+)
meningkat,abdomen kembung.
h. Ekstremitas : Tidak ada kelainan.
i. Turgor kulit : Kembali lambat.
j. Anus : Lecet dan kemerahan 3.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah
Hb : 13 gr%
b. Pemeriksaan feses
Warna : kuning
Bau : khas feses
Konsistensi : cair
Lender : negatif
Darah : negatif

II. ANALISA MASALAH DAN DIAGNOSA


Anak umur 4 tahun dengan Diare Dehidrasi Ringan
Data subyektif : anak BAB 7 kali/hari, anak rewel dan gelisah, anak muntah
tiap kali makan
Data obyektif : keadaan umum lemah, mata cekung, turgor kulit diperut saat
dicubit pengembalian ke keadaan semula melambat, suhu tubuh anak 38o C, anus
lecet dan kemeraha.

III. ANTISIPASI MASALH POTENSIAL


Diare Dehidrasi Berat

IV. TINDAKAN SEGERA


Rehidrasi

V. PERENCANAAN
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada orang tua pasien.
2. Jelaskan pada orang tua tentang tanda bahaya diare
3. Lakukan rehidrasi pada anak baik oral maupun parentral.
4. KIE pada orang tua tentang pendidikan kesehatan.
5. KIE pada orang tua tentang nutrisi dan beri oralit setiap anak menret.

VI. PELAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada orang tua pasien yaitu: keadaan umum:
lemah, kesadaran: composmentis, suhu: 38o C, nadi 115 x/menit, pernapasan:
35x/menit
2. Menjelaskan pada orang tua tentang tanda bahaya diare yaitu: mual muntah
yang berlebihan, anak tidak mau makan dan minum, pusing dan lemah atau
lemas, kejang.
3. Melakukan rehidrasi pada anak baik oral maupun parentral yaitu: 1 saset oralit di
larutkan dalam satu gelas air matang yang hangat diberikan pada anak setelah
BAB, cotri 2 x 240 mg dalam sehari, zink 1 x 240 mg dalam sehari, domperidon 2
x 5 mg dalam sehari, paracetamol 3 x 250 mg dalam sehari, pemberian cairan
infuse RL dengan 12 tetes permenit.
4. KIE pada ibu tentang pendidikan kesehatan yaitu: istirahat yang cukup dsn
terstud: istirahat siang ± 1-2 jam/hari, istirahat malam ± 7-8 jam/hari, menjaga
personal hygiene (kebersihan diri) anaknya: lap badan dengan air hangat 2x/hari,
gosok gigi 2 kali sehari, mengganti pakaian dan pempers 2x/hari dan atau setelah
BAK dan BAB, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah BAB
dan BAK.
5. KIE pada ibu tentang nutrisi dan beri oralit setiap kali anak mencret, yaitu
memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein serta tinggi serat,
misalnya nasi, telur, sayur bayam, buah, susu dan beri oralit pada anak sedikit
demi sedikit.

VII. EVALUASI
1. Orang tua pasien menerima dan mengerti dengan hasil pemeriksaan: keadaan
umum anak lemah, kesadaran composmentis, suhu badan: 38°C, nadi: 115 x/ mnt,
pernafasan: 35 x/mnt.
2. Orang tua pasien mengerti dan mampu menyebut kembali tanda bahaya diare.
3. Tindakan rehidrasi baik oral maupun parentral sudah dilakukan.
4. Orang tua pasien mengerti dan bersedia menjaga kebersihan diri.
5. Orang tua pasien mengerti dan bersedia mengatur pola istirahat anak dan
memberi makan anaknya makanan yang mengandung cukup energi dan protein
serta tinggi serat

Palopo,………….

MENGETAHUI

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(…………………………………..) (…………………………………..)

Anda mungkin juga menyukai