DISUSUN OLEH
RAHMI
BOTANG NIM.
052022164
PERSADA 2023
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA FAKULTAS
KESEHATAN
Halaman Persetujuan
Laporan Praktik Klinik Praktik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause ini telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
(……..…………………………) (……………….………………)
Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Prodi Profesi Bidan
Halaman Pengesahan
Laporan Praktik Klinik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause ini telah disahkan
sebagai tugas laporan Praktik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause mahasiswa Profesi
bidan Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada Palopo
Palopo,……………..………….
(……..……………………) (……………………………)
Samsinar., S.ST.,
M.Kes NIDN.
0919078901
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Dulu penyakit ini
dikelompokkan kedalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya semacam
“racun” yang berasal dari janin atau kehamilan. Penyakit ini juga digolongkan kedalam
gestosis bersama preeklampsi dan eklampsi. Nama gestosis dini diberikan untuk
hyperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi (pre-eklampsi dan
eklampsi) dalam kehamilan. Beberapa teori penyebab terjadinya hiperemesis
gravidarum namun tidak ada satupun yang dapat menjelaskan proses terjadinya secara
tepat. Teori tersebut antara lain adalah
1. Teori endokrin
Teori ini menyatakan bahwa peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual muntah.
Peningkatan hormon progesterone menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas
lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refleks esofagus, penurunan
motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi
terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar
tiroid yang dapat mengakibatkan mual dan muntah.
2. Teori Metabolik
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan
mual dan muntah pada kehamilan.
3. Teori Alergi
Adanya histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung ditegakkannya
teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah berlebihan
juga dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitive terhadap sekresi dari korpus
luteum
4. Teori Infeksi
Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara infeksi Helicobacter pylori
dengan terjadinya hiperemesis gravidarum, sehingga dijadikan dasar
dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab hiperemesis gravidarum.
5. Teori Psikomantik Menurut teori psikomatik, hiperemesis gravidarum merupakan
keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan
yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan
pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan
hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum.
C. KLASIFIKASI
Runiari menyatakan bahwa tidak ada batasan yang jelas antara mual yang bersifat
fisiologis dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil
terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut berat
ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi kedalam tiga tingkatan sebagai
berikut:
1. Tingkat I
Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per
menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor
kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering
dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-kadang
naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria,
dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai
aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wenickle
ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan
mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin
B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan
ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.
E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormon Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesterone menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan pengosongan
lambung melambat . Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan
faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural. Hormon progesterone ini
dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal kehamilan dan mempunyai fungsi
menenangkan tubuh ibu hamil selama kehamilan, termasuk saraf ibu hamil sehingga
perasaan ibu hamil menjadi tenang. Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan di
dinding rahim untuk menyangga plasenta di dalam rahim. Hormon ini juga dapat
berfungsi untuk mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim.
Hormon progesteron dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga
menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa Anda sering pusing saat hamil.
Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau
sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan
suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah berhubungan intim
selama hamil. Seseorang dalam kondisi stress dan cemas akan meningkatkan aktifitas
saraf simpatis, untuk melepaskan hormon stress berupa adrenalin dan kortisol19 . Sistem
imun merupakan komponen penting dan responden adaptif stress secara fisiologis.
Cemas menggunakan adrenalin dalam tubuh untuk meningkatkan kepekaan, prestasi dan
tenaga. Peningkatan adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan
pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan
darah arterial dan menambah volume darah kejantung dan jumlah detak jantung.
Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan
rendah. 19 Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut jantung akan dapat
meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) adalah hormon yang
dihasilkan selama kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah atau air seni wanita hamil
sesudah kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan.
F. DIAGNOSIS MEDIK
Hiperemesis gravidarum diagnosis melalui Anamnesis: didapatkan amenorea, hasil uji
planotest positif, mual, dan muntah. Frekuensi mual dan muntah terjadi terus menerus,
menetap dan mengganggu aktivitas sehari-hari ibu (Gunawan et al, 2011). Pemeriksaan
fisik, nilai adanya tanda dehidrasi. Penggunaan penilaian dehidrasi menurut World
Health Organization (WHO). Periksa urin dan lihat kadar keton Urin Ibu
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Wahyuni (2018), penatalaksanaan untuk Hiperemesis Gravidarum dibagi
menjadi terapi farmakologis dan terapi non farmakologis, penjelasannya sebagai
berikut:
1. Terapi Farmakologis
a. Pemberian Cairan Pengganti Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk
mencegah mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi
uterus. Selama terjadi gngguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital
sehingga pasokan darah kurang. Pada kasus Hiperemesis Gravidarum, jenis
dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure
dehydration). Pemberian glukosa 5% – 10% diharapkan dapat mengganti cairan
yanghilang dan berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi perubahan
metabolism lemak dan protein.dapat ditambahkan vitamin C, Vitamin B
kompleks, atau kalium yang diperlukan dalam melancarkan metabolisme.
b. Medika Mentosa Harus diingat untuk tidak memberikan obat-obatan yang
bersifat tetragonik. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen
multivitamin, antihistamin, dopamine, antagonis, serotonin antagonis, dan
kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 seperti pyridoxine
(vitamin B6). Pemberian pyrixodine cukup efektif dalam mengatasi keluhan
mual dan muntah. Anti histamine yang dianjurkan adalah doxylamine dan
dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan untuk menghambat secara
langsung kerja histamine pada reseptor H1 dan secara tidak langsung
mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan dipusat muntah.
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamine dilambung berperan dalam
menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamine
antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya procholperazine,
promethazine, dan metocloperamide. Prochlorperazine dan promethazine bekerja
pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetic. Sementara itu
metocloperamide bekerja disentral dan di perifer. Obat ini menimbulkan efek
antiemetic dengan cara meningkatkan kekuatan spincter esophagus bagian
bawah dan menurunkan transit time pada saluran cerna. Pemberian serotin
antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan muntah. Obat ini
bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medulla. Serotin antagonis
yang dianjurkan adalah ondansteron. Ondansteron biasanya diberikan pada
pasien Hiperemesis Gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-
obatan yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid masih controversial
karena dikatakan pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat
meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.
2. Terapi Non Farmakologis
a. Terapi Nutrisi
Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan, dengan tujuan
mengurangi faktor psikologis terhadap rasa takut, mengubah pola makan sehari-
hari dengan makan - makanan dengan jumlah sedikit tetapi sering setiap 2 atau 3
jam, hindari minum air ketika makan, minumlah air setengah jam sebelum
makan setengah jam setelah makan, minumlah air 8 gelas sehari agar tidak
mengalami dehidrasi, berdirilah pelan-pelan dan tidak berbaring seketika setelah
makan. Pada saat bangun pagi, jangan segera turun dari tempat tidur tetapi
disarankan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat, menghindari
bau yang menyengat, makan makanan yang dingin karena makanan dingin
memiliki bau yang lebih sedikit daripada makanan panas, kurangi makanan
berminyak dan berlemak. Jika bau makanan menganggu ketika memasak,
cobalah untuk membuka jendela lebih lebar. Jika 18 mengalami ngidam, jangan
ragu untuk memakan makanan yang sangat diinginkan itu, makanan lebih
banyak buahbuahan.morning sickness akan bertambah buruk jika kelelahan,
dianjurkan untuk meningkatkan waktu istirahat dan luangkan waktu untuk tidur
beberapa saat pada siang hari.
b. Isolasi
Penatalaksanaan terapi lainnya pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
adalah dengan mengisolasi atau menyendirikan ibu dalam kamar yang tenang
tetapi cerah dan dengan pertukaran udara yang baik. Tidak diberikan makanan
atau minuman selama 24 - 28 jam. Terkadang dengan isolasi saja gejala-gejala
akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
c. Terapi Psikologis
Perlu diyakinkan kepada ibu bahwa penyakit ketidaknyamanan tersebut dapat
dihilangkan, yaitu dengan meminta ibu untuk menghilangkan rasa takut karena
kehamilannya, mengurangi pekerjaan sehingga dapat menghilangkan masalah
dan konflik, yang mungkin saja menjadi latar belakang penyakit ini.
d. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik, bahkan semakin buruk.
Usahakan untuk melakukan pemeriksaan medis dan psikis bila terjadi kondisi
demikian. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena itu disatu sisi tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi disisi lain tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala irreversible pada organ vital.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Reny (2017), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien
yang mengalami Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai berikut:
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multiple, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2. Urinalis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3. Pemeriksaan fungsi hepar : AST.ALT bertujuan untuk mengetahui inflamasi yang
terjadi dalam tubuh biasanya menjadi indikasi adanya gangguan (inflamasi) pada
hati dan kadar LDH bertujuan untuk mengetahui resiko penyakit hati.
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. W G3P2A0 USIA KEHAMILAN 19 MINGGU
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I
DI PUSKESMAS BUNTA
TANGGAL
Tanggal Kunjungan :
Tanggal Pengkajian :
Nama Pengkaji : Rahmi Botang
NIM 052022164
I. PENGUMPULAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. W Nama : Tn.P
Umur : 36 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis/indonesia Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Bunta 1 Alamat : Bunta 1
2. Alasan Kunjungan: ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya
3. Keluhan utama : pusing, mual dan muntah lebih 8-10 kali Keluarnya
Makanan dan warnanya kekuningan
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 thn
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : teratur
Lama : 3-4 hari
Banyak : 2 x ganti pembalut/hari
Dismenorea/tidak : tidak ada
5. Riwayat kelahiran,persalinan dan nifas yang lalu
V. INTERVENSI
1. Beritahu ibu tentang pola nutrisi
2. Jelaskan pada ibu tentang masalah yang di hadapinya dan berikan dukungan
emosional kepada ibu.
3. Beritahu ibu tentang personal hygiene
4. Anjuran ibu untuk menjaga pola istirahat
5. Berikan therapi obat oral dan obat injeksi melalui IM
6. Beritahu Ibu tanda bahaya kehamilan
7. Ciptakan ruangan yang bersih, nyaman dan kurangi rangsangan bau.
VI. IMPLEMENTASI
1. Memberitahu ibu tentang pemenuhan pola nutrisi dan cairan. Menganjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah sedikit tapi sering dan
anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayur-sayuran hijau, buahbuahan dan jika
ibu merasa lapar maka ibu dapat makan-makanan selingan seperti
roti/biscuit.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang masalah yang dihadapinya dan memberi
dukungan dan motivasi pada ibu dengan cara menyakinkan ibu bahwa
mual
dan muntah merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 5 bulan. Tetapi jika terdapat mual muntah berlebih harus
segera ditangani.
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya dengan mandi 2 X sehari
dan mengganti pakaian dalam 2-3X sehari jika lembab dan basah.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup siang hari 1-2 jam dan malam
hari 7 -8jam
5. Membberikan terapy obat :
Antasiantasida 10 tablet 3x1
Domperidom 10 tablet 3 x 1
Vitami B6 10 tablet 3x1
Inj. Ranitidine 1 ampul secara IM
6. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
- Apabila ibu mengalami mual dan muntah yang berlebihan dan mengganggu
aktivitas ibu.
- Sakit kepala yang hebat
- Pengeluaran darah pervagina
- Pengelihatan kabur.
7. Menciptakan ruangan yang bersih, nyaman dan kurangi rangsangan bau.
Dengan ruangan yang bersih nyaman dan tenang (dijauhkan dari kebisingan)
akan mengurangi stimulasi mual muntah sehingga gejala akan membaik dan
rangsang bau tertentu yang cukup tajam dapat memicu terjadinya mual dan
muntah.
VII. EVALUASI
1. Ibu bersedia mengkomsumsi makanan yang bernutrisi
2. Ibu mengerti dan memahami keadaannya
3. Ibu mau mengikuti anjuran yang di berikan bidan
4. Ibu bersedia untuk melakukan anjuran yang di berikan bidan
5. Therapy sudah diberikan kepada ibu dan ibu tampak meminum obat yang di
berikan
6. Ibu tampak mengerti dengan penjelasan bidan
7. Ibu sudah di beri di ruangan yang nyaman dan aman jauh dari kebisingan.
Palopo,………….
MENGETAHUI
(……………………..) (………………………..)