Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM NY.

S DENGAN POSTPARTUM BLUES


DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN BANGGAI
PROVINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH

RAHMI

BOTANG NIM.

052022164

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA

PERSADA 2023
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA
PERSADA FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
Jl. Dr. Ratulangi Telp. (0471) 33114848 Kota Palopo

Halaman Persetujuan

Laporan Praktik Klinik Praktik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause ini telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(……..…………………………) (….............................................)

Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Prodi Profesi Bidan

Devi Darwin, Samsinar., S.ST., M.Kes


S.ST.,M.Keb NIDN.
NIDN. 0919078901
0915098702
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
Jl. Dr. Ratulangi Telp. (0471) 33114848 Kota Palopo

Halaman Pengesahan

Laporan Praktik Klinik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause ini telah disahkan
sebagai tugas laporan Praktik Asuhan remaja, pra nikah dan menopause mahasiswa
Profesi bidan Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada Palopo

Palopo,……………..………….

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(……..……………………) (…........................................)

Ka. Prodi S1 Kebidanan Dan Profesi Bidan


Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada
Palopo

Samsinar., S.ST., M.Kes


NIDN. 0919078901
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Postpartum blues merupakan problem pisikologis sesudah melahirkan seperti
kemunculan kesedihan, kemurungan atau kecemasan, labilitas perasaan dan depresi
pada ibu. Biasanaya terjadi secara teori terjadi sejak kelahiran bayi atau mulai minggu
ke-4 dan biasanya hanya terjadi selama 2 hari hinggan 4 minggu. Angka kejadian
postpartum blues di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%,
sedangkan di Indonesia angka kejadian postpartum blues antara 50-70%. Jika
postpartum blues dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca melahirkan.
Berbagai faktor yang dapat melatarbelakangi postpartum blues adalah dukungan
keluarga, pengetahuan, status kehamilan dan jenis persalinan.

B. ETIOLOGI
Penelitian yang telah dilakukan akhir-akhir ini lebih banyak memfokuskan
pada penyebab dan akibat jangka panjangnya. Penyebabnya diduga multifaktor seperti
sosiokultural, faktor obstetrik dan ginekologi, faktor psikososial (tekanan hidup
selama masa kehamilan hubungan keluarga yang kurang baik dan kurangnya
hubungan sosial serta rasa tidak puas dalam perkawinan), serta faktor hormonal.
Adanya hubungan antara faktor demografi seperti umur, status perkawinan, tingkat
pendidikan, status sosial ekonomi terhadap risiko gangguan jiwa pada postpartum
dapat saja terjadi. Penelitian yang lain menyatakan bahwa 26 % pada pasien depresi
berusia muda.
Penyebab dari postpartum blues belum diketahui secara pasti, tapi diduga
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan biologis, stress dan penyebab
sosial atau lingkungan. Perubahan kadar hormon estrogen, progesterone, kortikotropin
dan endorphin serta prolaktin diduga menjadi faktor pendukung terjadinya postpartum
blues. Faktor sosial dan lingkungan yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
postpartum blues antara lain tekanan dalam hubungan pernikahan dan hubungan
keluarga, riwayat sindroma pramenstruasi, rasa cemas dan takut terhadap persalinan,
dan penyesuaian yang buruk terhadap peran maternal.

C. KLASIFIKASI
Postpartum blues sendiri tidak mempunyai klasifikasi khusus, namun berdasarkan
penyebabnya ada beberapa klasifikasi yaitu:
1. Fakor hormonal
Salah satu penyebab baby blues adalah factor biokimia tubuh dan stressor
kehidupan masing-masing individu, factor biokimia adalah perubahan hormonal
yang terjadi saat ibu tersebut hamil dan melahirkan. Sedangkan stressor kehidupan
sangat berkaitan dengan kondisi psikologis masing-masing ibu, karena kehamilan
itu sendiri merupakan salah satu stressor besar dalam hidup.
2. Faktor demografik
Faktor penyebab yang berhubungan dengan umur dan paritas. Biasanya umur ibu
yang terlalu muda saat melahirkan cenderung memiliki kemungkinanan lebih
besar terkena kondisi ini karena mereka memikirkan tentang tanggung jawab
sebagai ibu untuk mengurus anak. Tindakan itu merupakan sebuah bentuk
ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang terjadi pada mereka (Bobak, 2004)
3. Faktor Psikologis
Latar belakang psikologis ibu yang bersangkutan tingkat pendidikan, status
perkawinan, kondisi ekonomi, status social serta kedekatan dengan keluarga
suami dapat menajdi salah satu pemicu gangguan psikologis ini. Dukungan yang
diberikan dari lingkungan. Misalnya, suami, orang tua, dan keluarga akan menjadi
obat yang ampuh bagi ibu.
4. Faktor Fisik
Kelelahan fisik berhubungan dengan aktivitas mengasuh bayi, menyusui ataupun
menggantikan popok yang biasanya terjadi pada malam hari dimana hal tersebut
menjadi hal yang baru bagi ibu bersalin. Ditambah lagi dengan ketidaknyamanan
fisik seperti rasa sakit akibat luka jahitan atau bengkan pada payudara yang
dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca melahirkan.
Fisik yang sudah lelah dan kondisi psikis yang kaget dengan 16 perubahan-
perubahan tersebut dapat menjadi salah satu pemicu gangguan psikologi ini
(Nirwana,2011)
5. Faktor Sosial Tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
direncanakan sebelumnya dan keadaan social ekonomi juga berpengaruh terhadap
kejadian postpartum blues (Afrianto, 2012)
6. Antenatal Care Merupakan keluhan umum bahwa kelas antenatal lebih
menitikberatkan persalinan dengahanya sedikit atau abhkan tidak ada pembicaraan
tentan bagaimana menghadapi secara emosional. Tidak dipersiapkan untuk
menghadapi persalinan itu sendiri mereka tidak dipersiapkan untuk menghadapi
ritme yang tidak terduga, kekerasan keadaan, atau kejadian diluar proseduryang
ada didalam uku, yang terjadi lebih sering yang diperkirakan. Akibatnya adalah
timbul perasaan kemarahan dan keterasingan yang dapat berkembang menjadi
postpartum blues.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Gejala umum
Pada ibu postpartum blues menurut Fitriani (2014) terbagi atas 6, yaitu
a. Perasaan negatif terhadap bayi yang dilahirkannya (termasuk adanya
keinginan untuk membunuh bayi tersebut)
b. Perubahan drastis berat badan
c. Adanya perasaan untuk membenci diri sendiri, perasaan bersalah dan merasa
dirinya tidak berguna bagi orang lain
d. Sama sekali tidak bias berkonsentrasi walaupun dengan masalah kecil
e. Mudah marah, mudah terhasut, kegelisahan secara mendalam dan kehilangan
harapan
f. Merencanakan dan percobaan bunuh diri
g. Sering terganggu dalam waktu istirahat dan insomnia berat
h. Muncul perasaan malas untuk mengurus bayinya Gejala
2. Medis Gejala postpartum blues sampai saat ini belum ada tes khusus yang dapat
mengdiagnosis gejala langsung postpartum blues. Secara medis dokter
menyimpulkan beberapa sistem yang dapat yang tampak dapat disimpulkan
sebagai depresi postpartum blues bila memenuhi gejala yang ada. Kekurangan
hormon tiroid pada individu yang mengalami kelelahan yang luar biasa (fatigue)
ditemukan juga pada ibu yang mengalami postpartum blues jumlah kadar tiroid
yang sangat rendah.

E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi postpartum blues adalah adanya perubahan kadar estrogen,
progestron, prolaktin denestroil yang terlalu rendah dan terlalu tinggi, kadar estrogen
yang turun secara bermakna setelah melahirkan. Ternyata estrogen memiliki efek
supresi terhadap aktifitas enzin otak. Yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
postpartum.
Sindrom postpartum blues di sebabkan oleh perubahan hormone yang di alami
oleh wanita. Perubahan hormon pada wanita di mulai sejak kehamilan sampai pasca
persalinan. Perubahan hormone berpengaruh pada fisik, mental dan pisikis ibu.
Adapun beberapa hormone yang mengalami penurunan pada masa pemulihan sehabis
melahirkan yaitu:
1. Estrogen
Hormon estrogen berfungsi menstimulasi sistem aluran asi agar membesar
sehinga mempermudah ibu untuk menyusui bayinya. Hormone ini meningkat saat
ibu hamil dan berkurang setelah ibu melahirkan.
2. Progesterone
Hormon progesteron berpengaruh pada pertumbuhan dan ukuran alveoli pada
payudara calon ibu. Hormone ini meningkat produksinya saat ibu hamil dan
menurun saat ibu melahirkan.
3. Oksitosin
Hormon oksitosin berfungsi untuk melancarkan dan memudahkan persalinan
sehinga tidak mengalami rasa sakit yang berlebihan. Hormone ini juga
berpengaruh melepaskan plasenta dari rahimnya ibu.
4. Katekolamin
Hormon katekolamin di butuhkan ibu untuk mengejan sehinga bayi segera lahir
dan selamat. Hormone ini juga membuat ibu tidak nyaman karna membuat mulut
ibu kering, pupil membesar dan dapat meningkatkan emosi ibu.
5. Prolaktin
Hormon prolaktin mampu meningkatkan persediaan ASI dan kelangsungannya.
Hormon ini dapat meningkatkan kewaspadaan ibu tapi bila berlebihan dapat
menimbulkan kecemasan pada ibu.
6. Beta Endhorfin Hormon beta endhorfin akan keluar saat tubuh merasa stress atau
sakit sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh atas rasa sakit. Hormon ini
berkaitan dengan emosi yang dialami ibu setelah melahirkan.

F. DIAGNOSIS MEDIK
Untuk bisa mendapatkan diagnosis yang akurat, biasanya petugas akan bertanya pada
ibu, gejala apa saja yang ibu rasakan. Jika diperlukan, petugas akan menyarankan ibu
untuk melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui apabila ada indikasi
penyakit lainnya, misalnya anemia atau masalah pada hormon tiroid.

G. PENATALAKSANAAN
Adapun penangan yang bisa di berikan pada kasus postpartum blues di antaranya
dengan melakukan pendekatan spiritual dan pendekatan medis.
1. Pendekatan spiritual
Islam memandang anak adalah titipan yang harus dijaga oleh orang tua sebaik
mungkin. Terkadang ada orang tua yang enggan mengurus anaknya bahkan tidak
memberikan nafkah dan kasih saying pada anak. Postpartum blues merupakan
salah salah satu masalah yang berdampak buruk bagi bayi, sehingga ibu
memerlukan dukungan psikologis dan meningkatkan jiwa spiritual terhadap Allah
SWT. Berdasarkan hasil penelitian Azizah (2016), terdapat perbedaan antara
kelompok ibu yang diberikan terapi Al-Quran dengan kelompok yang tidak
diberikan terapi Al-Quran. Kelompok kontrol atau kelompok yang tidak diberikan
terapi mendengar AlQur'an hasil yang didapat 1 orang (6,7%) tidak mengalami
postpartum blues, 9orang (60%) mengalami postpartum blues ringan, 4orang
(26,7%) mengalami postpartum blues sedang, dan 1 orang lainnya (6,7%) dari
postpartum blues berat.
2. Pendekatan medis
Pendekatan medis Menurut Marni (2014) dalam Pratama (2016) terdapat 3
penanganan postpartum blues yaitu :
a. Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk menciptakan hubungan baik antara
bidan dengan pasien dalam rangka kesembuan klien dengan cara mendorong
pasien mampu meredakan segala ketegangan emosinya dan dapat memahami
dirinya sendiri.
b. Peningkatan support mental
Peningkatan suport mental dapat dilakukan olehkeluarga pasien diantaranya: \
1) Meminta suami untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah seperti
membantu mengurus bayinya dan menyiapkan susu.
2) Memanggil nenek atau keluarga bayi agar bisa menemani ibu dalam
menghadapi kesibukan merawat bayi
3) Suami lebih perhatian terhadap istri dan permasalahan yang dihadapi
istrinya
4) Menyiapkan mental dalam menghadapi kelahiran anaknya
5) Suami menggantikan peran istri ketika istri kelelahan dan memperbanyak
dukungan dan menemani istri dalam mengurus anaknya
6) Ibu dianjurkan sering berkumpul dengan teman-teman terdekat atau
keluarga.
c. Dilakukan pada diri klien sendiri
Penanganan postpartum blues juga dapat dilakukan pada diri klien itu sendiri
yaitu dengan cara anjurkan ibu belajar tenang dengan menarik nafas panjang,
tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru
sebagai ibu. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan masalah yang ada,
bersifat fleksibel dan bergabung dengan kelompokkelompok ibu baru.Pitriani
(2014: 83-84) mengatakan bahwa terdapat 7 cara menangani postpartum blues
yaitu:
1) Komunikasikan segala permaslahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan
2) Bicarakan rasa cemas yang di alami
3) Bersikap tulus dan iklas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah
melahirkan
4) Bersikap fleksibel dan tidak terlalu ferfeksionis dalam mengurus bayi atau
rumah tangga
5) Belajar tenang dan menarik napas panjang dan meditasi
6) Kebutuhan istirahat cuckup tidurlah ketika bayi tidur
7) Berolahraga ringan
8) Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
9) Dukungan tenaga kesehata dan dukungan suami, keluarga, teman, dan
sesama ibu.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tingginya prevalensi penyakit ini membuat semua wanita sebaiknya dilakukan
skrining terhadap depresi postpartum pada masa nifas dengan skrining menggunakan
instrumen Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS).
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S USIA 24 TAHUN P1A0 NIFAS HARI KE-4
DENGAN POST PARTUM BLUES DI PUSKESMAS BUNTA
TANGGAL 06 JUNI 2023
Tanggal Kunjungan :
Tanggal Pengkajian :
Nama Pengkaji : Rahmi Botang
NIM 052022164

I. PENGUMPULAN DATA
A. BIODATA
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. F
Umur : 24 Tahun Umur : 24 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa /Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bunta 2 Alamat : Bunta 2
B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
1. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 th
Siklus : 28 hari, teratur
Lama : 4 hari
Banyak : ± 2 x ganti pembalut/hari
Dismenorea/tidak : Tidak ada
2. Riwayat kehamilan/persalinan yang lalu

Anak Tanggal UK Jenis Tempat Penolong Keadaan Keadaan


ke lahir Persalinan bersalin bayi ibu
1 06-06- Aterm SC RS Dokter Baik Baik
2023

3. Riwayat persalinan
Tanggal/Jam persalinan : 06-06-2023
Tempat persalinan : RS
Penolong persalinan : Dokter
Jenis persalinan : SC
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Keadaan plasenta : Utuh
Tali pusat : 50 cm
BB Bayi : 3500gram
PB : 49 cm
Nilai Apgar : 8/9
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa Gestasi : 38 mgg
4. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Diabetes Mellitus : Tidak ada
Malaria : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Riwayat operasi abdomen/SC : Ada
5. Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi : Tidak ada
Diabetes Mellitus : Tidak ada
Asma : Tidak ada
6. Riwayat KB : Tidak ada
7. Riwayat Sosial Ekonomi & Psikologi
Status perkawinan : Sah
Kawin : 1 kali
Lama nikah : 1 tahun
Menikah pertama pada umur : 23 tahun
Respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran: Sangat
Senang Pengambilan keputusan dalam keluarga : Kepala
keluarga Adaptasi psikologi selama masa nifas : Normal
8. Aktifitas sehari-hari (Setelah Nifas)
a. Pola makan dan minum
Frekuensi : 2 kali sehari
Jenis : Nasi + lauk + sayur
Porsi : ½ porsi tidak habis
Minum : 5 gelas/hari, jenis Air putih
Keluhan/pantangan : Tidak nafsu makan
b. Pola istirahat
Tidur siang : 1 jam
Tidur malam : 5 jam
Keluhan : Susah tidur
c. Pola eliminasi
- BAK : 5 kali/hari
Konsistensi : Cair
Warna : Kuning jernih
- BAB : 1 kali/hari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning lender
Darah : Tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 2 kali/hari
Ganti pakaian/pakaian dalam : 4 sehari
Mobilisasi : Ada
9. Pola aktivitas
Pekerjaan sehari-hari : IRT
Keluhan : Tidak fokus dalam melakukan
pekerjaan.
Menyusui : Ya
Keluhan : Tidak mampu menyusui
bayinya dengan baik.
Hubungan sexual : 1 x/mgg
Hubungan sexual terakhir :-
10. Kebiasaan hidup
Merokok : Tidak ada
Minuman keras : Tidak ada
Obat terlarang : Tidak ada
Minum jamu : Tidak ada
C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,5°c
Respirasi : 20 kali/menit
Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 155 cm
LILA : 28 cm
2. Pemeriksaan fisik
- Postur tubuh : Normal
- Kepala : Simetris
Rambut : Hitam, Tidak rontok, tidak ada ketombe
- Muka : Simetris
Cloasma : Tidak ada
oedema : Tidak ada
- Mata : Simetris
Conjungtiva : Merah muda
Sclera : Tidak ikhterik
- Hidung : Simetris
Polip : Tidak meradang
- Gigi : Bersih, tidak berlubang, tidak ada
caries gigi
- Leher : Simetris
- Pemeriksaan kelenjar tyroid: Tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid
- Payudara Bentuk simetris : Ya
Keadaan putting susu : Menonjol
Areola mamae : Hiperpigmentasi
Colostrum : Ada
- Abdomen
Inspeksi Bekas luka/operasi: Ada
Palpasi : TFU Pertengahan simpisis
Kontraksi uterus : Baik
Kandung Kemih : Kosong
- Genitalia
Varises : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Kelenjar bartolini : Tidak ada
- Pengeluaran pervaginam
Lochea : Sanguinolenta
Bau : Amis / khas
Bekas luka/jahitan perineum: Tidak ada
Anus : Tidak ada haemoroid
- Tangan dan kaki : Simetris
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Pergerakan : Aktif
Kemerahan pada tungkai : Tidak ada Perkusi + (positif)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan Jenis Pemeriksaan

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN


Diagnosa : Ny. S usia 24 ahun P1A0 nifas hari ke-4 dengan
postpartum blues.
Data subjektif :
- Ibu mengatakan ASI sudah keluar tapi sedikit.
- Ibu cemas karena bayinya terus menangis
- Ibu mengatakan mudah tersinggung
- Ibu mengatakan nafsu makan berkurang.
- Ibu mengatakan kurang istirahat.
- Ibu mengatakan suami bekerja di luar
kota. Data Objektif :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda vital
TD : 120/ 80 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 20 kali/menit
TFU : Pertengahan simpisis
Lochea : Sanguinolenta
Bau : Khas
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan
- Lakukan pendekatan kepada ibu .
- Informasikan kepada suami dan keluarga agar memberikan support
kepada ibu.
- Informasikan kepada keluarga agar membantu ibu dalam mengurus
bayinya dan mengurus kegiatan rumah tangga.
- Informasikan kepada keluarga tentang pemberian ASI eksklusif .
- Memberitahukan kepada suami dan keluarga untuk dapat mengajak
ibu sharing atau curhat kepada orang terdekat.

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Depresi postpartum

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada.

V. INTERVENSI
Tanggal : 06 – 06 – 2023
1. Beritahu kepada keluarga tentang keadaan ibu Agar keluarga mengetahui
kondisi ibu saat ini
2. Beritahu kepada suami dan keluarga agar memberikan support kepada ibu.
Agar keluarga mengetahui cara memberikan dukungan kepada ibu.
3. Beritahu kepada suami dan keluarga agar membantu ibu dalam mengurus
bayinya dan mengurus kegiatan rumah tangga. Agar ibu tidak sendiri dalam
mengurus bayinya
4. Beritahukan kepada suami dan keluarga untuk dapat mengajak ibu sharing
atau curhat kepada orang terdekat. Agar ibu tidak merasa kesepian
5. Berikan terapi Diazepam 2 mg 1x1 + Vit C 1x1 + Lactas 500 mg 1x1 Agar ibu
merasa lebih tenang
6. Beritahu keluarga tentang perawatan bayi baru lahir seperti: memandikan
bayi, merawat tali pusat. Agar ibu lebih dekat dengan bayinya.
7. Beritahu keluarga tentang pemberian ASI ekslusif pada bayi. Agar nutrisi bayi
terpenuhi.
8. Beritahu suami dan keluarga untuk menyusui bayinya 2 jam sekali atau jika
bayinya menangis Agar bayi tidak mengalami dehidrasi.

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 06 – 06 – 2023
1. Melakukan pemeriksan pada ibu dan memberitahu hasil pemeriksaan kepada
keluarga Keadaan Umum baik, kesadaran composmetis, tanda-tanda vital
TD : 110/ 80 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit
Suhu : 36 oC
Pernafasan : 20 kali/menit
Abdomen TFU : Pertengahan simpisis
Lochea : Sanguinolenta
2. Memberitahu ibu jika ibu memiliki beban pikiran ibu bisa sharing kepada
orang-orang terdekat ibu. Dan menjelaskan kepada keluarga bahwa gangguan
yang dialami ibu dapat diatasi dengan memberikan dukungan dan perhatian
kepada ibu, karena bila dibiarkan dapat berkelanjutan menjadi keadaan yang
buruk, dapat juga dengan berolahraga yang ringan serta berbagi cerita dengan
orang terdekat dan belajar untuk bersikap fleksibel.
3. Memjelaskan kepada keluarga untuk menganjurkan ibu mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan mencukupi kebutuhan badannya dan penunjang
pertahanan tubuh
4. Menjelaskan kepada keluarga tentang perawatan bayi sehari-hari seperti
menggendongnya bila menangis, menyusuinya, mengganti popoknya bila
basah, menjaga bayinya tetap kering,.menganjurkan keluarga mendukung ibu
melakukan perawatan bayinya karena ibu membutuhkanpengertian emosional,
konseling, dan bantuan keluarga dan teman sangat mempengaruhi dalam
proses penyelesaian masalah.
5. Mengajari keluarga untuk perawatan tali pusat menggunakan kassa steril tanpa
dibubuhi betadine, jika tali pusat basah terkena air segera mengganti kassa
menggunakan kassa steril, dan memandikan bayi agar kulit bayi tetep bersih
dan bayi merasa nyaman.
6. Memberikan terapi kepada ibu - Diazepam 2 mg 1x1 - Lactas 500 mg 1x1 -
Vit C 1x1 Agar ibu merasa lebih tenang, nafsu makan bertambah, dan air susu
ibu dapat keluar dengan lancer.
7. Memberitahu keluarga tentang perawatan payudara dengan mengkompres
menggunakan air hangat kemudian mengoleskan baby oil kebagian kedua
payudara kemudian:
a. Lakukan pengurutsn dari pertengahan kedua payudara keatas memutar
kearah luar sampai kebagian bawah
b. Lakukan pengurutan dari antara kedua payudara sampai kebawah,
memutar kearah luar, sampai kebagian atas sejajar dengan kelingking
berada di bawah dan urut mengikuti payudara atas
c. Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan
pengurutan dengan menggunakan sisi kelingkingdari arah kedua putting
susu, kedua payudara bergantian
d. Tangan kiri menopang payudara kiri tangan kanan mengepal dan
menggunakan persendian jari dilakukan pengurutan dari pangkal kea rah
putting susu dan dilakukan secara bergantian
e. Memerah payudara untuk mengeluarkan ASI Dan mengompres payudara
kembali menggunakan air hangat dan dingin dan menganjurkan ibu untuk
menggunakan BH yang menyokong payudara
8. Memberitahu keluarga untuk memberikan ASI kepada bayinya apabila bayi
terus menangis karena tidak dapat menyusui anjurkan ibu untuk memberikan
susu formula

VII. EVALUASI
Tanggal : 06 –06– 2023
1. Keluarga sudah mengetahui kondisi ibu saat ini.
2. Ibu sudah mengetahui tentang dialaminya saat ini.
3. Keluarga sudah mengetahui tentang asupan gizi yang akan diberikan kepada
ibu.
4. Keluarga sudah mengetahui tentang perawatan pada bayi
5. Keluarga sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
6. Ibu sudah diberikan terapi dan ibu sudah mengerti tentang terapi yang
diberikan.
7. Keluarga sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan
8. Keluarga sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

Palopo,………….
MENGETAHUI
Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(…………………………………..) (…..................................................)

Anda mungkin juga menyukai