Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

Diare Akut

Ker
Pembimbing:
dr. Dwi Haryadi, Sp.A

Penyusun :
Che Wan Nur Hajar binti Saimi 11.2013.167
Aminah binti Mohd Yasin

11.2013.166

Priskillia Alberta Kristiawan

11.2013. 289

Hendra Saputra

11.2013.059

Martin Prayiggo Utomo

11.2013. 067

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT BAYUKARTA
PERIODE 4 AUG 2014 10 OKT 2014
KATA PENGANTAR
0

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena karunia dan
berkatNya sehingga referat yang berjudul Diare Akut ini dapat diselesaikan. Referat ini
diajukan sebagai bagian dari kegiatan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah
Sakit Bayukarta. Pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.
Dwi Haryadi, Sp.A selaku pembimbing bagi penulis selama menjalankan kepaniteraan klinik di
bagian Anak Rumah Sakit Bayukarta.
Adapun makalah ini berisi mengenai penyakit diare akut. Diare akut sendiri merupakan
salah satu kasus yang cukup sering ditemukan di Rumah Sakit Bayukarta. Dengan adanya referat
ini, diharapkan pembaca dapat memahami lebih jauh tentang penyakit diare akut.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
referat ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu
sampai selesainya referat ini. Semoga referat ini berguna bagi kita semua.

Karawang, Augustus 2014

Penulis

BAB I: PENDAHULUAN
1

Latar Belakang
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan merupakan penyakit yang
umum terjadi pada anak di berbagai Negara. Di Negara berkembang, diare merupakan penyebab
utama kematian pada anak. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare
menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia.
Epidemiologi gastroenteritis bergantung pada factor penyebab. 1
Cara penyebaran penyakit adalah fekal-oral dengan kontak erat dari orang ke orang, melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi, seta dari binatang ke manusia. Seringkali kuman
menyebar melalui berbagai rute. Kemampuan kuman untuk mengakibatkan penyakit tergantung
pada modus penyebaran, kemampuan untuk membentuk koloni di saluran cerna dan jumlah
minimal kuman untuk menyebabkan penyakit. Virus yang menyebabkan gastroenteritis pada
anak antara lain rotavirus, calicivirus (termasuk norovirus), astrovirus, dan adenovirus enteric.
Rotavirus menginvasi epitel dan merusak villi di usus halus bagian atas dan pada kasus yang
berat dapat menginvasi seluruh usus halus dan usus besar. Rotavirus merupakan virus penyebab
diare tersering. Muntah dapat berlangsung selama 3-4 hari dan diare sampan 7- 10 hari.
Dehidrasi sering terjadi pada anal yang lebih kecil. Infeksi primer rotavirus dapat menyebabkan
penyakit yang berat pada bayi, dan berkurang sesuia dengan pertambahan usia. 2
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi
saluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta
kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi
serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi,
mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan
efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif
dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan
oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan
2

oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik
telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.1,2
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami lebih dalam tentang diare
akut, mengetahui cara mendiagnosis dan mengetahui macam-macam diare akut, dan mengetahui
penatalaksanan dari diare akut.

BAB II: LAPORAN KASUS


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
3

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


JL. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK RS BAYUKARTA KERAWANG
STATUS ILMU PENYAKIT ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Nama

Nim

Dr Pembimbing

Tanda Tangan:

: dr.Dwi Haryadi Sp.A M.kes

Nama lengkap : An. S


Tempat/tanggal lahir : -

Jenis kelamin : Laki-laki


Umur :6 bulan

Suku bangsa : Indonesia


Pendidikan: Hubungan dengan orang tua : anak kandung

Agama : Islam
Alamat: -

A. ANAMNESIS
Diambil dari: Alloanamnesis dari Ibu OS
Tanggal: 11 Agustus 2014, Pukul: 02.00 WIB
Keluhan Utama:
BAB cair terus menerus 1 hari SMRS sekitar 18-20x
Riwayat Penyakit Sekarang

1 hari SMRS ibu OS mengatakan bahwa OS BAB terus menerus dengan frekuensi 1820x cair,ampas sedikit,ledir(+),dan darah ( - ) sejak sore hari dan anak sudah mulai
demam.Makan dan minum mau,batuk pilek tidak dikeluhkan.Keluhan lain (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
OS belum pernah dirawat sebelumya,Alergi (-) , Penyakit bawaan lahir (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Dirumah OS tidak ada yang sakit seperti ini.
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir :

(-) Di rumah

()Rumah bersalin

(-) RS Bersalin

Ditolong oleh :

(-) Dokter

()Bidan

(-) Dukun

(-) Lain-lain
Persalinan

: () Normal

(-) SC

Usia Kandungan

: () Cukup bulan

(-) Preterm

BB Lahir

: 3,3 kg

Komplikasi

:-

Panjang Badan Lahir: ----cm

Riwayat Imunisasi
() BCG

() DPT, 2 kali

() Hep B, 3 kali

(-) Campak

() Polio, 2 kali

Riwayat Nutrisi (Nutritional History)


Susu

: Asi sampai usia 4 sampai 5 bulan

Makanan padat

: -

Makanan sekarang

: Susu formula + bubur saring

Nafsu makan

: tidak diketahui

Variasi

: tidak diketahui

Jumlah

: tidak diketahui

Frekuensi

: tidak diketahui
5

Riwayat Tumbuh Kembang


Os mulai dapat tengkurap sekitar usia 3 bulan, dan angkat kepala 3-5 bulan
Riwayat Penyakit Dahulu
(-) Sepsis
(-) Tuberkulosis
(-) Asma
(-) Diare akut
(-) Disentri
(-) Tifus abdominalis
(-) Batuk rejan
(-) Demam reumatik akut
(-) Glomerulonephritis
(-) Pleuritis
(-) Lain-lain

(-) Meningoencephalitis
(-) Pneumonia
(-) Alergi Rhinitis
(-) Diare kronis
(-) Kolera
(-) DHF
(-) Tetanus
(-) Penyakit jantung rematik
(-) Sindrom nefrotik
(-) Operasi

(-) Kejang demam


(-) Alergi lainnya
(-) Gastritis
(-) Amoebiasis
(-) Difteri
(-) Polio
(-) Penyakit jantung bawaan
(-) ISK
(-) Pneumonia
(-) Kecelakaan

Riwayat Keluarga
Hubungan

Umur

Jenis

Keadaan Kesehatan

Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Saudara

(Tahun)
-

Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan

Penyebab
Meninggal

Adakah kerabat yang menderita:


Penyakit
Alergi
Asma
Tuberkulosis
Artritis
Kejang Demam
Rematisme
Epilepsi
Hipertensi
Jantung
Ginjal
Lambung
Diabetes
Lain-lain

Ya
-

Tidak
-

Hubungan

ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul

(-) Rambut

(-) Keringat Malam

(-) Kuku

(-) Kuning/Ikterus

(-) Sianosis
(-) Lain-lain

Kepala
(-) Trauma

(-) Sakit kepala

(-) Sinkop

(-) Nyeri pada sinus


Mata
(-) Nyeri

(-) Radang

(-) Gangguan Pengelihatan

(-) Kuning / Ikterus

(-) Sekret

(-) Ketajaman Pengelihatan

(-) Sekret

(-) Gangguan Pendegaran

Telinga
(-) Nyeri
(-) Tinitus

(-) Kehilangan Pendengaran

Hidung
(-) Trauma

(-) Epistaksis

() Gejala penyumbatan

(-) Nyeri

(-) Pilek

(-) Gangguan penciuman

(-) Sekret
Mulut
(-) Bibir

(-) Gusi

(-) Lidah

(-) Selaput

(-) Gangguan Pengecap


(-) Stomatis

Tenggorokan
(-) Nyeri Tenggorokan

(-) Perubahan Suara

Leher
(-) Benjolan

(-) Nyeri Leher


7

Dada (Jantung/Paru-Paru)
(-) Nyeri dada

(-) Berdebar

(-) Sesak napas

(-) Batuk darah

(-) Batuk

(-) Ortopnoe

(-) Rasa kembung

(-) Mual

(-) Wasir

(-) Sukar menelan

(-) Muntah

() Mencret

(-) Mengi
Abdomen

(-) Nyeri perut/kolik (-) Muntah darah

(-) Tinja darah

(-) Perut membesar

(-) Tinja berwarna dempul

(-) Benjolan

(-) Tinja berwarna ter


Saluran Kemih
(-) Disuria

(-) Stranguria

(-) Kencing nanah

(-) Poliuria

(-) Polakisuria

(-) Kencing batu

(-) Oliguria

(-) Hematuria

(-) Kencing menetes

(-) Anuria

(-) Retensi Urin

(-) Kolik

(-) Ngompol (eneuresis)

Saraf dan Otot


(-) Trauma kepala

(-) Nyeri

(-) Anestesi

(-) Sukar Mengingat

(-) Parestesi

(-) Ataksia

(-) Otot Lemah

(-) Bengkak

(-) Hipo / Hiper-esthesi

(-) Kejang

(-) Pingsan

(-) Afasia

(-) Kedutan (tick)

(-) Amnesia

(-) Pusing (Vertigo)

(-) lain lain

(-) Gangguan bicara (Disartri)

Ekstremitas
(-) Bengkak

(-) Deformitas

(-) Sianosis
8

(-) Nyeri

B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umum
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tinggi badan

:-

Berat badan

: 7,7 kg

Antropometri

: BB / Umur :
TB / Umur :

Lingkar Kepala

: tidak dilakukan

Lingkar Lengan

: tidak dilakukan

Nadi

: 168 x/menit.

Suhu

: 39,2 C

Pernapasan (frekuensi dan tipe)

: 72 kali/menit regular, thoracoabdominal

Tekanan darah

: - mmHg

Keadaan gizi

: Baik

Sianosis

: Tidak ditemukan

Edema Umum

: Tidak ditemukan

Kulit
Warna

sawo matang

Jaringan parut

tidak ditemukan

Pertumbuhan rambut :

tidak ada kelainan

Suhu raba

terasa panas

Keringat

Umum (+) / Setempat (-)

Lapisan lemak

merata

Effloresensi

tidak ditemukan

Pigmentasi

tidak ditemukan
9

Pembuluh darah

normal

Lembab/ kering

lembab

Turgor

normal

Ikterus

tidak ada

Edema

tidak ada

Lain-lain

tidak ada

Kelenjar Getah Bening


Submandibula :

tidak teraba membesar

Supraklavikula :

tidak teraba membesar

Lipat paha

tidak teraba membesar

Leher

tidak teraba membesar

Ketiak

tidak teraba membesar

Kepala
Ekspresi wajah

: tampak sakit sedang

Rambut

: tidak ada kelainan

Simetri muka

: simetris kiri dan kanan

Exopthalmus

: -/-

Enopthalmus

: -/-

Kelopak

: edema (-)

Konjungtiva

: anemis -/-

Sklera

: ikterik -/-

Lensa

: jernih

Reflek cahaya

: +/+

Tekanan bola mata

: dalam batas normal

Mata

Telinga
Tuli

: -/-

Lubang
Serumen

: +/+
: -/10

Cairan

: -/-

Selaput pendengaran : utuh


Penyumbatan

: tidak ada

Perdarahan

: tidak ada

Bibir

: tidak kering

Langit-langit

: tidak terbelah

Faring

: tidak hiperemis

Lidah

: tidak ditemukan kelainan

Bau pernapasan

: tidak khas

Trismus

: tidak ada

Selaput lendir

: tidak ada

Kelenjar tiroid

: tidak teraba membesar

Kelenjar limfe

: tidak teraba membesar

Bentuk

: simetris pada saat statis dan dinamis

Pembuluh darah

: tidak ada data

Mulut

Leher

Dada

Paru-paru

11

Inspeksi
Palpasi

Perkusi
Auskultasi

Kiri
Kanan
Kiri

Depan
Simetris
Simetris
Tidak ada nyeri, sela iga

Kanan

normal
Normal
Tidak ada nyeri, sela iga Tidak ada

Kiri
Kanan
Kiri

normal
Sonor
Sonor
Suara napas vesikuler

Normal
Sonor
Sonor
Suara napas vesikuler

Wheezing (-)

Wheezing (-)

Ronkhi (-)
Suara napas vesikuler

Ronkhi (-)
Suara napas vesikuler

Wheezing (-)

Wheezing (-)

Ronkhi (-)

Ronkhi (-)

Kanan

Belakang
Simetris dalam batas normal
Simetris dalam batas normal
Tidak ada nyeri, fremitus
nyeri,

fremitus

Jantung
Inspeksi

: pulsasi iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

: tidak dilakukan

Perkusi

Batas kanan

: tidak dilakukan

Batas kiri

: tidak dilakukan

Batas atas

: tidak dilakukan

Auskultasi

: BJ I-II murni regular, Gallop (-), Murmur (-)

Pembuluh darah
Arteri Temporalis

: tidak dilakukan

Arteri Karotis

: tidak dilakukan
12

Arteri Brakialis

: teraba pulsasi kuat angkat

Arteri Radialis

: teraba pulsasi kuat angkat

Arteri Femoralis

: tidak dilakukan

Arteri Poplitea

: tidak dilakukan

Arteri Tibialis Posterior

: tidak dilakukan

Arteri Dorsalis Pedis

: tidak dilakukan

Inspeksi

: datar

Perut
Palpasi
Dinding Perut

: lemas,turgor tidak ditemukan penurunan

Hati

: tidak teraba membesar

Limpa

: tidak teraba membesar

Ginjal

: tidak teraba, Ballotement (-)

Lain-lain

: tidak ada

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) meningkat

Alat Kelamin (atas indikasi)


Tidak ada indikasi
Anggota Gerak
Lengan
Otot

Kanan

Kiri

Hipertonus

Hipertonus

Massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Lain-lain

Normal
Tidak ada tanda-tanda radang
Aktif
+5
Tidak ada

Normal
Tidak ada tanda-tanda radang
aktif
+5
Tidak ada

Tungkai & Kaki


Luka
Varises

Tidak ditemukan
Tidak ditemukan

Tidak ditemukan
Tidak ditemukan

Tonus

13

Otot
Tonus
Massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Edema
Lain-lain

Hipertonus

Hipertonus

Normal
Tidak ada tanda-tanda radang
Aktif
+5
Tidak ditemukan
Tidak ada

Normal
Tidak ada tanda-tanda radang
aktif
+5
Tidak ditemukan
Tidak ada

Refleks
Kanan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Rangsang meningeal

(-)

(-)

Babinski

(-)

(-)

Refleks Tendon
Bisep
Patela
Achiles
Reflek primitive
Refleks patologis

Colok Dubur (atas indikasi)


Tidak ada indikasi
C. PEMERIKSAAN LAB RUTIN
Tanggal 11 Agustus pukul 02.00 wib
Darah
Hemoglobin

: 12,5 g/dL

Hematokrit

: 38 %

Leukosit

: 11.000/uL

Trombosit

: 378.000/uL

Eritrosit

: 4,89 jt

Hitung jenis

MCV

: 77,3

Basofil

:0

MCHC

: 33,1

Eosinofil

:0

CCH

: 25,6

Batang

:0
14

Limfosit

: 59

Monosit

:6

Segmen

: 35

D. RINGKASAN
Seorang anak laki-laki 6 bulan datang dengan keluhan BAB terus menerus dengan
frekuensi 18-20x cair,ampas sedikit,ledir(+),dan darah ( - ) sejak sore hari dan anak sudah mulai
demam.Makan dan minum mau,batuk pilek tidak dikeluhkan. . Dari hasil pemeriksaan fisik di
dapatkan
Nadi

: 168 x/menit.

Suhu

: 39.2 C

Pernapasan (frekuensi dan tipe)

: 72 kali/menit regular, thoracoabdominal

Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal,tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi
dan kelainan pada OS.Pada pemeriksaan penunjang didapatkan :
Hematokrit

: 38 %

Leukosit

: 11.000/uL

Trombosit

: 378.000/uL

Eritrosit

: 4,89 jt

Hitung jenis

MCV

: 77,3

Basofil

:0

MCHC

: 33,1

Eosinofil

:0

CCH

: 25,6

Batang

:0

Limfosit

: 59

Monosit

:6

Segmen

: 35
15

E. Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding


Diagnosis Kerja dan Dasar Diagnosis Kerja
Diare Cair Akut et Causa Bacterial infection
Dasar diagnosis :
1.

BAB terus menerus sejak tadi sore dan berlendir

2.

Demam dengan sifat yang progressive

Diagnosis Banding dan Dasar Diagnosis Banding

Diare Cair Akut et Causa Viral infection

Thypoid

F. PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN

Darah Rutin

Uji Feses

G. RENCANA PENGELOLAAN
1. Non medikamentosa

Diet makanan lunak

Tirah baring (bed rest)

Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi

Monitoring keadaan klinis dan waspadai tanda2 perburukan atau komplikasi

Hygiene makanan dan kebersihan diri

2. Medikamentosa
i. Ringer lactat maintenance 8tpm
ii. Lacto B sac 2x1
iii. Ceftriaxone 300mg injction

16

H. PENCEGAHAN1
1.

Hygiene pengolahan dan penyajian makanan

I. PROGNOSIS
1. Ad vitam

: ad bonam

2. Ad fungsionam: ad bonam
3. Ad sanationam: ad bonam

BAB III: TINJAUAN PUSTAKA


Definisi diare akut
Diare akut menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali
dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. 3
Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat keluhan
diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter,
sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi
terdapat peringkat pertama sampai dengan ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke
rumah sakit.
Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas,
di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Di dunia,
sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut
terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh
diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh diare masih merupakan penyebab
kematian bayi yang terbanyak yaitu 42%, dibanding pneumonia 24%, dan untuk golongan 1 4
tahun kematian karena diare mencapai 25,2% dibanding pneumonia yang hanya 15,5%. 4
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni,
Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella
17

dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli ( EIEC). 5
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut yang
disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan
antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien
beresiko tinggi untuk diare infeksi.

Cara Penularan
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yairu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau
barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. Secara
ringkasnya, penularan bisa melalui 4F = finger, flies, fluid, field.6

Klasifikasi
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi
dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan
manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang
menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,
tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis
ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair
dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau
tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang
tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.7
Factor risiko dan predisposisi
Factor risiko
18

Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi
terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini
menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan
tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai, merangkak. Kebanyakan enteropatogen
merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang
membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang
dewasa.1,7
Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat
setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang
mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau
kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam
penyebaran banyak enteropatogen tertutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak
menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.7,8
Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah subtropik,
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus
terutama rotavirus puncaknya terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim
kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.8
Epidemi dan pandemi
Vibro cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemi dan pandemi yang
mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan usia. Sejak tahun
1961, kolera yang disebabkan oleh V. cholera 0.1biotipe Eltor telah menyebar ke negara-negara
di Afrika, Amerika Latin, Asia, Timur Tengah dan di beberapa daerah di Amerika Utara dan
Eropa. Dalam kurun waktu yang sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang
besar di Amerika Tengah dan terakhir di Afrika Tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun 1992,
19

dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemi di Asia dan lebih dari 11
negara mengalami wabah.2,

Faktor predisposisi
-

Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan

Menggunakan botol susu

Menyimpan makanan pada suhu kamar

Menggunakan air minum yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja

Tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak
makanan

Tidak membuang tinja dengan benar

Kurang gizi

Imunodefisiensi atau imunosupresi

Etiologi diare akut


Beberapa penyebab diare akut dapat menyebabkan diare pada manusia adalah sebagai
berikut :8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Golongan bakteri
Aeromonas
Bacillus cereus
Campylobacter jejuni
Clostridium perfringens
Clostridium defficile
Escherichia coli
Plesiomonas shigeloides
Salmonella
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica

Golongan virus
1. Astrovirus
2. Calcivirus (Norovirus,
Sapovirus)
3. Enteric adenovirus

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Golongan parasit
Balantidium coli
Blastocystis homonis
Cryptosporidium parvum
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Isospora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichiura

4. Coronavirus
5. Rotavirus
20

6. Norwalk virus
7. Herpes simplex virus*
8. Cytomegalovirus*

Patofisiologi
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok
osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang
tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma
sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau
akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun
sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya
toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non
osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga
dapat menyebabkan diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus
besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti
gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit usus menjadi
lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes
melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua
mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi
bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan
bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi
enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut
untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.8,9,10
21

Adhesi
Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur polimer fimbria atau pili
dengan reseptor atau ligan spesifik pada permukaan sel epitel. Fimbria terdiri atas lebih dari 7
jenis, disebut juga sebagai colonization factor antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan pada
enteropatogen seperti Enterotoxic E. Coli (ETEC)
Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada infeksi Enteropatogenic E.coli (EPEC), yang
melibatkan gen EPEC adherence factor (EAF), menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium
intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang
ekstensif tidak terlihat pada infeksi EPEC ini dan diare terjadi akibat shiga like toksin.
Mekanisme adhesi yang ketiga adalah dengan pola agregasi yang terlihat pada jenis kuman
enteropatogenik yang berbeda dari ETEC atau EHEC. 7
Invasi
Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran vasolateral sel epitel usus. Di dalam sel
terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke sel epitel sekitarnya. Invasi dan
multiplikasi intraselluler menimbulkan reaksi inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi
inflamasi terjadi akibat dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin, dan zat
vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga yang menimbulkan kerusakan
sel. Proses patologis ini akan menimbulkan gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa
lemah, dan gejala disentri. Bakteri lain bersifat invasif misalnya Salmonella. 7,8
Sitotoksin
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh Shigella dysentrie yang
bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli
(EHEC) serogroup 0157 yang dapat menyebabkan kolitis hemoragik dan sindroma uremik
hemolitik, kuman EPEC serta V. Parahemolyticus. 6
Enterotoksin
Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau Cholera toxin (CT) yang secara biologis
sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan
5 subunit B. Subunit A1 akan merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi

22

cAMP intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan klorida pada sel vilus serta
peningkatan sekresi klorida dan HCO3 pada sel kripta mukosa usus.
ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme kerjanya sama dengan CT serta heat
Stabile toxin (ST).ST akan meningkatkan kadar cGMP selular, mengaktifkan protein kinase,
fosforilasi protein membran mikrovili, membuka kanal dan mengaktifkan sekresi klorida.7,8
Manifestasi klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus,
hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan
hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena
kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan
penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas
lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam
karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak
dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.
Untuk pemenuhan kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan
meningkatnya produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan
dehidrasi berat dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion
asam secara bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada keadaan
asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan tinja dan
perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan hipokalemia.
Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali pada otot anggota
badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian karena kegagalan
pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi lambung. EKG
23

mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya gelombang U. Pada
ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel tubulus dan menimbulkan
sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tandatanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria.
Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut,
yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis
metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan
yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan
edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan
asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit
air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari
5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan dehidrasi berat bila
penurunan lebih dari 10%.7,8,9,10
Table 1: Derajat Dehidrasi

Gejala &

Keadaan

Tanda

Umum

Tanpa
Dehidrasi
Dehidrasi
Ringan

Mata

Mulut/
Lidah

%
Rasa Haus

Normal

Basah

Kering Tampak
Kehausan

Estimasi
def. cairan

Dicubit

Normal, Tidak kembali


Haus

Gelisah Rewel Cekung

turun
BB

Minum
Baik, Sadar

Kulit

<5

50 %

cepat
Kembali

5 10 50100 %

lambat
24

Sedang
Dehidrasi
Berat

Letargik,

Sangat

Kesadaran

cekung dan

Menurun

kering

Sangat Sulit, tidak


kering

bisa minum

Kembali
sangat

>10

>100 %

lambat

Sumber : Sandhu 200116


Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi hiponatremia
( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema ( 130m 150 mEg/L ) dan dehidrasi hipernatremia ( >
150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso natremia (80%) tanpa disertai
gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare hipernatremia dan 5% adalah diare
hiponatremia.
Tabel 2. Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab
Gejala

Rotavirus

Shigella

ETEC

EIEC

17-72 jam
+
Sering

24-48 jam
++
Jarang

6-72 jam
++
Sering

6-72 jam
+

6-72 jam
++
-

48-72 jam
Sering

muntah
Nyeri perut Tenesmus

Tenesmus

Tenesmus

Tenesmus

Kramp

Nyeri

kramp
+

kolik
+

kramp
-

kepala
Lamanya

5.7 hari

>7 hari

3-7 hari

2-3 hari

Variasi

3 hari

sakit
Sifat tinja
Volume
Frekuensi

Sedang
5-10

Sedikit
>10

Sedikit
Sering

Banyak
Sering

Sedikit
Sering

Banyak
Terus

Cair
+
Tidak

Lembek
+
Tidak
Merah-

menerus
Cair
Amis khas
Seperti air

berwarna

hijau

cucian

klinik
Masa tunas
Panas
Mual

kali/hari
Konsistensi Cair
Darah
Bau
Langu
Warna
Kuning
hijau

kali/hari
Lembek
Sering

Merahhijau

Salmonella

Lembek
Kadang
Busuk
Kehijauan

Kolera

beras
25

Diagnosis diare akut


Anamnesis
Pada anamnesis oerlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,frekuensi, volume,
komsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah: volume dan
frekuensinya. Kencing: biasa,berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir.
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang
menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak.11
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:memberi oralit, membawa berobat ke
Puskesmas atau Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya. 3,10,12
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, dan
pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadran,
rasa haus dan trugor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung
atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah
atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ektremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. 1,3,10
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subjektif dengan menggunakan kriteria
WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan lain-lain dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel
3).
Tabel 3. Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
Simptom

Minimal atau

Dehidrasi ringan-

Dehidrasi berat

tanpa dehidrasi

sedang, kehilangan

kehilangan BB>9%

kehilangan BB

BB>3%
26

<3%
Kesadaran

Denyut jantung

Baik

Normal, lelah,

Apatis, letargi, tidak

gelisah, iritable

sadar

Normal meningkat

Takikardi, bradikardia

Normal

pada kasus berat


Lemah, kecil, tidak
Normal melemah

Kualitas nadi

Normal

teraba
Dalam

Normal cepat
Pernapasan

Normal

Mata

Normal

Air mata

Ada

Sedikit cowong
Berkurang

Kembali > 2 detik

Basah
Kembali < 2 detik

Cubitan kulit

Segera kembali

Capillary refill

Normal

Memanjang

Memanjang, minimal
Dingin, mottled,
sianotik

Dingin
Ekstremitas

Tidak ada
Sangat kering

Kering
Mulut dan lidah

Sangat cowong

Hangat
Minimal

Berkurang
Kencing
Normal
Sumber : adaptasi dari Duggan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan WHO 1995
Tabel 4. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian
Lihat :

Keadaan umum

Baik, sadar

*gelisah, rewel

*lesu, lunglai atau


27

tidak sadar
Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung dan


kering
Tidak ada

Air mata

Ada

Tidak ada

Mulut dan lidah

Basah

Kering

Rasa haus

Minum biasa tidak

*haus, ingin minum

Periksa : turgor kulit

haus
Kembali cepat

banyak
*kembali lambat

*kembali sangat

Dehidrasi ringan /

lambat
Dehidrasi berat

Sangat kering
*malas minum atau

Hasil pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

tidak bisa minum

sedang
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau lebih

Bila ada 1 tanda *

tanda lain

ditambah 1 atau lebih

tanda lain
Terapi
Rencana terapi A
Rencana terapi B
Rencana terapi C
Sumber : adaptasi dari Duggan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan WHO 1995
Tabel 5. Penentuan derajat dehidrasi menurut sistem pengangkatan-Maurice King (1974)17
Bagian tubuh yang
diperiksa
Keadaan umum

Kekenyalan kulit

0
Sehat

Nilai untuk gejala yang ditemukan


1
2
Gelisah, cengeng,
Mengigau, koma atau
apatis, ngantuk

syok

Sedikit kurang

Sangat kurang

Sedikit cekung

Sangat cekung

Sedikit cekung

Sangat cekung

Normal

Mata

Normal

Ubun-ubun besar

Normal
28

Mulut

Normal

Kering

Kering dan sianosis

Denyut nadi

Kuat < 120

Sedang (120-140)

Lemah > 140

Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1 atau 2 sesuai dengan tabel kemudian
dijumlahkan. Nilai 0-2 : ringan, nilai 3-6 : sedang, nilai 7-12 : berat

Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari pemeriksaan feses adanya
leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda
inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus
diperiksa sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit feses terhadap inflamasi patogen (Salmonella,
Shigella dan Campylobacter) yang dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95%
tergantung dari jenis patogennya.3
Penanda yang lebih stabil untuk inflamasi intestinal adalah laktoferin. Laktoferin adalah
glikoprotein bersalut besi yang dilepaskan netrofil, keberadaannya dalam feses menunjukkan
inflamasi kolon. Positip palsu dapat terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu studi,
laktoferin feses, dideteksi dengan menggunakan uji agglutinasi lateks yang tersedia secara
komersial, sensitifitas 83 93 % dan spesifisitas 61 100 % terhadap pasien dengan
Salmonella,Campilobakter, atau Shigella spp, yang dideteksi dengan biakan kotoran.
Biakan kotoran harus dilakukan setiap pasien tersangka atau menderita diare inflammasi
berdasarkan klinis dan epidemiologis, test lekosit feses atau latoferin positip, atau keduanya.
Pasien dengan diare berdarah yang nyata harus dilakukan kultur feses untuk EHEC O157 : H7.1
Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia
darah, natrium, kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan darah
lengkap.
Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak
membantu untuk evaluasi diare akut infeksi. 11,12,13

29

Penatalaksanaan diare akut


Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana Pengobatan Diare
pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada
panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi
bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan
menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen
Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita
anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu: 12,13,14
1.
2.
3.
4.
5.

Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru


Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
ASI dan makanan tetap diteruskan
Antibiotik selektif
Nasihat kepada orang tua

Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit formula lama
dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama disebabkan karena
disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit tubuh, terutama natrium.
Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih
banyak terjadi di akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan oleh
karena virus. Diare dengan virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada
disentri. Karena itu para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat
osmolarits yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma,
sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini sama dengan
oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama.
Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan
mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga
30

30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare
akut non-kolera pada anak. 15,16,17,18(tabel 6)
Tabel 6. Komposisi Oralit Baru
Oralit Baru Osmolaritas Rendah
Natrium

mmol/liter
75

Klorida

65

Glucose, anhydrous

75

Kalium

20

Sitrat

10

Total osmolaritas
Ketentuan oralit formula baru:18

245

a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru


b. Larutkan 1 bungkus formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Untuk anak berumur < 2tahun berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun atau lebih: berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus
dibuang
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak.
Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based
yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberiaan zinc yang dilakukan di
awal masa diare selama 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan
mortalitas. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera
dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.

31

Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal.
Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan
pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler adaptasi gelap,
pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan
merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya
terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses
perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan
absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat
pembersihan patogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negara-negara
berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di
dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. 19,
Dosis zinc untuk anak-anak:
Anak di bawah umur 6 bulan: 10 mg ( tablet) per hari
Anak di atas 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk
bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang
lebih besar zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Pada
diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan adanya
fase kesembuhan.
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan
mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan
32

menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan
mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak
perlu. Pada penelitian multipel ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan resistensi terhadap
antibiotik yang sering dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin,kloramfenikol, dan trimetropim
sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. Resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui mekanisme
berikut: inaktifasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang
menjadi target antibotik dan perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotik.19

Tabel 7. Antibiotik pada diare19


Penyebab
Kolera
Shigella dysentery

Amoebiasis
Giardiasis

Antibiotik pilihan
Tetracycline
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Ciprofloxacin
15 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari

Alternatif
Erythromycin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Pivmecillinam
20 mg/kgBB
4x sehari selama 5 hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari

Metronidazole
10 mg/kgBB
3 kali sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat)
Metronidazole
5 mg/kg
3x sehari selama 5 hari

Nasihat pada ibu dan pengasuh: Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan
dan minum sedikit, sangat haus diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

Terapi A : Tanpa dehidrasiA


1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
33

Pada bayi muda pemberian asi adalah sumber cairan tambahan utama. Beri asi lebih
lama pada setiap kali pemberian.
Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut : oralit,
cairan makanan (kuah sayur, air tajin), atau air matang
Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika:
-

Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini

Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.

Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.


Beri ibu 6 bungkus oralit (200ml) untuk digunakan dirumah
Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebgai
tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari- hari:

2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali BAB

Katakan kepada ibu:


-

Agar meminumkan sedikit- sedikit tetapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas

Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.

Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

2. Beri tablet zinc


Pada anak berumur 2 bulan keatas beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis
34

Umur < 6 bulan : tablet tablet (10 mg) per hari

Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari

3. Lanjutkan pemberian makan


Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah, atau tidak
bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau ada darah dalam
tinja.
4. Jika anak tidak menunjukkan perbaikan, nasihati ibu untuk kunjungan ulang pada hari ke 5

Terapi B : Penanganan Dehidrasi sedang /ringan dengan oralit


Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam pertama
Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
Umur

Sampai 4 bulan

4 12 bulan

12 24 bulan

2 5 tahun

Berat badan

< 6kg

6 10 kg

10 12 kg

12 19 kg

Jumlah cairan

200 - 400

400 - 700

700 - 900

900 - 1400

Jumah oralit yang diperlukan = 75 ml/kg berat badan


-

Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas, berikan sesuai
kehilangan cairan yang sedang berlangsung.

Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusui, beri juga 100-200 ml air
matang selama periode ini.

Mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan

Lanjutkan pemberian ASI

Tunjukkan kepada ibu cara pemberian oralit


-

Minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas


35

Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.

Lanjutkan ASI jika anak mau

Berikan tablet zinc selama 10 hari

Setelah 3 jam :
-

Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya

Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

Jika ibu memaksa pulang sebelump pengobatan selesai:


-

Tunjukkan cara menyiapkan oralit di rumah.

Tunjukkan berpaa banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan.

Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus
lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A.

Jelaskan 4 aturan perawatan dirumah:


1. Beri cairan tambahan
2. Lanjutkan pemberian makan
3. Beri tablet zinc selama 10 hari
4. Kapan harus kembali

Terapi C : Dehidrasi berat


Pengobatan yang terbaik adalah dengan rehidrasi parenteral.
Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit sampai cairan infus
terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena ( 5
36

ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik biasanya dalam 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2
jam (untuk anak yang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa
dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan pemberian cairan intravena.
Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara
pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70
cc/kgBB. Diatas 1 tahun jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70
cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila dehidrasi tidak membaik, tetesan IV, dapat dipercepat. Setelah 6
jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya
yang sesuai yaitu: pengobatan diare dengan dehidrasi ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa
dehidrasi
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare akut.
Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang sebagai persentasi
kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku emas.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara oral dapat
dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik, walaupun
pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang banyak ( >
100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum
sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral
tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya
rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi15.
Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP
merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar
antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 4060mEq/L 11 Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian
makanannya sesuai umur.
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu
diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu:
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
37

2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
9. Anti diare tidak diperlukan

Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi


Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama pada anak
dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24 jam, karena
pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila tidak makalah ini akan merupakan
faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik.Pemberian kembali makanan atau minuman
(refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare
akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat
kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya harus dilanjutkan
pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh Lama more RA dkk30 menunjukkan
bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya
diare pada anak oleh karena nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel
termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang
direkomendasikan meliputi tajin ( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum ( beras, gandum,
dan cereal). Makanan yang harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula
sederhana yang dapat memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga
makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya
pengosongan lambung.
38

Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang menunjukkan
gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa berspektrum dari yang
ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan sehingga cukup memberikan
formula susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan
bersifat sementara dan dalam waktu 2 3 hari akan sembuh terutama pada anak gizi yang baik.
Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan berkepanjangan tetap diperlukan susu
formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang
sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka
intoleransi lemak pada diare akut sifatnya sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga
tidak memerlukan formula khusus.Pada situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada fase
penyembuhan diare, diet rendah lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat
menimbulkan diare kronik.12,13,14
Komplikasi diare akut
Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa diantaranya
membutuhkan pengobatan khusus.1,3,12
Gangguan Elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang
ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar
natrium plasma yang sangat cepat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak.
Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline-5%
dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi.
Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila
sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk
rumatan gunakan 0,18% saline - 5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol
KCL pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet
normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10 ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare
berhenti.4

39

Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit
garam, dapat terjadi hiponatremia (Na < 130 mol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak
dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk
terapi dari hampir semua anak dengan hiponatremia. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan
bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau Normal Saline.
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125-kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan
berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum
Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.6
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas
10% 0,5-1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung.
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K: jika kalium 2,53,5 mEq/L diberikan per-oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan
secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan selama 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukur
BB 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah
(3,5 - kadar K terukur BB 0,4 + 1/6 2 mEq BB).
Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal, dan
aritmia jantung. Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan
menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare
berhenti.3
Pencegahan diare akut
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran
ini.
Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi :18,19
a. Pemberian ASI yang benar
40

b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI


c. Penggunaan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host)
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
mengurangi risiko diare antara lain :
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
c. Imunisasi campak
Akhir-akhir ini, banyak diteliti tentang peranan probiotik, prebiotik, dan seng dalam pencegahan
diare.20
Probiotik
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang
menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik.
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang
terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Pada sistematik review yang dilakukan Komisi
Nutrisi ESPGHAN (European Society of Gastroenterology Hepatology and Nutrition) pada
tahun 2004, didapatkan laporan-laporan yang berkaitan dengan peran probiotik untuk
pencegahan diare. Saavedra dkk tahun 1994, melaporkan pada penelitiannya bahwa susu formula
yang disuplementasi dengan Bifidobacterium lactis dan Streptococcus thermophilus bila
diberikan pada bayi dan anak usia 5-24 bulan yang dirawat di Rumah Sakit dapat menurunkan
angka kejadian diare dari 31% menjadi 7%, infeksi rotavirus juga berkurang dari 39% pada
kelompok placebo menjadi 10% pada kelompok probiotik. Penelitian Phuapradit P. dkk di
Thailand pada tahun 1999 menunjukkan bahwa bayi yang minum susu formula yang
mengandung probiotik Bifidobacterium Bb 12 dan Streptococcus thermophylus lebih jarang
menderita diare oleh karena infeksi rotavirus.
Oberhelman RA dkk tahun 2002 melaporkan penggunaan Lactobacillus GG di Peru pada
komunitas dengan risiko tinggi diare dapat menurunkan episode diare terutama pada anak-anak
41

usia 18-29 bulan dibandingkan dengan placebo (4,7 v 5,9 episod/anak/thn dengan p = 0,0005),
akan tetapi penelitian yang sama di Finlandia tahun 2001 tidak menemukan adanya efek proteksi
pada konsumsi jangka lama susu formula yang disuplementasi dengan probiotik.
DSouza dkk tahun 2002 melaporkan bahwa probiotik jika diberikan bersama-sama dengan
antibiotika mengurangi risiko Antibiotic Assosiated Diarrhea.
Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pencegahan diare melalui : perubahan
lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen), produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa
patogen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada enterosit, modifikasi
toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien dan
imunomodulasi.
Disimpulkan bahwa beberapa probiotik potensial mempunyai efek protektif terhadap diare, tetapi
masih diperlukan penelitian dan evaluasi lebih lanjut termasuk efektivitas dan keamanannya,
walaupun sejauh ini penggunaan probiotik pada percobaan klinis dikatakan aman.
Surveilans diperlukan untuk mencari kemungkinan efek samping seperti infeksi pada kelompok
risiko tinggi antara lain bayi prematur dan pasien immuno compromised.19
Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya kompleks
karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora intestinal yang
menguntungkan kesehatan.
Oligosakarida yang ada di dalam ASI dianggap sebagai prototipe prebiotik oleh karena dapat
merangsang pertumbuhan Lactobacilli dan Bifidobacteria di dalam kolon bayi yang minum ASI.
Data menunjukkan angka kejadian diare akut lebih rendah pada bayi yang minum ASI. Tetapi
pada dua penelitian RCT di Peru tahun 2003, bayi-bayi di komunitas yang diberi cereal yang
disuplementasi dengan Fruktooligosakarida (FOS) tidak menunjukkan penurunan angka
kejadian diare. Penemuan lain yang dilakukan di Yogyakarta pada tahun 1998, suatu penelitian
RCT yang melibatkan 124 penderita diare dengan tanpa melihat penyebabnya menunjukkan
42

adanya perbedaan bermakna lamanya diare, dimana pada penderita yang mendapat FOS lebih
pendek pada masa diarenya dibanding placebo.20
Prognosis diare akut
Prognosis diare akut pada anak baik bila ditangani dengan cepat dan tepat sesuai kondisi pasien.
Kesimpulan
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena masih
tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut adalah infeksi Rotavirus
yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika.
Pemakaian antibitika hanya untuk kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah utama diare akut
pada anak berkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan
rehidrasi oral merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan. Penggantian
cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian anti
sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare dan
mengobati penyakit penyerta.

Daftar Pustaka
1. Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam:Rudolp AM,Hofman
JIE,Ed Rudolp?s pediatrics: edisi ke 20 USA 1994 : prstice Hall international,inc
hal 1034-36
2. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric Diagnosis
Little Brown and Company 1990;20 23.
3. Antonius H.Pudjiadi, Hegar Badriul. Pedoman pelayanan medis. Ikatan dokter
anak Indonesia 2009: 58-63

43

4. Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in


gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal
131-49
5. Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat
dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 29
6. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare ) akut dalam:
Gastroenterologi anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B,EM Halimun : edisi ke2
Jakarta 1994: Balai penerbit FK-UI hal 51-76
7. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Booth
IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in Children
Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268 274
8. Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute Gastroenteritis in
Hospitalized Children in Melbourne, Australia,from April 1980 to March 1993
Journal of clinical microbiology, Jan 1998,p,133-138
9. Smith-Walker JA.Masalah Pediati di Bidang Gastroenterologi Tropis dalam
Problem Gastroenterologi Daerah Tropis Ed GC Cook,edisi ke 1 jakarta 2003;
EGC 113-41
10. American Academy of Pediatrics Propesional commite on Quality improvement
subcommitte o Acute Gastroenteritis Pratice parameter : the management of acute
gastroeneritis in young children Pediatrics 1996:97:424-35
11. American Academy of Pediatrics Commite on Nutrition.Use of oral fluid therapy
and post-treatment feeding following enteritis in children in a developed country.
Pediatrics 1985;75;358-61
12. Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah kesehatan
Kedokteran indonsia Vol 1 No 06,2003

44

13. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna.dalam
Sari pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001
14. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen diare pada bayi dan
anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/
15. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare
akut dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003
16. Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan
makalah Kongres Nasional II BKGAI juli 2003
17. Rahmat H. Kebijakan Nasional pemberantasan penyakit menular langsung dan
oralit formula baru. Kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Bandung.
2003 : 91-7.
18. Rohim A, Soebijanto MS.Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit
anak diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2002
Selemba Medika hal 93-103
19. Van Niel Cornelis W, Feudtner C, Garisson MM, Dimitri A. Lactobacillus
Therapy for Acute InfectiousDiarrehe Children : A.Meta-analysis Pediatrics
2002;109;678-684

45

Anda mungkin juga menyukai