METEORISMUS
Oleh :
Pembimbing :
dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
A. DEFINISI ........................................................................................... 2
B. EPIDEMIOLOGI ............................................................................... 2
C. ETIOLOGI ......................................................................................... 2
D. PATOFISIOLOGI .............................................................................. 3
G. TATALAKSANA ............................................................................ 12
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Meteorismus juga dikenal sebagai timpanitis. Ciri utama meteorismus
adalah akumulasi gas di saluran gastrointestinal (GI) yang menyebabkan sensasi
kembung dan perut kembung. Salah satu penyebab paling umum dari perut
kembung adalah pola makan yang tidak benar. Modifikasi kebiasaan makan dan
menghindari pemicu tertentu dapat membantu meringankan gejala. Meteorismus
dapat diartikan sebagai distensi abdomen.2
B. EPIDEMIOLOGI
Meteorismus adalah gejala yang sangat umum yang terjadi pada orang-
orang dari segala usia, mulai dari bayi sampai orang tua. Dapat terjadi pada semua
ras. Mayoritas keluhan meteorismus terjadi pada orang-orang diusia dekade ketiga
kehidupan. Sekitar 15-23% orang Asia dan 15-30% orang Amerika menderita perut
kembung atau meteorismus.2
C. ETIOLOGI
1. Fungsional: pada kebanyakan orang, penyebab meteorisme tidak diketahui.
Keluhan ini biasanya muncul di usia dekade ketiga kehidupan dengan keluhan
bersendawa, gas berlebih, sensasi kembung, dan perut kembung. Foto rontgen
perut biasanya menunjukkan kumpulan gas nonspesifik di usus dan
pemeriksaan lainnya tidak menunjukkan kelainan2
2
kualitas hidup. Pasien-pasien ini tidak dapat mentolerir berbagai macam
makanan. Ketika makanan pemicu tertelan, pasien akan mengeluh kembung,
sakit perut, dan mual. Banyak dari pasien juga mengalami keluhan lain seperti
depresi berat, kecemasan, dan fibromyalgia.2,3
D. PATOFISIOLOGI5,6
1. Produksi gas yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh bakteri, melalui 3
mekanisme. Pertama, jumlah gas yang dihasilkan oleh setiap individu tidak
sama sebab ada bakteri tertentu yang menghasilkan banyak gas sementara yang
lainnya tidak. Kedua, makanan yang sulit dicerna dan diabsorbsi di usus halus
menyebabkan banyaknya makanan yang sampai di usus besar sehingga makanan yang
harus dicerna bakteri akan bertambah dan gas yang dihasilkan bertambah
banyak. Contohnya adalah pada kelainan intoleransi laktosa, sumbatan
pancreas, dan saluran empedu.Ketiga, karena keadaan tertentu bakteri tumbuh
dan berkembang di usushalus dimana biasanya seharusnya di usus besar.
Biasanya hal ini berpotensi meningkatkan flatus.
2. Sumbatan mekanis. Sumbatan dapat terjadi di sepanjang lambung sampai
rectum, jika bersifat sementara dapat menyebabkan kembung yang bersifat
sementara. Contohnya adalah adanya parut di katub lambung yang dapat
3
mengganggu aliran dari lambung ke usus. Sesudah makan, makananb ersama
udara tertelan, kemudian setelah 1-2 jam lambung mengeluarkan asam dan
cairan dan bercampur dengan makanan untuk membantu pencernaan. Jika
terdapat sumbatan yang tidak komplit makan makanan dan hasil pencernaan dapat
masuk ke usus dan dapat menyebabkan kembung. Selain itu kondisi feses yang terlalu
keras juga dapat menjadi sumbatan yang dapat memperparah kembung
3. Sumbatan fungsional. Yang dimaksud sumbatan fungsional adalah akibat
kelemahan yang tejadi pada otot lambung dan usus sehingga gerakan dari saluran cerna tidak baik
yang menyebabkan pergerakan makanan menjadi lambat sehingga terjadi kembung. Hal
ini bisa terjadi pada penyakit gastroparesis, Irritable Bowel Syndrome (IBS)
dan Hirschprung's. Selain itu faktor makanan seperti lemak juga akan
memperlambat pergerakan makanan, gas, dan cairan ke saluran cerna bawah yang juga
berakibat kembung. Serat yang digunakan untuk mengatasi sembelit juga dapat
menyebabkan kembung tanpa adanya peningkatan jumlah gas, namun adanya kembung ini
disebabkan oleh melambatnya aliran gas ke usus kecilakibat serat.
4. Hipersensitifitas saluran cerna. Beberapa orang ada yang mengalami
hipersensitif terhadap kembung, mereka merasakan kembung
padahal jumlah makanan, gas, dan cairan di saluran cerna dalam batas normal
,biasanya bila mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Irritable Bowel Syndrome: gejala klinik dari IBS biasanya bervariasi
diantaranya nyeri perut, kembung dan rasa tidak nyaman di perut. Gejala lain
yang menyertai biasanya perubahan defekasi dapat berupa diare, konstipasi
atau diare yang diikuti dengan konstipasi. Diare terjadi dengan karakteristik
feses yang lunak dengan volume yang bervariasi. Konstipasi dapat terjadi
beberapa hari sampai bulan dengan diselingi diare atau defekasi yang normal.
Selain itu pasien juga sering mengeluh perutnya terasa kembung dengan
produksi gas yang berlebihan dan melar, feses disertai mucus, keinginan
defekasi yang tidak bisa ditahan dan perasaan defekasi tidak sempurna.
Gejalanya hilang setelah beberapa bulan dan kemudian kambuh kembali pada
4
beberapa orang, sementara pada yang lain mengalami pemburukkan gejala.
Pada sekitar 3-35% pasieng ejala IBS muncul dalam 6 sampai 12 bulan setelah
infeksi sistem gastrointestinal. Secara khusus ditemukan sel inflamasi mukosa
terutama sel mast di beberapa bagian duodenum dan kolon. Pemeriksaan fisik
tidak banyak menunjukkan abnormalitas. Pemeriksaan tanda penyakit
sistemik harus diikuti dengan pemeriksaan abdomen. Pasien diminta
menunjukkan area nyeri pada abdomen. Nyeri difus akan ditunjukkan dengan
tangan yang melebar, sedangkan nyeri terlokalisir akan ditunjuk dengan jari.
Nyeri viseral jarang terlokalisir, jika terlokalisir merupakan nyeri atipikal dan
harus dipertimbangkan penyakit selain IBS. Nyeri dinding abdomen bisa
berasal dari hernia, cedera otot, atau penjepitan saraf dapat diidentifikasi
dengan tes Carnett. Tes ini dilakukan dengan menginstruksikan pasien
memfleksikan siku dan meletakkan di atas dinding dada (posisi sit-up) dan
mengangkat kepala. Apabila nyeri perut berkurang maka hasil tes Carnett
negatif, hal ini mengindikasikan nyeri intraabdominal. Apabila nyeri perut
bertambah maka hasil tes Carnett positif, hal ini mengindikasikan nyeri
berasal dari dinding abdomen, dan sebagian besar didasari oleh nyeri
psikogenik. Pemeriksaan regio perianal dan rectum dilakukan apabila diare,
perdarahan rektal, atau gangguan defekasi.3,7
2. Ileus
a. Ileus Obstruktif
1) Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi,
artinya disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di
dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada
obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama.
Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka
muntah yang dihasilkan semakin fekulen.8
5
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada
obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal.
Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai
dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.8
2) Obstruksi distal disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan
disertai dengan nyeri hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar
bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa
nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak
menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.8
3) Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri
akibat sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan
terus menerus menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus
dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi
adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi
pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi
bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon
terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang
paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum
karena tekanannya paling tinggi dandindingnya yang lebih tipis. Pada
pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani,
gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar
metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi.8
b. Ileus Paralitik
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal
distention), anoreksia, mual, dan obstipasi. Muntah biasa ada. Keluhan perut
6
kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut
kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan
perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada
pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien bervariasi dari ringan sampai berat
bergantung pada penyakit yang mendasarinya, didapatkan adanya distensi
abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang
bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya
menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya
reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit
primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran
peritonitis.9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Irritable Bowel Syndrome:
IBS merupakan kelainan dengan patofisiologi heterogen, sampai saat ini
belum didapatkan biomarker yang spesifik. Pemeriksaan darah lengkap (DL)
dan pemeriksaan darah samar feses dianjurkan untuk tujuan skrining.
Pemeriksaan tambahan laju endap darah (LED), serum elektrolit dan
pemeriksaan feses untuk deteksi parasit dapat dilakukan berdasarkan gejala,
area geografis, dan temuan klinis yang relevan seperti pada IBS tipe
predominan diare. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengeksklusi
kelainan organik seperti keganasan kolorektal, dan diare infeksius. Beberapa
ahli merekomendasikan tes pernafasan dan fungsi tiroid untuk mendeteksi
malabsorpsi laktosa dan disfungsi tiroid.7
2. Ileus
a) Ileus Obstruktif.
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada
urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya
dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika
sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya
gangguan elektrolit. Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan
7
diagnosa ileus obstruksi. Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan
sinar mendatar. Posisi datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap
tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal
lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus biasanya
tidak tampak. Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan
multiple air fluid level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon
pada obstruksi usus halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi
usus yang terbatas dengan gambaran haustra, kadang-kadang gambaran massa
dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang menunjukkan gambaran
seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen.10
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif
dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto
abdomen ini antara lain:10
1) Ileus obstruksi letak tinggi :
Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di
ileocecal junction) dankolaps usus di bagian distal sumbatan.
Coil spring appearance
Herring bone appearance
Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
8
2) Ileus obstruksi letak rendah :
Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada
tepi abdomen
Air fluid level yang panjang-panjang di kolon.
9
b) Ileus Paralitik
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa
penyakit. Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan yaitu leukosit darah,
kadar elektrolit, ureum, glucosa darah, dan amilase. Foto polos abdomen sangat
membantu menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi
lambung usus halus dan usus besar memberikan gambaran herring bone, selain
itu bila ditemukan air fluid level biasanya berupa suatu gambaran line up
(segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang
memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga). Apabila dengan
pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan adanya suatu obstruksi,
dapat dilakukan pemeriksaan foto abdomen dengan mempergunakan kontras
kontras yang larut air. Pemeriksaan penunjang lainnya yang harus dilakukan
adalah pemeriksaan darah rutin ( Hb, lekosit,hitung jenis dan trombosit),
elektrolit, BUN dan kreatinin, sakar darah, foto dada, EKG, bila diangap perlu
dapat dilakukan pemeriksaan lainnya atas indikasi seperti amilase,lipase,
analisa gas darah , ultrasonografi abdomen bahkan CT scan.9
10
Gambaran radiologi yang didapatkan:
11
G. TATALAKSANA
1. Irritable Bowel Syndrome
a. Non-Farmakologi11
Pasien harus mendapatkan informasi mendalam mengenai penyakit
yang dialaminya, termasuk bahwa perjalanan penyakitnya kronis,
tetapi kecil kemungkinan untuk berkembang progresif. Target terapi
IBS adalah mengurangi gejala sehingga meningkatkan kualitas hidup
pasien. Beberapa penelitian merekomendasikan perubahan pola diet.
Harus diperhatikan bahwa asupan makanan tertentu tidak
menyebabkan IBS, tetapi kontak makanan dengan jaringan
gastrointestinal akan menghasilkan reaksi imunologis, fisiologis, dan
biokimia pada pasien IBS.
b. Farmakologi IBS dengan Diare (IBS-D)11
Loperamide Pada pasien IBS-D dengan diare sebagai gejala
utama, loperamide adalah lini pertama yang paling umum
digunakan.
Antagonis Reseptor 5-HT3
Rifaximin
Eluxadoline
12
Antidepresan
c. Farmakologi IBS dengan Konstipasi (IBS-C)11
Linaclotide
Polyethylene Glycol (PEg)
Lubiprostone
2. Ileus
a. Ileus Obstruktif12
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian
yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan
operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab
obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di
rawat di rumah sakit.
1) Persiapan. Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi
muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen
(dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga
resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.
Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi.
Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif.
2) Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling
sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin.
Tindakan bedah dilakukan bila : strangulasi, obstruksi lengkap,
hernia inkarserata, tidak ada perbaikan dengan pengobatan
konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan
kateter).
3) Pasca Bedah. Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama
dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya
gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu
13
diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan
paralitik.
b. Ileus Paralitik
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif.
Tindakannya berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit, mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian
nutrisi yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik
(simpatolitik) atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba, ternyata
hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan
pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal tube). pemberian
cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya
diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip pemberian nutrisi
parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid
bermanfaat untuk gastro paresis, sisaprid bermanfaat untuk ileus
paralitik pasca-operasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk
mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan. Neostigmin sering
diberikan pada pasien ileus paralitik pasca operasi. Bila bising usus
sudah mulai ada dapat dilakukan test feeding, bila tidak ada retensi,
dapat dimulai dengan diet cair kemudia disesuaikan sejalan dengan
toleransi ususnya.13
14
BAB III
PENUTUP
15
DAFTAR PUSTAKA
16